OLEH
KELOMPOK 3:
IMANIAR DWI ALDA (18631716)
VISEIS NANDI SUTOMO (18631708)
IRVRILIA RAHMA (18631705)
FITRIANA LAILATUL MARUROH (18631691)
FAY HURIN’IN ZAKIYA (18631641)
Pengertian Ablasio Retina
Ablasio retina adalah lepasnya lapisan syaraf penglihatan dalam bola mata dari
lapisan di bawahnya atau lapisan retina pigmen epitelium (RPE) dengan
akumulasinya cairan subretina
Seseorang dikatan ablasio retina bila ada pemisahan retina neurosensory dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensory. bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel dan berpigmen pemberi
nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan
berakibat hilangnya penglihatan ( C. Suzanne, 2002)
Etiologi
Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah bayangan yang
difokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio rtina sering kali di hubungkan dengan
adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui
robekan atau lubangan tersebut dan menyebabkan lepasnya retina dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
malformasi kongenital
kelainan metabolisme
penyakit vaskuler
inflamasi intraokuler
neoplasma
trauma
perubahan dengan degeneratif dalam vitresus atau retina ( C. Smeltzer, Suzanne,2002).
Lanjut …….
Faktor resiko terjadinya ablasio retina
rabun dekat
riwayat keluarga dengan ablasio retina
diabetes yang tidak terkontrol
trauma
Manifestasi Klinis
Ablasio retina dapat didahului oleh gejala ablasio vitreous posterior, termasuk
floater cahaya berkilat. Dengan onset ablasio retina itu sendiri pasien menyadari
perkembangan progresif defek lapang pandang, yang sering dideskripsikan
sebagai bayangan atau tirai. Progresi dapat cepat bila terdapat ablasio superior.
Jika macula terlepas maka terjadi penurunan tajam penglihatan bermakna.
Retina yang mengalami ablasio dapat dilihat dari oftalmoskop sebagai membrane
abu-abu merah muda yang sebagian menutupi gambaran vascular koroid. Jika
terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruangan subretina, didapatkan
pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Satu robekan pada retina
terlihatagak merah muda karena tabir yang menutupi penglihatan dan seperti
melihat pijaran api. Penglihatan menurun secara bertahap sesuai daerah mana
yang terkena. Penglihatan sentral akan terganggu setelah macula terkena dan
biasanya tidak nyeri.
Penatalaksanaan
A. Medis B. Keperawatan
Pengobatan pada ablasio retina adalah Titah baring dan aktifitas dibatasi
tindakan operasi, bertujuan mengeluarkan Kedua mata dibalut, dan aktifitas dibantu
cairan sub retina, menutup lubang atau
guna mencegah cidera
robekan, dan untuk melekatkan kembali
retina jika terdapat gelembung di mata, poisi
yang dianjurkan harus dipertahanlan
Elektrodiatermi
sehingga gas mampu memberikan
Sclera buckling tamponade yang efektif pada robekan
retina
Photocoagulasi
Klien tidak boleh berbaring terlentang
Cyrosurgery
Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk
Cerclage
mempermudah pemeriksaan pasca oprasi
Prognosis
1. Prognosis visual pada pasien ablasio retina pada anak lebih buruk dibandingkan
orang dewasa. Angka keberhasilan operasi untuk melekatkan bagian
neurosensori retina hanya 50%-80%. Pada ablasio retina rhegmatogen anak
sering terjadi proliferatif vitreoretinopati sehingga menurunkan angka
keberhasilan operasi. Tajam penglihatan post operatif pada 30-40% kasus. Angka
tersebut lebih rendah dibandingkan kasus ablasio retina dewasa. Ablasio retina
pada anak merupakan kasus jarang dengan prognosis visual buruk dan
penanganan yang sulit.
Lanjut…….
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya
dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih
buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan
pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangatt baik.
Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan
sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.
Pohon Masalah TRAUMA
NON TRAUMA :
- Retinopati
- Massa di koloid
- Toxomigravidarum
Robekan Pada Retina
NYERI
Dilakukan Operasi Kerusakan Retina
KURANG
PENURUNAN PERSEPSI PERAWATAN
ANSIETAS
SENSORI : VISUAL DIRI
RESIKO
CIDERA
Sumber: Jhon (2015)
Pengkajian Penyakit
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat
pasien, umur pasien biasanya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak
sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat
di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah
penglihatan kabur atau tertutup oleh bayangan seperti tirai
Lanjut…
J ) Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian penis,
batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu
diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika
timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar
limfe regional, periksa adanya pembesaran pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran
kelenjar limferegional
Ekstermitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Nyeri akut
Resiko infeksi
Ansietas
Penurunan persepsi sensori
Resiko cidera
Kurang perawatan diri
Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. D.0085 L.09083 I.08241
Persepsi Sensori Minimalisasi Rangsangan
Gangguan Persepsi Sensori Luaran tambahan Observasi
a. Periksa status sensori dan
Fungsi Sensori : tingkat kenyamana (mis. nyeri,
Definisi: a. Proses Informasi kelelahan)
b. Status Neurologis Terapeutik
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal Kriteria Hasil : a. Diskusikan tingkat toleransi
maupun eksternal yang disertai dengan respon yang a. Verbalisasi melihat terhadap beban sensori (mis. bising ,
bayangan meningkat tertalu terang)
berkurang, berlebih atau terdistorsi. b. Batasi stimulus lingkungan (mis.
b. Respons sesuai stimulus
cahaya, suara, aktivitas)
membaik c. Jadwalkan aktivitas harian dan
waktu istirahat
d. Kombinasikan
prosedur/tindakan salam satu waktu,
sesuai kebutuhan
Edukasi
a. Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur cahaya
ruangan)
Kolaborasi
a. Kolaborasi dalam minimalkan
prosedur/tindakan
b. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
2. D.0077 L.08066 I.08238
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Nyeri akut Luaran tambahan Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Kontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Definisi: b. Mobilitas fisik b. Identifikasi skala nyeri
c. Pola tidur c. Identifikasi respons nyeri non verbal
Pengalaman sensorik atau emosional yang d. Status kenyamanan d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual kriteria hasil meperingan nyeri
a. Keluhan nyeri e. Monitor efek samping penggunaan analgetik
atau fungsional dengan onset mendadak atau Terapeutik
berkurang atau menurun
lambat dan berintensitas ringan hingga berat a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
b. Skala nyeri menurun mengurangi rasa nyeri
yang berlangsung kurang dari 3 bulan atau berkurang b. Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Pupil dilatasi c. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dlam
menurun pemilihan strateginmeredakan nyeri
d. Ketegangan otot Edukasi
menurun a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
e. Pola tidur membaik c. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
3. D.0142 L.14137 I.14539
Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Resiko Infeksi Luaran Tambahan Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
d. Kontrol Resiko lokal dan sistemik
Definisi: e. Status Nutrisi Terapeutik
Kriteria Hasil : a. Batasi jumlah pengunjung
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme a. Kemerahan pada mata b. Cuci tangan sebelum dan
patogenik menurun sesudah kontak dengan pasien dan
b. Nyeri mata menurun lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
c. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
4. D.0080 L.09093 I.09326
Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi
Ansietas Luaran Tambahan Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
a. Harga diri atau gejala lain yang menggunakan kemampuan kognitif
Definisi: b. Kesadaran diri b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c. Proses informasi c. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
Kondisi emosi dan pengalaman d. Tingkat agitasi d. Periksa ketegangan otot, frekuensi madi, tekanan darah, dan suhu
subyektif individu terhadap objek e. Tingkat sebelum dan sesudah latihan
pengetahuan e. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
yang tidak jelas dan spesifik akibat Terapeutik
Kriteria Hasil :
antisipasi bahaya yang a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan pencahayaan dan suhu
a. Verbalisasi ruang nyaman, jika memungkinkan
memungkinkan individu melakukan kebingungan menurun b. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan untuk menghadapi ancaman b. Verbalisasi khawatir tindakan medis lain, jika sesuai
akibat kondisi yang Edukasi
dihadapi menurun a. Julaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis.
c. Perilau tegang musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
b. Anjurkan mengambil posisi nyaman
menurun c. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
d. Kontak mata d. Anjurkan sering mengulangi atau melatih sensasi relaksasi
membaik e. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
5. D.0136 L.14136 I. 14513
Tingkat Cidera Manajemen Keselamatan Lingkungan
Resiko Cidera Luaran Tambahan Observasi
a. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
a. Fungsi sensori kondisi fisik, fungsi kognitif, dan riwayat perilaku)
Definisi: b. Mobilitas b. Moitor perubahan status keselamatan
c. Tingkat Jatuh lingkungan
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan d. Tingkat delerium Terapeutik
fisik yang menyebabkan seseorang tidak Kriteria Hasil : a. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
( mis. fisik, biologi, kimia), jika memungkinkan
lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi a. Toleransi ativitas
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
meningkat
baik. bahaya dan resiko
b. Ketegangan otot c. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
menurun (mis. commode chair dan pegangan tangan)
c. Ekspresi wajah d. Gunakan perangkat pelindnung
kesakitan menurun e. Fasilitasi relokasi ke limgkungan yang aman
d. Agritasi menurun Edukasi
e. Iritabilitas menurun a. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya lingkungan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
6. D.0109 L.11103 I.11348
Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri
Defisit Perawatan Diri Luaran Tambahan : Observasi
a. Identifikasi perawatan diri sesuai usia
a. Fungsi sensori b. Monitor tingkat kemandirian
Definisi: b. Mobilitas fisik c. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
c. Satus neurologi diri, berpakaian, berias dan makan
Tidak mampu melakukan atau d. Tingkat kenyamanan Terapeutik
menyelesaikan aktivitas perawatan diri e. Tingkat nyeri a. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
Kriteria Hasil : suasana hangat, rileks, privasi)
a. Melakukan perawatan b. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
diri meningkat c. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
b. Verbalisassi keinginan melakukan perawatan diri
melakukan perawatan diri d. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
menjadi meningkat Edukasi
a. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Implementasi
Kesimpulan
Ablasio retina adalah lepasnya lapisan syaraf penglihatan dalam bola mata dari
lapisan di bawahnya atau lapisan retina pigmen epitelium (RPE) dengan
akumulasinya cairan subretina. Ablasio rtina sering kali di hubungkan dengan adanya
robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes melalui
robekan atau lubangan tersebut dan menyebabkan lepasnya retina dari jaringan di
bawahnya.Ablasio retina dapat didahului oleh gejala ablasio vitreous posterior,
termasuk floater cahaya berkilat. Dengan onset ablasio retina itu sendiri pasien
menyadari perkembangan progresif defek lapang pandang, yang sering
dideskripsikan sebagai bayangan atau tirai.