Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Dengue Haemorraghic Fever (DHF)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Vera Fitriana,S.Kep.Ns.

Disusun Oleh :

1. Aditiya Dwi S 20171312

2. Kholishotun Ni’mah 20171320

3. Moh. Saifullah 20171328

4. Novia Rizky H 20171336

5. Shara Yusdiana D W 20171345

6. Vivin Yuliana 20171353

AKADEMI KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lingkar Raya Kudus – Pati KM. 5 Jepang Mejobo Kudus
Telp (0291)4248655
Tahun Ajaran 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmatnya dan karunianya sehingga kami dari kelompok II(Dua) dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
judul makalah ‘’MAKALAH Dengue Haemorraghic Fever(DHF)’’

Disamping itu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
dan kita semuanya untuk kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang

Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dari semua pihak,semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Kudus,21 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. DHF
1. Pengertian ...............................................................................................6
2. Etiologi....................................................................................................6
3. Patofisiologi.............................................................................................8
4. Manifestasi klinik..................................................................................10
5. Klasifikasi..............................................................................................11
6. Komplikasi.............................................................................................11
7. Pemeriksaan diagnostik.........................................................................12
8. Penatalaksanaan.....................................................................................12
9. Pencegahan............................................................................................12
10. Pathway.................................................................................................14
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
1. Pengkajian.............................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
3. Intervensi NIC NOC..............................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah atau Dengua haemorhagic fever (DHF) adalah ialah
penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-aanak ,dan saat ini
cenderung polanya berubah ke orang dewasa .Gejala yang ditimbulkan dengn
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes,2006)
Penanggulangan demam bedarah secara umum ditujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty. Penanggulangan demam berdarah
dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada di air
bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat
penampung air, dengan teknik program 3M (menutup, menguras, mengubur
barang-barang bekas).
Diperoleh pada kasus DBD di DKI Jakarta menurun selama tiga
tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,
jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya
sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah
kasus DBD semakin menyusut menjadi 12.639 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi
penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah
kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah
dipakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul

4
kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
‘’Makalah Dengua haemorhagic fever (DHF)”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah tentang asuhan keperawatan anak dengan
DHF adalah:
1. Apakah DHF itu?
2. Apa saja etiologi dari penyakit DHF?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF?
4. Apa saja Manifestasi Klinik penyakit DHF ?
5. Apa klasifikasi dari penyakit DHF?
6. Apa saja komplikasi dari penyakit DHF?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit DHF?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit DHF ?
9. Bagaimana pencegahan dari penyakit DHF?
10. Bagaimana pathway dari penyakit DHF ?

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi DHF
b. Mengetahui etiologi DHF
c. Mengetahui patofisiologi DHF
d. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan DHF
e. Mengetahui klasifikasi dari penyakit DHF
f. Mengetahui koplikasi pada anak dengan DHF
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan DHF
h. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan DHF
i. Mengetahui pencegahan pada klien dengan DHF
j. Mengetahui pathway pada klien dengan DHF

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dengue Haemorraghic Fever(DHF)

5
1. PENGERTIAN

Dengua haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty
(Suriadi.2010)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitn nymuk aedes aegypyty (Nursalam,dkk.2008)
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita;
2000; 419).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. ETIOLOGI
a. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke


dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

b. Vektor

6
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000; 420).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak
sempurna , sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue
yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.DHF akan terjadi
jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan
pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk
pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta (Soedarto,1990:38)

Dengua haemorhagic fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus


(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy.Virus nyamuk Aedes Aegepthy berbentuk batang, stabil pada
suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam, 2008) adalah :

a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

b. Hidup didalam dan sekitar rumah

c. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan didalam kamar

7
e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

3. PATOFISIOLOGI

Virus Dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan


menimbulkan Virtemia(adanya virus dalam darah).hal tersebut
menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi kompleks imun
antibody-virus pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan
zat(3a, C5a, Bradikinin, serotonin, Trombin, Histamin),yang akan
merangsang PGE2 di hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air
sehingga terjadi hipofolemi. Hipofolemi juga dapat disebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan
kebocoran plasma.

Adanya kompleks imun antibody-virus juga menimbulkan agregasi


trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni
coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan yang berlebihan
yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi terjadi hipoksia
jaringan dan akhirnya terjadi asidosis metabolic. Asidosis metabolic juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya terjadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi
terjadi hipoksia jaringan. masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari.virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus
bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.

Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh


manusia sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1)aktivasi system
komplemen sehingga di keluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma
diruang intravaskuler ke ekstravaskuler. (2)agregasi trombosit menurun,

8
apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi tromosit
muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi factor pembekuan. Ketiga factor
tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permeabilitas kapiler
(2)kelainan hemostasis yang disebabkan oleh faskulopati trombositopenia
dan koagulopati (arief mansjoer dan supra haita 2000 : 419)

Arbovirus (melalui nyamuk Aides Aegepty) masuk kedalam


peredaran darah manusia menyebabkan infeksi virus dengue (viremia).
Infeksi dan virus ini mengaktifkan sistem komplemen tubuh sehingga
membentuk dan melepaskan zat C3a dan Csa, aktifnya zat tersebut
menstimulasi PGE² dihipotalamus yang menyebabkan hipertermi.
Hipertermi yang terjadi akan meningkatkan reabsorbsi Na + dan H20
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran.dan peningkatan
permeabilitas membran akan menyebabkan 3 hal : Agregasi trombosit,
kerusakan endotel pembuluh darah dan resiko syok hipovolemik.

Pertama agregasi trombosit akan menyebabkan trombositopenia atau


penurunan jumlah trombosit dalam darah,kurang trombosit ini akan
memicu resiko perdarahan. Kedua, kerusakan endotel pembuluh darah
akan merangsang dan mengaktifasi faktor pembekuan darah yang
menyebabkan terjadi disseminated intravaskular coagulation (DIC) yang
memicu adanya perdarahan.Perdarahan yang terjadi akan menjadikan
perfusi jaringan tidak efektif sehingga terjadilah hipoksia jaringan dan
asidosis metabolik. Asidosis inilah yaang menjadikan paasien mengalami
resiko syok hipovolemik.

Ketiga,resiko syok hipovolemik mengakibatkan munculnya renjatan


hipovolemik dan hipotensi sehingga terjadi kebocoran plasma.kebocoran
plasma berpengaruh ke ekstravaskuler pasien dan mengakibatkan pasien
kekurangan volume cairan.organ ekstravaskuler yang terkena akibat dari
kebocoran plasma adalah paru-paru,hepar dan abdomen.pada paru-paru

9
kebocoran plasma akan memicu terjadinya efusi pleura yang
mengakibatkan pola napas tidakk efektif

Pada hepar kebocoran plasma akan menjadikan hepatomegaali


yaang kemudian terjadi penekanan intra abdomen sehingga timbul
nyeri,mual dan muntah.pada abdomen kebocoraan plasma akan
mengakibatkan acites sehingga terjadi mual dan muntah yang sangat
berpengaruh pada kurangnya asupan nutrisi pada pasien (NANDA,2015)

4. MANIFESTASI KLINIS

a. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari


kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsung demam gejala-gejala klinik yang tidak spesifik
misalnya aureksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, nyeri
kepala, dan rasa lemah dapat menyertainya (soedarto 1990 : 139)

b. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan


umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif
mudahg terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekai dan
purpura (soedarto 1990 : 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat
terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga meyebabkan hematemesis
(nelson, 1993)

c. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba,meskipun


pada anak yang kurang gizi hati juga sudah.bila terjadi peningkatan
dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus diperhatikan
kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita(soederita,1995:38)

10
d. Syok

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya


penderita,dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab,dingin pada ujung hidung,jari tangan,jari kaki serta sianosis
disekitar mulut.bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognasis yang buruk(Soedarto:39)

Menurur Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :

a. Demam tinggi selama 5-7 HARI

b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,


hematoma.

d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati

f. Sakit kepala

g. Pembengkakan sekitar mata

h. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah


menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

5. KLASIFIKASI DHF

11
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi 4 derajat
yaitu:

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain atauperdarahan spontan, uji turniket


positif, trombositopeni dan hemokondsentrasi.

b. Derajat II

Seperti derajat I namun disertai perdarahan spontan di kulit dan atau


perdarahan lain.

c. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan


lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

d. Derajat IV

Renjatan berat dengan ndi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

6. KOMPLIKASI

a. Kehilangan cairan dan elektrolit

b. Hiperpireksi

c. Kejang demam

d. Efusi pleura

e. Hepatomegali

12
f. Ascites(NANDA,2015)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

(Nursalam, 2008)

a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau


lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

b. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test)

c. Rotgent thoraks : efussi pleura

8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut:

a. Pertolongan pertama dengan anak demam berdarah pada saat anak


demam berikan tindakan pertolongan pertama seperti pada anak demam
biasanya

b. Apabila demam tak kunjung turun hingga hari ketiga maka bawa anak ke
dokter (Ayu dan Zulfito,2010)

a. Pengobatan untuk anak yang menderita DBD pada dasarnya bersifat


suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.pasien
DBD dianjurka untuk dirawat diruang perawatan biasa tetapi pada
kasus DBD dengan komplikasi diprlukan perawatan intensif(Ayu dan
Zulfito,2010).

13
b. Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul karena demam tinggi,tidak nafsu
makan dan muntah.maka anak diperlukan minum banyak,bisa berupa
air teh dengan gula,sirup,susu atau sari buah.Apabila muntah terus
menerus,maka segera bawa ke rumah sakit untuk segera mendapat
cairan infus dan perawatan(Ayu dan Zulfito,2010)

9. PENCEGAHAN

Vaksin pencegah DBD hingga saat ini belum tersedia oleh karena
itu pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan
penyemprotan insektisida dan upaya pembasmian jentik nyamuk yang
dilakukan dengan 3 M

a. Gerakan 3 M

1) Menguras tempat-tempat penampungan air

2) Menutup rapat tempat penampung air

3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat


menampung air pemberantasan vektor

b. Fogging(penyemprotan)

Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi


criteria

c. Abatisasi

Semua tempat penampung air diryumah dan bangunan yang ditemukan


jentik nyamuk ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan peres
untuk 100 liter

14
15
10. PATHWAY

16
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DHF
1. PENGKAJIAN
(Mary E, 2002)
a. Identitas pasien
Nama,umur(pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun ),jenis kelamin,alamat, pendidikan, nama
orangtua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua

b. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang


kerumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai


menggigil dan saat demam kesadaran komposmentis.panas turun
terjadi antara hari ke3 dan ke 7anak semakin lemah kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepal, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi, milena atau hematomisis

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

17
Penyakit apa saja yang pernah diderita.pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF denan type virus yang lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebaalan yang baik, maka kemungkinan


akan timbulnya komplikasi dapat dihindari

f. Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak


dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila ada
faktor predisposisi

g. Kondisi lingkungan

Sering terjai pada daerah yang padat penduduknya dan lingkungan


yang kurang bersih,s eperti air yang mengenang dan gantungan baju
yang dikamar

h. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme:frekuensi,jenis,pantangan nafsu makan


berkurang dan menurun

2) Eliminasi Alvi (BAB) : kadang-kadang anak yang mengalami


diare atau konstipasi.Sementara DHF pada grade IV sering
terjadi hematuria

3) Tidur dan istirahat:anak sering mengalami kurang tidur karena


mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang

18
4) Kebersihan:upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegepty

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan

i. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut


sampai ujung kaki.Berdasarkan tingklatan DHF, keadaan anak
adalah sebagai berikut:

1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, TTV


dan Nadi lemah

2) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, dan


perdarahan spontan, ptekai, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur

3) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadan umum lemah,


nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun

4) Grade IV : kesadaran, TTV, Nadi tidak teraba, TD tidak teratur,


pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru

j. Sistem integument

1) adanya petekai pada kulit, turgor kulit, menurun dan muncul


keringat dingin, dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemarahan


karena demam atau flusy, mata anemis hidung kadang

19
mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV.Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan.sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga
(pada grade II, III, IV)

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.Pada


poto thorax terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan (efusi pleura), rales+, ronchi+ yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, hepatomegali dan asites

6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot, sendi dan tulang

k. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksan darah pasien DHF akan dijumpai:

1) HB dan PVC meningkat(≥20%)

2) Trombositopenia(≤100.000/ml)

3) Leukopenia(mungkin normalatau leukositosis )

4) Ig.D dengue Positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,


hipokloremia, dan hiponatremia

6) Ureum dan PH darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolik:pCO2 ≤35-40 mmHg dan HCO3 rendah

8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.

