Anda di halaman 1dari 18

Nama : Fitri Ekahariningtias

Prodi : Profesi Ners

a. Seorang perempuan berusia 35 tahun, tampak tertawa sendiri dan melamun, saat ini
mendapatkan obat Clorpromazin 3 x 100 mg. Setelah pemberian obat pasien mengalami kaku
kuduk dan jalan seperti robot.
b. Seorang laiki-laki berusia 38 tahundirawat di RS Jiwa karena mengamuk. Di RS jiwa
diberikan therapi chlorpormazin (CPZ) 50 mg2 kali sehari. Setelah pengobatan yang
dilakukan selama 3 hari, pasien mengeluh mulutnya terasa kering dan sering susah buang air
besar. Tantangan Berpikir Kritis
1. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja obat pada kasus di atas !
Jawab:
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu,
obat ini juga digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar, mual dan muntah, serta
cegukan yang terjadi terus-menerus.
Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik jenis phenothiazine. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat reseptor dopamine D2 yang ada di otak, sehingga dapat
meredakan gejala psikosis. Obat ini akan membantu penderita skizofrenia untuk bisa
berpikir lebih jernih, lebih tenang, dan mengurangi halusinasi, sehingga penderita bisa
melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Jelaskan indikasi, kontra indikasi dan efek samping pemberian obat pada kasus
diatas!

Indikasi Kontra Indikasi Efek samping Dosis


Untuk Syndrome koma karena depresan  Pusing  Dewasa: 25
Psikosis yaitu berdaya SSP, depresi sumsum  Sakit kepala mg, 3 kali sehari.
 Mulut kering Dosis perawatan
berat dalam tulang, hindari pada  Penglihatan adalah 25–100 mg,
kabur 3 kali sehari. Dosis
kemampuan menilai feokromositoma,
 Mual dapat ditingkatkan
realitas, kesadaran gangguan hati dan  Cemas berlebi hingga 1 gram per
han hari. Untuk lansia,
diri terganggu, daya ginjal berat, meminum
 Berat badan dosis akan di awali
nilai norma sosial dan banyak alkohol, dan naik dengan 1/3–1/2
 Detak jantung dosis dewasa.
titik diri terganggu. obat-obatan yang
tak beraturan  Anak usia 1–
Berdaya berat dalam membuat kantuk.  Kram otot 12 tahun: 0,5
mg/kgBB, tiap 4–6
fungsi-fungsi mental:
jam. Dosis
waham, halusinasi, maksimal 75 mg
per hari. Dosis
gangguan perasaan
maksimal untuk
dan perilaku yang sedasi, gangguan anak usia >5 tahun
otonomik (hipotensi, adalah 75 mg per
aneh atau tidak
antikolinergik/ hari dan untuk
terkendali, berdaya parasimpatik, mulut anak usia 1–5
kering, kesulitan tahun dosis
berat dalam fungsi
dalam miksi dan maksimalnya
kehidupan seharihari, defikasi, hidung adalah 40 mg per
tersumbat, mata hari.
tidak mampu bekerja,
kabur, tekanan intra
hubungan sosial dan okuler meninggi,
melakukan kegiatan gangguan irama
jantung), gangguan
rutin. endokrin, metabolik,
biasanya untuk
pemakaian jangka
panjang.

3. Jelaskan peran perawat dalam pemberian obat pada kasus diatas!


Jawab:
1. Pengkajian
Dalam fungsi perawat sebagai pengkaji psikofarmaka diperlukan pengumpulan data
sebelum pengobatan. Pengkajian tersebut akan memberi landasan pandangan
terhadap masing-masing pasien. Berikut beberapa hal yang perlu dikaji :
a. Diagnosa medis
b. Riwayat penyakit
c. Riwayat pengobatan
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
e. Jenis obat yang digunakan, dosis, dan waktu pemberian
f. Program terapi lain

Tahap pengkajian ini merupakan tahap persiapan sebelum perawat melalukan


tugasnya sebagai pemberi obat psikofarmaka.

2. Koordinator
Perawat sebagai koordinator dalam pemberian psikofarmaka haruslah mengerti prinsip-
prinsip farmakologi, semua ini nantinya dijadikan pedoman agar tidak terjadi
penyalahgunaan maupun malpraktek dalam pemberian psikofarmaka pada klien.
Pemberi

Peran perawat dalam pemberian obat dapat dirancang secara profesional dan
bersifat individual. Setelah mengkaji dan menimbang prinsip-prinsip dalam
psikofarmaka, maka langkah-langkah berikutnya yang harus ditempuh perawat dalam
pemberian obat adalah :

1. Persiapan
 Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status pasien)
 Kaji setiap obat yang diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek
samping dan cara pemberian.
 Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
 Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
 Gunakan pendekatan tertentu
 Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
 Pastikan bahwa obat telah diminum
 Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan , melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologi.

Setelah pemberian perawat juga harus paham tentang bagaimana reaksi obat yang baik .
Reaksi obat efektif jika :

1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital normal

Dalam memberikan terapi psikofarmaka sering menimbulkan efek samping yang


tidak diinginkan. Oleh sebab itu perawat harus mewaspadai obat yang masuk ke dalam
tubuh pasien dengan catatan sebagai berikut :

1. Kewaspadaan pada obat psikotik


 Kebutuhan individu sangat bervariasi
 Gejala akan mereda jika diberi obat 3 hari hingga 2 minggu
 Beberapa jenis skizofrenia butuh obat sepanjang hidupnya
 EPS dan diskinesia Tardif bisa terjadi sebagai efek samping
 Terjadinya efek granulosis
 Obesitas
2. Obat anti depresan
 Letal pada dosis yang berlebih
 Efek mengantuk
 Mulut kering
3. Obat anti mania
 Lithium karbonat sangat toksik dan letal oleh sebab itu perlu pemantauan ketat
setiap waktu
 Setiap jangka waktu tertentu periksa kandungan lithium dalam tubuh pasien
 Carbamecepim dapay menimbulkan steven johnson
4. Obat anti cemas
 Efek adiksi sangat kuat
 Efek mengantuk
 Masalah-masalah memori

Mengatasi efek samping obat :


 Untuk adanya gejala EPS diberikan injeksi Diphenhydramin 2cc dan sulfas
atropin 1 ampul
 Untuk adanya tibul adiksi dilakukan tapring off
 Untuk efek sedasi diberi nasihat tidak boleh menjalankan mesin
 Untuk mencegah adanya diskinesia tardive dengan hati-hati pemberian dosis yang
meningkat terutama obat anti psikotik
 Untuk mendeteksi ambang letal adakan periksa laborat tiap 3 bulan.

3. Pendidikan
Dari semua laporan riset dalam bidang psikofarmaka serta implikasi untuk klien
dan keluarga mereka masih belum jelas atau spesifik. Laporan di media tentang riset dan
studi yang baru sering kali membingungkan atau tidak dipahami dengan baik oleh klien
dan keluarga. Perawat harus membantu klien dan keluarga mendapat informasi tentang
kemajuan dalam bidang tersebut, tetapi juga harus membantu mereka membedakan
antara fakta dan hipotesis. Karena selain sebagai pendidik dengan menyampaikan
penyuluhan kesehatan, perawat juga harus berlaku sebagai advokat pasien terutama
dalam menentukan keputusan mengenai penggunaan psikofarmaka.
Perawat dapat menjelaskan apakah dan bagaimana riset yang baru dapat
mempengaruhi terapi atau prognosis klien. Perawat merupakan sumber yang baik untuk
memberi informasi dan menjawab pertanyaan. Sehingga nantinya pasien akan dapat
meminum obat dengan aman dan efektif.

4. Program Rumatan Terapi


Peran perawat sebagai koordinator program rawatan terapi dirancang untuk
mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
Program rumatan terapi yang kini tengah marak adalah Program Terapi Rumatan
Methadon (PTRM) yaitu program yang mengalihkan penggunaan heroin pada obat lain
yang lebih aman.
Methadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat , selama pemakaian
metadon penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon
menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih
stabil dan mengurangi resiko terkait dengan penggunaan narkoba suntikan dan juga
mengurangi kejahatan yang sering terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum,
penggunaan metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian perilaku yang
sangat beresiko untuk penularan HIV AIDS dan virus lain.
PTRM sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk
membantu pengguna berhenti menggunakan heroin, diganti dengan takaran metadon
yang dikurangi bertahap dalam jangka waktu tertentu. Tujuan kedua adalah untuk
mengurangi beberapa dampak buruk akibat penggunaan heroin secara suntikan. Pilihan
ini menyediakan terapi rumatan yang memberikan metadon pada pengguna secara terus
menerus dengan takaran yang disesuaikan agar pengguna tidak mengalami gejala putus
zat (sakaw).
PTRM ini adalah kelanjutan dari terapi detoksifikasi. Setelah pasien melewati
fase kritisnya maka ia harus menghentikan ketergantungannya melalui PTRM. Para
pecandu narkoba jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Penyembuhan secara
media untuk para pecandu narkotika sering menimbulkan kondisi relaps, kambuh lagi.
Pasien ketergantungan narkotika dimungkinkan menjalani detoksifikasi dirumahnya
setelah 5 hari berturu-turut. Selain itu untuk penyembuhan membutuhkan terapi rumatan
(pemeliharaan).
Khusus untuk ketergantungan opiat, benar-benar memerlukan PTRM. Selain
dengan PTRM, juga perlu dilakukan terapi sosial, terapi okupasional, atau terapi religius.
Pendekatan holistik melibatkan tim profesional seperti tim medis khususnya perawat

