BEDAH I
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga
sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner
and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum adalah erosi mukodsa saluran GI yang disebabkan oleh terlalu
banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada
esofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
ETIOLOGI
Penyebab khususnya diantaranya :
1.Infeksi bakteri H. pylori
bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa
2.Peningkatan sekresi asam
factor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
3.Konsumsi obat-obatan
Obat – obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid seperti indometasin,
ibuprofen, asam salisilat
4.Stres fisik
5.Refleks usus lambung
6.Alkohol
7.Genetik
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri
2. Pirosis (nyeri ulu hati)
3. Muntah
4. Konstipasi dan perdarahan
KOMPLIKASI
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya
adalah :
1.Hemoragi : dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak (tes darah samar) feses positif
2.Perforasi : dibuktikan oleh awitan tiba-tiba dari nyeri hebat disertai dengan abdomen
kaku seperti papan dan gejala syok
3.Obstruksi : komplikasi ini lebih umum pada usus duodenal yang terletak dekat
pilorus, di sebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan
jaringan parut dari ulkus yang berulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi)
2. Pemeriksaan dengan barium
3. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
4. Analisis lambung
5. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen.
2. Pengkajian fisik
Nyeri epigastrik
nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah
Nyeri dapat digambarkan sebagai nagging, tumpul, sakit atau rasa terbakar
sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stress emosi
Penurunan berat badan
Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif)
3. Pemeriksaan diagnostik
4. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam praperawatan di rumah
sakit
5. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana
tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif
6. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan stres
dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Perencanaan Keperawatan
1.Dx. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus
Intervensi:
Berikan terapi obat-obatan sesuai program:
a. Antagonis histamine
b. Garam antibiotic /bismuth
c. Agen sitoprotektif
d. Inhibitor pompa proton
e. Antasida
f. Antikolinergik
Anjurkan menghindari obat-obatan yang dijual bebas
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman yang mengiritasi lapisan
lambung, kafein dan alkohol.
Anjurkan pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval yang teratur.
Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
2. Dx. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan
otot
Intervensi:
Anjurkan aktivitas ringan dan perbanyak istirahat
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang ditolerir, bantu jika
keletihan terjadi
3. Dx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
Intervensi:
Anjurkan makan-makanan dan minuman yang tidak mengiritasi
Anjurkan makanan dimakan pada jadwal waktu teratur, hindari kudapan sebelum
waktu tidur
Dorong makanan pada lingkungan yang rileks
4. Dx. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Intervensi:
Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien.
Ajarkan informasi yang diperlukan:
Gunakan kata-kata sesuai tingkat pengetahuan pasien
Pilih waktu kapan pasien paling nyaman berminat.
Batasi sesi penyuluhan sampai 30 menit atau kurang
Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat diatasi
Evaluasi
1. Dx. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
Evaluasi
S : Pasien mengatakan bahwa nyerinya telah berkurang.
O: P: Trauma jaringan dan reflex spasme otot
Q: Tumpul
R: Epigastrum dan punggung
S: 5
T :2-3 jam setelah makan
A : Tujuan tercapai,masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
2. Dx. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan
otot
Evaluasi
S : Pasien mengatakan bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas sendiri
O : TTV normal, pasien terlihat tidak lemas lagi
A : tujuan tercapai,masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
3. Dx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah
Evaluasi
S: Pasien mengatakan dia sudah memiliki tenaga
O: BB stabil
A: tujuan tercapai,masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
4. Dx. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan tidak
merasa cemas lagi.
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi