Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN STROKE ISKEMIK

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PASAR REBO


JAKARTA TIMUR
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Gawat Darurat

Di susun oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JAKARTA
2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapakan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga kami tuturkan kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang telah membawaumat manusia dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang penuh dengan ilmu peng etahuan bagi umat yang bertaqwa
kepada –Nya
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
CVD (Cardiovascular disease) di Ruang IGD RSUD Pasar Rebo“ ini penulis buat
sebagai tugas untuk menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
yang menderita penyakit tersebut.
Kami sangat menyadari makalah ini pasti tidak luput dari kesalahan-kesalahan, baik
dalam bahasa maupun tata letak. Pada kesempatan ini tim penulis memohon maaf kepada
para pembaca. Masukan, kritik dan saran akan kami j a d i k a n cambuk supaya kami
dapat menyusun karya tulis yang lebih baik lagi. Insya Allah

Jakarta , 24 Mei 2019

Tim penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan kumpulan gejala klinis yang berupa gangguan dalam sirkulasi
darah ke bagian otak yang menyebabkan gangguan fungsi, baik lokal atau global
yang terjadi secara mendadak, progresif dan cepat (WHO, 2010). Stroke
merupakan masalah kesehatan yang perlu menjadi kewaspadaan bagi masyarakat .
Akhir-akhir ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir di
seluruh dunia, dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan
kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut
(Junaidi, 2011).

Menurut World Health Organization (2016), stroke adalah penyebab utama kedua
kematian dan penyebab ketiga kecacatan di dunia. Hal ini disebabkan karena
stroke dapat mengakibatkan kematian mendadak beberapa sel otak karena
kekurangan oksigen ketika aliran darah ke otak hilang oleh penyumbatan atau
pecah dari arteri otak, juga merupakan penyebab utama demensia dan depresi.
Secara global, 70% terkena stroke dan 87% dari kematian akibat stroke kecacatan
terjadi dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Rata-rata stroke
terjadi 15 tahun sebelumnya dan menyebabkan lebih banyak kematian pada orang
yang tinggal dinegara berpenghasilan rendah dan menegah, jika dibandingkan
dengan mereka yang berada di Negara berpenghasilan tinggi.

American Stroke Association (2018), menyatakan bahwa stroke menyumbang 1


dari setiap 19 kematian di Amerika Serikat seseorang mengalami stroke setiap 40
detik sekali dan stroke membunuh seseorang setiap 3 menit 45 detik di Amerika
Serikat. Ketika di pertimbangakan secara terpisah dari penyakit kardiovaskular
lainnya, stroke menempati urutan ke 5 di antara semua penyebab kematian di
Amerika Serikat, dan menewaskan hampir 133.000 orang per tahunnya. Setiap
tahun sekitar 795.000 orang mengalami stroke serangan pertama atau stroke
berulang, sekitar 610.000 di antaranya mangalami stroke serangan pertama dan
185.000 mengalami serangan stroke berulang. Stroke adalah penyebab utama

3
kecacatan jangka panjang yang serius di Amerika Serikat, pada tahun 2015
kematian akibat stroke menyumbang 11,8% dari total kematian di seluruh dunia
menjadika stroke sebagai penyebab kematian nomor 2 global setelah penyakit
jantung.
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian utama di hampir seluruh Rumah
Sakit di Indonesia sekitar 15,4%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI
tahun 2013 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari
8,3 per mil (per 1000 penduduk) tahun 2007 menjadi 12,1 permil tahun 2013.
Prevalensi stroke tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), Yogyakarta (10,3%),
Bangka belitung dan DKI Jakarta (9,7%). Prevalensi penderita stroke
diprediksikan akan meningkatkan menjadi 25-30 per mil. Disamping itu, sebagian
dari pasien yang mengalami stroke akan berakhir dengan kecacatan. Berdasarkan
beberapa penelitian didapatkan tingkat kecacatan stroke mencapai 65%.

Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo merupakan salah satu rumah sakit
pemerintah di daerah Jakarta Timur yang menampung cukup banyak klien dengan
stroke iskemik. Berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara dengan
kepala ruangan dari Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar Rebo, jumlah
kasus stroke pada semua kelompok usia masih tergolong tinggi dibandingkan
dengan rumah sakit yang lain.

Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia
produktif, karena generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat
dengan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi
rendah serat. Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi
gula yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat
terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013). Komplikasi yang
terjadi pada stoke adalah dekubitus, bekuan darah, kekuatan otot melemah,
osteopenia, osteoporosis, depresi, inkontinensia, konstipasi, spastisitas, serta
kontraktu (Junaidi, 2011).

Untuk mencegah timbulnya masalah atau komplikasi, perawat harus mampu


memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif, berkesinambungan, teliti
dan sabar sesuai dengan masalah klien dan mencegah timbulnya komplikasi
4
lainnya. Selain itu, perawat memiliki peran sebagai edukator yaitu memberikan
informasi dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga. Perawat juga
diharapkan dapat menjelaskan hal-hal yang terkait dengan stroke. Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim medis lainnya terkait penatalaksanaan penanganan
pasien stroke. Peran fisioterapi pada penderita stroke yaitu dalam hal
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dengan pelatihan motorik
berdasarkan pemahaman terhadap patofisiologi, neurofisiologi, kinematik dan
kinetik dari gerak normal, proses kontrol gerak dan motor learning serta
penanganan dengan pemanfaatan elektroterapeutis (Irfan, 2010).

Dalam mencermati masalah yang ditimbulkan pada klien dengan Stroke Iskemik
dan banyaknya dampak yang terjadi, hal tersebut yang melatar belakangi penulis
mengambil judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke Iskemik di
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar Rebo”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Iskemik di
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar Rebo ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memahami tentang
Asuhan Keperawatan pasien dengan Stroke Iskemik di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Pasar Rebo.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain :
a. Untuk mengetahui konsep dasar teori pada pasien Stroke Iskemik.
b. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan teoritis pada pasien
dengan Stroke Iskemik yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pasien dengan Stroke Iskemik di
RSUD Pasar Rebo yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.

5
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan
stroke iskemik.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan referensi dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan pasien dengan stroke iskemik yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan STIKes
Jayakarta.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang stroke iskemik beserta
penatalaksanaannya.
d. Bagi penulis atau pembaca lain
Melatih penulis untuk menyusun hasil pemikiran, asuhan keperawatan serta
sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang stroke
iskemik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan


pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak yang
mendadak. Sehingga akibat penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah
tersebut, bagian otak tertentu berkurang bahkan terhenti suplai oksigennya
sehingga menjadi rusak bahkan mati. Akibatnya timbullah berbagai
macam gejala sesuai dengan daerah otak yang terlibat, seperti
wajah lumpuh sebelah, bicara pelo (cedal), lumpuh anggota gerak, bahkan
sampai koma dan dapat mengancam jiwa. (WHO 2017)

2. Jenis-Jenis Stroke
Stroke di bagi menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Stroke hemoragi
Merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau
perdarahan subarakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak pada area
tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak (AHA, 2015). Perdarahan
yang terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena
tekanan pada saraf di dalam tengkorang yang ditandai dengan penurunan

7
kesadaran, nadi cepat, pernapasan cepat, pupil mengecil, kaku kuduk, dan
hemiplegia (Sylvia, 2015 ;Yeyen, 2016)

b. Stroke Iskemik
Merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah
otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak
dan tidak terjadi perdarahan(AHA, 2015). Sumbatan tersebut dapat
disebabkan oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak
atau pembuluh organselain otak (Sylvia, 2015). Stroke ini ditandai dengan
kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur,
dan disfagia (Wanhari, 2018dalam Yeyen, 2016).

