Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORI

(KRISIS HIPERTENSI)

OLEH

Kelompok : 1

1. ALYA SHAFIRA (17.321.2713)


2. GEDE MELYANTARA JAYA (17.321.2715)
3. NI MADE AYU FERA ANDINI (17.321.2745)
4. NI MADE BELLA PRATIWI PUTRI (17.321.2746)
5. NI NYOMAN DESY CANDRA SARI (17.321.2748)
6. NI PUTU INTAN PUSPA SARI (17.321.2750)
7. NI PUTU RATIH ANDRIANI (17.321.2752)
8. NI WAYAN WENA WARDANI (17.321.2757)
9. PUTU HARRY KRESNA PUTRA (17.321.2759)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Krisis Hipertensi
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper = tinggi dan tensi = tekanan darah. Menurut
American Society of Hipertension (ASH), hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovasculer yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk
usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2003). Penderita
hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh ke dalam keadaan gawat
darurat. Diperkirakan sekitar 2 – 7% penderita hipertensi berlanjut menjadi krisis
hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun.
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal),
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer, 2001).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol
atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner & Suddarth, 2002).
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sis
tolik  ≥180 mm Hg atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target
yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam
hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan
organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam)
agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat
dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi
di Indonesia memakan patokan >220/140.
Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang tidak terkontrol
sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera.
2. Anatomi

1) Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, bataskanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
linea midclavicular. Hubungan jantung adalah:
a. Atas : Pembuluh darah besar
b. Bawah : Diafragma
c. Setiapsisi   : Paru
d. Belakang   : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
2) Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin atau
otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari
jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
kejaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm (1 inci) memiliki banyak sekali
cabang yang pada gilirannya terbagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu
arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan.
Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri
menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung kejaringan. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiridari 3
lapisan yaitu :
a. Tunika Intima
Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari
jaringan endotel.
b. Tunika Media
Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
termasuk otot polos
c. Tunika Eksterna atau Adventisia
Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur  yang
berguna menguatkan dinding arteri
3) Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan atau organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
4) Pembuluh Darah Utama dan Kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil
hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena.
5) Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
kedalam darah yang keluar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam viliusus.
6) Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-
alat tubuh masuk kedalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava
dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah kejantung.

3. Klasifikasi Krisis Hipertensi


Klasifikasi krisis hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Hipertensi Urgensi, yaitu naiknya tekanan darah secara mendadak (tekanan darah
sistolik > 180 mmHg, dan atau diastolic >120 mmHg) tanpa disertai kerusakan
organ target. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam
kurun waktu 24 – 48 jam.
2) Hipertensi Emergensi, yaitu naiknya tekanan darah secara mendadak (tekanan
darah sistolik sistolik > 180 mmHg, dan atau diastolic >120 mmHg) disertai
kerusakan organ target yang progresif. Pada keadaan ini memerlukan penurunan
tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit atau jam.
4. Etiologi Krisis Hipertensi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis hipertensi, yaitu
1) Hipertensi yang tidak terkontrol
2) Kenaikan tekanan darah tiba – tiba pada penderita hipertensi kronis esensial
(tersering)
3) Hipertensi renovaskular
4) Glomerulonefritis akut
5) Eklampsia
6) Sindroma putus obat antihipertensi
7) Trauma kepala berat
8) Meminum obat antihipertensi tidak teratur
9) Stress
10) Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
11) Obesitas
12) Merokok
13) Minum alkohol

5. Manifestasi Klinis Krisis Hipertensi


Manifestasi klinis dari krisis hipertensi secara umum adalah :
1) Tekanan darah meningkat >140/90mmHg
2) Tachikardia > 100/menit
3) Tachipnoe > 20/menit
4) Sakit kepala
5) Epistaksis
6) Pusing atau migren
7) Rasa berat di tungkuk
8) Sukar tidur
9) Mata berkunang-kunang, lamah dan lelah.
10) Muka pucat
Pada hipertensi emergensi, manifestasi klinis yang ditunjukkan sesuai dengan organ
target yang diserang, yaitu :
1) Neuorologi
a. Sakit kepala
b. Pengelihatan kabur
c. Kejang-kejang
d. Defisit neurologis fokal
e. Mengalami penurunan kesadaran
2) Mata
a. Perdarahan retina
b. Eksudat retina
c. Edema pupil
3) Kardiologi
a. Nyeri dada
b. Edema paru
4) Ginjal
a. Azotemia
b. Proteinuria
c. Oliguria