20
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan menurut NANDA (Herdman, 2010):
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksi.
d. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
e. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi
tirah baring.
f. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh.
g. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC (Judith, 2009) :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien
dapat berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu
36,80C-37,50C,Tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24
x/mnt,Nadi 60-100 x/mnt.
Intervensi:
1) Kaji saat timbulnya demam, rasionalnya untuk mengidentifikasi
pola demam pasien.
2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam,
rasionalnya tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien

21
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam),
rasionalnya peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
4) Berikan kompres hangat, rasionalnya dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu
tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal,
rasionalnya pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
6) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter, rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tinggi
b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat
berkurang dan menghilang.
Kriteria hasil: Pasien mengatakan nyerinya hilang, nyeri berada pada
skala 0-3, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,80C-37,50C, respirasi
16-24 x/mnt, nadi 60-100 x/mnt (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi), rasional
mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi
2) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan
kenyamanan, rasionalnya lingkungan yang nyaman akan membantu
proses relaksasi.
3) Berikan aktifitas hiburan yang tepat, rasional memfokuskan
kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk
menanggulangi nyeri.
4) Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan, rasional keluarga
akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien
relaksasi.

22
5) Ajarkan pasien teknik relaksasi, rasionalnya relaksasi akan
memindahkan rasa nyeri ke hal lain.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik,rasionalnya memberikan penurunan nyeri.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat teratasi.
Kriteria hasil: Mencerna jumlah kalori dan nutrisi yang tepat,
menunjukkan tingkat energi biasanya, berat badan stabil atau
bertambah (Judith, 2009).
1) Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien, rasional
mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien, rasional
mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
3) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, rasionalnya
mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi
dan utilisasinya)
4) Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai
dengan program diit, rasionalnya jika makanan yang disukai pasien
dapat dimasukkan dalam pencernaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang
5) Ajarkan pasien dan libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan sesuai indikasi, rasionalnya meningkatkan rasa
keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti
mual,rasionalnya pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa
mual sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.

23
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil: TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100
x/mnt,Turgor kulit baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar
elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital,
rasionalnya hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi
dan takikardi
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul, rasionalnya
pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan
asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
3) Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya, rasionalnya merupakan
indicator dari dehidrasi.
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa, rasionalnya demam dengan kulit kemerahan, kering
menunjukkan dehidrasi.
5) Pantau masukan dan pengeluaran cairan, rasionalnya memberi
perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program
pengobatan.
6) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung, rasionalnya
mempertahankan volume sirkulasi.
7) Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung,
rasionalnya kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah
sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.
8) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB, nadi tidak teratur, rasionalnya pemberian cairan untuk

24
perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan beban
cairan.
9) Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,
pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K), rasionalnya
mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan
cairan

e. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri,


terapi tirah baring.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
pasien dapat mencapai kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria hasil: Pergerakan pasien bertambah luas, Pasien dpt
melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan), Rasa nyeri berkurang, Pasien dapat memenuhi kebutuhan
sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien,
rasionalnya mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas,
rasionlanya pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan
3) Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
bawah sesui kemampuan, rasionalnya melatih otot – otot kaki
sehingga berfungsi dengan baik
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya, rasionalnya agar
kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian
analgesic), rasionalnya analgesik dapat membantu mengurangi rasa
nyeri

f. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan


kurangnya volume cairan tubuh.

25
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi syok hipovolemik.
Kriteria hasil : TD 120/80 mmHg, RR 16-24 x/mnt, Nadi 60-100
x/mnt,Turgor kulit baik, Haluaran urin tepat secara individu, Kadar
elektrolit dalam batas normal (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Monitor keadaan umum pasien, rasionalna memantau kondisi
pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi
perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera
ditangani.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam, rasionalnya
tandatanda vital normal menandakan keadaan umum baik
3) Monitor tanda perdarahan, rasionalnya perdarahan cepat diketahui
dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.
4) Cek haemoglobin, hematokrit, trombosit, rasionalnya untuk
mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5) Berikan transfusi sesuai program dokter, rasionalnya untuk
menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
6) Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik, rasionalnya untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

g. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi perdarahan.
Kriteria hasil: Tekanan darah 120/80 mmHg, Trombosit 150.000-
400.000 (Judith, 2009).
Intervensi:
1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis,
rasionalnya penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran
pembuluh darah.

26
2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat, rasionalnya aktivitas
pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan
lebih lanjut, rasionalnya membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin
4) Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya, rasionalnya
memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang
diberikan.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Herdman, 2010):Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia),Nyeri
berhubungan dengan proses patologis penyakit, Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksi, Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma, Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan
dengan rasa nyeri, terapi tirah baring, Resiko terjadinya syok hypovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh., Resiko terjadinya
perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai


berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut.
2. Untuk klien dan keluarga

28
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah,
dan melakukan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk
demam berdarah.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, ECG :


Jakarta
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : salemba
medika

Hidayat alimut aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


salemba medika

Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta :cv sagung seto

29

Anda mungkin juga menyukai