3. Penyebab Stroke
Faktor tidak dapat diubah

a. Usia
Hal ini berhubungan dengan proses degenerasi (penuruaan) dengan
bertambahnya usia pembuluh darah akan menjadi kaku dan berkurang
keelastisannya, dengan adanya plak akan semakin memperburuk keadaan
pembuluh darah dan beresiko stroke dari pada usia muda.
b. Herediter
Terkait riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada
keluarga akan memiliki resiko lebih tinggi

Faktor dapat diubah


a. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab terbesar terjadinya stroke, dalam hipertensi
akan terjadi gangguan pembuluh darah yang mengecil, sehingga aliran darah
yang menuju otak akan berkurang, dengan berkurangnya aliran darah ke otak,
pada otak akan terjadi kematian jaringan otak atau pecahnya pembuluh darah
karena tekanan darah yang cukup tinggi
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung coroner dan infark miocard (kematian otot otak). Pusat
aliran darah adalah jantung, dengan adanya kematian pusat aliran darah,

8
suplay darah dan oksigen ke otak juga akan terganggu, sehingga terjadi
kematian jaringan otak secara perlahan ataupun cepat
c. Diabetes Milletus
Pembuluh darah pada penderita diabetes akan mengalami kekauan. Aliran
darah yang menuju otak dengan peningkatan atau penurunan kadar gukosa
dalam darah akan memperngruhi kerja otak
d. Hiperkolessterolemia
Kadar hkolesterol tinggi akan menyebabkan terbentuknya plak dalam
pembuluh darah, yang akan menghambat aliran darah ke otak sehinggaa
terjadi kematian jarigan otak.
e. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan kadar kolesterol dan lemak daalam darah yang
tinggi, sehingga terbentuknya plak dalam pembuluh darah juga semikin
tinggi.

f. Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan kadar fibrinogen dalam darah, sehingga
mempermudah terjadinya penebalan pada dinding pembuluh darah yang akan
membuat pembuluh darah menjadi sempit, aliran darah ke otak akan
terganggu, sehingga terjadi kematian jaringan otak

4. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalksanaan hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di IGD dan tindakan resusitasi serebro
kardio pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas.
1) Pemberian oksigen dan cairan kristaloid/ koloid, hindari cairan dektrosa
atau salin dalam H2O.
2) Lakukan pemeriksaan CT scan otak, EKG, foto thorak dan pemeriksaan
lain, jika hipoksia lakukan pmeriksaan analisa gas darah
3) Tindakan lain di IGD memberikan dukunngan mental kepada pasien
dan memberikan penjelasan kepada keluarga agar tetap tenang
b. Penalaksanaan akut

9
Dilakukan penanganan factor-faktor etiologic maupun penyulit, juga
dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara, psikologi dan telaah social
untuk membantu pemulihan pasien. Edukasi kepada keluarga mengenai
dampak stroke dan perawatanya.
(1) Stroke iskemik
a) Terapi umum: letakkan posisi pasien 30º, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi 2 jam sekali, mobilisasi bertahap bila
hemodinamik stabil. Bbebaskan jalan nafas dengan pemberian
oksigen, jika erlu dilakukan intubasi
b) Apabila demam dilakukan kompres dan pemberian antipiretik, bila
kandung kemih penuh lakukan pemasangan kateter
c) Pemberian nutrisi dengan cairan isotonic, kristaloid atau koloid
hindari cairan glukosa atau salin isotonic
d) Pemberian nutrisi peroral diberikan jika fungsi meneln baik, bila
mengalami gangguan menelan atau penurunan kesadaran diberikan
melalui NGT
e) Nyeri, mual diatasi dengan obat-obatan yang sesuai

f) Tekanan darah tidaak perlu segera diturunkan, kecuali tekanan


sistolik ≥220 mmhg distolik ≥120 mmhg, MAP ≥130 mmhg (dalam
2 kali ppengukuran selang waktu 30 menit atau didapatkan infrk
miocard akut, gagal ginjal atau gagal jantung kongesi.Penurunan
tekanan darah maksimal 20 % dan bat direkomendasikan: natrium
nitropuid, penyekat reseptor alfa beta, penyekat ACE, atau
angiotensin natrium
g) Jika hipotensi, sistolik ≤ 90 mmhg, diastolic ≤70 mmhg berikan
NaCl 0,9% 250 ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml jam dan 500 ml
sampai hipotensi teratsi. Jika belum terkoreksi berikan dopamine 2-
20µ/kg/ menit sampai tekana darah sistolik ≥110 mmhg
h) Jika kejang berikan diaazepaam 5-29 mg iv pelan-pelan selama 3
menit, maksimal 100 mg/hari dialnjut pemberian antikonvulsan
peroral

10
i) Jika terjadi peningkatan TIK berikan manitol bolus intravena 0,25-
1g/kgBB/30 menit, jika kondisi memburuk dilanjut 0,25g/kgBB/30
mnt setiap 6 jam selama 3-5 hari
Terapi khusus: ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet
seperti aspirin dan antikoagulan atau antitrombolitik rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Activator) dan diberikna agen neuroproteksi yaitu
citicolin atau piracetam (jika didapat afaksia)

(2) Stroke hemoragik


Terapi umum: pasien stroke di rawat di ICU jika volume hematoma
>30 ml, perdarahan intravaskuler dengan hidrosefalus dan kedaan
klinis memburuk Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan
darah premoid atau 15-20% bila tekanan darah sistolik >180 mmhg,
diatolik >120 mmhg dan MAP 130 mmhg dan vol hematoma
bertambah, bila gagal jantung teknan drah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian 2 menit) sampai 20 mg
(pemberian 10 menit) maksimal 300 mg. enalapril 0,625-1,25 mg/ 6
jam, kaptopril 3x 6,25-25 mg per oral. Bila didapat peningkatakn TIK,
diposisikan 30º, pee,berian manitol dan hiperventilasi (Pco 20-35
mmhg) Penatalksaan umum sama dengan stroke iskemik.
Terapi khusus: Neuroprotektor dapat diberikan kecuali bersifat
vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak
perdarahan serebelum >3 cm, hidrosefalus akut akibat perdarahan
intravertikal atau serebelum, dilakukan VP-shuting dan perdarahan
lobar >60 ml dengan peningktan TIK dan ancaman herniasi. Pada
perdarahan subaraknoid digunakan antagonis kalsium (nimodipin) dan
tindakan bedah (ligase, embolasi, ekstirpasi, maupun gamma knife)
jika penyebabnya aneurisma atau malformasi arteri-vena
(arteriovenous malformasi, (AVM)
(3) Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi wicara, kognitif, perilaku, bladder
training. Dilakukan pemulihan.
Manfaat Pemberian manitol:

11
Pada gangguan neurologis, diuretic osmotic (Manitol) merupakan
jenis deuretik yang paling sering digunakan untuk terapi oedema otak
dan adanya peningkatan tekanan intracranial (TIK). Manitol adalah
suatu hiperosmotik agent yang digunakan dengan segera untuk
meningkatkan aliran darah ke otak dan menghantarkan oksigen.

5. Manifestasi Sroke
Manifestasi Klinik StrokePasien stroke pada umumnya mengalami kelemahan
pada salah satu sisi tubuh dan kesulitan dalam berbicara atau memberikan
informasi karena adanya penurunan kemampuan kognitif atau bahasa. Gejala
dan tanda klinis stroke sangat bervariasi, tergantung kategori stroke yang
dialami dan lokasi otak dimana terjadinya stroke. Namun, umumnya terjadi
secara mendadak dan sangat cepat. Pada saat terjadi serangan stroke, pasien akan
memperlihatkan gejala dan tanda-tanda. Gejala dan tanda yang sering dijumpai
pada penderita stroke akut antara lain:
a) Adanya serangan defisit neurologis/ kelumpuhan fokal, seperti hemiparesis
(lumpuh sebelah badan yang kanan atau kiri saja).
b) Timbul rasa kesemutan pada seluruh badan, mati rasa, terasa seperti
terbakar atau terkena cabai
c) Mulut atau lidah mencong bila diluruskan. Mudah diamati jika sedang
berkumur, tidak sempurna atau air muncrat dari mulut.
d) Gangguan menelan, atau bila minum sering tersedak.
e) Gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti
(aphasia). Bahkan bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah.
f) Kesulitan mendengar, melihat, berjalan, membaca, serta tidak memahami
tulisan.
g) Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain
h) Kemampuan intelektual menurun drastis, bahkan tidak mampu berhitung,
menjadi pelupa
i) Fungsi indra terganggu sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa
sebagian lapang pandang tidak terlihat atau gelap serta pendengaran
berkurang.
j) Gangguan pada suasana emosi, menjadi mudah menangis atau tertawa

12
k) Kelopak mata sulit dibuka, atau dalam keadaan terkatup
l) l)Gerakan badan tidak terkoordinasi sehingga jika berjalan sempoyongan,
atau kehilangan keseimbangan pada seluruh badan.
m) Biasanya diawali dengan Transient Ischemik Attack (TIA) atau serangan
stroke sementara.
n) Gangguan kesadaran, pingsan, bahkan hingga mengalami koma.Pada pasien
stroke hemoragik, beberapa pasien datang tanpa ada gejala defisit
neurologis apapun dan beberapa lainnya dalam keadaan koma dan berlanjut
terjadi kematian otak awal. Sekitar 10 hingga 15% dari pasien meninggal
sebelum sampai di rumah sakit. Hampir semua pasien yang sadar mengeluh
sakit kepala yang parah dan biasanya menyebar. Hilangnya kesadaran
sementara kadang terjadi bersamaan dengan transient dan peningkatan
tekanan intrakranial (Irianto, 2014; Yastroki, 2013).

