Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmatnya dan karunianya sehingga kami dari kelompok II(Dua) dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
judul makalah ‘’MAKALAH Dengue Haemorraghic Fever(DHF)’’
Disamping itu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
dan kita semuanya untuk kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dari semua pihak,semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. DHF
1. Pengertian ...............................................................................................6
2. Etiologi....................................................................................................6
3. Patofisiologi.............................................................................................8
4. Manifestasi klinik..................................................................................10
5. Klasifikasi..............................................................................................11
6. Komplikasi.............................................................................................11
7. Pemeriksaan diagnostik.........................................................................12
8. Penatalaksanaan.....................................................................................12
9. Pencegahan............................................................................................12
10. Pathway.................................................................................................14
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
1. Pengkajian.............................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
3. Intervensi NIC NOC..............................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah atau Dengua haemorhagic fever (DHF) adalah ialah
penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-aanak ,dan saat ini
cenderung polanya berubah ke orang dewasa .Gejala yang ditimbulkan dengn
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes,2006)
Penanggulangan demam bedarah secara umum ditujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty. Penanggulangan demam berdarah
dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air
bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat
penampung air, dengan teknik program 3M (menutup, menguras, mengubur
barang-barang bekas).
Diperoleh pada kasus DBD di DKI Jakarta menurun selama tiga
tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,
jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya
sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah
kasus DBD semakin menyusut menjadi 12.639 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi
penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah
kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah
dipakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul
4
kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
‘’Makalah Dengua haemorhagic fever (DHF)”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah tentang asuhan keperawatan anak dengan
DHF adalah:
1. Apakah DHF itu?
2. Apa saja etiologi dari penyakit DHF?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF?
4. Apa saja Manifestasi Klinik penyakit DHF ?
5. Apa klasifikasi dari penyakit DHF?
6. Apa saja komplikasi dari penyakit DHF?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit DHF?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit DHF ?
9. Bagaimana pencegahan dari penyakit DHF?
10. Bagaimana pathway dari penyakit DHF ?
C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi DHF
b. Mengetahui etiologi DHF
c. Mengetahui patofisiologi DHF
d. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan DHF
e. Mengetahui klasifikasi dari penyakit DHF
f. Mengetahui koplikasi pada anak dengan DHF
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan DHF
h. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan DHF
i. Mengetahui pencegahan pada klien dengan DHF
j. Mengetahui pathway pada klien dengan DHF
BAB II
PEMBAHASAN
5
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
a. Virus dengue
b. Vektor
6
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000; 420).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna , sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue
yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.DHF akan terjadi
jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan
pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk
pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta (Soedarto,1990:38)
7
e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
3. PATOFISIOLOGI
8
apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi tromosit
muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi factor pembekuan. Ketiga factor
tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler
(2)kelainan hemostasis yang disebabkan oleh faskulopati trombositopenia
dan koagulopati (arief mansjoer dan supra haita 2000 : 419)
9
kebocoran plasma akan memicu terjadinya efusi pleura yang
mengakibatkan pola napas tidakk efektif
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam
b. Perdarahan
c. Hepatomegali
10
d. Syok
Menurur Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :
f. Sakit kepala
5. KLASIFIKASI DHF
11
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi 4 derajat
yaitu:
a. Derajat I
b. Derajat II
c. Derajat III
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan ndi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
6. KOMPLIKASI
b. Hiperpireksi
c. Kejang demam
d. Efusi pleura
e. Hepatomegali
12
f. Ascites(NANDA,2015)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(Nursalam, 2008)
8. PENATALAKSANAAN
b. Apabila demam tak kunjung turun hingga hari ketiga maka bawa anak ke
dokter (Ayu dan Zulfito,2010)
13
b. Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul karena demam tinggi,tidak nafsu
makan dan muntah.maka anak diperlukan minum banyak,bisa berupa
air teh dengan gula,sirup,susu atau sari buah.Apabila muntah terus
menerus,maka segera bawa ke rumah sakit untuk segera mendapat
cairan infus dan perawatan(Ayu dan Zulfito,2010)
9. PENCEGAHAN
Vaksin pencegah DBD hingga saat ini belum tersedia oleh karena
itu pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan
penyemprotan insektisida dan upaya pembasmian jentik nyamuk yang
dilakukan dengan 3 M
a. Gerakan 3 M
b. Fogging(penyemprotan)
c. Abatisasi
14
15
10. PATHWAY
16
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
1. PENGKAJIAN
(Mary E, 2002)
a. Identitas pasien
Nama,umur(pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun ),jenis kelamin,alamat, pendidikan, nama
orangtua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua
b. Keluhan utama
17
Penyakit apa saja yang pernah diderita.pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF denan type virus yang lain.