5. Penelitian
Peran perawat dalam penelitian diharapkan menjadi pembaharu dalam ilmu
keperawatan khususnya bidang psikofarmaka karena memiliki keterampilan, inisiatif,
cepat tanggap terhadap rangsang dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya
adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan
sejauh mana efektifitas tindakan terapi psikofarmaka yang telah diberikan. Dengan
penelitian perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru
berdasarkan kebutuhan, perkembangan, dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Perawat dituntut untuk mengikuti perkembangan , manfaatkan media masa dan
informasi lain dari berbagai sumber, maka dari itu perawat perlu melakukan penelitian,
mengembangkan keefektifitasan psikofarmaka dan menerapkannya ke klien.

4. Jelaskan indikasi dan implikasi keperawatan dalam pemberian obat obatan pada kasus
di atas !
Jawab:

Nama Obat Indikasi Implikasi


Chlorpromazin Untuk Syndrome Psikosis Obat ini dapat diberikan dalam bentuk
e (CPZ) yaitu berdaya berat dalam tablet atau suntikan melalui pembuluh
kemampuan menilai darah vena (intravena/IV) atau melalui
realitas, kesadaran diri otot (intramuskular/IM).
terganggu, daya nilai
Dewasa: 25 mg, 3 kali sehari. Dosis
norma sosial dan titik diri
perawatan adalah 25–100 mg, 3 kali
terganggu. Berdaya berat
sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga
dalam fungsi-fungsi
1 gram per hari.
mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan
Lansia, dosis akan di awali dengan
perilaku yang aneh atau
1/3–1/2 dosis dewasa.
tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi Efek samping: sedasi, gangguan
kehidupan seharihari, tidak otonomik (hipotensi, antikolinergik/
mampu bekerja, hubungan parasimpatik, mulut kering, kesulitan
sosial dan melakukan dalam miksi dan defikasi, hidung
kegiatan rutin. tersumbat, mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama
jantung), gangguan endokrin,
metabolik, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.

Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh karena
itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar: klien
yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan
dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.
a. Benar pasien
Perawat memastikan kembali obat yang diberikan sudah benar kepada pasien dengan
indikasi halusinasi dan PK pada kasus

b. Benar obat
Implikasi keperawatannya adalah pertama, periksa apakah perintah pengobatan lengkap
dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang
bertanggung jawab. Kedua, ketahui alasan mengapa pasien mendapat terapi tersebut dan
terakhir lihat label minimal 3 kali
Untuk menghindari kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus
dibaca tiga kali:
 Pada saat melihat botol atau kemasan obat
 Sebelum menuang/ mengisap obat dan
 Setelah menuang/mengisap obat.

c. Benar dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya

d. Benar rute
Biasanya obat yang diberikan kepada pasien adalah obat oral
Implikasi dalam keperawatan termasuk:
 Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat-obat per
oral.
 Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan.

e. Benar waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d
(tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan.
Implikasi dalam keperawatan mencakup:
 Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
 Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
 Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan
ke apotik (tergantung peraturan).

f. Benar dokumentasi
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggungjawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan keperawatan.

g. Benar pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
 Manfaat obat secara umum
 Penggunaan obat yang baik dan benar
 Alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh
 Hasil yang diharapkan setelah pemberian obat
 Efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat
 Interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan
 Perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit

5. Buat Intervensi keperawatan sesuai kasus diatas!


Jawab:

No Intervensi Keperawatan
1 Edukasi efek samping obat [I.12371]
Memberikan informasi untuk meminimalkan efek samping dari agen
farmakologis yang diprogramkan.
Observasi
1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
Terapeutik
1. Persiapkan materi dan media edukasi
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan obat yang diberikan
2. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi obat yang dikonsumsi
3. Jelaskan cara kerja obat secara umum
4. Jelaskan dosis, cara pemakaian, waktu dan lamanya pemberian obat
5. Jelaskan tanda dan gejala bila obat yang dikonsumsi tidak cocok untuk
pasien
6. Jelaskan reaksi alergi yang mungkin timbul saat atau setelah obat
dikonsumsi
7. Anjurkan melihat tanggal kadaluarsa obat yang akan dikonsumsi
8. Anjurkan melihat kondisi fisik obat sebelum dikonsumsi
9. Anjurkan untuk segara ke fasilitas kesehatan terdekat jika reaksi obat
yang dikonsumsi membahayakan hidup pasien
10. Ajarkan cara mengatasi reaksi obat yang tidak diinginkan

2 Edukasi program pengobatan [I.12441]


Mengajarkan penggunaan obat secara aman dan efektif
Observasi
1. Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang direkomendasikan
2. Identifikasi penggunaan pengobatan tradisional dan kemungkinan efek
terhadap pengobatan
Terapeutik
1. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk meningkatkan
pemahaman
2. Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan baik
dan benar
3. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama
pengobatan
Edukasi
1. Jelaskan manfaat dan efeksamping pengobatan
2. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
3. Jelaskan cara penyimpanan, pembelian kembali dan pemantauan sisa
obat
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian program pengobatan
5. Informasikan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan selama
pengobatan
6. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan pengobatan
7. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
8. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak dimengerti
9. Ajarkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri
3 Terapi relaksasi otot progresif [I.05187]
Menggunakan teknik penegangan dan peregangan otot untuk meredakan
ketegangan otot, ansietas, nyeri serta meningkatkan kenyamanan,
konsentrasi dan kebugaran.
Observasi
1. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
2. Monitor secara berkala untuk memastikan otot rileks
Terapeutik
1. Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi
2. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya yang nyaman
3. Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
4. Beri waktu mengungkapkan perasaan tentang terapi
Edukasi
1. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak sempit
2. Anjurkan melakukan relaksasi otot rahang
3. Anjurkan menegangkan otot selama 5 sampai 10 detik, kemudian
anjurkan untuk merilekskan otot 20-30 detik, masing – masing 8
sampai 16 kali
4. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari 5 detik untuk
menghindari kram
5. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegang
6. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang rileks
7. Anjurkan bernafas dalam dan perlahan
8. Anjurkan berlatih diantara sesi reguler dengan perawat
4 Perawatan mulut [I.11356]
Mengidentifikasi dan merawat kesehatan mulut serta mencegah terjadinya
komplikasi.
Observasi
1. Identifikasi kondisi umum
2. Identifikasi kondisi oral (sariawan atau luka)
3. Monitor kebersihan mulut
Terapeutik
1. Pilih sikat gigi sesuai dengan kondisi pasien
2. Fasilitasi menyikat gigi secara mandiri
3. Sikat gigi minimal 2 kali sehari
4. Sikat gigi dari arah gusi ke masing-masing gigi atas dan bawah
5. Bersihkan alat-alat yang telah dipergunakan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien dan keluarga
2. Anjurkan mengganti sikat gigi setiap 3-4 bulan
5 Manajemen konstipasi [I.04155]
Mengidentifikasi dan mengelola pencegahan dan mengatasi
sembelit/impaksi.
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
2. Identifikasi faktor risiko konstipasi
Terapeutik
1. Anjurkan diet tinggi serat
2. Lakukan massage abdomen
3. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

6. Buat SP tindakan keperawatan pada kasus di atas baik untuk pasien maupun
keluarga?

Jawab:
Pasien Keluarga
SP 1 SPK 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu dan gejala, dan jenis halusinasi
halusinasi pasien serta proses terjadinya halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi pada pasien
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara merawat pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang dengan halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien cara
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian

SP 2 SPK 2
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan
pasien cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Melatih keluarga melakukan cara
cakap dengan orang lain merawat langsung kepada pasien
3. Menganjurkan pasien halusinasi
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP 3 SPK 3
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Membantu keluarga membuat
pasien jadwal aktivitas di rumah
2. Melatih pasien mengendalikan termasuk minum obat
halusinasi dengan cara 2. Menjelaskan follow up pasien
melakukan kegiatan yang biasa setelah pulang
dilakukan pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP 4
1. Mengevaluasi jadwal harian
pasien
2. Memberi pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur kepada pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


TINDAKAN KEPERAWATAN
SP IV pasien minum obat secara teratur

Strategi pelaksanaan IV gangguan sensori persepsi: halusinasi bertujuan untuk melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang Bapak/Ibu X!”

2. Evaluasi/Validasi Data
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X siang ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya yang
menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap? Apakah Bapak/Ibu masih mendengar?” “Berapa kali
dalam sehari Bapak/Ibu mendengar suara tersebut?
“Saat Bapak/Ibu mendengar suara tersebut, apa yang Bapak/ Ibu lakukan?” “Wah bagus
sekali jawaban Bapak/Ibu.”
“Saat halusinasi tersebut muncul, Bapak/Ibu menghardik halusinasi seperti yang telah
diajarkan kemarin. Bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu X telah berlatih mengontrol suara dengan menghardik sesuai
dengan aktivitas terjadwal yang telah kita buat. Coba Bapak/Ibu x sebutkan manfaat
yang Bapak/Ibu rasakan saat berlatih menghardik sesuai jadwal.”
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu X.” “Apakah pagi tadi
sudah minum obat?”
“Jam berapa Bapak/Ibu minum obat pagi tadi?”

3. Kontrak (Waktu, Tempat, Tujuan, Topik)


“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara kedua mengontrol
halusinasi yaitu dengan minum obat. Tujuannya agar Bapak/Ibu X dapat mengetahui
bahwa minum obat untuk mengontrol halusinasi tidak boleh putus agar suara tak
berwujud tidak terdengar lagi. Kita akan diskusi selama 15 menit di ruang makan sambil
menunggu makan siang.”

B. Fase Kerja
“Coba Bapak/Ibu X sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Bapak/Ibu X minum obat.
Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
“Minum obat sangat penting agar suara yang Bapak/Ibu X dengar dan mengganggu selama
ini tidak muncul lagi.”
“Berapa macam obat yang Bapak/Ibu X minum? (perawat menyiapkan obat pasien).
“Ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara-suara
dan yang merah jambu (haloperidol,HLP) berfungsi untuk menenangkan pikiran dan
menghilangkan suara. Obat yang warna putih (tpyhexilpendil,THP) gunanya agar Bapak/Ibu
X merasa rilex dan tidak kaku. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap pukul 7 pagi, 1
siang, dan 7 malam setelah makan. Jika Bapak/Ibu makan pagi jam 8 pagi, maka obat siang
diminum jam 2 siang, dan obat untuk malam diminum jam 8 malam.”
“Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika Bapak/Ibu X
menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan muncul lagi. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, Bapak/Ibu X akan kembali mendengar suara-suara
yang tidak tampak wujudnya itu.”
“Kalau obat habis, Bapak/Ibu X bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Bapak/Ibu X juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya
Bapak/Ibu X harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya Bapak/Ibu X. Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya, juga
harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan Bapak/Ibu X juga harus cukup
minum air putih 10 gelas per hari.”
“Jika saat minum obat, Bapak/Ibu X merasa lemah atau pusing, itu adalah salah satu efek
samping dari obat yang Bapak/Ibu X minum. Bapak/Ibu X dapat berkonsultasi ke dokter
untuk mengatasi efek samping tersebut dan istirahat dengan cukup.”
“Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Bapak/Ibu X sebanyak 3 kali dalam
sehari yaitu jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
“Jika Bapak/Ibu X minta obat sendiri tanpa diingatkan oleh suster, Bapak/Ibu X dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Bapak/Ibu X minum obat saat
diingatkan oleh suster, maka Bapak/Ibu X mengisi dengan huruf B. Jika Bapak/Ibu X tidak
minum obat atau lupa, Bapak/Ibu X mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”

C. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setalah kita bercakap-cakap tentang cara kedua
mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?”

2. Evaluasi Objektif
“Coba Bapak/Ibu sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum minum obat?”
“Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu.”
“Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat tersebut milik
kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu diminum sesudah makan, dan
benar jumlah obatnya.”

3. Rencana Tindak Lanjut


“Bapak/Ibu X jangan lupa untuk minum obat tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
tadi telah kita buat yah Bu.”
“Bapak/Ibu X juga dapat meminta obat sendiri ke perawat tanpa perlu diingatkan.”

4. Kontrak yang Akan Datang. (Waktu, Tempat, Tujuan)


“Besok pagi kita ketemu lagi untuk belajar cara mencegah suara tak berwujud muncul
yaitu dengan cara bercakap-cakap, jam 10 pagi di taman yah Bapak/Ibu. Selamat siang
Bapak/Ibu X.

Anda mungkin juga menyukai