Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SUAKA INSAN

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

TREND ISSUE DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DAN HOME CARE PADA PASIEN ANAK

DISUSUN OLEH:

REGITA ANASTASIA (113063C1120057)


RIFKA IMELDA BABY ANGGI (113063C1120058)
RIZQI NUR ABIDAH (113063C1120060)
SEFIANA AYU KUSUMA DEWI (113063C1120061)
SINTYA SILVERIA (113063C1120062)
SITI NOOR ANNISA (113063C1120063)
WILIBRODUS TEME (113063C1120065)
YOSUA RYCO SUSANTO (113063C1120066)
YULIANI (113063C1120067)
YUSTIRA ADVENTA M. K. (113063C1120068)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN
PROFESI BANJARMASIN

1
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah keperawatan anak II yang berjudul “Trend Issue Dalam Asuhan
Keperawatan Anak dan Home Care Pada Pasien Anak” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah keperawatan anak I ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah
keperawatan anak II.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala arahan, bimbingan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan makalah keperawatan anak II
ini.
Ucapan terimakasih ini disampaikan kepada :
1. Ibu Dania Relina Sitompul, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Koordinator mata ajar yang
telah memberi arahan untuk mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Ibu Dania Relina Sitompul, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan serta membimbing kami untuk tugas makalah ini.
3. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerjasama dan berbagi ide serta pendapat
dalam pembuatan makalah ini.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan makalah keperawatan anak II ini dengan
sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan.Pada kesempatan
ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Kiranya
makalah keperawatan anak II ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, 15 September 2022

Kelompok 5

3
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. LATAR BELAKANG ....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................
C. TUJUAN .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
A. DEFINISI........................................................................................
B. MANFAAT HOME CARE NURSING .........................................
C. JENIS PELAYANAN HOME CARE ............................................
D. PERORGANISASIAN ...................................................................
E. PROSEDUR TINDAKAN HOME CARE .....................................
F. HOME CARE OKSIGENASI ........................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
A. KESIMPULAN...............................................................................
B. SARAN ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang berikan
kepada individu, keluarga maupun masyarakat harus lah baik (bersifat etis) dan benar
(berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik keperawatan
telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan, maupun surat
keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian praktik keperawatan
bagi perawat Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban profesi untuk
mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.
Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus
dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga
dilaksanakan di masyarakat maupun di rumah pasien. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan di rumah pasien disebut home care.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defisi dari homecare ?
2. Apa saja manfaat homecare ?
3. Apa saja jenis pelayanan homecare ?
4. Apa saja pengorganisasian homecare ?
5. Apa saja prosedur tindakan home care ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan defisi homecare
2. Menjelaskan manfaat homecare
3. Menjelaskan jenis pelayanan homecare
4. Menjelaskan pengorganisasian homecare dan uraian tugas
5. Menjelaskan prosedur tindakan home care

5
BAB II
ISI

A. DEFINISI HOME CARE

Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Meningkatnya penyakit kronis dan paling banyak pada populasi lansia yang
membutuhkan perawatan rutin dan jangka panjang menjadi sesuai bila perawatan yang
dilakukan adalah perawatan berbasis homecare (Markkanen, 2008; A Lang, 2008, 2010).
Pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
instasi pemerintah di pusat, daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara/ Daerah
dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaanketentuan perundang undangan (Wijono,
1999).

Home Care adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan
kepada klien individu dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan
untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat
kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi
kesehatan (Warhola dalam Bukit, 2008). National Association for Home Care (1996)
mendefinisikan, Home Care disediakan kapanpun saat seseorang lebih memilih tinggal di
rumah namun membutuhkan perawatan secara terus menerus yang tidak mudah dan
tidak efektif jika dilakukan sendiri oleh keluarga dan teman. Selanjutnya yang perlu
diperhitungkan untuk melakukan perawatan homecare ini adalah mendekatkan akses
pelayanan antara agensi penyedia pelayanan ini dengan pasien. Salah satu yang bisa
dilakukan adalah pelayanan homecare berbasis layanan elektronik (e-homecare services).
Penggunaan tehnologi ini juga akan menimbulkan manfaat signifikan dibidang kesehatan
dengan kecepatan aksesnya. (C Liddy, 2008; S V Hoecke, 2010; SH. Landers, 2010).

6
B. MANFAAT HOME CARE NURSING
Manfaat home care nursing bagi pasien, yaitu:
a. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif
b. Pelayanan lebih profesional
c. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal dan
etik keperawatan
d. Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan puas
dengan asuhan keperawatan yang profesional (Triwibowo, 2012, dalam Parellangi,
2020).

C. JENIS PELAYANAN HOME CARE


Menurut Rice (2006) dalam Parellangi (2020) jenis kasus yang dapat dilayani pada
perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di
rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang dijumpai di komunitas. Kasus umum yang
merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
1. Klien dengan penyakit gagal jantung
2. Klien dengan gangguan oksigenasi
3. Klien dengan perlukaan kronis
4. Klien dengan diabetes
5. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
6. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi
7. Klien dengan terapi cairan infus di rumah
8. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
9. Klien dengan HIV/AIDS.
Kasus-kasus yang terjadi pada pasien di rumah dengan kondisi khusus meliputi
1. Klien dengan post partum
2. Klien dengan gangguan kesehatan mental
3. Klien dengan kondisi usia lanjut
4. Klien dengan kondisi terminal
5. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis

D. PENGORGANISASIAN
Unsur Organisasi dalam Pelayanan Home Care Nursing Unsur organisasi dalam
pelayanan home care nursing berdasarkan SK Direktorat Yan Medik NO HK
7
01.01.311.2001. Home care nursing terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu pengelola pelayanan,
pelaksanaan pelayanan, dan klien. Home care nursing bisa terlaksana apabila ada
kerjasama antara pengelola home care nursing (PKR), klien dan pelaksana home care
nursing (Suardana, 2013) dalam Parellangi, 2020.
a. Pengelola Pelayanan home care nursing
Pengelola Pelayanan adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap
seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah baik penyediaan tenaga, sarana,
dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Pengelola
dapat berkedudukan sebagai salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit/klinik/puskesmas, atau dapat pula berkedudukan terpisah secara mandiri.
b. Pelaksana Pelayanan
Pelaksana Pelayanan adalah pelaksana pelayanan terdiri dari tenaga keperawatan
profesional dibantu dengan tenaga profesional lain terkait dan tenaga non profesional.
Pelaksana pelayanan tersebut terdiri dari koordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
c. Klien
Klien adalah penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu
anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan
keluarga juga dapat menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh (care giver)
yang melayani kebutuhan sehari-hari dari klien.
Ketiga unsur tersebut di atas merupakan syarat minimal yang harus ada dalam sistem
pelayanan kesehatan di rumah. Ketiga unsur tersebut berinteraksi secara proporsional
dan saling mempengaruhi dalam proses keperawatan kesehatan di rumah.
Apabila salah satu dari komponen tersebut tidak berfungsi secara baik maka
pelayanan yang diberikan sulit untuk memberikan hasil yang optimal. Dalam sistem
ini setiap komponen mempunya hak dan kewajiban masingmasing yang dapat diukur
sehingga diharapkan tidak akan merugikan salah satu pihak pun karena pelayanan
yang diberikan dapat dikendalikan oleh masing- masing pihak (Parellangi, 2018).

E. PROSEDUR TINDAKAN HOME CARE


Prosedur tindakan home care adalah suatu tindakan perawatan yang lazim dilakukan
pada saat perawat melakukan tindakan asuhan keperawatan di rumah pasien.
1. Mencuci tangan ((Hand Hygiene)
Mencuci tangan adalah istilah umum yang mengacu pada tindakan pembersihan
Ketiga unsur tersebut di atas merupakan syarat minimal yang harus ada dalam sistem

