Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah praktik klinik KMB 1
Disusun Oleh :
Himatul Aliyah
10119031
2A
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.
Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap
dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh. Besarnya tekanan
ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin
banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin sempit pembuluh darah arteri, maka
tekanan darah akan semakin tinggi.
B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasihipertensimenurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committeeonthe Detectionand Treatmen
Hipertension, yaitu:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan
darah, diantaranya yaitu:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensiparenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya
gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan
dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).
C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrenninangiotensin,
efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup (konsumsi garam yang tinggi melebihi
dari 30 gr, kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan
minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal, diabetes
melitus, stroke.
D. Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler adalah systemtransport (peredaran) yang membawa gas –gas
pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke dari dan jaringan tubuh. Sistem
kardiovaskuler di bangun oleh :
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanan terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midklavicula,
Hubungan janung adalah :
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : Diafragma
Setiap sisi : Paru Paru
Belakang : Aorta desendens, Oesophagus, Columna Vertebralis
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung meupakan jaringan
istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara
kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom) .Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut
apekskordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan ( kavum mediastinum
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma , dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah
papillamamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut iktuskordis. Ukuran
jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira 250 – 300
gram
a. Lapisan jantung
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang
terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput
lender yang melapisi permukaan rongga jantung.
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot – otot jantung, otot
jantung ini membentk bundalan – bundalan otot yaitu:
a. Bundalan otot atria , yang terdapat di bagian kiri/ kanan dan basis
kordis yang membentuk serambi atau aurikulakordis.
b. Bundalan otot ventrikel , yang membentuk bilik jantung, di ualai dari
cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung.
c. Bundalan dari otot ventrikuler merupakan dinding pemisah antara ruang
serambi dan bilik jantung.
2. Pembuluh darah
a. pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang kuat
dan tebal tetapi sifatnya elastic dan trdiri dari 3 lapisan.
1. Tunika intima / interna. Lapisa paling dalam sekali behubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringn endotel.
2. Tunika media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri
dari jaringan otot yang polos.
3. Tunikaeksterna / adventesia. Lapisan yang palng luar sekali trdiri dari
jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang terhalus dari arteri
sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di
seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah
yang lebih besar disebut vena.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sakit Kepala
Lemas;
Masalah penglihatan;
Nyeri dada;
Sesak napas;
Aritmia; dan
Adanya darah dalam urine.
G. Data Fokus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 april 2021 di puskesmas purbaratu Kota
tasikmalaya. Data yang diperoleh :
1. Identitaspasien
Nama : Ny. C
Umur : 67 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikanterahir : SMP
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Bj Nangka rt/rw 1/3 Purbaratu Kota Tasikmalaya
Diagnose medis : Hipertensi
2. Keluhanpasien
Data subjektif Data objektif
1. Pasien megatakan sering merasa 1. Klien tampak pusing dan lemas
pusing dan lemas Ketika terlalu 2. Tekanan darah150/110 mmHg
cape dalam bekerja 3. Nadi 88x/menit
2. Pasien megatakan sering kali 4. Pernafasan 20x/menit
merasa mual dan perut kadang 5. Suhu 36,70C
kembung
3. Pasien mengatakan nyeri kepala
seperi berputar putar
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factorresiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
I. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari hipertensi yang mungkin muncul
1. Efek pada jantung
kongestif, strroke dan angina pektoris
2. Gagal jantung
3. Kerusakan pembuluh darah otak berupa pecah nya pembuluh darah stroke dan
kerusakan dinding pembuluh darah
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan pada mata yang menyebabkan gangguan pengliahatan sampai dengan
kebutaan.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler
mungkin lambat.
3. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria.
4. Neurosensori
Gejala :keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
6. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispneanocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda :distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles, mengi), sianosis.
7. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien.
8. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain, penggunaan obat / alkohol.
K. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyaki
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah CardiacPumpeffectiveness
jantung CardiacCare
berhubungan Circulation Status
dengan Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan Vital Sign Status
afterload, Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas Tanda Vital dalam rentang Monitor status kardiovaskuler
normal
ventrikuler, iskemia (Tekanan darah, Nadi, respirasi) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
kelelahan Monitor balance cairan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak
Monitor adanya perubahan tekanan darah
ada asites Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
Tidak ada penurunan kesadaran Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital SignMonitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsusparadoksus
Monitor adanya pulsusalterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushingtriad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
AnalgesicAdministration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The childwithhypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. ClinicalPaediatricNephrology. 3rdedition. Oxford:
OxfordUniversityPress
Johnson, M., etall. 2000. NursingOutcomesClassification (NOC) SecondEdition. New Jersey:
UpperSaddleRiver