6. Patofisiologi Stroke
1. Stroke non hemoragik(Iskemia)

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh


thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemuadian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersumbat
menyebabkan iskemia yang tiba tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke subtansi
atau ruangan subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen

13
intracranial yang seharusnya konstan. Adanyaperubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIKyang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. di samping itu, darah yang mengalir
ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkanedema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada aterjadi nekrosis jaringan
otak.

14
7. Pathway Stroke
Faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah

15
8. Komplikasi Stroke

Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang muncul akibat stroke:

a. Komplikasi yang berhubungan dengan sistem saraf


Stroke ditandai dengan kematian jaringan otak, sehingga sering kali muncul
komplikasi yang berkaitan dengan sistem saraf. Misalnya saja edema otak,
yaitu pembengkakan otak yang dapat muncul setelah stroke.
Selain itu, komplikasi stroke juga bisa terjadi dalam bentuk kejang epileptik,
yaitu adanya aktivitas listrik abnormal pada otak yang menyebabkan
terjadinya kejang (lebih umum ditemukan pada stroke dengan area besar).
Tak hanya itu, setelah terkena stroke, seseorang dapat kembali terkena
serangan stroke berulang.
b. Terjadinya infeksi
Pasca terkena serangan stroke, seseorang rawan mengalami infeksi, terutama
pada saluran pernapasan dan saluran kemih. Contohnya saja pneumonia yang
dapat muncul karena keterbatasan gerak penderita stroke, atau permasalahan
menelan yang menyebabkan makanan masuk ke saluran pernapasan
(pneumonia aspirasi).
Selain itu, dapat juga ditemukan infeksi saluran kemih (ISK), terutama pada
pemakaian kateter kencing akibat tidak dapat mengontrol fungsi berkemih
dengan baik pasca stroke.
c. Adanya masalah pada anggota gerak
Jika terjadi kelemahan atau kelumpuhan lengan pasca stroke, dapat timbul
nyeri pada bahu. Hal ini disebabkan lengan tersebut menggantung, sehingga
terjadi tarikan pada bahu.
Selanjutnya, dapat muncul juga kontraktur, yaitu pemendekan otot pada
anggota gerak karena kurangnya kemampuan bergerak atau kurangnya
latihan dan olahraga pada anggota gerak yang mengalami kelemahan atau
kelumpuhan.
d. Komplikasi akibat imobilisasi
Setelah terkena serangan stroke, bisa jadi penderita tidak dapat bergerak atau
mengalami keterbatasan gerak (imobilisasi) dan harus tinggal di tempat tidur
dalam jangka waktu lama. Hal ini meningkatkan risiko munculnya deep vein
16
thrombosis (DVT), yaitu pembentukan darah pada pembuluh vena dalam.
Selain itu, dapat muncul ulkus dekubitus (pressure ulcer), yaitu ulkus yang
muncul akibat tekanan dalam jangka panjang pada bagian tubuh tertentu
karena berbaring sepanjang hari.

e. Kurangnya nutrisi
Pasca serangan stroke dapat timbul kesulitan menelan pada penderita stroke.
Apalagi, terkadang konsumsi makanan dan minuman melalui mulut tidak
aman bagi penderita stroke, hingga diperlukan pemasangan selang makan.
Hal inilah yang kemudian dapat menyebabkan munculnya potensi penderita
mengalami kekurangan asupan nutrisi
f. Dampak psiko-sosial
Penderita stroke dapat mengalami disabilitas dalam sekejap, sehingga
mereka yang dahulu aktif kemudian harus bergantung pada orang lain.
Sering kali, hal ini menimbulkan depresi bagi penderita.
Apalagi, bisa jadi penderita stroke adalah tulang punggung keluarga. Namun
setelah terkena stroke malah memerlukan perawatan dari anggota keluarga
lainnya. Kondisi ini yang kemudian dapat memicu terjadinya stres atau
depresi.
Demikian beberapa komplikasi yang dapat muncul setelah seseorang terkena
stroke. Penyakit ini amat merugikan karena dapat mengurangi kualitas hidup
Anda. Oleh sebab itu, hindari stroke dengan menerapkan pola hidup sehat,
makan bergizi seimbang, serta rutin berolahraga.
Bila Anda mulai merasakan tanda-tanda kelumpuhan seperti pada penyakit
stroke, segera periksakan diri agar tidak semakin parah yang bisa berujung
pada terjadinya komplikasi stroke

9. Manajemen Keperawatan
Tindakan pada stadium ini dilakukan di IGD dan tindakan resusitasi serebro
kardio pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas Menurut
Esther (2010).
(1) Pemberian oksigen dan cairan kristaloid/ koloid, hindari cairan dektrosa
atau salin dalam H2O.

17
(2) Lakukan pemeriksaan CT scan otak, EKG, foto thorak dan pemeriksaan
lain, jika hipoksia lakukan pmeriksaan analisa gas darah
(3) Tindakan lain di IGD memberikan dukunngan mental kepada pasien dan
memberikan penjelasan kepada keluarga agar tetap tenang
(4) Stroke iskemik
a) Terapi umum: letakkan posisi pasien 30º, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi 2 jam sekali, mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil. Bbebaskan jalan nafas dengan pemberian oksigen, jika erlu
dilakukan intubasi

b) Apabila demam dilakukan kompres dan pemberian antipiretik, bila


kandung kemih penuh lakukan pemasangan kateter
c) Pemberian nutrisi dengan cairan isotonic, kristaloid atau koloid hindari
cairan glukosa atau salin isotonic
d) Pemberian nutrisi peroral diberikan jika fungsi meneln baik, bila
mengalami gangguan menelan atau penurunan kesadaran diberikan
melaalui NGT
e) Nyeri, mual diatasi dengan obat-obatan yang sesuai
f) Tekanan darah tidaak perlu segera diturunkan, kecuali tekanan sistolik
≥220 mmhg distolik ≥120 mmhg, MAP ≥130 mmhg (dalam 2 kali
ppengukuran selang waktu 30 menit atau didapatkan infrk miocard akut,
gagal ginjal atau gagal jantung kongesi.Penurunan tekanan darah
maksimal 20 % dan bat direkomendasikan: natrium nitropuid, penyekat
reseptor alfa beta, penyekat ACE, atau angiotensin natrium
g) Jika hipotensi, sistolik ≤ 90 mmhg, diastolic ≤70 mmhg berikan NaCl
0,9% 250 ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml jam dan 500 ml sampai
hipotensi teratsi. Jika belum terkoreksi berikan dopamine 2-20µ/kg/
menit sampai tekana darah sistolik ≥110 mmhg
h) Jika kejang berikan diaazepaam 5-29 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg/hari dialnjut pemberian antikonvulsan peroral
i) Jika terjadi peningkatan TIK berikan manitol bolus intravena
0,25-1g/kgBB/30 menit, jika kondisi memburuk dilanjut 0,25g/kgBB/30
mnt setiap 6 jam selama 3-5 hari

18
Terapi khusus: ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet
seperti aspirin dan antikoagulan atau antitrombolitik rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Activator) dan diberikna agen neuroproteksi yaitu
citicolin atau piracetam (jika didapat afaksia).