8
pelayanan kesehatan di rumah. Ketiga unsur tersebut berinteraksi secara proporsional
dan saling mempengaruhi dalam proses keperawatan kesehatan di rumah. Apabila
salah satu dari komponen tersebut tidak berfungsi secara baik maka pelayanan yang
diberikan sulit untuk memberikan hasil yang optimal. Dalam sistem ini setiap
komponen mempunya hak dan kewajiban masingmasing yang dapat diukur sehingga
diharapkan tidak akan merugikan salah satu pihak pun karena pelayanan yang
diberikan dapat dikendalikan oleh masing- masing pihak (Parellangi, 2018).
Tujuan Mencuci Tangan:
a. Dilakukan secara rutin dalam perawatan pasien ialah untuk menghilangkan
kotoran dan bahan organik serta kontaminasi mikroba dari kontak dengan pasien
atau lingkungan (WHO, 2009)
b. Untuk menghilangkan mikroorganisme sementara yang mungkin ditularkan ke
perawat, pasien, pengunjung atau kepada tenaga kesehatan lainnya (Berman et
al., 2002)
c. Mengurangi terjadinya penularan penyakit (Rosdahi & Kowalski, 2012)
Indikasi Pelaksanaan Mencuci Tangan
a. Cuci tangan dengan sabun dan air saa terlihat kotor atau terlihat kotor dengan
darah atau cairan tubuh lain atau setelah menggunakan toilet.
b. Jika paparan terhadap patogen pembentuk spora.
c. Sebelum menangani obat atau menyiapkan makanan.
Berdasarkan guideline dari (WHO, 2009) mengenai mencuci tangan terdapat 5
saat harus mencuci tangan. Lima saat tersebut adalah:
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik
c. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar perawatan pasien

2. Memberikan Makan Pasien Yang Tidak Dapat Makan Dan Minum Sendiri
Memberikan Makan Pasien Yang Tidak Dapat Makan Dan Minum Sendiri adalah
menghidangkan makanan dan minuman sesuai dengan menu diet yang telah
ditentukan oleh dokter dan ahli gizi. Bertujuan untuk memenuhi kalori pasien,
membantu pasien agar dapat makan, dan membantu meningkatkan selera makan.
3. Perawatan luka

9
Perawatan luka merupakan prosedur membersihkan luka, memberikan dressing
primer atau sekunder sehingga luka tertutup dan diharapkan mapu membantu proses
penyembuhan luka (Eni, 2006).
Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menjaga luka dari trauma, imobilisasi luka,
mencegah perdarahan, mencegah kontak dengan kuman, menyerap cairan luka, dan
meningkatkan kenyamanan pasien secara fisik dan psikologis.
Indikasi dilakukannya perawatan luka adalah balutan kotor dan basah akibat faktor
luar, cairan eksudat yang banyak dan merembes, dan perlunya debridement
4. Mengatur Posisi Pasien
Pengaturan posisi pasien dalam posisi yang baik dengan mengubah secara teratur dan
sistematik. Posisi tubuh apapun baik yang benar atau tidak benar, akan mengganggu
apabila dipertahankan dalam waktu yang lama (Berman et al., 2002; Potter & Perry,
2006). Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan yang penting karena dapat
mendorong pasien bergerak di tempat tidur (Rosdahl & Kowalski, 2012)
Tujuan Merubah Posisi Pasien:
a. Membantu mencegah ketidak nyamanan otot
b. Mengurangi tekanan yang tidak semestinya yang menyebabkan decubitus
c. Mencegah terjadinya kontraktur, kerusakan saraf superfisial dan pembuluh
darah
d. Mempertahankan tonus otot dan reflek
e. Memudahkan suatu tindakan keperawatan
Indikasi Merubah Posisi Pasien:
a. Pasien dengan tirah baring
b. Pasien dalam keadaan lemah yang tidak dapat merubah posisinya sendiri
c. Pasien yang akan dilakukan tindakan medikasi
d. Pasien yang akan dilakukan tindakan keperawatan
5. Memandikan pasien di tempat tidur
Memandikan pasien di tempat tidur merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikan di
tempat tidur. Tujuannya untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat
kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan
pasien.
6. Melatih Napas Dalam Dan Batuk Efektif
Melatih napas dalam adalah bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan

1
0
abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing. Tujuan pernapasan abdominal atau
diafgrama memungkinkan napas dalam secara penuh dengan sedikit usaha. Pursep lip
breathing membantu klien mengontrol pernapasan yang berlebihan. Indikasi melatih
napas dalam yaitu restriksi ekpansi dada, misalnya pada klien dengan PPOM (misal
asma dan bronchitis) atau klien pada tahap penyembuhan setelah pembedahan toraks.
7. Pemberian obat
Pemberian obat melalui 6 cara yaitu:
a. Pengertian obat melalui oral
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan mlalui mulut sesuai dengan
program pegobatan dari dokter
b. Pengertian obat melalui intrakutan
Melakukan pemberian obat melalui area penyuntikan yang mencapai kedalaman
pada intraktan laturan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit
(0,1 – 0,2ml).
c. Pengertian obat melalui subkutan
Pemberian obat/cairan dengan menggunakan spuit khusus yang bisa mencapai
tepat pada area subkutan melalui sudut enyuntikan 90°
d. Pegertian obat melalui intramuskular
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan
menggunakan spuit yang secara langsung ke dalam otot (90°). Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada
kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas
atau pada lengan atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan
dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.
e. Pengertian obat melalui intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dala pembuluh darah vena
dengan meggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah emburuh
darah yang menghantarkan darah ke jantung.
f. Pemberian obat melalui rektal
Memberikan obat ke dalam rektum dalam bentuk supositoria.
8. Pengertian pemasangan infus adalah salah satu cara ata bagian dari pengobtan unuk
memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 200). Sdangkan

1
1
menurut (Lukman,2007) terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke
dalam vena (pembukuh darah) untuk dileawati cairan infus/pengobatan dengan tjuan
agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam
jangka waktu tertentu.
Tujuan:
a. Memperbaiki atau mencegah gagguan cairan dan elektrolit pada klien yang sakit
akut
b. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Membeikan akses intravena pada pemberian terapi intermitten atau emergensi
9. Indikasi pemasangan infus:
Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4siuasi yaitu: kebutuhan
pemberian obat intravena, transfusi darah atau kompnenn darah dan situasi lain di
mana akses langsung ke aliran darah diperlukan, sebagai contoh:
a. Kondisi emergency (misalnya ketika tidakan RJP), yang memungkinkan unutk
pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah intravena
b. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat seperti
furosemid, digoxin
c. Pasien yang mendapat terai obat dalam jumah dosis besarsecara terus menerus
melalui pembuluh darah intravena
d. Pasien yang membutuhkan pecegahan gangguan cairan dan elektrolit
e. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan
denfan injeksi intramuskular
f. Pasien yang mendapat transfusi darah
g. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasagan jalur infus inravena untuk
persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkna pemberian
obat)
h. Upaya profilaksis pada pasie-pasien yang tidak stabil, cotohnya syok (meneror
nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan), sebelum pemebuluh darah kolaps
(tak teraba), maka tak mampu di pasang pemasangan infus.
Kontraindikasi pemasangan infus:
Kontraindikasi realtif pada pemasangan infus, karena ada berbagai situasi dan eadaa
yang mempengaruhinya. Namun scera umum pemasangan infus tidak boleh di
lakukan jika:

1
2
a. Terdapat inflamasi (bengkak, eyeri, dmam) flebitas, sklerosis vena, luka bakar
dan infeksi di area yang hedak di pasangan infus
b. Pemasangan infus di daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama
pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena lokasi ini dapat
digunakan untuk pemasangan fistula arter-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah)
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan pada pembluh darah vena kecil yang alisan
darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).
10. Rentang Gerak (Range Of Motion)
Rentang Gerak atau ROM merupakan latiha gerak sendi untuk meminimalkan
kecacatan setelah serangan stroke yang dapat dilakukan secara mandiri maupun
dibantu oleh orang lain.
Range of Motion adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan (Suratun, 2008). Range of Motion merupakan suatu aktivitas
fisik yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kesehatan dan
mempertahankan kesehatan jasmani (Murtaqib, 2013).
Range of motion adalah latihan yang dapat menimbulkan rangsangan aktivitas
kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui neuromuskuler akan
meningkatkan rangsangan pada serat syaraf otot ekstremitas terutama syaraf
parasimpatis yang merangsang produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan
kontraksi (Safa, 2013)
Tujuan ROM
Menurut (Yudha 2014): Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan
otot. Memelihara mobilitas persendian. Mencegah kelainan bentuk, kekauan dan
kontraktur. Menurut Murtaqib (2013) tujuan ROM adalah untuk menurunkan tekanan
darah, memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi dan meningkatkan
masa otot.
Jenis ROM
Menurut Mangusan (2010) ROM terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Latihan ROM aktif: Latihan ROM aktif merupakan semua pergerakan yang
dilakukan oleh pasien sendiri. Pada latihan ROM aktif ini pasien dapat berlatih
secara manual tanpa bantuan trapis.
b. Latihan ROM aktif dengan pendampingan (active-assisted): merupakan latihan
yang tetap dilakukan oleh pasien sendiri dan didampingi oleh terapis. Peran

