Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN CHALECYSTITIS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1


yang diampu oleh Ns Tina Muzaenah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Destiantika Kusuma Wardani 8. Alfiyyah Nur Khofifah


(1811010030) (1811010037)
2. Muhammad Amirullah 9. Lutfiana Azizah
Afghani (1811010031) (1811010038)
3. Siti Musalamah (1811010032) 10. Jalestiti (1811010039)
4. Ketrin Amalia (1811010033) 11. Wisti Susanti (1811010040)
5. Nabila Mega S (1811010034) 12. Rizka Nurul A (1811010041)
6. Ainun Farikhah (1811010035) 13. Melin Mariyana (1811010042)
7. Retania (1811010036)

PROGAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah : ”ASUHAN KEPERAWATAN CHALECYSTITIS”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak


kekurangan baik pada materi maupun pada penulisan, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Purwokerto, 16 November 2019

Tim Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4


B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian...............................................................................................6

B. Etiologi...................................................................................................6

C. Tanda dan Gejala....................................................................................7

D. Manifestasi Klinik..................................................................................7

E. Patofisiologi dan Pathway......................................................................8

F. Penanganan dan Penatalaksanaan...........................................................10

G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................11

H. Klasifikasi..............................................................................................13

I. Asuhan Keperawatan...............................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................28
B. Saran.....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inflamasi pada kandung empedu yang dapat berupa akut, kronik,
atau kronik eksaserbasi akut merupakan proses terjadinya penykit
Kolesistitis. Cholecystitis sangat erat kaitannya dengan pembentukan batu
empedu (cholecystolithiasis). Sekitar 90% kasus cholecystitis disertai
dengan batu empedu (calculous cholecystitis) dan 10% tidak disertai
dengan batu empedu (acalculous cholecystitis).
Acute calculous cholecystitis merupakan komplikasi dari
cholecystolithiasis dan indikasi dilakukannya emergency cholecystectomy,
sedangkan acute acalculous cholecystitis hanya ditemukan pada 12%
kasus pada pengangkatan kandung empedu. Sama seperti acute
cholecystitis, chronic cholecystitis juga erat kaitannya dengan batu
empedu, tetapi chronic cholecystitis juga dapat disebabkan oleh
mikroorganisme. Kultur mikroorganisme E. coli dan Enterococcus
didapatkan pada sepertiga kasus.
Cholecystitis dapat dipicu oleh tiga faktor: (1) inflamasi mekanik
yang disebabkan peningkatan tekanan intraluminal dan distensi yang
menyebabkan iskemik mukosa dan dinding kandung empedu, (2)
Inflamasi kimia disebabkan pengeluaran lysolecithin, (3) inflamasi akibat
bakteri.
Di negara maju diperkirakan prevalensi batu empedu sekitar 10
15%, dengan lebih dari 85% batu empedu adalah batu kolesterol
sedangkan sisanya batu pigmen hitam contohnya calcium bilirubinate.
Sebanyak 20-25 juta kasus terdiagnosis batu empedu dan 750.000
cholecystectomy dilakukan tiap tahunnya di Amerika. Di Indonesia angka
kejadian cholecystitis belum diketahui secara pasti, namun penelitian di
Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Al-Islam Bandung tahun
2003-2007 menunjukkan angka kejadian cholecystitis sebesar 174 kasus.
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
di Laboratorium Patologi Anatomi RS Dustira Cimahi mengenai gambaran
karakteristik pasien dengan cholecystitis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kolesistitis atau radang kandung empedu?
2. Apa saja penyebab terjadi kolesistitis?
3. Apa saja tanda dan gejala kolesistitis?
4. Apa saja manifestasi klinik ?
5. Bagaimana patofisologi dan pathway Kolesistitis?
6. Bagaimana cara Penanganan atau Penatalaksanaan kolesistitis ?
7. Bagaiamana cara pemeriksaan penujang kolesistitis?
8. Apa saja klasifikasi kolesistitis?
9. Bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien kolesistitis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kolesistitis atau radang
kandung empedu.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadi kolesistitis.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala kolesistitis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik.
5. Untuk mengetahui patofisologi dan pathway Kolesistitis.
6. Untuk mengetahui cara Penanganan atau Penatalaksanaan kolesistitis.
7. Untuk mengetaui cara pemeriksaan penujang kolesistitis.
8. Untuk mengetahui klasifikasi kolesistitis.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
kolesistitis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan
inflamasi akut dindingkandung empedu disertai nyeri perut kanan
atas,nyeri tekan dan panas badan. Dikenal duaklasifikasi yaitu akut dan
kronis (Brooker,2011).
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Kolesistitis
adalah radangkandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu disertaikeluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitukolesistitis akut
serta kronik. (Dr. Suparyanto, M.Kes 2009).
Kolesistitis akut adalah peradangan dari dinding kandung
empedu,biasanya merupakanakibat dari adanya batu empedu di duktus
sistikus,yang secara tiba-tiba menyebabkan serangannyeri yang luar biasa.
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu,yangditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang
tajam dan hebat.
B. Etiologi
Sebagian besar kolesistitis disebabkan oleh penyumbatan pada
saluran empedu, sehingga membuat cairan empedu terperangkap di dalam
kantong empedu. Penyumbatan saluran empedu ini sendiri dapat
diakibatkan oleh batu,tumor, ataupun saluran yang menyempit.
Penyumbatan tersebut memicu terjadinya iritasi dan tekanan pada kantong
empedu, yang kemudian mengakibatkan pembengkakkan dan infeksi.
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan
infeksi bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis
akut.Sumbatan tersebut terjadi karena adanya batu empedu yang terbentuk
akibat perubahan komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di duktus koledukus,
duktus hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu dapat
mengakibatkan distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan
limfe dan bakteri komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-
jenis batu dapat diklasifikasikan berdasarkann substansi yang
membentuknya yaitu batu yang berasal dari bilirubin dan yang berasal dari
kolesterol.

C. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologis chalecystitis sering berhubungan dengan batu
empedu atau kolelitiasis. Batu akan menyebabkan obstruksi pada duktus
sistikus yang menghalangi pengosongan cairan empedu. Akibatnya terjadi
peningkatan intralumen dan iritasi pada dinding empedu. Dinding empedu
akan mengalami distensi dan edema, diikuti oleh statis vena serta
trombosis arteri sistikus. selian itu, batu empedu didalam kandung empedu
juga menimbulkan trauma mekanik yang akan menstimulasi pengeluaran
prostaglandin(PG12 dan PGE2) dan menginisasi proses inflamasi.[6,7]
Pada beberapa kasus, chalecystitis dapat diikuti dengan infeksi
sekunder yang dapat menyebabkan gangrene dan perforasi kandung
empedu. infeksi paling sering disebabkan oleh invasi bakteri gram negatif
gastrointestinal seperti Escherichia coli klebsiaella spp. fundus merupakan
bagian terjauh yang disuplai oleh arteri sistikus, sehingga sering
mengalami iskemia dan nekrosis.
Chalecystitis yang tidak disebabkan oleh batu empedu dapat juga
terjadi.hal ini disebabkan oleh hipokinetik dari pengosongan kandung
empedu, sehingga terjadi statis dari cairan empedu dan menginisiasi
respon inflamasi local pada dinding kandung empedu.
Iskemia juga dapat menjadi penyebab chalecystitis tanpa batu
empedu mengingat arteri sistikus yang menyuplai kandung empedu
merupakan arteri terminalmsehingga kondisi yang menyebabkan
penurunan perfusi arteri dan sistikus dapat menginduksi iskemia dan
nekrosis dari kandung empedu.pasien dapat memiliki penyakit dasar
seperti infark miokard. sepsis , atau syok hipovolemik.
D. Tanda dan Gejala
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa
berupa:
 Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa
nyeri di perut kanan bagian atas.
 Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan
sering menjalar ke bahu kanan.
 Biasanya terdapat mual dan muntah.
 Nyeri tekan perut
 Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
 Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama
cenderung meninggi.
 Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian
menghilang dalam 1 minggu.
 Gangguan pencernaan menahun Nyeri perut yang tidak jelas
(samar-samar) Sendawa
E. Manifestasi Klinik
Kolesistitis Akut :
 Nyeri hebat pada perut kanan atas disertai rasa tidak enak pada
epigastrium.
 Mual,Muntah.
 Demam
 Lemah
 Ikterus (bila terdapat batu di duktus koledukus)
 Nyeri perut bertambah bila mengkomsumsi makanan berlemak.
 Yang khas yaitu nyeri menjalar sampai ke bahu/ scapula.
Kolesistitis Kronik :
 Kolik epigastrium
 Mual muntah
 Tidak toleransi terhadap makanan berlemak
 Demam ringan
 Hipoalbuminea ringan
 Dyspsepsia,sendawa,kembung,flatulence
F. Penanganan atau Penatalaksanaan
 Kolesistektomi untuk mengangankat kandung empedu yang
mengalami inflamasi lewat pembedahan
 Koledokostomi untuk membuat lubang lewat pembedahan pada
duktus koledokus drainase
 Kolesistostomi transhepatik perkutaneus
 Litotripsi untuk mengahancurkan batu empedu
 Pemberian obat oral asam kenodeoksikolat atau ursodeoksikolat
untuk melarutkan batu empedu
 Diet rendah lemat untuk mencegah serangan
 Pemberian vitamin K untuk mengurangi keluhan gatal-
gatal,ikterus, dan kecendurangan perdarahan yang di sebabkan oleh
defisiensi vitamin K
 Pemberian antibiotik selama serangan akut mengatasi infeksi
 Pemasangan pipa nasogastrik selama serangan akut untuk
dekompresi abdomen
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis kolesistitis
meliputi pemeriksaan laboratorium (meski kurang akurat),.radiografi, CT
Scan, USG, MRI, HBS (hepatobiliary scintigraphy) dan endoscopy. Tentu
saja pilihan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan tergantung pada
pusat kesehatan yang bersangkutan, apakah memilikinya atau tidak.
1. Pemeriksaan laboratorium.
Meski kurang akurat untuk mendiagnosis kolesistitis, namun
beberapa temuan pada pemeriksaan lab ini dapat menjadi pertimbangan
untuk menunjang diagnosis :
a. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri (leukosit imatur lebih tinggi
jumlahnya dibandingkan leukosit matur) dapat dijumpai pada
kolesistitis.
b. Kadar enzim intrinsik hati Alanin Amino Transferase (ALT) dan
Aspartat Amino Transferase (AAT) digunakan untuk mengevaluasi
fungsi hati dan adanya hepatitis serta dapat pula jumlahnya
meningkat pada kolesistitis dan obstruksi saluran empedu.
c. Kadar Bilirubin dan Alkalin Fosfatase diperiksa untuk
mengevaluasi obstruksi saluran empedu yang umum dijumpai.