(5) Stroke hemoragik


Terapi umum: pasien stroke di rawat di ICU jika volume hematoma >30 ml,
perdarahan intravaskuler dengan hidrosefalus dan kedaan klinis memburuk
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premoid atau 15-20%
bila tekanan darah sistolik >180 mmhg, diatolik >120 mmhg dan MAP 130
mmhg dan vol hematoma bertambah, bila gagal jantung teknan drah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian 2 menit) sampai 20
mg (pemberian 10 menit) maksimal 300 mg. enalapril 0,625-1,25 mg/ 6 jam,
kaptopril 3x 6,25-25 mg per oral. Bila didapat peningkatakn TIK, diposisikan
30º, pee,berian manitol dan hiperventilasi (Pco 20-35 mmhg) Penatalksaan
umum sama dengan stroke iskemik.
Terapi khusus: Neuroprotektor dapat diberikan kecuali bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan serebelum >3
cm, hidrosefalus akut akibat perdarahan intravertikal atau serebelum,
dilakukan VP-shuting dan perdarahan lobar >60 ml dengan peningktan TIK
dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid digunakan antagonis
kalsium (nimodipin) dan tindakan bedah (ligase, embolasi, ekstirpasi, maupun
gamma knife) jika penyebabnya aneurisma atau malformasi arteri-vena
(arteriovenous malformasi, (AVM)
(6) Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi wicara, kognitif, perilaku, bladder
training. Dilakukan pemulihan.
Manfaat Pemberian manitol:
Pada gangguan neurologis, diuretic osmotic (Manitol) merupakan jenis
deuretik yang paling sering digunakan untuk terapi oedema otak dan adanya
peningkatan tekanan intracranial (TIK). Manitol adalah suatu hiperosmotik
agent yang digunakan dengan segera untuk meningkatkan aliran darah ke otak
dan menghantarkan oksigen.
19
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Format Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tanggal masuk :
No RM :
2. Diagnosa medik:
3. Riwayat kesehatan sekarang:
4. Riwayat kesehatan lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Keluhan utama/ alasan masuk RS :

a. Pengkajian primer (primary survey)


Airway:
 Tidak ada tanda-tanda cedera servikal?
 Tidak ada sumbatan jalan nafas (benda asing, darah, sputum)?
Breathing:
 Klien mengalami sesak napas saat beraktivitas?
 Tidak ada nafas cuping hidung ?
 Ada penggunaan otot-otot bantu pernafasan tambahan?
 Kedalaman:
 Frekuensi: tidak teratur, RR: x/menit
 Tidak ada bunyi nafas tambahan (ronkhi, crackles, wheezing)
 Batuk?
Circulation:
 Nadi: x/menit
 Irama:
 Denyut:
 Tekanan darah:
 Ekstermitas (hangat/ dingin):
 Pengisian kapiler (CRT):
 Nyeri:
Disability:
 Tingkat kesadaran (AVPU):
 Alert/ perhatian :
 Voice respon/ respon terhadap suara:
 Pain respon/ respon terhadap nyeri:
 Unresponsive/ tidak berespon:
 Pupil:
20
Ukuran/ Reaksi
Exposure:
 Periksa bagian kemungkinan cedera
 Mencegah hipotermia
Folley Catheter
 Tidak terdapat rupture uretra
Gastric Tube (NGT)
Dengan Indikasi:
 Untuk kepentingan selama proses pembedahan karena karena pasien
tidak sadar.
 Untyk mengurangi distensi abdomen
 Untuk mencegah aspirasi
 Untuk kuras lambung
 Untuk pemberian nutrisi
Heart Monitor
 Pulse Oxymeter
 Pemeriksaan Radiologi: CT-scant

b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)


 Pemeriksaan Head to toe

 Kepala:
Rambut :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
 Thorax:
Paru-paru
Jantung
 Abdomen:
 Ekstermitas/ muskuloskeletal:
Edema tidak
Kekuatan otot :
Kulit/ integumen:
 Genetali Uriania
 Vital Sign
 Anamnesa singkat (AMPLE)
 Alergies:
 Medikasi (riwayat pengobatan):
 Past illness (riwayat penyakit):
 Last meal (terakhir kali makan):
 Event of injury (penyebab injuri):

21
 Pemeriksaan Penunjang
 Terapi medis (indikasi, kontraindikasi, dan efek samping):

2. Diagnosa Keperawatan

Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan motorik


mobilitas fisik tindakan 2. Ajarkan pasien untuk melakukan
keperawatan ROM minimal 4x perhari bila mungkin
Definisi 4: diharapkan 3. Bila pasien di tempat tidur, lakukan
keterbatasan mobilitas fisik tidak tindakan untuk meluruskan postur
dalam gerakan terganggu kriteria tubuh
fisik atau satu hasil : a. Gunakan papan kaki
atau lebih 1. Peningkatan b. Ubah posisi sendibahu tiap 2-4 jam
ekstremitas secara aktifitas fisik c. Sanggah tangan dan pergelangan
mandiri dan terarah 2. Tidak ada pada kelurusan alamiah
kontraktur otot 4. Observasi daerah yang tertekan,
Batasan 3. Tidak ada termasuk warna, edema atau tanda lain
karakteristik : ankilosis pada sendi gangguan sirkulasi
1. Penurunan 4. Tidak terjadi 5. Inspeksi kulit terutama pada daerah
kemampuan penyusutan otot tertekan, beri bantalan lunak
melakukan 6. Lakukan massage pada daerah
keterampilan tertekan
motorik halus 7. Konsultasikan dengan ahli
2. Penurunan fisioterapi
kemampuan 8. Kolaborasi stimulasi elektrik
melakukan 9. Kolaborasi dalam penggunaan
keterampilan tempat tidur anti dekubitus
motorik kasar

Faktor yang
berhubungan :
1. Gangguan
neuromuskula
r
2. Gangguan
sensoriporsept
ual

22
Gangguan 1. Anxiety self control Communication Enhancement :
komunikasi 2. Coping Speech Deficit.
verbal 3. Sensory function : 1. Gunakan penerjemah, jika
berhubungan hearing & vision diperlukan
dengan 4. Fear self control 2. Beri satu kalimat simple setiap
kehilangan Kriteria hasil : bertemu, jika diperlukan
kontrol otot 1. Komunikasi : 3. Dorong pasien untuk berkomunikasi
facial atau oral. penerimaan, secara perlah dan untuk mengulangi
interpretasi, dan permintaan
ekspresi pesan lisan, 4. Berikan pujian positif
tulisan, dan non Communication Enhancement :
verbal meningkat. Hearing Defisit
2. Komunikasi Communication Enhancement :
ekspresif (kesulitan Visual defisit
berbicara) : ekspresif Ansiety Reduction
pesan verbal dan Active Listening
atau non verbal yang
bermakna.
3. Komunikasi resptif
(kesulitan
mendengar) :
penerimaan
komunikasi dan
interpretasi pesan
verbal dan/atau non
verbal.
4. Gerakan
terkoordinasi :
mampu
mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan
Gangguan NOC : NIC :
mobilitas fisik 1. Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
berhubungan Active 1. Monitoring vital sign
dengan sebelm/sesudah latihan dan lihat
kerusakan 2. Mobility Level respon pasien saat latihan
neuromuscular 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
3. Self care : ADLs
tentang
4. Transfer 3. rencana ambulasi sesuai dengan
performance kebutuhan
4. Bantu klien untuk menggunakan
Kriteria hasil: tongkat saat berjalan dan cegah
5. terhadap cedera

23
1. Klien meningkat 5. Ajarkan pasien atau tenaga
dalam aktivitas kesehatan lain tentang teknik
fisik ambulasi
6. Kaji kemampuan pasien dalam
2. Mengerti tujuan mobilisasi
dari peningkatan 7. Latih pasien dalam pemenuhan
mobilitas kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
3. Memverbalisasik
8. Dampingi dan Bantu pasien saat
an perasaan
mobilisasi dan bantu penuhi
dalam
kebutuhan
meningkatkan
ADLs
kekuatan dan
1. Berikan alat Bantu jika klien
kemampuan
memerlukan.
berpindah
2. Ajarkan pasien aabagaimana
4. Memperagakan merubah posisi dan berikan
penggunaan alat bantuan jika diperlukan
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada individu (Nursalam, 2008).
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi
keperawatan terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
24
BAB III
KASUS

Judul Laporan Kasus: CVD (Stroke)


