a. Seorang perempuan berusia 35 tahun, tampak tertawa sendiri dan melamun, saat ini
mendapatkan obat Clorpromazin 3 x 100 mg. Setelah pemberian obat pasien mengalami kaku
kuduk dan jalan seperti robot.
b. Seorang laiki-laki berusia 38 tahundirawat di RS Jiwa karena mengamuk. Di RS jiwa
diberikan therapi chlorpormazin (CPZ) 50 mg2 kali sehari. Setelah pengobatan yang
dilakukan selama 3 hari, pasien mengeluh mulutnya terasa kering dan sering susah buang air
besar. Tantangan Berpikir Kritis
1. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja obat pada kasus di atas !
Jawab:
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani gejala psikosis pada skizofrenia. Selain itu,
obat ini juga digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar, mual dan muntah, serta
cegukan yang terjadi terus-menerus.
Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik jenis phenothiazine. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat reseptor dopamine D2 yang ada di otak, sehingga dapat
meredakan gejala psikosis. Obat ini akan membantu penderita skizofrenia untuk bisa
berpikir lebih jernih, lebih tenang, dan mengurangi halusinasi, sehingga penderita bisa
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Jelaskan indikasi, kontra indikasi dan efek samping pemberian obat pada kasus
diatas!
2. Koordinator
Perawat sebagai koordinator dalam pemberian psikofarmaka haruslah mengerti prinsip-
prinsip farmakologi, semua ini nantinya dijadikan pedoman agar tidak terjadi
penyalahgunaan maupun malpraktek dalam pemberian psikofarmaka pada klien.
Pemberi
Peran perawat dalam pemberian obat dapat dirancang secara profesional dan
bersifat individual. Setelah mengkaji dan menimbang prinsip-prinsip dalam
psikofarmaka, maka langkah-langkah berikutnya yang harus ditempuh perawat dalam
pemberian obat adalah :
1. Persiapan
Melihat order pemberian obat di lembaran obat (di status pasien)
Kaji setiap obat yang diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek
samping dan cara pemberian.
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
2. Lakukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat
3. Laksanakan program pemberian obat
Gunakan pendekatan tertentu
Bantu klien minum obat, jangan ditinggal
Pastikan bahwa obat telah diminum
Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat sebagai aspek legal
4. Laksanakan program pengobatan berkelanjutan , melalui program rujukan
5. Menyesuaikan dengan terapi non farmakologi.
Setelah pemberian perawat juga harus paham tentang bagaimana reaksi obat yang baik .
Reaksi obat efektif jika :
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital normal
3. Pendidikan
Dari semua laporan riset dalam bidang psikofarmaka serta implikasi untuk klien
dan keluarga mereka masih belum jelas atau spesifik. Laporan di media tentang riset dan
studi yang baru sering kali membingungkan atau tidak dipahami dengan baik oleh klien
dan keluarga. Perawat harus membantu klien dan keluarga mendapat informasi tentang
kemajuan dalam bidang tersebut, tetapi juga harus membantu mereka membedakan
antara fakta dan hipotesis. Karena selain sebagai pendidik dengan menyampaikan
penyuluhan kesehatan, perawat juga harus berlaku sebagai advokat pasien terutama
dalam menentukan keputusan mengenai penggunaan psikofarmaka.
Perawat dapat menjelaskan apakah dan bagaimana riset yang baru dapat
mempengaruhi terapi atau prognosis klien. Perawat merupakan sumber yang baik untuk
memberi informasi dan menjawab pertanyaan. Sehingga nantinya pasien akan dapat
meminum obat dengan aman dan efektif.
5. Penelitian
Peran perawat dalam penelitian diharapkan menjadi pembaharu dalam ilmu
keperawatan khususnya bidang psikofarmaka karena memiliki keterampilan, inisiatif,
cepat tanggap terhadap rangsang dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya
adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan
sejauh mana efektifitas tindakan terapi psikofarmaka yang telah diberikan. Dengan
penelitian perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru
berdasarkan kebutuhan, perkembangan, dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Perawat dituntut untuk mengikuti perkembangan , manfaatkan media masa dan
informasi lain dari berbagai sumber, maka dari itu perawat perlu melakukan penelitian,
mengembangkan keefektifitasan psikofarmaka dan menerapkannya ke klien.
4. Jelaskan indikasi dan implikasi keperawatan dalam pemberian obat obatan pada kasus
di atas !
Jawab:
Perawat bertanggungjawab terhadap keamanan pasien dalam pemberian terapi, oleh karena
itu dalam memberikan obat, seorang perawat harus melakukan tujuh hal yang benar: klien
yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan
dokumentasi yang benar serta informasi yang benar.
a. Benar pasien
Perawat memastikan kembali obat yang diberikan sudah benar kepada pasien dengan
indikasi halusinasi dan PK pada kasus
b. Benar obat
Implikasi keperawatannya adalah pertama, periksa apakah perintah pengobatan lengkap
dan sah. Jika perintah tidak lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang
bertanggung jawab. Kedua, ketahui alasan mengapa pasien mendapat terapi tersebut dan
terakhir lihat label minimal 3 kali
Untuk menghindari kesalahan, sebelum memberi obat kepada pasien, label obat harus
dibaca tiga kali:
Pada saat melihat botol atau kemasan obat
Sebelum menuang/ mengisap obat dan
Setelah menuang/mengisap obat.
c. Benar dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya
d. Benar rute
Biasanya obat yang diberikan kepada pasien adalah obat oral
Implikasi dalam keperawatan termasuk:
Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat-obat per
oral.
Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan.
e. Benar waktu
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d
(tiga kali sehari), q.i.d (empat kali sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan.
Implikasi dalam keperawatan mencakup:
Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat dapat diberikan ½ jam sebelum atau
sesudah waktu yang tertulis dalam resep.
Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan
ke apotik (tergantung peraturan).
f. Benar dokumentasi
Sebagai suatu informasi yang tertulis, dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi yang efektif antar profesi dalam suatu tim pelayanan kesehatan pasien.
Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien
sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi
pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggungjawaban dan
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan keperawatan.
No Intervensi Keperawatan
1 Edukasi efek samping obat [I.12371]
Memberikan informasi untuk meminimalkan efek samping dari agen
farmakologis yang diprogramkan.
Observasi
1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
Terapeutik
1. Persiapkan materi dan media edukasi
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan obat yang diberikan
2. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi obat yang dikonsumsi
3. Jelaskan cara kerja obat secara umum
4. Jelaskan dosis, cara pemakaian, waktu dan lamanya pemberian obat
5. Jelaskan tanda dan gejala bila obat yang dikonsumsi tidak cocok untuk
pasien
6. Jelaskan reaksi alergi yang mungkin timbul saat atau setelah obat
dikonsumsi
7. Anjurkan melihat tanggal kadaluarsa obat yang akan dikonsumsi
8. Anjurkan melihat kondisi fisik obat sebelum dikonsumsi
9. Anjurkan untuk segara ke fasilitas kesehatan terdekat jika reaksi obat
yang dikonsumsi membahayakan hidup pasien
10. Ajarkan cara mengatasi reaksi obat yang tidak diinginkan
6. Buat SP tindakan keperawatan pada kasus di atas baik untuk pasien maupun
keluarga?
Jawab:
Pasien Keluarga
SP 1 SPK 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang
pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu dan gejala, dan jenis halusinasi
halusinasi pasien serta proses terjadinya halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi pada pasien
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara merawat pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang dengan halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien cara
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SP 2 SPK 2
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan
pasien cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Melatih keluarga melakukan cara
cakap dengan orang lain merawat langsung kepada pasien
3. Menganjurkan pasien halusinasi
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3 SPK 3
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Membantu keluarga membuat
pasien jadwal aktivitas di rumah
2. Melatih pasien mengendalikan termasuk minum obat
halusinasi dengan cara 2. Menjelaskan follow up pasien
melakukan kegiatan yang biasa setelah pulang
dilakukan pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal harian
pasien
2. Memberi pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur kepada pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi pelaksanaan IV gangguan sensori persepsi: halusinasi bertujuan untuk melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang Bapak/Ibu X!”
