DIABETES MELITUS
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang lansia
yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah sehingga
dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
2
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar
tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi
(Nugroho, 2000).
Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih
mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara penurunan fungsional dan penyakit
seringkali para ahli lebih suka Umenyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang
manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada
dasarnya tergantung atas:
3
2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada
seorang lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan
pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme
tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane, 2001
olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari
jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses
menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa darah puasa 140
mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah kadar
glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah pemantauan
glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu
paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah,
ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. ambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
PATHWAY
6
7
2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang
dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka
yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
H. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka
I. PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan makanan yang terdiri
dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua
aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik untuk para pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari penapisan, tetapi hasil yang
negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes
toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang
dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
9
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil kesempatan untuk
memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat
mengajarkan klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih
sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet
mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional,
dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai
pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan
NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula darah dan gejala-
gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley,
Mickey, 2006).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari
kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma
yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya
disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar
gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
10
1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada
penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.
b. Sindrom Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK) HONK adalah
keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula
darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah
tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal
pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit
natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium bervariasi.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
J. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
11
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage
of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
i. Kurus (underweight) BBR < 90 %
ii. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
iii. Gemuk (overweight) BBR > 110%
iv. Obesitas apabila BBR > 120%
Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
Obesitas sedang BBR 130% - 140%
Obesitas berat BBR 140% - 200%
Morbid BBR >200 %
12
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
berat badannya sedikit lebih.
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
i. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
ii. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
13
.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
.5. Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
2. Aspek psikososial
16
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan
sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang
lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural
(NANDA, 2006).
peningkatan berat
badan.
7. Kelelahan berhubungan
Activity tolerance Energy management
dengan kondisi fisik
Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi
kurang. keperawatan selama 2x24 untuk memastikan
jam diharapkan pasien sumber energi yang
dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan
bernapas dalam respon keterbatasan fisik
aktivitas pasien.
2. Melaporkan aktivitas 3. Tentukan penyebab
harian kelelahan.
3. Memonitor ECG dalam 4. Bantu pasien untuk
batas normal jadwal istirahat.
4. Memonitor warna kulit
9. Kerusakan memori
Orientasi kognitif Pelatihan memori (memory
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien dengan mengulangi
dapat : pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir
2. Mengenal orang atau pertemuan dengan
hal penting pasien.
3. Mengenal tempatnya 2. Mengenang
sekarang pengalaman masa lalu
4. Mengenal hari, bulan, dengan pasien.
dan tahun dengan 3. Menyediakan gambar
benar untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif
Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 social dan komunitas
dalam kemampuan jam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
koping, dukungan social diharapkan mampu : mengembangkan
tidak adekuat yang 1. Mengidentifikasi pola hubungan.
dibentuk dari koping efektif 3. Dorong berhubungan
karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dengan seseorang
hubungan. koping yang tidak yang memiliki tujuan
efektif dan ketertarikan yang
3. Melaporkan penurunan sama.
stress 4. Dukung pasein untuk
22
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
ekspresi seksual
Aspek spiritual
1. Distress spiritual
Pengharapan (hope) Penanaman harapan (hope
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi instillation)
peubahan hidup, keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri jam pasien secara luas keluarga untuk
atau orang lain, cemas, diharapkan mampu : mengidentifikasi area
mengasingkan diri, 1. Mengekspresikan pengharapan dalam
kesendirian atau orientasi masa depan hidup.
pengasingan social, yang positif 2. Melibatkan pasien
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa 3. Mengajarkan keluarga
optimis tentang aspek positif
4. Mengekspresikan pengharapan.
perasaan untuk
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com
I. Identitas
A. Nama : Ny. W
B. Umur : 70 Tahun
C. Alamat : Kp. Nyomplong Cibadak
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti : -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
II. Status kesehatan saat ini
- Saat pengkajian tanggal 22 April 2021, Ny. W mengatakan sering sakit
kepala dan badan terasa lemas, riwayat jatuh 2 bulan yang lalu jatuh di kamar mandi. Ny.W
juga mengatakan kakinya terkadang suka kesemutan dan merasa agak kaku otot-otot
kakinya
III. Riwayat kesehatan masa lalu
Ny. W ada riwayat diabetes mellitus udah hampir 15 tahun
IV. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien tidak ada Riwayat penyakit diabetes mellitus
( Genogram )
----- --------------------
29
----------------------------------
--------------------------
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
------- : Serumah
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis
2) GCS : E=4 M=6 V=5
3) TTV : TD : 120/80 mmhg, RR : 18x/mnt, N : 80x/mnt
4) BB/TB : BB : 60kg, TB : 150cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
Tegap
6) Keluhan : tidak ada
Klasifikasi nilai :
30
c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : sedikit berminyak
b) Kerontokan rambut: ada sedikit rontok
c) Keluhan : banyak muncul uban
2) Mata
a) Konjungtiva : tidak anemis
b) Sklera : tidak ikterik
c) Strabismus : tidak ada
d) Penglihatan : kabur
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : Tidak
h) Keluhan : Tidak
i) Jika ya , jelaskan : Tidak ada
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak ada
c) Penciuman : baik
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : Tidak ada
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : Baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak
d) Gigi : karies
e) Radang gusi : tidak
31
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran tiroid
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
c) Kaku kuduk : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : tidak ada
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest
b) Payudara : tidak ada kelainan
c) Retraksi dinding dada : tidak
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak
f) Ronchi : tidak
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan : Tidak ada
8) Abdomen
a) Bentuk : Flat
b) Nyeri tekan : tidak
c) Kembung : tidak
d) Supel : tidak
e) Bising Usus : ada , frekuensi : 10x/menit
32
f) Massa : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan : Tidak ada
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : 6x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : tidak
e) Hernia : tidak
f) Keluhan : tidak
g) Jika ya , jelaskan : tidak ada
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : tidak pucat
c) Kelembapan : kering
d) Lesi/Luka : tidak
e) Perubahan tekstur : sedikit kasar
f) Gangguan pada kulit : tidak
g) Keluhan : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan : tidak ada
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Motivasi
(2) Terpaksa
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia
anggap mampu.