Label Triage: kuning
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Tn. T Tanggal Lahir 21-Mei-1989 umur 29 tahun, klien belum menikah
pendidikan terakhir SMA pekerjaan klien adalah kerja buruh bangunan.
Alamat RT. 11 RW. 07 Kel. Kampung Tengah. Tanggal/ masuk Rumah sakit
15-April-2020/ 08.30 WIB.
2. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan Tn. T tidak sadarkan diri dan saat diajak berbicara
tidak ada respon. Tn. T mengatakan nyeri dikepala nya seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 6.
3. Alasan masuk rumh sakit
Pasien tidak sadarkan diri dan tidak ada respon dari 10 jam yang lalu.
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien tidak sadarkan diri dan tidak ada respon dari 10 jam yang lalu, saat
diajak berbicara pasien hanya mengerang dan berbicara tidak jelas
b. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, diabetes melitus. Tapi sebelumnya pasien memiliki riwayat kalium
selalu rendah.
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit apapun.
5. Pengkajian Primer
a. Hasil pengkajian pada Airway + Kontrol Cervical k ada sumbatan pada saluran
pernafasan yaitu sputum/benda asing, suara nafas ronchi, tidak terdapat tanda-
tanda cedera servikal pada Tn.T
b. Hasil pengkajian pada Breathing + Kontrol pernafasan frekuensi pernafasan
25x/menit.
c. Hasil pengkajian pada Circulation + Kontrol perdarahan tidak ada perdarahan,
akral teraba hangat, frekuensi nadi radialis 78x/menit, CRT <3 detik.
25
d. Hasil pengkajian pada Disability pasien membuka mata terhadap suara (3),
berbicara tidak jelas pelo (3), bergerak terhadap nyeri daan dapat melokalisir
nyeri (5). Jumlah GCS: 11, GCS: Samnolen, Kekuatan otot Motorik
3333 3333
3333 3333
e. Hasil pengkajian pada Exposure tidak terdapat jejas dibagian tubuh pasien
f. Hasil pengkajian pada Foleys chateter pasien terpasang kateter
g. Hasil pengkajian pada Gastrik Tube pasien tidak terpasang selang NGT
h. Hasil pengkajian pada Heart monitor SAO2: 98%, hasil pemeriksaan rongten,
pemeriksaan EKG.

6. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : Hasil pengkajian pada kepala yaitu Tidak ada benjolan,
rambut tampak bersih, Tn. T mengatakan nyeri dikepala nya seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 6.
b) Mata : Hasil pengkajian pada mata yaitu Pupil isokor, sklera
anemis, reflek cahaya +/+.
c) Hidung : Hasil pengkajian pada hidung yaitu Tidak terdapat
sumbatan, tidak terdapat gangguan penghidu.
d) Mulut : Hasil pengkajian pada mulut yaitu Mukosa bibir lembab,
tidak ada kelaainan, tidak terdapat gangguan menelan.
e) Telinga : Hasil pengkajian pada telinga yaitu Bentuk telinga
simetris, tidak terdapat kelainan pendengaran, lubang telinga bersih.
f) Kulit : Hasil pengkajian pada kulit yaitu Turgor kulit elastis,
akral teraba hangat, tidak terdapat dekubitus, tidak terdapat luka dan jejas.
g) Thorax (Dada): Hasil pengkajian pada dada yaitu Pergerakan dinding dada
simetris, tidak terdapat jejas, suara nafas vesikuler, perkusi sonor.
h) Sirkulasi (Jantung) : Hasil pengkajian pada jantung Tidak terdapat bunyi
jantung tambahan.
i) Abdomen : Hasil pengkajian pada abdomen yaitu Tidak terdapat
pembesaran hepar, tidak tampak asites, terdengan bising usus 8x/menit.
j) Neurologi (saraf): Hasil pengkajian pada Neurologi (saraf) yaitu GCS: 11
(Delirium), Eye: 3, verbal: 3, motorik: 5
k) Muskuloskeletal: Hasil pengkajian pada muskuloskeletal

26
b. Vital Sign
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 102x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu : 36,8 0C

c. Anamnesa: SAMPLE (sign, Alergi, Medikasi, Past Illnes, Last Meal,


Environment)
a) SIGN : Pasien mengalami penuranan kesadaran dan bicara tidak
jelas.
b) ALERGI : Keluarga megatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap obat ataupun makanan
c) MEDICATION: Ringer Asering 500 ml, Ceftriaxone 2X2, Asmet 1X1,
Ranitidin 2X1 Ampul
d) PAST ILLNES: Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah
dirawat dirumah sakit karena nilai kaliumnya rendah, keluarga
mengatakan bahwa pasieen tidak memiliki riwayat penyakit apapun
sebelumnya.
e) LAST MEAL : Makanan terakhir yang diamakan adalah nasi dan lauk
pauk seperti biasa.
f) ENVIRONMENT: Sebelum tidak sadar pasien melakukan aktivitas seperti
biasanya, dan tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri, dan bicaranya tidak
jelas, pelo.

d. Pemeriksaan Penunjang
No Pengkajian Hasil
Tersier
1. Laboratorium Hematoliogi Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 13,6 g/dL 13.2-17.3
Hematokrit L 38 % 40-52
Eritrosit 4.7 Juta/uL 4.4-5.9
Leukosit H 34.20 10^3/uL 3.80-10.60
Trombosit 307 ribu/uL 150-440
Kimia Klinik
SGOT (AST) H 75 U/L 0-50
SGDT (ALT) 29 U/L 0-50
Ureum darah H 49 mg/dL 20-40
Kreatinin darah H 3.60 mg/dL 0.17-1.50
eGFR 21.4 mL/min
Gula darah sewaktu 116 mg/dL <200
Elektrolit
Natrium (Na) L 92 mmoL/L 135-147
Kalium (K) LL 1.2 mmoL/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) LL 63 mmoL/L 98-108
Gas Darah Vena
PH L 7.191 7.32-7.38
P CO2 L 25.7 mmHg 34-45
27
P O2 L 19.6 mmHg 41-51
HCO3 - L 9.5 mmol/L 24-28
HCO3 standard 10.7 mmol/L
TCO2 L 10 mmol/L
BE ect L -17.2
BE (B) L -17.50 mmol/L 0-+4
Saturasi O2 L 27.80 % 70-75
2. Rontgen Tidak ada kelainan jantung dan paru
4. CT Scan Lesi hipodens berbatas tidak tegas pada parenkim cerebri
daerah temporalis kiri d/d infark
5. MRI
6. EKG Tidak ada kelainan pada gelombang PQRST

e. Therapi
- Citicolin 2x1000
- Ceftriaxone 2x2 gr
- Ranitidin 2x1 Amp
- Infus Nacl 0,9% + Kcl 25 meg per 12 jam

B. Analisa Data
No Hari/Tgl/Jam Symtoms Etiologi Problem
1. Selasa, 29-04- Ds: - Ketidakseimbangan Gangguan
2019 Do: ventilasi perfusi
Pertukaran Gas
19.00 - Gas darah abnormal :
PH= 7.191
PCO2= 25.7 mmHg
PO2= 19.6 mmHg
HCO3= 9.5 mmol/L
- Hasilnya Asidosis
metabolik
2. Selasa, 29-04- Ds: - Tn. T mengatakan Resiko perfusi
2019 cerebral tidak
Pusing dan kleyengan -
19.10 efeektif
- Tn. T mengatakan
nyeri dikepala nya
seperti ditusuk-tusuk
Do: - Kesadaran umum
lemah
GCS: 11
E: 3
V: 3
M: 5
skala nyeri 6

28
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 102x/menit
RR: 28x/menit
Suhu :36,8 0C
- Klien tampak
memegangi area
kepala nya
3. Selasa, 29-04- Ds: - Hambatan Koping
2019 Do: - Pasien tampak komunikasi verbal komunikasi
19.20 bicara pelo tidak efektif
(apasia)
- Bicara kurang
jelas dan
mengerang

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan (PES)


1. Resiko Perrfusi Renal tidak efektif b.d Hambatan Pertukaran Gas
2. Nyeri akut b.d
3. Koping komunikasi tidak efektif b.d Hambatan komunikasi verbal