6. Patofisiologi Krisis Hipertensi


Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidakteraturan meminum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan minum
alkohol. Karena ketidakteraturan atau ketidakpatuhan minum obat antihipertensi, maka
dapat menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga memungkinkan seseorang
terserang hipertensi yang semakin berat (Krisis hipertensi).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik yang dapat menyebabkan vasokontriksi.
Sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya mengandung hormon
estrogen serta progesterone dapat menyebabkan tekanan pembuluh darah meningkat,
sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah pada hipertensi, kalau tekanan darah
semakin meningkat, maka besar kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Faktor penyebab hipertensi intinya adalah terdapat perubahan vascular, berupa
disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Menurunnya tonus vaskuler
meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bisa
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat
meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Otak mempunyai suatu mekanisme autoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60 – 160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak
mampu lagi enahan kenaikan tekanan darah, maka akan terjadi oedema otak. Tekanan
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible. Aliran darah ke otak pada penderita
hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila mean arterial pressure (MAP) antara
120 mmHg- 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP
diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit
dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan darah
menyebabkan asidosis otak, yang akan mempercepat timbulnya oedema otak. Tekanan
darah yang sangat tinggi terutama yang meningkat dalam waktu singkat menyebabkan
gangguan atau kerusakan gawat pada target organ.
Apabila menuju ke otak, maka akan terjadi peningkatan TIK yang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah serebral, sehingga O2 di otak menurun dan trombosis
perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak, sehingga suplai
darah menurun dan terjadi iskemik.
Dan bila di pembuluh darah koroner (jantung), akan menyebabkan miokardium
miskin O2, sehingga penurunan O2 miokardium akan menyebabkan penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Pada paru-paru juga akan terjadi peningkatan volume darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru, sehingga terjadi dipsnea dan penurunan
oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi
diplopia yang bisa menyebabkan injuri.
Riwayat hipertensi

Ketidakpatuhan minum obat anti hipertensi, stress, obesitas, merokok, minum alcohol,
konsumsi kontrasepsi oral

KRISIS HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Jantung

Rupture pembuluh darah otak Perubahan angiotensin II Afterload ventrikel kiri meningkat
Penyempitan arteri kapiler
Hipertropi ventrikel kiri
Edema serebral Vasokontriksi
COP menurun Suplai O2 ke jantung
Hormon aldosteron meningkat menurun
Peningkatan TIK
Back failure
Hipoksia dan trombosis Tekanan vena pulmonal
Retensi natrium Penurunan kontraktilitas
meningkat
Iskemia Tekanan darah meningkat
Tekanan kapiler paru meningkat COP menurun
Metabolisme anaerob meningkat
Resiko perfusi renal tidak Edema paru
Penurunan curah jantung
Asam laktat meningkat efektif (D.0016) Penurunan ekspansi paru (D.0008)

Nyeri akut (D.0077) Dyspnea


Resiko perfusi serebral Pola napas tidak efektif
tidak efektif (D.0017) (D.0005)
Kelemahan

Intoleransi aktivitas (D.0056)


7. Pemeriksaan Diagnostik Krisis Hipertensi
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya, penyakit
penyerta, dan kerusakan target organ. Pemeriksaan yang sering dilakukan antara
lain:
1) Pemeriksaan tekanan darah : Biasanya tekanan darah sistolik > 180 mmHg,
dan atau diastolic >120 mmHg
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb atau Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volumecairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN atau SC : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (DM) adalah pencetus hipertensi,
dapatdiakibatkan olehpengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein,dan glukosa mengindikasikan disfungsi ginjal
dan adanya penyakit DM.
3) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
4) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
Padalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
5) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal
6) Foto rontgen thorax : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung

8. Penatalaksanaan Krisis Hipertensi


1) Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,
sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa
menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih
perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam
berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan darah diastolik
sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat
yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah,
keringat, foto sensitif, hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi
bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of
action 2-5 menit, duration of action 3 – 5 menit.  Dosis : 5 – 100 ug /
menit, secara infus i. V.  Efek samping : sakit kepala, mual, muntah,
hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan
secara i. V bolus. Onset of action 1-2 menit, efek puncak pada 3-5
menit, duration of action 4-12 jam.  Dosis permulaan : 50 mg bolus,
dapat diulang dengan 25-75 mg setiap 5 menit sampai TD yang
diinginkan.  Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action :
oral 0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.
Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m  Pemberiannya bersama
dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi
refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular.
Efek samping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan
cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak
kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48
jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu (misal : disecting aortic
aneurysm). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang
didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal atau subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan
ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada
keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap
diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3) Diet Sehat Penderita Krisis Hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan
empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada
usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat
badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).
BAHAN MAKANAN PORSI SEHARI UKURAN PORSI
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Sedangkan
makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita hipertensi adalah
daging kambing dan durian.
4) Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic kurang
lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic kurang
lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure mean arterial
blood pressure25 % ( pada strok penurunan hanya boleh 20 % dan khusus
pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap bila sangat
tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada
tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12-16 jam
selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah hipertensi
urgency dilakukan secara bertahap dalam dilakukan secara bertahap dalam
waktu 24 jam.