d. Kadar Amilase dan Lipase biasanya digunakan untuk memeriksa
adanya Pankreatitis, namun Amilase dapat pula meningkat pada
kolesistitis.
e. Peningkatan kadar Alkalin Fosfatase ditemukan pada sekitar 25%
pasien dengan kolesistitis.
f. Urinalisis digunakan untukmenyingkirkan Pyelonefritis dan batu
ginjal.
g. Pasien wanita yang berada pada usia subur wajib menjalani
pemeriksaan kehamilan.
2. Radiografi (X-Ray).
Batu empedu dapat divisualisasikan dengan peeriksaan radiografi
meski tanpa kontras pada 10-15% kasus.Penemuan ini hanya
mengindikasikan kolelitiasis, dengan atau tanpa kolesistitis.
Udara bebas sub diafragmatika tidak mungkin berasal dari saluran
empedu. Bila ia ada, berarti mengindikasikan sutau kondisi penyakit
lain di luar gangguan saluran empedu. Udara yang terlokalisir di
dinding kandung empedu, biasanya menunjukkan adanya kolesistitis
emfisematosa yang dihasilkan bakteri penghasil gas seperti E. Coli ,
Clostridia dan bakteri streptokokus anaerob. Kolesistitis Emfisematosa
memiliki angka kematian yang tinggi dan biasanya dijumpai pada
pasien pria dengan diabetes dan kolesistitis akalkulus (non batu).
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dengan USG merupakan pemeriksaan dengan
sensitivitas antara 90-95% dan spesifisitas 80-85% untuk kolesistitis.
Bila disertai batu empedu dengan diamater lebih dari 2 mm , maka
sensitivitas dan spesifisitasUSG menjadi lebih dari 95%.
Hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan kemungkinan adanya
kolesistitis antara lain, cairan di daerah perikolesistik, penebalan
dinding kandung empedu hingga lebih dari 4 mm dan tanda murphy
sonografi positif. Adanya batu juga menunjang diagnosis.Pemeriksaan
USG sebaiknya dilakukan setelah 8 jam puasa oleh karena batu empedu
divisualisasikan dengan baik pada kandung empedu yang terdistensi
oleh cairan empedu.
4. CT Scan dan MRI
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan CT Scan dan MRI untuk
memprediksi kolesistitis akut adalah lebih dari 95%. Kelebihan
pemeriksaan ini dibandingkan ERCP (endoscopic retrogade
cholangiopancreatography) adalah sifatnya yang non invasif, namun
kelemahannya adalah tidak memiliki efek terapi serta tidak cocok pada
kasus kolesistitis tanpa batu empedu.
Hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI yang menunjukkan adanya
kolesistitis adalah : penebalan dinidng kandung empedu (> 4 mm),
cairan di perikolesistik, edema subserosa (bila tidak ada ascites), gas
intramural, dan pengelupasan mukosa. CT Scan dan MRI juga
bermanfaat untuk melihat struktur sekitar bila diagnosis tidak
meyakinkan.
5. HBS (hepatobiliary scintigraphy)
Keakuratan HBS dalam mendeteksi kolesistitis akut mencapai
95%.Sementara sensitivitasnya dalam rentang 90-100% dan
spesifisitasnya 85 hingga 95%.
6. Endoskopi (ERCP = Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography)
Pemeriksaan ERCP sangat bermanfaat dalam memvisualisasikan
anatomi kandung dan saluran empedu pada pasien berisiko tinggi
memiliki batu empedu yang disertai gejala sumbatan saluran empedu
positif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sahai dkk, ERCP lebih
dianjurkan dibandingkan USG Endoskopik dan Cholangiografi
Intraoperatif pada pasien yang berisiko tinggi memiliki batu empedu
dan akan menjalani operasi kolesistektomi laparoskopik.
Kelemahan ERCP adalah membutuhkan tenaga khusus yang ahli
mengoperasikan alatnya, biaya tinggi serta kemungkinan adanya
komplikasi seperti pankreatitis (3-5% kasus).
7. Pemeriksaan Histologi.
Perubahan awal pada kolesistitis adalah edema dan kongesti
vena.Berdasarkan gambaran histologinya, kolesistitis akut biasanya
saling tumpang tindih dengan kolesistitis kronik. Penemuan yang
spesifik diantaranya : adanya fibrosis, mukosa yang rata dan sel
inflamasi kronik. Herniasi mukosa yang juga dikenal sebagai Sinus
Rokitansky-Aschoff berkaitan dengan peningkatan tekanan hidrostatik
dan ditemukan pada sekitar 56% kasus.Nekrosis fokal disertai influx sel
neutrofil juga dapat ditemukan.Pada kasus yang berat dapat dijumpai
gangren dan perforasi.
H. Klasifikasi Kolesistitis
1. Kolesistitis Kalkulus
Adalah batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu
akan menimbulkan suatu reaksi kimia, terjadi otolisis serta edema dan
pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga
suplay vaskulernya terrganggu. Sebagai konsekwensinya dapat terjadi
gangren pada kandung empedu disertai perforasi.
2. Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi
oleh batu empedu.Kolesistitis Akalkulus timbul sesudah tindakan
bedah mayor, trauma berat atau luka bakar. Faktor lain yang berkaitan
dengan tipe ini mencakup : obstruksi duktus sistikus akibat torsi,
infeksi primer bakterial pada kandung empedu, dan transfusi darah
yang dilakukan berkali-kali. Kolesistitis akalkukus terjadi akibat
perubahan cairan dan elektrolit serta aliran darah regional dalam
sirkulasi viceral.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai
dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Proses
pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
(sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam melakukan
pengkajian pasien dengan kolelitiassis meliputi anamnese,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa :
1) Identitas : kolesistitis pada umumnya terjadi pada female,
fat, fourty, fertil. Yaitu wanita dengan usia lebih dari 40
tahun, obesitas dan multipara.
2) Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas
dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan. Nyeri timbul
tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit, pada
umumnya timbul pada1-2 jam paska makan, biasanya pada
malam hari dan hampir tak pernah pada pagi hari. Mual,
muntah, kembung, berrsendawa.
3) Riwayat penyakit Dahulu : adanya riwayat DM,
hiperkolesterol, obesitas, penyakit inflamasi usus
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1 : Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan
ditandai nafas pendek dan tertekan.
2) B2 : Tachikardi, demam, resiko perdarahan karena
kekurangan vitamin K
3) B3 : Nyeri pada perut kanan atas menyebar ke punggung
atau bahu kanan. Gelisah
4) B4 : Urine gelap pekat
5) B5 : Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan
atas, feses warna seperti tanah liat.
6) B6 : Kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal
(pruritus)
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium darah lengkap : lekositosis sedang ( akut),
Bilirubin dan amilase serum meningkat, enzim hati serum
AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali
fosfat dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi
bilier. Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran
empedu dalam usus menurunkan absorbsi vitamin K.
2) USG Menyatakan kalkuli, dan distensi kandung empedu
dan atau duktus empedu.
3) Kolangiopankreatografi Retrograd Endoscopik
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus
koledukus melalui doedonum.
4) Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit
kandung empedu dan kanker pangkreas (bila ikterik ada).
5) Kolesistogram (untuk kolesistitis kronis) Menyatakan batu
pada sistim empedu. Catatan : kontra indikasi [pada
kolesistitis karena pasien lemah untuk menelan zat lewat
mulut).
6) CT scan Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi
duktus empedu dan membedakan antara ikterik
obstruksi/non obstruksi.
7) Scan Hati (dengan zat radio aktif) Menunjukkan obstruksi
perrcabangan bilier.
8) Foto abdomen (multiposisi) Menyatakan gambaran
radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikassi dinding
atau pembesaran kandung empedu.
9) Foto Dada : Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan
nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
b. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas
gaster.
c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol Kriteria hasil : pasien akan
menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam
batas normal.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Observasi dan catat Membedakan
lokasi, beratnya penyebab nyeri
(skala1-10) dan dan memberikan
karakteristik nyeri informassi tentang
(menetap, hilang kemajuan/perbaika
timbul, kolik) n penyakit,
terjadinya
komplikasi dan
keefektifan
intervensi.
2. 2. Catat respon terhadap Nyeri berat yang tidak
obat dan laporkan hilang dengan
pada dokter bila tindakan rutin
nyeri hilang dapat menun
jukkan terjadinya
komplikasi/
kebutuhan
terhadap intervensi
lebih lanjut
3. 3. Tingkatkan tirah Tirah baring pada
NO INTERVENSI RASIONAL
baring, biarkan posisi fowler
pasien melakukan rendah
posisi yang menurunkan
nyaman tekanan
intraabdomen :
namun pasien akan
melakukan posisi
yang
menghilangkan
nyeri secara
alamiah
4. 4. Dorong penggunaan Meningkatkan
teknik istirahat,
relaksasi,contoh memusatkan
bimbingan imajina kembali perhatian
si, visualisasi, dan dapat
latihan nafas meningkatkan
dalam koping