1
3
terapis dalam latihan ini adalah memberikan antuan kepada pasien untuk
mencapai gerakan ROM yang diinginkan. Misalnya ketika pasien menggerakan
tungkai namun tidak mencapai hasil yang maksimal dikarenakan oleh kelemahan
ataupun nyeri. Latihan ini dilakukan perlahan-lahan untuk meningkatkan
kekuatan otot pasien secara spesifik.
c. Latihan ROM pasif: latihan ROM pasif dilakukan oleh perawat atau terapis. Jelas
latihan ini tidak menggunakan gerakan aktif dari pasien.

Indikasi ROM
Menurut padhia (2013) dalam Ariani (2013), indikasi dari dilakukannya ROM adalah
:
1. Pasien stroke atau penurunan kesadaran.
2. Kelemahan otot.
3. Tahap rehabilitasi fisik.
4. Pasien dengan tirah baring lama.
Kontraindikasi ROM
Menurut padhila (2013), dalam Ariani (2013) adalah :
1. Kelainan sendi atau tulang.
2. Pasien tahap imobilisasi karena penyakit jantung.
3. Sendi yang terinfeksi.
4. Pasien dengan hypermobility.
Prinsip dasar ROM
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosis,
tannda vital, dan lamanya tirah baring.
4. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.
5. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagianbagian
yang dicurigai mengalami proses penyakit
7. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan (Suratun, 2008).
Durasi latihan
1
4
Dosisi dan intensitas latihan ROM yang dianjurkan dan menunjukkan hasil cukup
beragam. Menurut teori tidak disebutkan secara specifik mengenai dosisi dan
intensitas latihan ROM tersebut, namun dari berbagai hasil pennelitian tentang
manfaat latihan ROM dapat dijadikan sebagai rujukan dalam menerapkan latihan
ROM sebagai salah satu intervensi. Sukmaningrum (2012) dalam penelitiannya yaitu
Efektivitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif: Spherical Grip Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke menyebutkan bahwa
dosis terapi latihan yang baik adalah latihan yang tidak melelahkan, durasi tidak
terlalu lama (umumnya sekitar 45 sampai 60 menit) namun dengan pengulangan
sesering mungkin.

F. HOME CARE OKSIGENASI


Home care oksigenasi adalah pelayan keperawatan yang dilakukan di rumah pasien
dengan dengan metode pengobatan yang digunakan dengan oksigen untuk mengatasi
kondisi tertentu. Pemberian oksigen dapat dilakukan menggunakan selang yang
ditaruh di depan hidung, sungkup yang menutupi hidung dan mulut, atau ruangan
dengan tekanan oksigen yang tinggi. Terapi oksigenasi umumnya diberikan bila
kandungan oksigen dalam tubuh berada di bawah batas normal. Kadar oksigen normal
dalam darah agar tubuh dapat berfungsi optimal adalah 95-100%.

Pertanyaan dan Jawaban Presentasi

1. Yaya Lorensa, kelompok 3, kelas A

Pertanyaan : Alasan bayi dipijat dari lahir, apakah ada rentang umur yang harus dilakukan pijat bayi
dan apakah pijat bayi bisa dilakukan homecare atau di rumah sakit saja ?

Jawaban : bayi bisa di pijat dari 0-12 bulan, tidak ada rentang umur untuk pijat bayi tapi saat umur
sudah 2 tahun beralih menjadi pijat anak, pijat bayi bisa dilakukan home care tidak harus dirumah
sakit. (Penjawab : Yuliani)

2. Marianus Koa, kelompok 4 kelas B


Pertanyaan : Apa saja tidak diperbolehkan saat pijat bayi ?
Jawaban : Hindari memijat setelah bayi minum atau makan, hindari pijat ketika bayi kekenyangan
atau kelaparan, jangan bangunkan bayi dari tidur untuk memijat, jangan pijat bayi yang sedang sakit,
tangan memijat bayi dengan kuku yang panjang dan hindari memakai gelang atau perhiasan di tangan
pada saat memijat tubuh bayi. ( Penjawab : Wilibrodus Teme)

1
5
3. Nelson kelompok 4 kelas B

Pertanyaan : Bagaimana upaya atau tindakan yang dapat di lakukan edukasi kepada orang tua cara
pemijatan yang benar ?

Jawaban :

Biasanya ibu-ibu di kampung lebih percaya dengan dukun beranak dibandingkan dengan tenaga
kesehatan profesional, karena bagi mereka dukun kampung lebih paham dan lebih berpengalaman.
Padahal pada kenyataannya dukun kampung hanya mendapatkan ilmu dan informasi dari pengalaman
pribadi tanpa tahu teknik yang benar. Pemijatan yang salah dapat menimbulkan kecacatan pada bayi.

(Penjawab : Rizqi Nur Abidah)

4. Grace Evelin kelompok 2 kelas A

Pertanyaan : Apakah pemijatan bayi dapat dilakukan saat bayi sakit atau terkilir?

Jawaban : Tidak boleh dilakukan pada bayi yang sedang sakit apalagi ketika mengalami demam maka
tubuh bayi akan berusaha untuk melawan infeksi agar bisa pulih. Memijat bayi saat demam justru
bisa menyebarkan virus keseluruh tubuh bayi dengan cepat. (Penjawab : Sefiana Ayu)

Ketika bayi sedang terkilir tidak boleh dilakukan pemijatan. Sebaiknya bagian yg terkilir
diistirahatkan saja. Kompres dengan air dingin, berikan perban elastis dan tinggikan posisinya dengan
menggunakan bantal. (Penjawab : Sintya Silveria)

5. Mariana Berliansi kelompok 4 kelas B

Pertanyaan : Apakah ada faktor hambatan dalam home care ?

Jawaban : Ada. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan home care:

 Sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai, misalnya alat transportasi, sehingga dalam
pelaksanaannya kurang lancar dan jangkauan pelayanan terbatas.

 Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada belum semuanya memiliki kemampuan secara
baik/tidak kompeten dalam melaksanakan home care. Di samping itu juga, kemampuan
mengidentifikasi dan menganalisis masalah masih sangat kurang, sehingga permasalahan yang
dihadapi belum semuanya dapat terungkap.

 Keluarga masih banyak yang belum memahami kegiatan home care service, dan semua
permasalahan diserahkan kepada petugas tanpa pendampingan dari keluarga, sehingga

1
6
komunikasi antara petugas dengan keluarga kurang maksimal.

 Adanya rasa kurang atau belum percayanya masyarakat atau keluarga terhadap pelayanan home
care.

 Terbatasnya tenaga kesehatan

 Adanya panggilan kunjungan yang tidak diperlukan, hal ini akan membuang waktu, tenaga dan
biaya.

 Hambatan yang datang dari pasien dan keluarga

 Ketergantungan penderita dan atau keluarga

 Untuk kolaborasi dengan tim profesional lain membutuhkan waktu yang cukup lama

 Letak geografis yang jauh dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan dan biaya yang diperlukan

(Penjawab : Yustira Adventa Marharati Kasiu)

Jawaban tambahan :
Ada kerugian dalam penggunaan home care yaitu pada penanganan masa kritis kurang cepat dan
efektif karena keterbatasan alat yang tersedia di didalam rumah pasien apalagi jika pasien harus
dibawa ke rumah sakit sedangkan rumah pasien jauh maka pasien yang kritis akan lebih lambat
mendapatkan tindakan yang seharusnya. (Penjawab : Rifka Imelda Baby Anggi)

1
7
BAB III

A. KESIMPULAN
Home Care adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada
klien individu dan atau keluarga di tempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk
memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, meningkatkan derajat kesehatan,
upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam memberikan
informasi tentang pelayanan kesehatan di rumah pasien atau home care.

1
8
Daftar Pustaka
Sukma, Mayusef. Dkk. 2020. Modul Praktik Klinik Homecare. Samarinda : Gunawan
Lestari
Suswati, Irma. Dkk. 2018. Interprofesional Education. Malang : UMM Press

1
9

Anda mungkin juga menyukai