e. Riwayat Imunisasi
f. Riwayat Gizi
g. Kondisi lingkungan
h. Pola kebiasaan
18
4) Kebersihan:upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegepty
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan
i. Pemeriksaan fisik
j. Sistem integument
19
mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV.Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan.sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
(pada grade II, III, IV)
k. Pemeriksaan laboratorium
2) Trombositopenia(≤100.000/ml)
20
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan menurut NANDA (Herdman, 2010):
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksi.
d. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
e. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi
tirah baring.
f. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh.
g. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC (Judith, 2009) :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien
dapat berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu
36,80C-37,50C,Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24
x/mnt,Nadi 60-100 x/mnt.
Intervensi:
1) Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi
pola demam pasien.
2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam,
rasionalnya tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien
21
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam),
rasionalnya peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
4) Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu
tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal,
rasionalnya pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
6) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter, rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tinggi
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat
berkurang dan menghilang.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada
skala 0-3, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,80C-37,50C, respirasi
16-24 x/mnt, nadi 60-100 x/mnt (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi), rasional
mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi
2) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan
kenyamanan, rasionalnya lingkungan yang nyaman akan membantu
proses relaksasi.
3) Berikan aktifitas hiburan yang tepat, rasional memfokuskan
kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk
menanggulangi nyeri.
4) Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan, rasional keluarga
akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien
relaksasi.
22
5) Ajarkan pasien teknik relaksasi, rasionalnya relaksasi akan
memindahkan rasa nyeri ke hal lain.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik,rasionalnya memberikan penurunan nyeri.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi.
Kriteria hasil: Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat,
menunjukkan tingkat energi biasanya, berat badan stabil atau
bertambah (Judith, 2009).
1) Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien, rasional
mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien, rasional
mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
3) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya
mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi
dan utilisasinya)
4) Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai
dengan program diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien
dapat dimasukkan dalam pencernaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang
5) Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan sesuai indikasi, rasionalnya meningkatkan rasa
keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti
mual,rasionalnya pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa
mual sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.
23
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil: TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100
x/mnt,Turgor kulit baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar
elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital,
rasionalnya hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi
dan takikardi
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, rasionalnya
pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan
asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
3) Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya, rasionalnya merupakan
indicator dari dehidrasi.
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa, rasionalnya demam dengan kulit kemerahan, kering
menunjukkan dehidrasi.
5) Pantau masukan dan pengeluaran cairan, rasionalnya memberi
perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program
pengobatan.
6) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung, rasionalnya
mempertahankan volume sirkulasi.
7) Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung,
rasionalnya kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.
8) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB, nadi tidak teratur, rasionalnya pemberian cairan untuk
24
perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan beban
cairan.
9) Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,
pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K), rasionalnya
mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan
cairan
25
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi syok hipovolemik.
Kriteria hasil : TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100
x/mnt,Turgor kulit baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar
elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Monitor keadaan umum pasien, rasionalna memantau kondisi
pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera
ditangani.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam, rasionalnya
tandatanda vital normal menandakan keadaan umum baik
3) Monitor tanda perdarahan, rasionalnya perdarahan cepat diketahui
dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.
4) Cek haemoglobin, hematokrit, trombosit, rasionalnya untuk
mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5) Berikan transfusi sesuai program dokter, rasionalnya untuk
menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6) Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik, rasionalnya untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.
26
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat, rasionalnya aktivitas
pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan
lebih lanjut, rasionalnya membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin
4) Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya, rasionalnya
memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang
diberikan.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
28
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah,
dan melakukan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk
demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta :cv sagung seto
29