2x/minggu
Jenis : jalan-jalan
kecil
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang Frekuensi:
Total : 110
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
2
Score =
Interprestasi :
38
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
Ny. W
menggamba
r bola
Total :25
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
Nama : Ny. W
Usia : 70 Tahun
Jenia Kelamin : Perempuan
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
No Pertanyaan
42
Ya Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?
Nilai Interpretasi 6
Interpretasi :
Normal :0-4
Depresi sedang : 9 – 11
Depresi Berat : 12 - 15
1. Data Fokus
- Therapy :
Glimetic 2mg 1 x 1
Metformin 500MG 1 X 1
OMZ 2 X 1
PCT 3 X 1
- Pengkajian status
fungsional klien:
KATZ Indeks :Mandiri dalam hal
makan, kontinen dalam BAB/BAK,
menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.
- Modifikasi dari Barthel
Indeks : Total : 110
(65 - 129 :Ketergantungan sebagian)
- Pengkajian Status Mental Gerontik:
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
dengan menggunakan Shorf Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ) : Nilai
2
(Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh)
- Identifikasi aspek kognitif dari fungsi
mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) : Total :25
(24 – 30 :Tidak ada gangguan kognitif)
- Morse Fall Scale : 50 (
>31 pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi)
- Skala Depresi Geriatrik (Geriatric
Depression Scale/ GDS) : 6 (Depresi ringan
: 5 – 8)
45
2. Analisa Data
46
DO :
TTV :
TD : 120/80 mmHg
RR : 18 x/mnt
47
HR : 80 x/mnt
Nyeri kepala
3. S : 36,0 C
Resiko jatuh
DS :
- Ny. W mengatakan pernah
jatuh 2 bulan yang lalu
dikamar mandi
- Ny. W mengatakan kepala
sering sakit kepala
DO :
- Morse Fall Scale : 50
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Tgl. No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Paraf &
49
Keperawata nama
. Kriteria Hasil
n (PES) jelas
22-04- 1. Risiko Setelah dilakukan NIC : RIKA
2021 ketidakstabil tindakan Manajemen Hiperglikemi
Kamis an kadar gula keperawatan (2120)
darah selama 3x24 jam 1. Monitor kadar glukosa
berhubungan diharapkan kadar arah
dengan gula darah stabil 2. Monitor tanda dan gejala
manajemen Kriteria Hasil : hiperglikemi, polyuria,
diabetes Manajemen polidipsi, polifagi,
ditandai diabetes : kelemahan, letargi,
dengan : - Pencegahan malaise, sakit kepala,
DS : hiperglikemia dan pandangan kabur)
-Ny. W - Pencegahan 3. Dorong pemantuan
mengatakan hipoglikemia sendiri kadar glukosa
sering sakit darah
kepala 4. Beritahu pasien dan
-Ny. W keluarga mengenai
mengatakan pencegahan, pengenalan
badan suka tanda-tanda hiperglikemi
terasa lemas 5. instruksikan pasien dan
-Ny. W keluarga mencari
Tidak rutin bantuan petugas
mengecek kesehatan sesuai
gula darah kebutuhan
DO :
-Cek GDS :
320 mg/dl
-Therapi :
Glimetic 2
mg 1 x 1
Metformin
500MG 2 X1
OMZ 2 X 1
50
PCT 3 X 1
n alat bantu
untuk
berjalan
(tongkat)
TD : 120/80 mmHg
RR : 18x/mnt
HR : 80x/mnt
S : 36,0 C
HR : 80x/mnt
S : 36,5 C
A. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
Manajemen Hiperglikemia:
- Memantau peningkatan
glukosa darah
- Memantau gejala
hiperglikemia, polyuria, polidipsi,poliphagi, dan
kelelahan
2. 22-04-2021 S: RIKA
KAMIS Ny. W mengatakan sering merasa kebas pada kaki
13.00 O:
TTV : TTV :
TD : 120/80 mmHg
RR : 18 x/mnt
HR : 80x/mnt
S : 36,0 C
62
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
Observasi TTV
Ajarkan Senam kaki diabetic kembali
Kolaborasi pemberian obat dari tenaga medis
3. 22-04-2021 S: RIKA
KAMIS Ny. W mengatakan badannya sering lemas
13.00 Klien mengatakan pernah jatuh 2 bulan yang
lalu
O:
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
Manajemen Hiperglikemia:
- Memantau peningkatan
glukosa darah
- Memantau gejala
hiperglikemia, polyuria, polidipsi,poliphagi, dan
kelelahan
2. 23-04-2021 S: RIKA
JUMAT Ny. W mengatakan badan lebih segar
12.00 O:
TTV : TTV :
TD : 120/70 mmHg
RR : 18 x/mnt
HR : 80 x/mnt
S : 35,5 C
Therapi oral :
Glimetic 2mg 1 x 1, Metformin 500 2 X 1, OMZ 2
X1
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Ajarkan Senam kaki diabetic
kembali
- Kolaborasi pemberian obat dari
tenaga medis
3. 23-04-2021 S: RIKA
12.00 Ny. W mengatakan sering lemas
JUMAT Ny. W mengatakan pernah jatuh 2 bulan yang
lalu
O:
A:
P:
Intervensi dilanjutkan