5. 5. Pertahankan status
puasa, pasang Membuang sekret
NGT dan gaster yang
penghisapan NG merangsang
sesuai dengan pengeluaran
indikasi kolesistokinin dan
erangsang
Berikan obat sesuai kontraksi kandung
indikasi : anti empedu
biotik, anti
kolinergik, sedatif Anti biotik mengobati
NO INTERVENSI RASIONAL
seperti proses infeksi.
phenobarbital, Antikolinergik
narkotik seperti menghilangkanspa
meperidin sme/kontraksi otot
hidoklorida. halus dan
membantu
menghilangkan
nyeri. Sedatif
Siapkan pasien untuk
meningkatkan
tindakan/prosedur:
istirahat dan
Endoskopi papilotomi
relaksasi otot.
(pengangkatan
Narkotikmenurunk
batu duktus)
an nyeri hebat
Syok gelombang
ekstrakorporeal
litotripsi (ESWL)

Pengobatan dengan
dengan gelombang
Endoscopi
syok diindikasikan
sfingterotomi
bila pasien
mengalami gejala
ringan atau sedang,
batu kolesterrol
pada kandung
empedu 0,5 mm
atau lebih besar
dan tak ada
NO INTERVENSI RASIONAL
Intervensi bedah obstruksi traktus
bilier. Tergantung
pada mesin yang
digunakan, pasien
akan duduk pada
tangki air atau
tidur tengkurap
pada tempat yang
berisi air.
Pengobatan
memerlukan waktu
1-2 jam dan 75%-
95% berhasil

Prosedur dilakukan
untuk
memperlebar
mulut duktus
koledukus dimana
bagian ini
mengosongkan
duodenum.
Prosedur ini dapat
juga termasuk
pengambilan batu
manual dari duktus
dengan keranjang
kecil atau balon
pada akhir
endoscopi. Batu
NO INTERVENSI RASIONAL
harus lebih kecil
dari 15mm.

Kolesistektomi dapat
diindikasikan
sehubungan
dengan ukuran
batu dan derajat
kerusakan
jaringan/adanya
nekrosis

b. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas
gaster.
Tujuan : Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal, mukosa membran
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, produksi urine
cukup, tidak ada muntah.

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi intake dan Memberikan informasi
output, kaji tentang status
menbran mukosa, cairan/volume
observasi tanda- sirkulasi dan
tanda vital kebutuhan
penggantian
2 Observasi tanda-tanda Muntah berkepanjangan,
berlanjutnya mual aspirasi gaster, dan
dan miuntah, kram pembatasan
NO INTERVENSI RASIONAL
abdomen, pemasukan oral dapat
kelemahan, kejang menimbulkan defisit
ringan, tacikardi, natrium, kalium dan
hipoaktif, bising klorida
usus lemah atau
tidak ada, depresi
pernafasan
3 Ciptakan lingkungan Menurunkan ragsangan
yang bersih dan pada pusat syaraf
nyaman dan tidak
berbau
4 Oral hygiene Menurunkan kekeringan
membran mukosa dan
menurunkan resiko
perdarahan
5 Kaji perdarahan Protombim darah
yang tidak biasanya menurun dan waktu
seperti koagulasi memanjang
perdarahan terus bila aliran empedu
menerus pada lokasi terhambat,
injeksi, epitaksis, meningkatkan resiko
perdarahan gusi, perdarahan
ptekie,
6 hematemesis,
melena

Kolaborasi :
a. Pasang NGT,
Menurunkan sekresi dan
hubungkan ke
motilitas gaster
penghisapan dan
NO INTERVENSI RASIONAL
pertahankan patensi
sesuai indikasi
b. Antiemetik
Menurunkan mual dan
mencegah muntah
c. Kaji ulang
pemeriksaan lab
Membantu dalam evaluasi
seperti Ht/Hb,
volume sirkulasi,
elektrolit, FH
mengidentifikassi
defisit dan
d. Berikan cairan IV,
mempengaruhi pilihan
elektrolit, dan
intervensi atau
vitamin K
penggantian/koreksi

Mempertahankan volume
sirkulasi dan
memperbaiki
ketidakseimbangan

c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah
Tujuan : Masalah nutrisi tidak menjadi actual
Kriteria hasil : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji distensi Tanda non verbal
abdomen, sering ketidaknyamanan
bertahak, berhubungan dengan
berhati-hati, gangguan pencernaan,
menolak nyeri gas
bergerak
NO INTERVENSI RASIONAL
2 Hitung intake kalori Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
nutrisi
3 Timbang BB Mengawasi keefektifan
rencana diet
4 Kaji makanan Melibatkan pasien dalam
kesukaan, perencanaan,
makanan yang memampukan pasien
menyebabkan memiliki rasa kontrol dan
distres, dan mendorong untuk makan
jadwal makan
yang disukai
5 Oral hygiene Mulut yang bersih
sebelum makan meningkatkan nafsu
makan
6 Ambulasi dan
Membantu dalam
tingkatkan
mengeluarkan flatus,
aktifitas sesuai
penurunan distensi
toleransi
abdomen, mempengaruhi
penyembuhan dan rasa
sehat dan menurunkan
7 kemungkinan masalah
sekunder sehubungan
Kolaborasi : imobilisasi seperti

a. Konsultasi pneumonia,

dengan ahli gizi tromboflebitis.