9. Komplikasi Krisis Hipertensi


1) Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada
berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan
adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan
resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang
dapat dipakai adalah labetalol.
2) Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-
sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena
dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga dapat
menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang lain.
3) Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut.
Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan.
Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau
lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target. Obat pilihan
adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama penghambat
reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4) Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan
darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin,
kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan
adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik tanpa
mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin dapat
dipakai pada keadaan ini.
5) Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada
kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan untuk
menurunkan tekanan darah karena tidak mengganggu aliran darah uterus.
Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6) Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin,
meski labetalol juga terbukti efektif.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dalam proses keperawatan dalam mengumpulkan
data yang akurat dan sistematis membantu dalam penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan tubuh pasien, mengidentifikasi kesehatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan.
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan terakhir,
nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab
2) Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan penyakit Krisis Hipertensi didapatkan keluhan berupa tekanan
darah meningkat >140/90mmHg, sakit kepala, pusing atau migren
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien dengan masalah penyakit Krisis Hipertensi biasanya akan
diawali dengan adanya tanda-tanda seperti adanya tekanan darah
meningkat >140/90mmHg, tachikardia > 100/menit, tachipnoe >
20/menit, sakit kepala, pusing atau migren, rasa berat di tungkuk, mata
berkunang-kunang, lamah dan lelah, muka pucat. Perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c. Riwayat Alergi
Alergi merupakan respon tubuh seseorang terhadap lingkungan atau
benda-benda asing yang dianggap berbahaya bagi tubuh seseorang yang
mengalami alergi. Penyebab dari alergi bisa didapatkan karena
keturunan, alergi pada makanan atau minuman dan obat-obatan.
d. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan tidak hanya mengidentifikasi obat apa yang
diminum pasien tetapi juga kepatuhan pasien, reaksi obat yang
berlawanan, alergi dan pemahaman terhadap peran yang dimainkan
pengobatan dalam merawat penyakitnya. Data yang harus diperoleh
farmasis untuk riwayat pengobatan meliputi obat-obatan resep dan dan
bebas yang sedang berjalan dan masa lalu, alergi, reaksi obat yang
berlawanan dan kepatuhan terhadap pengobatan.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah masuk Rumah Sakit, penyakit yang
pernah diderita misalnya mengalami penyakit jantung, hipertensi dan
paru
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga pasien mengalami sakit yang menderita
penyakit seperti Krisis Hipertensi, penyakit jantung, hipertensi dan paru
g. Riwayat Psikologis
Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan,
ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas
pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa
hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan
manifestasi klinik penyakit kardiovaskuler apapun, faktor psikologis
stress merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam
menyebabkan tekanan darah tinggi, namun stress merupakan faktor
risiko yang sulit diukur secara kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak
mengherankan karena pengelolaan stress dalam etikologi hipertensi pada
manusia sudah kontroversial
3) Pengkajian 6B Krisis Hipertensi
a. B1 (Breathing)
Sesak nafas, ronkhi dan odema paru
b. B2 (Blood)
Adanya payah jantung, kongestif, nyeri dada, penyakit jantung koroner,
penurunan cardiac output
c. B3 (Brain)
Sakit kepala, perubahan mental ansietas, retinopati, gangguan neurologi,
penurunan penglihatan (spasme arteriola retina)
d. B4 (Bladder)
Jumlah urine berkurang
e. B5 (Bowel)
Penurunan pola makan, mukosa bibir kering
f. B6 ( Bone)
Lemas, kelemahan, edema
4) Pemeriksaan Fisik Krisis Hipertensi
a. Kepala
Pasien dapat mengeluhkan sakit kepala, vertigo. Data obbyektif dapat
dilakukan dengan mengkaji: kesimetrisan wajah, tengkorak. Wajah
normalnya simetris antara kanan dan kiri, ketidak simetrisan wajah
dapat menjadi suatu petunjuk adanya kelumpuhan atau paresis saraf
ketujuh.
b. Mata
Pasien dapat mengeluhkan mata berkunang-kunang atau kabur akibat
kerusakan retina. Data obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji :
perdarahan pada mata, seksudat, edema papil, eksoftalmus atau
penonjolan bola mata.
c. Telinga
Pasien dapat mengeluhkan telinga berdengung
d. Leher
Pasien dapat mengeluhkan rasa berat ditengkuk. Data obyektif dapat
dilakukan dengan mengkaji: pembesaran kelenjar tiroid, ditensi vena
jugularis.
e. Sistem Respirasi
Pasien dapat mengeluhkan sesak
f. Sistem Kardiovaskuler
Pasien dapat mengeluhkan dada berdebar (palpitasi), nyeri dada. Data
obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: adanya takikardia,
pembesaran jantung, murmur, gangguan irama jantung (aritmia)
adanya bunyi jantung ke 3 atau ke 4.
g. Abdomen
Pasien dapat mengeluhkan mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial. Data obyektif dapat dilakukan dengan
mengkaji: adanya pembesaran ginjal, pulsasi aorta abdominalis.
h. Sistem Integumen
Tujuan pengkajian disini adalah untuk mengetahui kondisi kulit,
rambut, dan kuku. Data yang dapat dikaji meliputi keluhan (misalnya
gatal-gatal, atau benjolan kulit). inspeksi warna kulit, jaringan parut,
lesi, kondisi vaskularisasi superficial. Palpasi suhu kulit, tekstur (halus
atau kasar) mobilitas atau turgor. Inspeksi dan Palpasi warna kuku,
bentuk, rambut (jumlah, distribusi, dan tekstur), warna pucat pada
kulit.
i. Sistem Urinaria
Pasien dapat mengeluhkan rasa haus, banyak kencing (poliuria), sering
kencing dimalam hari (nokturia) karena peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerolus bahkan sampai hematuria
j. Sistem Muskuluskeletal
Pasien dapat mengeluhkan bengkak pada kaki peningkatan tekanan
kapiler, ekstremitas dingin akibat peningkatan tekanan kapiler Data
obyektif dapat dilakukan dengan mengkaji: pulsasi arteri perifer yang
melemah atau menghilang, edema.
k. Sistem Saraf Pusat
Data yang dapat ditemukan : pasien dapat mengeluhkan ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup tindakan yang di laksanakan terhadap
klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan
dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang di hadapi klien.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah Krisis Hipertensi adalah :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
(D.0008)
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (D.0077)
d. Risiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan hipertensi (D.0016)
e. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan embolisme
(D.0017)
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi, Symtom)dengan cara
penyususnan diagnose keperawatan yaitu : Problem berhubungan dengan Etiologi
yang di tandai dengan Symtom yang diperoleh dari DS dan DO

4. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

Penurunan curah SLKI : SIKI : a. Untuk


jantung mengetahui tanda
Tujuan: Setelah Perawatan Jantung
berhubungan atau gejala primer
diberikan asuhan
dengan perubahan a. Indentifikasi pada penurunan
keperawatan ...x24 jam
frekuensi jantung tanda atau gejala curah jantung
diharapkan curah
(D.0008) primer penurunan b. Untuk membantu
jantung pada pasien
curah dalam pemberian
kembali normal dengan
jantung( meliputi posisi nyaman
kriteria hasil :
dispnea, pada pasien
a. Kekuatan nadi kelelahan, c. Untuk membantu
perifer edema, otopnea, pasien berhenti
meningakat paroxysmal kebiasaan
b. Lelah menurun noctumal merokok yg
c. Tekanan darah dyspnea, memicu penyakit
kembali dengan peningkatan pasien
normal 110-120, CVP) d. Agar pasien dapat
diastole 70-90 b. Posisikan pasien berlatih aktifitas
semi- fowler atau ringan agar tidak
fowler dengan memicu kerja
kaki ke bawah jantung terlalu
atau posisi berlebih
nyaman e. Untuk menangani
c. Ajurkan berhenti kondisi aritmia,
rokok ketika denyut
d. Anjurkan jantung berdetak
beraktivitas fisik terlalu cepat
secara bertahap
e. Kolaborasi
pemberian
aritmia jika perlu

Pola nafas tidak SLKI : SIKI : a. Untuk


efektif mengetahui
Tujuan: Setelah Manajemen Jalan
berhubungan apakah ada suara
diberikan asuhan Nafas
dengan hambatan tambahan atau
keperawatan ...x24 jam
upaya nafas a. Monitor bunyi tidak
diharapkan pola nafas
(D.0005) nafas tambahan b. Untuk
pada pasien kembali
b. Berikan posisi mengurangi sesak
normal dengan kriteria
semi fowler yg di rasakan
hasil :
c. Anjarkan teknik pasien
a. Tidak batuk efektif c. Agar pasien bisa
menggunakan d. Kolaborasi mampu
otot bantu nafas pemberian melakukan batik
b. Pemanjangan bronkodilator efektif secara
fase ekspirasi mandiri
kembali normal d. Ajar sesak yang
c. Frekuensi nafas di rasakan pasien
kembali normal kembali normal
(18-20x/mnt)
Nyeri akut SLKI : SIKI : a. Untuk
berhubungan mengetahui
Tujuan: Setelah Manajemen Nyeri
dengan agen lokasi, skala
diberikan asuhan
pencedera fisiologi a. Indentifikasi nyeri dan
keperawatan ...x24 jam
(D.0077) lokasi, skala intensitas nyeri
diharapkan tingkat nyeri
nyeri, intensitas yang di rasakan
pada pasien kembali
nyeri oleh pasien
normal dengan kriteria
b. Berikan tehnik b. Untuk
hasil :
nonfarmakologi meningkatkan
a. Keluhan nyeri c. Ajarkan tehnik pengetahuan
kembali normal nonfarmakolog pasien mengenai
b. Tidak ada d. Kolaborasi penyakit yang di
gelisah dan pemberian deritanya
kembali normal analgesik c. Untuk membantu
c. Kesulitan tidur proses
pada pasien penyembuhan
kembali normal dan pemulihan
d. Untuk mengatasi
nyeri yang di
rasakan
Risiko perfusi SLKI : SIKI : a. Untuk
renal tidak efektif mengetahui
Tujuan: Setelah Manajemn Syok
berhubungan kardiopulmonal
diberikan asuhan
dengan hipertensi a. Monitor status pada pasien
keperawatan ...x24 jam
(D.0016) kardiopulponal b. Untuk
diharapkan perfusi renal
(frekuensi, dan mengetahui
pada pasien kembali
kekuatan nadi, status caiaran
normal dengan kriteria
frekuensi nafas, pada pasien
hasil :
TD) c. Agar pasien
a. Jumlah urin b. Monitor status merasa lebih
meningkat cairan (turgor nyaman
b. Nyeri abdomen kukit dan CRT) d. Untuk
menurun c. Berikan posisi mempertahakan
c. Kadar kreatinin syok saturasi oksigen
plasma membaik d. Berikan oksigen pada pasien
d. Kadar urea untuk e. Untuk
nitrogen darah mempertahankan melanjutkan
membaik saturasi oksigen tindakan dan
>94 berkolaboasi
e. Kolaborasi dengan tim
pemberian infus medis lainnya
cairan kristakod
1-2 L pada
dewasa

Risiko perfusi SLKI : SIKI : a. Untuk mengatuhi


serebral tidak penyebab terjadi
Tujuan: Setelah Manajemen
efektif nya peningkatan
diberikan asuhan Peningkatan Tekanan
berhubungan TIK
keperawatan ...x24 jam Intrakranial
dengan embolisme b. Untuk membantu
diharapkan perfusi
(D.0017) a. Indentifikasi pasien tenang
serebral pada pasien
penyebab dengan
kembali normal dengan
peningkatan TIK lingkungan yg
kriteria hasil :
(mis. lesi, tenang
a. Tingkat gangguan c. Untuk membantu
kesadaran metabolisme, pasien dengan
meningkat edema serebral) posisi fowler
b. Tekanan intra b. Menirmalkan agar pasien
kranial menurun stimulus dengan tenang
c. Sakit kepala menyediakan d. Untuk membantu
menurun lingkungan yang pasien
tenang mepertahankan
c. Berikan posisi suhu tubuh
semi fowler e. Untuk
d. Pertahankan menormalkan
suhu tubuh aktivitas listrik
e. Kolaborasi yang ada di otak
pemberian sedasi sehingga kejang
dan anti dapat diatasi
konvulsan

Intoleransi SLKI : SIKI : a. Adanya


aktivitas gangguan
Tujuan: Setelah Manajemen Energi
berhubungan penyebab
diberikan asuhan
dengan a. Identifikasi kelelahan
keperawatan ...x24 jam
ketidakseimbanga gangguan fungsi b. Menenangkan
diharapkan toleransi
n antara suplai dan tubuh yang fikiran
aktivitas pada pasien
kebutuhan oksigen mengakibatkan c. Penghematan
kembali normal dengan
(D.0056) kelelahan tenaga,menguran
kriteria hasil :
b. Berikan aktivitas gi kerja tubuh
a. Nadi dalam batas distraksi yang d. pendelegasian
normal 60-100 menenangkan pengobatan
x/mnt c. Anjurkan tirah
b. Tidak lelah baring
c. Tidak dispnea d. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat

6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi
disusun menggunakan SOAP dimana:
a. S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh       keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
b. O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif
c. A :  Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
d. P :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta : EGC
Gibson, John. 2002. Modern Physiology and Anatomi far Ners (Fisiologi & Anatomi Modern
untuk Perawat). Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Gunawan, Lany. 2005. Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ganong, William F. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension.WHO
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

Price, SA. & Wilson, LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Syarif, Amir. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI
WHO.2003. Hypertension Guideline Committe Guidelines of the Management of
Hypertension. J Hypertension. 2003; 21 (11) :1983-92

Anda mungkin juga menyukai