2. Evaluasi/Validasi Data
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X siang ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara yang tak tampak wujudnya yang
menyuruh Bapak/Ibu naik ke atap? Apakah Bapak/Ibu masih mendengar?” “Berapa kali
dalam sehari Bapak/Ibu mendengar suara tersebut?
“Saat Bapak/Ibu mendengar suara tersebut, apa yang Bapak/ Ibu lakukan?” “Wah bagus
sekali jawaban Bapak/Ibu.”
“Saat halusinasi tersebut muncul, Bapak/Ibu menghardik halusinasi seperti yang telah
diajarkan kemarin. Bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu X telah berlatih mengontrol suara dengan menghardik sesuai
dengan aktivitas terjadwal yang telah kita buat. Coba Bapak/Ibu x sebutkan manfaat
yang Bapak/Ibu rasakan saat berlatih menghardik sesuai jadwal.”
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu X.” “Apakah pagi tadi
sudah minum obat?”
“Jam berapa Bapak/Ibu minum obat pagi tadi?”
B. Fase Kerja
“Coba Bapak/Ibu X sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Bapak/Ibu X minum obat.
Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
“Minum obat sangat penting agar suara yang Bapak/Ibu X dengar dan mengganggu selama
ini tidak muncul lagi.”
“Berapa macam obat yang Bapak/Ibu X minum? (perawat menyiapkan obat pasien).
“Ini yang warna orange (chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara-suara
dan yang merah jambu (haloperidol,HLP) berfungsi untuk menenangkan pikiran dan
menghilangkan suara. Obat yang warna putih (tpyhexilpendil,THP) gunanya agar Bapak/Ibu
X merasa rilex dan tidak kaku. Semua obat ini diminum 3 kali sehari, tiap pukul 7 pagi, 1
siang, dan 7 malam setelah makan. Jika Bapak/Ibu makan pagi jam 8 pagi, maka obat siang
diminum jam 2 siang, dan obat untuk malam diminum jam 8 malam.”
“Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika Bapak/Ibu X
menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan muncul lagi. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, Bapak/Ibu X akan kembali mendengar suara-suara
yang tidak tampak wujudnya itu.”
“Kalau obat habis, Bapak/Ibu X bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Bapak/Ibu X juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya
Bapak/Ibu X harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya Bapak/Ibu X. Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya, juga
harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan Bapak/Ibu X juga harus cukup
minum air putih 10 gelas per hari.”
“Jika saat minum obat, Bapak/Ibu X merasa lemah atau pusing, itu adalah salah satu efek
samping dari obat yang Bapak/Ibu X minum. Bapak/Ibu X dapat berkonsultasi ke dokter
untuk mengatasi efek samping tersebut dan istirahat dengan cukup.”
“Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Bapak/Ibu X sebanyak 3 kali dalam
sehari yaitu jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
“Jika Bapak/Ibu X minta obat sendiri tanpa diingatkan oleh suster, Bapak/Ibu X dapat
mengisi di sebelah kolom aktivitas ini dengan huruf M. jika Bapak/Ibu X minum obat saat
diingatkan oleh suster, maka Bapak/Ibu X mengisi dengan huruf B. Jika Bapak/Ibu X tidak
minum obat atau lupa, Bapak/Ibu X mengisi huruf T di kolom tanggal pelaksanaan.”
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu X setalah kita bercakap-cakap tentang cara kedua
mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?”
2. Evaluasi Objektif
“Coba Bapak/Ibu sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum minum obat?”
“Wah bagus sekali jawaban Bapak/Ibu.”
“Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat tersebut milik
kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu diminum sesudah makan, dan
benar jumlah obatnya.”