sesuai indikasi
Berguna dalam membuat
kebutuhan nutrisi individu
b. Mulai diet cair
NO INTERVENSI RASIONAL
rendah lemak melalui rute yang tepat
setelah NGT
dilepas. Pembatasan lemak
menurunkan rangsangan
pada kandung empedu
c. Tambahkan diet
dan nyeri sehubungan
sesuai toleransi
dengan tidak semua lemak
biasanya rendah
dicerna
lemak tinggi
serat, batasi
makana yang
Mmenuhi kebutuhan nutrisi
banyak
dan meminimalkan
mengandung gas
rangsangan pada kandung
empedu

d. Berikan garam
empedu seperti
Meningkatkan pencernaan
biliron : zanchol
dan absorbsi lemak,
: asam
vitamin larut lemak,
dehidrokolik
kolesterol. Bergna pada
(decholin)
kolesistitis kronis.
sesuai indikasi
e. Lab BUN, alb, Memberi informasi
protein serum, kekurangan nutrisi
kadar transverin /keefektifan terapi

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan


berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Tujuan :Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Beri penjelasan/alasan Informasi dapat
pemeriksaan dan menurunkan cemas dan
persiapannya rangsang simpatis
2 Kaji ulang program Batu empedu sering
terapi dan berulang, perlu terapi
kemungkinan efek jangka panjang
samping terjadinya diare/kram
selama terapi senidiol
dapat dihubungkan
dengan dosis/dapat
diperbaiki. Catatan :
wanita yang melahirkan
harus dikonsultasikan
tentang KB untuk
mencegahkehamilandan
resiko kerusakan
hepatik fetal
3 Kaji ulang proses Memberi dasar
penyakit/prognosis. pengetahuan dimana
Diskusikan pasien dapat membuat
perawatan dan pilihan berdasarkan
pengobatan. informasi. Komunikasi
Dorong pertanyaan, efektif dan dukungan
ekspresi masalah turunkan cemas dan
tingkatkan
penyembuhan
4 Diskusikan penurunan Kegemukan adalah faktor
berat badan bila resiko yang
diindikasikan berhubungan dengan
NO INTERVENSI RASIONAL
kolelitiasis, dan
penurunan BB
menguntungkan dalam
manajemen medik
terhadaap kondisi
kronik
5 Anjurkan pasien untuk Mencegah terulangnya
menghindari serangan kandung
makanan tinggi empedu
lemak (mentega,
gorengan, kacang,
susu segar, es krim,
minuman karbonat)
dan zat iritan gaster
(pedas, kafein,
6 sitrun)
Meningkatkan aliran
empedu dan relaksasi
Anjurkan istirahat pada
umum selama proses
posisi semi fowler
7 pencernaan awal
setelah makan

Meningkatkan
Anjurkan pasien
pembentukan gas, yang
mengunyah permen
dapat meningkatkan
karet, menghisap
8 distensi dan
permen atau
ketidaknyamanan
merokok
gaster

Diskusikan
menghindari Menurunkan resiko
NO INTERVENSI RASIONAL
produk yang perdarahan sehubungan
mengandung dengan perubahab
aspirin, meniup waktu koagulasi, iritasi
lewat hidung keras- mukosa, dan trauma.
keras, gerakan
tegang pada usus,
olah raga kontak,
anjurkan
menggunakan sikat
gigi halus,
pencukur elektrik

4. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post Operatif meliputi :
a.Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari
sianosis atau tanda - tanda hipoksia lainnya.
b. Meningkatkan tingkat kesadaran.
c. Keseimbangan cairan tubuh adekuat.
d. Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan
inflamasi akut dindingkandung empedu disertai nyeri perut kanan
atas,nyeri tekan dan panas badan. Dikenal duaklasifikasi yaitu akut dan
kronis (Brooker,2011).
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu.Kolesistitis
adalah radangkandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu disertaikeluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitukolesistitis akut
serta kronik.(Dr. Suparyanto, M.Kes 2009).
B. Saran
Kantong empedu mengalirkan cairan empedu yang diproduksi oleh
hati ke usus kecil untuk membantu mencerna makanan, terutama makanan
berlemak. Biasanya, gejala akan muncul ketika kolesterol sudah
menumpuk dan menyumbat saluran empedu. Beberapa makanan untuk
penderita batu empedu yang aman dan sehat untuk dinikmati, antara lain :
a. Sayur dan buah
Sayur dan buah adalah makanan yang bebas lemak, kecuali alpukat
yang punya lemak baik. Buah dan sayur kaya akan vitamin, antioksidan
dan juga mineral yang penting bagi tubuh. Terutama yang tinggi
kandungan vitamin C, kalsium, atau vitamin B, seperti buah jeruk,
jamur, stroberi, atau pepaya.
b. Biji-bijian dan kacang-kacangan
Roti dan biji-bijian adalah makanan dengan serat tinggi, vitamin,
dan mineral yang baik untuk tubuh.Sebagian besar biji-bijian juga
mengandung rendah lemak, sehingga jadi makanan untuk pengidap batu
empedu yang sehat dan aman.Jadi, pilih roti atau sereal yang terbuat
dari biji gandum.
c. Susu bebas lemak
Orang dengan batu empedu justru harus mengonsumsi lemak
kurang dari angka tersebut. Tetap boleh menikmati enaknya susu asal
pilih produk susu, seperti keju atau susu yang rendah lemak.
d. Daging tanpa lemak
Pilih daging sapi yang sudah disisihkan bagian lemaknya.
Sementara daging ayam, pilih dagingnya saja tanpa kulit. Untuk ikan,
bisa menikmati ikan segar, beku, atau kalengan karena lemak yang
terkandung pada ikan cenderung sedikit dan lebih sehat.
e. Makanan manis.
Jika menyukaimakanan manis, tetap bisa mengkonsumsi makanan
manis. Misalnya, es buah, es krim buah, atau yogurt.Selain itu, permen
atau marshmallow juga makanan bebas lemak yang masih aman untuk
dikonsumsi.Namun, porsinya tetap harus dibatasi untuk mencegah
asupan kalori yang berlebih.

DAFTAR PUSTAKA

Chiu HH, Chen CM, Mo LR. Emphysematous cholecystitis. Am J


Surg. Sep 2009;188(3):325-6.

Donovan JM. Physical and metabolic factors in gallstone


pathogenesis. Gastroenterol Clin North Am. Mar 2009;28(1):75-97.

Gruber PJ, Silverman RA, Gottesfeld S, et al. Presence of fever


and leukocytosis in acute cholecystitis. Ann Emerg Med. Sep
2009;28(3):273-7.

Huffman JL, Schenker S. Acute acalculous cholecystitis - a review.


Clin Gastroenterol Hepatol. Sep 9 2009.

Isselbacher, KJ, Braunwald E, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.


Harrison: Prinsip
Harrison. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor Bahasa
Indonesia: Prof. Dr. H. Ahmad H. Asdie. Edisi 13.EGC. Jakarta. 2009.

Kim YK, Kwak HS, Kim CS, Han YM, Jeong TO, Kim IH, et al.
CT findings of mild forms or early manifestations of acute cholecystitis.
Clin Imaging. Jul-Aug 2009;33(4):274-80.

Pridady.Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi
keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.

Roe J. Evidence-based emergency medicine.Clinical assessment of


acute cholecystitis in adults. Ann Emerg Med. Jul 2009;48(1):101-3.

Strasberg SM. Acute Calculous Cholecystitis.N Engl J Med 358


(26); 2008.

Sudoyo W. Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.Jilid I Edisi IV.EGC. Jakarta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai