Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN LUKA TEKAN ( PRESSURE ULCER)

TUGAS MANAJEMEN LUKA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Khairuni Ramadani (1901061012)
2. Rita Wani (1901061025)
3. Syahrizal Nugraha (1901061026)
4. Tri Rohima Marpaung (1901061029)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Agus Surya Bakti,. M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
MAKALAH MANAJEMEN LUKA TEKAN ( PRESSURE ULCER)

Makalah ini telah disetujui untuk dipresentasikan sebagai tugas Mata


Kuliah Manajemen Luka.

Menyetujui
Dosen Pembimbing

(Ns. Agus Surya Bakti,. M.Kep)

i
LEMBAR PERNYATAAN ANGGOTA KELOMPOK

Makalah dengan judul Manajemen Luka Tekan telah dikerjakan dan


dipahami oleh semua anggota kelompok.
1. Khairuni Ramadani (1901061012)
2. Rita Wani (1901061025)
3. Syahrizal Nugraha (1901061026)
4. Tri Rohima Marpaung (1901061029)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Luka Tekan
(Pressure Ulcer)” ini dengan tidak ada halangan yang berarti.
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai
referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Manajemen
Luka Tekan (Pressure Ulcer).
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap tegur sapa dan kritik yang
membangun dari para pembaca guna perbaikan dan peningkatan untuk karya
selanjutnya.
Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pembaca pada khususnya.

Medan, 29 April 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN MAKALAH................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ANGGOTA KELOMPOK........................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................... iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................. 3

2.1 Pengertian Luka Tekan....................................................................................... 3

2.2 Etiologi................................................................................................................ 3

2.3 Patofisiologi......................................................................................................... 5

2.4 Komplikasi........................................................................................................... 5

2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................ 5

2.6 Penatalaksanaan dan Data Penunjang................................................................. 7

2.7 Manajemen Perawatan pada Luka Tekan............................................................. 7

BAB III EVIDENCE BASE PRACTICE OF NURSING LUKA TEKAN ........ 12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 14

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dekubitus (luka tekan, pressure ulcer) adalah suatu keadaan kerusakan


jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis)
akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya terjadi pada penderita dengan
penyakit kronik yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai
ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

Dekubitus juga beresiko tinggi pada orang-orang yang tidak mampu


merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal
mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera,
stroke, diabetes) dan koma. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin oleh pankreas, baik yang
diturunkan maupun yang didapat, atau oleh ketidakefektifan produksi insulin.
Kekurangan ini meningkatkan kosentrasi glukosa dalam darah, dimana ini bisa
membahayakan sistem tubuh, khususnya pembuluh darah dan syaraf sehingga
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri sehingga
merupakan salah satu resiko terjadi dekubitus (WHO, 2005).

Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu
yang lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan
atau dekubitus (Mukti, 2005).

Kejadian dekubitus di Amerika tergolong masih cukup tinggi dan perlu


mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum
dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditatanan perawatan acute care, 15-25% ditatanan
perawatan jangka panjang atau longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan
rumah/homecare (Mukti, 2005). Masalah ini menjadi problem yang cukup serius
baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan

1
2

meningkatnya biaya perawatan dan memperlambat program rehabilitas bagi


penderita.

Luka tekan telah lama dikenal di kalangan perawatan kesehatan dan ini
merupakan masalah cukup sulit diatasi bagi para praktisi perawatan karena
memang banyak faktor yang terkait dengan upaya penyembuhan luka tekan
(Fatmawati, 2007).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Dekubitus adalah


kerusakan jaringan terlokalisir yang disebabkan karena adanya penekanan
jaringan lunak diatas tulang yang menonjol (Bony Prominence) akibat adanya
tekanan dari luar dalam jangka waktu lama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian luka tekan?


2. Apa etiologi terjadinya luka tekan?
3. Bagaimana patofisologi luka tekan?
4. Apa saja komplikasi yang terjadi pada luka tekan?
5. Apa saja manifestasi klinik pada luka tekan?
6. Apa saja penatalaksanaan dan data penunjang yang harus dibutuhkan pada
luka tekan?
7. Bagaimana manajemen perawatan pada luka tekan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami pengertian luka tekan.


2. Mampu mengetahui etiologi terjadinya luka tekan.
3. Mampu mengetahui patofisiologi luka tekan.
4. Mampu mengetahui komplikasi yang terjadi pada luka tekan.
5. Mampu mengetahui manifestasi klinis pada luka tekan.
6. Mampu mengetahui penatalaksanaan dan data penunjang yang harus
dilakukan pada klien dengan luka tekan.
7. Mampu memahami dan menerapkan manajemen perawatan luka tekan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Luka Tekan

Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti


merebahkan diri yang didefinisikan sebagai suatu luka akibat posisi
penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam
(Sabandar, 2008). Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan
fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan
dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu
yang biasa. Selanjutnya gangguan ini terjadi pada individu yang berada di
atas kursi atau diatas tempat tidur sering kali pada inkontinensia,
malnutrisi, ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri,
serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (potter & perry, 2005).

Pressure Ulcers (diketahui sebagai luka tekan, luka ranjang atau


luka dekubitus) adalah kerusakan jaringan yang terlokasi karena tekanan
yang berlebihan yang terjadi pada area tertentu yang tidak mengalami
reposisi (Moore & Cowman, 2009).

2.2 Etiologi

Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya


luka tekan, yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang
mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol
adalah imobilitas, inakitifitas, dan penurunan sensori persepsi. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu
faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.

1. Faktor intrinsik:

Penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang


menimbulkan seperti DM, status gizi, underweight atau kebalikannya
overweight, anemia, hipoalbuminemia, penyakit-penyakit neurologik dan

3
penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, Keadaan hidrasi/cairan
tubuh.

3
4

2. Faktor Ekstrinsik:

Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau
peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu,
duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang. Di
bawah ini adalah penjelasan dari masing masing faktor diatas :

a. Mobilitas dan aktivitas


Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu
untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan.
b. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang
yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan
mudah terkena luka tekan.
c. Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat


mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit.

d. Tenaga yang merobek ( shear )


Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek
jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang
berdekatan dengan tulang yang menonjol.
e. Pergesekan (friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah
yang
berlawanan.
f. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi
umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka
tekan.
g. Usia
h. Tekanan artiolar yang rendah
i. Stres emosional
4

j. Merokok
5

k. Temperatur Kulit

2.3 Patofiologi

Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus yaitu:

1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler.

2. Durasi dan besarnya tekanan.

3. Toleransi jaringan.

2.4 Komplikasi

Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV,
walaupun dapat terjadi pada luka yang superfisial. Menurut subandar
(2008) komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

1. Infeksi Sering bersifat multibakterial, baik yang aerobic maupun anaerobic.

2. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi, seperti : periostitis, osteitis,


osteomielitis.

3. Septicemia

4. Anemia

5. Hipoalbumin

6. Hiperalbumin

7. Kematian

2.5 Manifestasi Klinis

a. Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada
kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini
biasanya reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
b. Stadium 2 : Ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan
adiposa terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial (epidermis
dan sebagiandermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh . Stadium ini
dapat sembuh dalam 15 hari.
6

c. Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah
mulai terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang
struktur fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati
fascia. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
d. Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi.
Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.

Tanda dan Gejala dari masing-masing stadium :

a. Stadium 1 :

Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila


dibandingkan

dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut:

- Perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)

- Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)

- Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)

- Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang

menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna
merah yang menetap, biru atau ungu.

b. Stadium 2 :

Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau


keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau
membentuk lubang yang dangkal.

c. Stadium 3 :

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau


nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada
fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
6
7

d. Stadium 4 :

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,


nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang
dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.

2.6 Penatalaksanaan dan Data Penunjang

1. Pengecekan darah lengkap


2. Biopsi luka
3. Kultur swab
4. Radiologi

2.7 Manajemen Perawatan pada Luka Tekan


1. Pengkajian Umum

a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama : Nyeri atau ketidakmampuan merasakan didaerah sekitar luka.
- Riwayat Penyakit : Menderita penyakit yang mengharuskan klien untuk tirah
baring dalam kurun waktu lama seperti stroke, kelumpuhan, dll.
c. Pengkajian Fisik
- Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV
d. Pemeriksaan diagnostik
e. Pengkajian Fokus
Karakteristik luka : Lokasi, Ukuran, Warna, Kulit sekitar luka, Drainase,
Temperatur, nyeri, penutupan luka,

F .Faktor yang terkait : tk. Kontaminasi, nutrisi, sosial ekonomi


8

2.Pengkajian Luka Tekan

Tabel Pengkajian Karakteristik Luka Tekan

Karakteristik Keterangan

Anatomical location, age of wound Luka kronik penyembuhannya lebih lambat,


luka yang berada dekat anus perlu diobservasi
secara teratur
Size, shape,stage Menentukan panjang dan lebar ulkus, gunakan
lidi kapas untuk mengukur kedalaman luka

Sinus tract Secara hati-hati gunakan lidi kapas steril untuk


menentukan lokasi keluarnya nanah

Eksudat Catat jumlah, warna, dan karakteristik

Sepsis Semua dekubitus dianggap koloni kuman,


diperhatikan adanya eksudat purulen, berbau,
eritema, edema, nyeri, demam, dan peningkatan
sel darah putih
Surounding skin Melindungi kulit sekitarnya dari kerusakan

Eritema, Epitelialisasi, Eskar Evaluasi penyembuhan luka yang ditandai


dengan beberapa perubahan pada ulkus, tonus
kulit
Nekrotik, Novaskularisasi, Nose Jaringan nekrotik harus dibuang untuk
menetapkan tahap dan penyembuhan ulkus,
bila mungkin dilakukan debridemen
Tension, Tenderness to Touch, Tissue Mengidentifikasi bagian dasar jaringan dan
bod mengobati rasa nyeri
9

3..Diagnosa Keperawatan
Kerusakan interitas kulit b.d tindakan invasi thd struktur tubuh, gang. Permukaan kulit,
gang. Jaringan kulit : dpt berhubungan dengan faktor2 :

- Eksternal : kelembaban, substansi kimia, pengobatan,immobilisasi, radiasi


- Internal : gang. Turgor kulit, gang. Sirkulasi, gang. Sensasi, penonjolan tulang.

4. Prinsip Perawatan Luka Tekan


a) Membuang jaringan mati/Nekrotik

Adanya jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan serta


mendorong terjadinya infeksi, dan seringkali menutupi luas yang sebenarnya dari
kerusakan jaringan. Debridemen bedah dengan anestesi umum atau lokal
merupakan metode yang paling cepat untuk memperoleh lapisan luka yang bersih.

b) Perawatan luka yang terinfeksi Kebanyakan luka terbuka kronis didiami oleh
mikroorganisme yang sangat banyak yang tampaknya tidak memperlambat proses
penyembuhan.

c) Perawatan luka dengan banyak eksudat Sekalipun jaringan nekrotik dan


jaringan yang tampak jelas terinfeksi telah diangkat dari bidang luka, luka dapat
terus menghasilkan eksudat dalam jumlah banyak yang dapat menembus non-
oklusif dan meningkatkan resiko infeksi luka.

d) Perawatan luka dalam yang bersih dengan sedikit eksudat Bila jumlah eksudat
sudah berkurang, maka silastic foam merupakan suatu cara pembalutan yang
sangat bermanfaat khususnya pada luka dalam yang bersih dan berbentuk cawan,
atau dekubitus luas di daerah sakrum.

e) Perawatan luka superfisial yang bersih dengan sedikit eksudat Banyak balutan
yang sesuai untuk menangani luka superficial yang bersih. Memberikan
lingkungan yang lembab dengan terus menerus akan dapat mendorong
epitelialisasi yang cepat dan mengurangi rasa nyeri serta melindungi permukaan
luka dari kerusakan mekanis lebih lanjut dan kontaminasi. Balutan yang ideal
adalah balutan yang dapat dibiarkan tidak terganggu selama beberapa hari.
10

5. Metode Pembersihan Luka Tekan

Ada dua metode dasar untuk pembersihan luka secara mekanik : irigasi
dan menyikat langsung dengan bola kapas atau kasa. Kesulitan dari irigasi adalah
bagaimana caranya untuk memakai larutan pembersih dengan tekanan yang cukup
sehingga dapat meluruhkan debris tanpa merusak jaringan yang ada di bawahnya.
Untuk luka yang yang tidak terlalu terkontaminasi, air steril atau larutan 0,9%
adalah agens pembersih pilihan.

Jika luka sangat terkontaminasi oleh bahan-bahan asing atau jaringan


nekrotik, pembersihan luka diperlukan setiap kali mengganti balutan. Namun bila
lukanya bersih, hanya terdapat sedikit eksudat, dan bergranulasi sehat,
pembersihan yang berulang dapat lebih membahayakan dibandingkan
keuntungannya. Pembersihan berulang dapat mengakibatkan trauma pada jaringan
halus yang baru terbentuk, mengurangi suhu permukaan luka, dan mengangkat
eksudat yang mempunyai sifat bakterisida.

6.Pemberian balutan

Jika ada kulit yang rusak maka biasanya diperlukan balutan untuk
melindungi jaringan yang berada di bawahnya dari sebuah kerusakan yang lebih
lanjut dan untuk menggantikan sementara beberapa fungsi kulit yang utuh.

Karakteristik balutan luka yang ideal antara lain :

a) Tidak melekat dan impermeable terhadap bakteri

b) Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada tempat luka sementara


juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan.

c) Sebagai penyekat suhu, non toksik dan non alergenik, nyaman dan mudah
disesuaikan, awet

d) Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut dan tidak perlu sering
mengganti balutan serta murah harganya.

Rencana perawatan akan berubah sesuai dengan tingkat penyembuhan


ulkus. Contoh ; pada luka nekrotik, sebelumnya penggunaan balutan membran
11

untuk mendebrid luka dengan cara autolisis. Kemudian pada tahap-tahap


dekubitus (tahap III dan IV) yang menghasilkan eksudat memerlukan balutan
yang mampu menyerap eksudat tersebut. Pada daerah kemerahan atau yang
mengalami kerusakan integritas kulit, maka direkomendasikan penggunaan
produk perawatan kulit yang memberi lubrikasi dan melindungi serta
meningkatkan penyembuhan luka. Jika ulkus berwarna merah muda dan disertai
granulasi pada seluruh bagian maka ulkus tersebut perlu dibalut untuk
meningkatkan penyembuhan. Lingkungan lembab dan bersih akan meningkatkan
migrasi sel epitel ke seluruh permukaan ulkus.
BAB III
EVIDENCE BASE PRACTICE OF NURSING LUKA TEKAN

Judul :
Reposisi dan Massage Menurunkan Derajat Dekubitus pada Pasien Immobilisasi
dengan Gangguan Neurologis : Case Report
Penulis :
1. Najihah
2. Ita Sulistiani
3. Ferly Yacoline Pailungan
4. Musdalifah
5. I Kade Wijaya
6. Abdul Thalib
7. Alfian Mas’ud
8. Takdir Tahir
9. Titi Iswanty Afelya
Jurnal :

Window of Nursing Journal, Vol.01 No.01 (Juni, 2020)


Motode Penelitian :

Pendekatan studi kasus yang melihat perubahan pada luka decubitus yang terjadi
setiap hari.
Sampel :

Seluruh pasien yang dirawat di Ruang perawatan Lontara 3 Neuro RS dr.


Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Hasil Penelitian :

Dalam penerapan EBNP ini ditemukan bahwa pemberian reposisi


dan massage selama 7 hari dapat menurunkan ukuran diameter luka,
memberikan perubahan warna mendekati warna kulit di sekitar, lebih
cepat menurunkan derajat luka pada dekubitus derajat 1, dan lebih

12
13

cepat menurunkan derajat dekubitus pada bagian Heel. Sehingga


disimpulkan bahwa pemberian reposisi dan massage efektif dalam
menurunkan dekubitus derajat 1 dan 2 pada pasien imobilisasi
dengan gangguan neurologis di Ruang Lontara 3 Neuro RS dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Oleh karena itu, perawat sebaiknya melakukan
screening dekubitus dan jika ditemukan tanda-tanda dekubitus
derajat 1 dan 2 sebaiknya dilakukan kombinasi reposisi tiap 2 jam dan
massage
2 kali sehari minimal selama 7 hari.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Luka tekan juga disebut luka dekubitus atau pressure ulcer adalah suatu
keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit
(kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya terjadi
pada penderita dengan penyakit kronik yang berbaring lama. Ulkus dekubitus
sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya luka tekan,
yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat harus benar-benar mengetahui bagaimana cara


merawat luka, baik itu luka akut, kronik, dan lain-lain sesuai penggolongan
lukanya. Oleh karena itu kita harus selalu belajar agar kita dapat merawat luka
sesuai dengan prsedur yang dianjurkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/26162/2/04_BAB_I.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-nanangsuli-6515-3-
babii.pdf

http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/won/article/view/18/55

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Doctherman, J. M., &Wagner, C. M.


Nursing Interventions Classification (NIC). Singapura: Elsevier.2013
Pasvogel, A., Noble, S., & McRee, L. S. Using massage and music therapy to
improve postoperative outcomes. AORN Journal,2003
Snyder, M., & Lindquist, R. Complementary/ Alternative Therapies in
Nursing 5th Edition.New

15

Anda mungkin juga menyukai