D. Intervensi Keperawatan
No Hari/Tgl/ Tujuan/Kriteria Intervensi TTd/Nama
Dx Jam Hasil (NOC)

29
1. Selasa, 29- Setelah dilakukan Manajemen Asam Nurul
04-2019 tindakan Basa: Asidosis
19.30 keperawatan selama Metabolik
1x24 jam, masalah - Identfikasi
hambatan penyebab
pertukaran gas dapat terjadinya
teratasi dengan asidosis
ktiteria hasil bghgg: metabolik (mis:
Status Pernafasan: dm, GGA, GGK,
Pertukaran Gas diare berat,
(0402) alkoholisme,
 Tekanan parsial filsafat pankreas)
oksigen di darah - Monitor
arteri (PaO2) kesadaran
 Tekanan parsial - Monitor pola
karbondioksida di napas
darah arteri - Monitor dampak
(PaCO2) susunan saraf
 PH arteri pusat (mis : sakit
 Saturasi Oksigen kepala, gelisah,
kejang, koma)
- Monitor dampak
sirkulasi
pernafasan (mis:
hipotensi,
hipoksia, aritmia,
kusmaul klien)
- Periksa hasil
analisa gas darah
(AGD)
- Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
- Berikan posisi
semi owler
- Pertahankan
kepatenan akses
intravena
2. Selasa, 29- Setelah dilakukan Manajemen Nyeri : Nurul
04-2019 tindakan - Identifikasi
19.40 keperawatan selama lokasi,
1X24 jam, masalah karakteristik,
resiko durasi, frekuensi,
ketidakefektifan kualitas, intensitas
perfusi jaringan otak nyeri.
dapat teratasi - Identifikasi skala
dengan kriteria nyeri.
hasil: - Identifikasi
Perfusi jaringan: respon nyeri non
Serebral (0406)
30
 Tekanan darah verbal.
sistolik - Identifikasi faktor
 Tekanan darah yang
diastolik memperberat dan
 Kegelisahan memperingan
 Penurunan tingkat nyeri.
kesadaran - Monitor tanda-
tanda vital
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
- Fasilitas istirahat
tidur
- Kolaborasi
pemberian
analgetik

3. Selasa, 29- Setelah dilakukan Edukasi Nurul


04-2019 tindakan Komunikasi Efektif
19.50 keperawatan selama - Identfikasi
1X24 jam, masalah kesiapan dan
hambatan kemampuan
komunikasi verbal menerima
dapat teratasi infomasi
dengan krieria hasil: - Ajarkan cara
Komunikasi: menyampaikan
Mengekspresikan pesan dengan
 Menggunakan tepat
bahasa yang - Ajarkan cara
tertulis menggunakan
 Menggunakan komunikasi
bahasa lisan: efektif
vokal - Ajarkan cara
 Kejelasan melakukan
berbicara verifikasi pada
 Mengguunakan pesan yang
bahasa non verbal diterima

CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD

20.00  Melakukan S:- Nurul


pemeriksaan O: Keadaan umum baik
E: 4
31
kesadaran pada Tn. T V: 5
M: 6
- Monitor ttv :
TD: 100/70 mmHg
N : 98x/menit
 Memonitor TTV dan RR: 25x/menit
status pernapasan S : 37,0 0C
- Posisi kepala
 Memposisikan tinggi ditinggikan 30
kepala tempat tidur derajat Nurul
pasien 30 - Pasien terpasang
derajat/Semifowler oksigen NRM
 Melakukan pemberian (Nonrebreathing
oksigen Mask) 10L/menit
 Melakukan - Pasien terpasang
pemasangan pulse pulse oximetri
oximetri A : Masalah teratasi Nurul
P : Intervensi hentikan

S: - Nurul
 Melakukan O: - PH= 7.191
pengambilan darah PCO2= 25,7 mmHg
AGD PO2= 19.6 mmHg
HCO3= 9.5 mmol/L
- Pasien di tangan Nurul
 Melakukan kiri dan kanan
pemasangan akses terpasang akses
intravena intravena
A : Masalah teratasi
P : Intervensi hentikan

S: - Klin mengatakan saat


 Mengidentifikasi Nurul
diberikan komprs
faktor yang
hangat nyeri brkurang
memperberat dan
O : - Klin tampak tidak
memperingan nyeri.
memegangi area
 Mengidentifikasi kepala nya
skala nyeri. - Skala Nyeri : 4
 Monitor keberhasilan - Keluarga tampak
terapi komplementer Nurul
mngikuti anjuran
yang sudah diberikan
dari perawat yang
telah diajarkan
perawat terapi
32
komplementer yaitu
kompres hangat
A : Masalah teratasi Nurul
P : Intervensi hentikan

 Kenali emosi dan S: -


perilaku fisik (pasien) O: - Pasien tampak sudah
sebagai bentuk tenang
komunikasi - Pasien tampak
 Mengidentifikasi Nurul
berbicara tidak jelas
kesiapan dan namun bisa
kemampuan dimengerti sedikit-
menerima infomasi sedikit
 Mengajarkan cara - Pasien tampak
menyampaikan pesan antusias mengikuti
dengan tepat arahan yang
diajarkan oleh
perawat
Mengajarkan cara - Pasien tampak Nurul
menggunakan berbicara dengan
komunikasi efektif isyarat jari dan
terlihat berbicara
sedikit walau tidak
begitu jelas Nurul
 Mengajarkan cara - Pasien tampak
melakukan verifikasi mengangguk ketika
pada pesan yang ditanya sudah
diterima mengerti yang
dijelaskan oleh Nurul
perawat
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi lanjutkan

33
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian identitas klien di temukan usia pada Tn. T ialah 29 tahun,
dengan jenis kelamin yaitu laki laki. Pada penelitian yang di lakukan ( Wayunah,
& Saefulloh, 2017). Di dapatkan bahwa penderita yang mengalami stroke pada
usia ≥ 55 tahun (Lansia) dan < 55 tahun ( Dewasa) tidak jauh berbada yaitu 51
orang penderita stroke yang berusia ≥ 55 tahun (Lansia) dan 52 orang ( penderita
CVD yang berusia < 55 tahun ( Dewasa) dari tada tersebut di dapatkan 52
penderita CVD yang berusia < 55 tahun ( Dewasa) di bagi menjadi 2 kategori
yaitu Srtoke Hemoragic dan Sroke Non Hemoragic dengan jumlah penderita
Srtoke Hemoragic pada usia < 55 tahun (Dewasa) sebanyak 20 orang ( 38,5%)
dan CVD-Sroke Non Hemoragic pada usia < 55 tahun (Dewasa) sebanyak 32
orang ( 61,5%).

Menurut artikel yang di tulis olah (Riski pratiwi Januari 2017) menyebutkan
bahwa penelitian yang dipublikasikan di Neurology menunjukkan adanya
peningkatan stroke sekitar 54% terhadap orang dewasa yang berusia 20 hingga 45
tahun. Menurut S. Ausim Azizi, MD, pimpinanan jurusan Neurology dan dosen
neurology Temple University Medical School di Philadelphia, penyebab paling
umum stroke pada usia muda yaitu Infeksi, trauma gangguan jantung, dehidrasi,
sickle cell disease yang dapat mengakibatkan penurunan asupan atau suplai darah
ke otak. Stoke yang paling banyak terjadi yaitu Stroke iskemik karena adanya
pembekuan darah di dalam jantung atau pembuluh darah, di mana pembekuan
diakibatkan oleh robekan kecil pada pembuluh darah besar yang dikirim ke otak
hal ini disebabkan oleh kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat
obatan seperti pil KB, serta pala hidup yang tidak baik seperti tidak berolahraga
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol. Dapat meningkatkan
angka kejadian strokepada usia muda.

34
Berdasarkan jenis kelamin ( Sofyan, Sihombing., & Hamra,. 2015). Di dapatkan
bahwa Jenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang ( 44,7 % ) sedangkan Jenis
kelamin Laki laki lebih banyak yaitu 57 orang ( 55,3%) di bagi menjadi 2 kategori
yaitu Srtoke Hemoragic dan Sroke Non Hemoragic dengan jumlah penderita
Srtoke Hemoragic berdasarkan yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 15 orang
( 26,3% ) Sroke Non Hemoragic berdasarkan yang berjenis kelamin laki laki
sebanyak 42 orang ( 73,7%). Hal ini sejalan dengan kasus yang di temukan di
mana dalam kasus ini responden yang mengalami Stroke Non Hemoragic berjenis
kelamin Laki-laki.

Menurut (Bethesda Stroke Center, 2012) tidak ada hubungan jenis kelamin
dengan kejadian stroke, namun kejadian stroke dapat disebabkan oleh
multifactorial, tetapi diantaranya bisa karena diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, merokok, alkohol dan penyakit jantung. Sedangkan Menurut
Wardhani IO., dalam Putri, M. N., Mutiawati, E., & Mahdani, W. (2017). Risiko
terkena stroke akan meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor resiko,
salah satunya berjenis kelamin pria. Hal ini bisa disebabkan karena kebiasaan
yang dilakukan seperti merokok, konsumsi kopi dan kurangnya olahraga.
Perempuan lebih sedikit dikarenakan adanya hormon estrogen yang ikut
mempertahankan kekebalan tubuh, tetapi pada wanita yang telah mengalami
menopose risiko terkena stroke sama dengan laki-laki.

Pada saat di lakukan pengkajian pada keluarga Tn. T mengatakan tidak


mengetahui tentang penyebab stroke yang di derita Tn.T, keluarga Tn.T
mengatakan bahwa Tn.T tidak memiliki Riwayat Hipertensi dan juga tidak
memiliki riwayat Diabetes Melitus. hal ini sejalan dengan penelitian yang di
lakukan (Putri, M. N., Mutiawati, E., & Mahdani, W. 2017) di dapatkan bahwa 14
orang (35%) responden yang tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Riwayat
Diabetes Melitus. Meskipun dalam penelitian tersebut Responden yang memiliki
Riwayat Hipertensi sedikit lebih banyak dari pada responden yang tidak memiliki
riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus yaitu sebanyak 15 orang ( 37.5%).

35
Hal ini sejalan dengan teori menurut (Junaidi, 2011), hipertensi yang berlangsung
lama lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah
terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi,
peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah. Sekitar 60-70% perdarahan intra serebral disebabkan oleh hipertensi.
Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan koagulasi.
Bahkan, 70% kasus berakibat fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif)
Hal ini sejalan dengan teori (Junaidi, 2011), di dapatkan penyebab dari stroke
yaitu Hipertensi, Penyakit jantung, Diabetes mellitus, Hiperkolesterlemia,
Obesitas, Merokok.

Brdasarkan pengkajian yang di lakukan pada tanggal 30 April di dapatkan tanda


gejala dari kasus stroke yang di alami Tn. T yaitu penurunan kesadaran dengan
GCS 11 ( Somnolen ) E : 3, V : 3, M : 5, Keluarga mengatakan bicara pelo dan
tidak bisa jalan sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan teori
menurut Tarwoto (2013), Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan
batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.

Selain itu juga terjadi Perubahan pada kadar serum elektrolit Menurut Siddiqui
MR, (2012) Gangguan elektrolit merupakan salah satu mekanisme yang
menyebabkan kematian sel selama terjadinya cedera otak. Gangguan elektrolit
seperti hiponatremia atau hipernatremia disebabkan oleh SIADH, meningkatnya
brain natriuretic peptides, ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
Penyebab gangguan elektrolit pada penyakit serebrovaskuler adalah SIADH.

Dalam kasus ini pasien mengalami Hiponatremia hal ini sejalan dengan penelitian
yang di lakukan oleh Parakkasi, A. P., Muhartomo, H., & Hardian, H. (2016). di
dapatkan responden 15,2 % (5 orang) penderita stroke iskemik yang mengalami
Hiponatremia. Berdasarkan Teori Espay AJ (2014) dan Yee AH (2010) Pasien
stroke iskemik yang hiponatremia memiliki keluaran yang lebih jelek sampai

36
saat ini belum begitu jelas, namun diduga berhubungan dengan syndrome of
inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH) dan cerebral salt
wasting syndrome (CSWS) yang menyebabkan edema otak, penurunan aliran
darah otak, dan kompresi otak.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap
gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respon dari seorang
individu, kelompok, atau komunitas (NANDA, 2015). Diagnosa yang di
sebutkan dalam teori dan di temukan dalam kasus Tn T adalah sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif
3. Koping komunikasi tidak efektif b.d Hambatan komunikasi verbal

Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan dalam teori ialah :


1. Gangguan pertukaran gas
Diagnosa Keperawatan pertama yaitu gangguan pertukaran gas. Definisi
dari gangguan pertukaran gas yaitu kelebihan atau defisit oksigenasi dan/
atau eliminasi karbon dioksida pada membaran alveolar-kapiler.
Penulis menegakan diagnosa tersebut di dukung oleh penurunan pada
semua serum gas darah.

Hal ini berdasarkan teori yang di nyatakan oleh Wakhidah, A. N. (2015)


karna di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah serebral ke daerah
yang biasanya disuplai oleh pembuluh darah dan menyebabkan sel-sel
otak kehilangan kemampuan untuk menghasilkan energi-terutama
adenosin trifosfat (ATP).

2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif


Diagnosa keperawatan ke-2 ialah Resiko perfusi cerebral tidak efektif.
Definisi dari Resiko perfusi cerebral tidak efeektif atau Resiko ketidak

37
efektifan perfusi jaringan otak yaitu rentan mengalami penurunan sirkulasi
jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan.
Penulis menegakan diagnosa tersebut di dukung oleh hasil CT- Scan
dengan Intrepertasi berdasarkan teori yang di nyatakan oleh Wakhidah, A.
N. (2015) penyempitan atau oklusi bembuluh arteri serebral yang di
sebebkan oleh emboli, trombus atau lemak akan mengakibatkan berkurang
nya aliran darah serebral ke darah yang biasa di suplai oleh pembuluh darah
dan mengakibatkan ketidak efektifan perfusi jaringan serebral. Sehingga
area sekitar yang tidak tersuplai oksigen akan mengalami kerusakan.

3. Koping komunikasi tidak efektif


Diagnosa keperawatan ke-3 ialah hambatan komunikasi verbal. Definisi
dari hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan, pelambatan atau
ketiadaan untuk menerima memproses, mengirim, dan / menggunakan
sistem simbol menurut (Herdman., 2018).

Penulis menegakan diagnosa tersebut di dukung oleh data objektif yaitu


pasien tampak bicra pelo ( afasia ) bicara kurang jelas dan seperti
mengerang.

Berdasarkan teori yang di nyatakan oleh (Haryanto, dkk 2014). stroke


menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan
mengalami gangguan bicara atau afasia, karena otak kiri berfungsi untuk
menganalisis, pikiran logis, konsep, dan memahami bahasa (Sofwan, 2010).
Menurut (Mulyatsih dan Airizal 2008), secara umum afasia dibagi dalam
tiga jenis yaitu afasia motorik, afasia sensorik, dan afasia global.

Orang yang mengalami gangguan bicara atau afasia akan mengalami kegagalan
dalam berartikulasi. Artikulasi merupakan proses penyesuaian ruangan
supraglottal. Penyesuaian ruangan didaerah laring terjadi dengan menaikkan dan
menurunkan laring, yang akan mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga
mulut dan rongga hidung melalui katup velofaringeal dan merubah posisi

38
mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan bunyi
dasar dalam berbicara (Yanti, 2008, ).

B. Intervensi Keperawatan
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat dalam
membuat suatu proses keperawatan. Intervensi keperawatan adalah suatu
proses penyusunan berbagai rencana tindakan keperawatan yang
dibutuhthkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-
masalah pasien. Pada bagian ini penulis akan membahas tentang intervensi
keperawatan yang telah disusun dari masing-masing diagnosa. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan pada diagnosa pertama sampai keempat
diharapkan dapat mencapai outcome yang telah ditentukan sesuai dengan
Nursing Outcome Classification (NOC). Intervensi dari masing-masing
diagnosa ditentukan menggunakan Nursing Intervention Classification
(NIC) yang sesuai dengan kondisi pasien. Intervensi yang disusun oleh
penulis sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas
Intervensi yang di ambil yaitu hambatan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan ventilasi perfusi : Pemberian oksigen pada
pasien dengan masalah asidosis metabolik, sangat penting untuk
mengatasi keasaman pada pada pH darah dan PaO2 rendah, Oksigen
sangat penting dalam kebutuhan metabolisme, saat oksigen dalam
darah rendah maka darah yang kurang asupan oksigen akan berubah
menjadi anaerob.
Intervensi periksa hasil analisa gas darah juga di angkat dalam
diagnose hambatan pertukaran gas, karna hasil analisa gas darah yang
memburuk dapat menentukan efektif atau tidak nya intervensi serta
menentukan ststus kesehatan pasien.
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif
Intervensi yang di ambil pada diagnosa ketidak efektifan perfusi
jaringan serebral : lakukan penilaian GCS. Glasgow Coma Scale (GCS)
merupakan suatu skala yang digunakan sebagai pengukuran klinis

39
semikuantitatif dari tingkat kesadaran. Penurunan kesadaran dapat terjadi
pada pasien dengan volume perdarahan yang luas akibat peningkatan
tekanan intrakranial ataupun adanya kompresi atau distori secara
langsung pada thalamus dan batang otak. Hal ini dapat mengganggu
sistim ARAS (Ascending Reticular Activating System) yang merupakan
suatu sistem yang mempertahankan seseorang terjaga.
Penelitian Yousuf RM pada tahun 2012 yang dilakukannya terhadap 160
pasien menunjukkan bahwa skor GCS yang rendah merupakan salah satu
prediktor yang signifikan untuk terjadinya angka kematian di rumah
sakit.
Intervensi tinggikan posisi kepala tempat tidur, menurut penelitian
yang di lakuakan (Parasian, 2018) menyatakan Kecepatan aliran
darah serebral diketahui meningkat pada saat posisi kepala
diturunkan dari 30ᵒ menjadi 0ᵒ hal ini menunjukkan perubahan
posisi kepala yang diturunkan mampu memperbaiki aliran residual
pada arteri serebral media yang terdampak untuk kemudian
memperbaiki perfusi otak.
3. Koping komunikasi tidak efektif
Intervensi dari hambatan komunikasi verbal yaitu monitor kecepatan
bicara, monitor kecepatan merupakan suatu intervensi untuk
menentukan keparahan afasia, afasia dapat di atasi menggunakan
Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu proses rehabilitasi pada
penderita gangguan komunikasi sehingga penderita gangguan komunikasi
mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar dan tidak mengalami
gangguan psikososial (Rodiyah, 2012,). terapi AIUEO bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara pasien
stroke yang mengalami afasia motorik

C. Implementasi Keperawtan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2011). Adapun

40
kegiatan yang ada dalam tahap ini meliputi: pengkajian ulang,
memperbarui data dasar, meninjau dan merevensi rencana asuhan yang
telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan. Implementasi pada Tn T dapat dilakukan penulis sesuai
rencana tindakan keperawatan yang ada.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di implementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. evaluasi
keperawatan dilakukan dengan cara pendekatan pada SOAP yaitu S
(Subjektif) : data subjektif yaitu data yang diutarakan pasien dan
pandangannya terhadap data tersebut, O (Objektif) : data objektif yaitu
data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik
dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien, A (Analisis) : analisa
atau kesimpulan dari data subjektif dan data objektif, P (Perencanaan) :
yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan pasien yang optimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2011).
Evaluasi pada Tn. A dilakukan dengan menggunakan metode SOAP Pada
diagnose utama yaitu Hambatan pertukaran gas di dapatkan S (Subjektif)
tidak ada. O (Objektif) yaitu dilakukan pengambilan darah (AGD) dengan
hasil, PH : 7.191, P CO2: 25.7 mmHg, P O2 :19.6 mmHg, HCO3-: 9.5
mmol/L di dapatkan hasil Asidosi Metabolik. Keadaan umum pasien
samnolen dengan GCS Eye; 3, Verbal: 3, Motorik:5, Hasil Pemeriksaan
Tanda- Tanda Vital di dapatkan Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Nadi:
83x/menit, Pernafasan: 24x/menit, Suhu: 36 0C. A (Analisis): Masalah
teratasi sebagian. P (Perencanaan): Lanjutkan intervensi monitor status
pernapasan.

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan
pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak yang
mendadak. Stroke dibagi menjadi dua yaitu : stroke haemoragik dan stroke
iskemik. Penatalaksanaan stroke yang dilakukan di IGD adalah tindakan
resusitasi serebro kardio pulmonal juga dilakukan tindakan terapi fisik,
okupasi, wicara, psikologi dan telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien.
Gejala dan tanda klinis stroke sangat bervariasi, tergantung kategori stroke
yang dialami dan lokasi otak dimana terjadinya stroke. Namun, umumnya
terjadi secara mendadak dan sangat cepat.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah :
1. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Resiko perfusi cerebral tidak efektif
3. Koping komunikasi tidak efektif b.d Hambatan komunikasi verbal

B. Saran
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Perawat dapat memberikan health education bagi keluarga mengenai stroke,
pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan pasien pasca stroke di rumah.
Perawat juga diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga dalam
meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh.
b. Bagi Keluarga Pasien Pasca Stroke

42
Keluarga perlu meningkatkan motivasi bagi pasien pasca stroke untuk lebih
mandiri dengan pengawasan dan tidak memberikan efek negatif
ketergantungan dalam melakukan perawatan diri.
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat meningkatkan rasa kepedulian dengan memberikan
dukungan, berdiskusi dan tanya jawab dengan pasien pasca strok.

Daftar Pustaka
American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA). (2018).
Heart
disease and stroke statistics-2018 Update. Diakses tanggal 26 Februari
2018 dari: http://circ.ahajournals.org/content/125/1/e2.full?sid=b8024315-
9878-42e9-a935-05edb3ec1427
Bulecheck, Gloria M., dkk. ( 2016). Nursing Interventions Classification
(NIC).
Singapore: Elsevier Global Rights.
Espay AJ. Neurologic complications of electrolyte disturbances andacid-base
balance. 1st ed. Elsevier B.V.; 2014
Haryanto, G. D. A., Setyawan, D., & Kusuma, M. A. B. (2014). Pengaruh Terapi
AIUEO terhadap kemampuan bicara pada pasien stroke yang
mengalami afasia motorik di RSUD Tugurejo Semarang. Karya Ilmiah.
Irfan, Muhammad. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke.Edisi Pertama. Penerbit
Graha
Ilmu:Yogyakarta.
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke, Waspadai Ancamannya.Yogyakarta
Junaidi, I. (2013). Panduan Praktik Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta:
PT.
Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC).
Singapore: Elsevier Global Rights.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, edisi 10. Jakarta: EG
Parasian, R. I. M. (2018). Perbedaan Antara Posisi Kepala dengan Perubahan
Kecepatan Aliran Darah Serebral Fase Akut dan Sub Akut pada Pasien
Stroke Iskemik.
Parakkasi, A. P., Muhartomo, H., & Hardian, H. (2016). Hubungan Kadar
Natrium Serum Saat Masuk Dengan Keluaran Motorik Pasien Stroke
Iskemik (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Putri, M. N., Mutiawati, E., & Mahdani, W. (2017). Hubungan derajat stroke
terhadap status kognitif pada pasien stroke iskemik di poliklinik saraf
rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Medisia, 2(1).

43
(Riski pratiwi Januari 2017)
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/penyebab-stroke-usia-
muda/
Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y. (2015). Hubungan Umur, Jenis
Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke. Medula, 1(1).
Siddiqui MR, 2012; Roy KS, 2014; Moemeni H, 2016)
Sumber: Bulecheck, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore: Elsevier Global Rights.
Wakhidah, A. N. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Tn. W dengan Gangguan
Sistem Persarafan: Stroke Non Hemoragic Di Ruang Gladiol Atas
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Wardhani IO, Martini S. Hubungan Antara Karakteristik Pasien Stroke dan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi. J Berk
Epidemiol. 2013;3:24–34
Wayunah, W., & Saefulloh, M. (2017). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stroke di RSUD Indramayu. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 2(2), 65-76.
Yee AH, Rabinstein AA. Neurologic Presentations of Acid-Base Imbalance,
Electrolyte Abnormalities, and Endocrine Emergencies. Neurol Clin.
2010;28(1):1–16.

44

Anda mungkin juga menyukai