Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DIABETES MELITUS

1.1. KONSEP LANSIA


1

1.1.1. Definisi lansia


Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

1.1.2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia


Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses penuaan. Pada
dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses
glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor
eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah,
paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti
kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab
proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).

1.1.3. Klasifikasi Lansia


Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :

1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun

2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih

3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang lansia
yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan

4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa

5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah sehingga
dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
2

1.1.4. Proses Menua

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar
tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi
(Nugroho, 2000).

1.1.5. Aspek Fisiologik Dan Patologik


Akibat Proses Menua Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin
lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas
organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin (seperti di kutip oleh Kane)
mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak
satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg menyatakan
bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi memang terdapat penurunan
yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun. Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa
penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik
melainkan dengan umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia
kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang
nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi,
pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas.

Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih
mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara penurunan fungsional dan penyakit
seringkali para ahli lebih suka Umenyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang
manifestasinya pada organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada
dasarnya tergantung atas:
3

1.Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi

2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada
seorang lanjut usia, perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan
pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana organ atau organisme
tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar (Kane, 2001

2.1.1. KONSEP DIABETES MELLITUS


A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009), atau Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin
dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperrglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh tingginya kadaar glukosa dalam darah,
pada dasarnya hal ini karena tubuh kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas ( Sri Hartini, 2009)
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskopelektron, (Arif Mansjoer, 2005)
B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert Committee
on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4 kategori utama
diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI).
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
4

2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak


tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan
olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi,
sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
D. PERUBAHAN LANSIA PADA SISTEM ENDOKRIN
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang
normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya
5

olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari
jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses
menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa darah puasa 140
mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah kadar
glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah pemantauan
glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu
paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah,
ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. ambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

PATHWAY
6
7

F. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DIABETES AKIBAT PENUAAN


Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai sistem
fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular, renal,
neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses
penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan
insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami diabetes,
walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu
untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes
ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin
(Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang
paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM,
yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman serius
terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam
hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua,
sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat
mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang
terjadi lebih sering di antara lansia (Stanley, Mickey, 2006).
G. KARAKTERISTIK PENYAKIT DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang
diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare,
2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan
karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan
kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang
kelainan diawali dengan resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare,
8

2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang
dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka
yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
H. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam
setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka
I. PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan makanan yang terdiri
dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua
aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik untuk para pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari penapisan, tetapi hasil yang
negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes
toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang
dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
9

b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil kesempatan untuk
memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat
mengajarkan klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih
sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet
mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional,
dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai
pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan
NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula darah dan gejala-
gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley,
Mickey, 2006).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari
kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma
yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya
disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana
terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar
gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
10

1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada
penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.
b. Sindrom Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK) HONK adalah
keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula
darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah
tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal
pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit
natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium bervariasi.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

J. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
11

normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
b) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage
of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

    
i. Kurus (underweight)    BBR < 90 %
ii. Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
iii. Gemuk (overweight)    BBR > 110%
iv. Obesitas apabila         BBR > 120%
 Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
 Obesitas sedang      BBR 130% - 140%
 Obesitas berat          BBR 140% -  200%
 Morbid                    BBR >200 %
12

b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
berat badannya sedikit lebih.
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
i. Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
ii. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
13

 Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler


2. Insulin
a. Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
b. Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
2) Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor
antara lain :
c. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik

3.2.1. KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK


3.2.2. Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek gerontik:
1. Fisik
.1. Wawancara
14

a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.


b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

.2. Pemeriksaan fisik


a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.

.3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

.4. Sosial ekonomi


a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
15

h. Seberapa besar ketergantungannya.


i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

.5. Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

.2.2. Diagnosa keperawatan


1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih
awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan
penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang
ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan
pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori
sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)

2. Aspek psikososial
16

a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan
koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan
sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)

3. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang
lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural
(NANDA, 2006).

.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)

No. Diagnosa keperawatan NOC NIC


Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan nutrisi Status
: nutrisi Manajemen
kurang dari kebutuhan
Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 (eating disorder
dengan tidak mampu jam pasien diharapkan management)
dalam memasukkan, mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukan, mencerna, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
mengabsorbsi makanan bermasalah untuk memuat
karena factor biologi. 2. Asupan makanan dan perencanaan
cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
17

sesuia dengan usia


dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
18

peningkatan berat
badan.

2. Gangguan pola tidur


Setelah dilakukan tindakan
Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.

3. Inkontinensia urin fungsional


Setelah dilakukan intervensi
Perawatan inkontinensia
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 urin
keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.

4. Gangguan proses berpikir


Setelah dilakukan intervensi
Latihan daya ingat
19

berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien


kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.

5. Seksual berhubungan dengan


Fungsi seksual Konseling seksual
perubahan struktur 1. Mengekspresikan 1. Bantu pasien untuk
tubuh/fungsi yang kenyamanan mengekspresikan
ditandai dengan 2. Mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan dalam kepercayaan diri tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan seksual seiring
seksual. dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
kenyamanan.

6. Kelemahan mobilitas fisik


Level mobilitas (mobility
Latihan dengan terapi
berhubungan dengan level) gerakan (exercise
kerusakan Setelah dilakukan intervensi therapy ambulation)
musculoskeletal dan keperawatan selama 2x24 1. Kosultasi kepada
neuromular. jam diharapkan pasien pemberi terapi fisik
dapat : mengenai rencana
1. Memposisikan gerakan yang sesuai
penampilan tubuh dengan kebutuhan.
2. Ambulasi : berjalan 2. Dorong untuk
20

3. Menggerakan otot bergerak secara bebas


4. Menyambung namun masih dalam
gerakan/mengkolabora batas yang aman.
sikan gerakan 3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).

7. Kelelahan berhubungan
Activity tolerance Energy management
dengan kondisi fisik
Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi
kurang. keperawatan selama 2x24 untuk memastikan
jam diharapkan pasien sumber energi yang
dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan
bernapas dalam respon keterbatasan fisik
aktivitas pasien.
2. Melaporkan aktivitas 3. Tentukan penyebab
harian kelelahan.
3. Memonitor ECG dalam 4. Bantu pasien untuk
batas normal jadwal istirahat.
4. Memonitor warna kulit

8. Risiko kerusakan integritas


Kontrol risiko (risk control) Penjagaan terhadap kulit
kulit Setelah dilakukan intervensi (skin surveillance)
keperawatan selama 2x24 1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien yang terlihat
dapat : kemerahan dan
1. Kontrol perubahan adanya kerusakan.
status kesehatan 2. Monitor kulit yang
2. Gunakan support sering mendapat
system pribadi untuk tekanan dan gesekan.
mengontrol risiko 3. Monitor warna kulit.
3. Mengenal perubahan 4. Monitor suhu kulit.
21

status kesehatan 5. Periksa pakaian, jika


4. Monitor factor risiko pakaian terlihat terlalu
yang berasal dari ketat.
lingkungan

9. Kerusakan memori
Orientasi kognitif Pelatihan memori (memory
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien dengan mengulangi
dapat : pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir
2. Mengenal orang atau pertemuan dengan
hal penting pasien.
3. Mengenal tempatnya 2. Mengenang
sekarang pengalaman masa lalu
4. Mengenal hari, bulan, dengan pasien.
dan tahun dengan 3. Menyediakan gambar
benar untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.

Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif
Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 social dan komunitas
dalam kemampuan jam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
koping, dukungan social diharapkan mampu : mengembangkan
tidak adekuat yang 1. Mengidentifikasi pola hubungan.
dibentuk dari koping efektif 3. Dorong berhubungan
karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dengan seseorang
hubungan. koping yang tidak yang memiliki tujuan
efektif dan ketertarikan yang
3. Melaporkan penurunan sama.
stress 4. Dukung pasein untuk
22

4. Memverbalkan control menguunakan


perasaan mekanisme
5. Memodifikasi gaya pertahanan yang
hidup yang dibutuhkan sesuai.
6. Beradaptasi dengan 5. Kenalkan pasien
perubahan kepada seseorang
perkembangan yang mempunyai latar
7. Menggunakan belakang pengalaman
dukungan social yang yang sama.
tersedia
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis

2. Isolasi social berhubungan


Lingkungan keluarga Keterlibatan
: keluarga
dengan perubhaan internal (family (family involvement)
penampilan fisik, environment: interna) 1. Mengidentifikasikan
peubahan keadaan
Setelah dilakukan intervensi kemampuan anggota
sejahtera, perubahan keperawatan selama 3x24 keluarga untuk
status mental. jam pasien secara konsisten terlibat dalam
diharapkan mampu : perawatan pasien.
1. Berpatisipasi dalam 2. Menentukan sumber
aktifitas bersama fisik, psikososial dan
2. Berpatisipasi dalam pendidikan pemberi
tradisi keluarga pelayanan kesehatan
3. Menerima kunjungan yang utama.
dari teman dan anggota 3. Mengidentifkasi
keluarga besar deficit perawatan diri
4. Memberikan dukungan pasien.
satu sama lain 4. Menentukan tinggat
5. Mengekspresikan ketergantungan pasien
perasaan dan masalah terhadap keluarganya
kepada yang lain. yang sesuai dengan
6. Mendorong anggota umur atau
23

keluarga untuk tidak penyakitnya.


ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
rekreasi dan acara
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah

3. Gangguan harga diri


Setelah dilakukan tindakan
Peningkatan harga diri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Kuatkan rasa percaya
ketergantungan, selama 2x24 jam pasien diri terhadap
perubahan peran, diharapkan akan bisa kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri mengndalikan situasi.
fungsi seksual. dengan criteria : 2. Menguatkan tenaga
1. Mengidentifikasi pola pribadi dalam
koping terdahulu yang mengenal dirinya.
efektif dan pada saat 3. Bantu pasien untuk
ini tidak mungkin lagi memeriksa kembali
digunakan akibat persepsi negative
penyakit dan tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
24

perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
ekspresi seksual

4. Cemas berhubungan dengan


Anxiety control Anxiety reduction
perubahan dalam status
Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
peran, status kesehatan, keperawatan selama 2x24 menidentifikasi
pola interaksi, fungsi jam diharapkan pasien situasi percepatan
peran, lingkungan, status dapat: cemas.
ekonomi. 1. Memonitor intensitas 2. Dampingi pasien
cemas untuk
2. Melaporkan tidur yang mempromosikan
adekuat kenyamanan dan
3. Mengontrol respon mengurangi
cemas ketakutan.
4. Merencanakan strategi 3. Identifikasi ketika
koping dalam situasi perubahan level
stress cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
relaksasi.

5. Resiko kesendirian Family Coping Family support


Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24 harapan yang realistis.
jam diharapkan pasien 2. Identifikasi alami
dapat: dukungan spiritual
1. Mendemontrasikan bagi keluarga.
fleksibelitas peran 3. Berikan kepercayaan
2. Mengatur masalah dalam hubungan
3. Menggunakan strategi dengan keluarga.
pengurangan stress 4. Dengarkan untuk
4. Menghadapi masalah berhubungan dengan
25

keluarga, perasan dan


pertanyaan.

6. Gangguan citra tubuh


Setelah dilakukan intervensi
Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Bantu pasien untuk
perubahan dan jam pasien diharapkan mendiskusikan
ketergantungan fisik meningkatkan citra perubahan karena
(ketidakseimbangan tubuhnya dengan criteria : penyakit atau
mobilitas) serta 1. Merasa puas dengan pembedahan.
psikologis yang penampilan tubuhnya 2. Memutuskan apakah
disebabkan penyakit atau 2. Merasa puas dengan perubahan fisik yang
terapi. fungsi anggota baru saja diterima
badannya dapat masuk dalam
3. Mendiskripsikan citra tubuh pasien.
bagian tubuh tambahan 3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.

Aspek spiritual
1. Distress spiritual
Pengharapan (hope) Penanaman harapan (hope
berhubungan dengan
Setelah dilakukan intervensi instillation)
peubahan hidup, keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri jam pasien secara luas keluarga untuk
atau orang lain, cemas, diharapkan mampu : mengidentifikasi area
mengasingkan diri, 1. Mengekspresikan pengharapan dalam
kesendirian atau orientasi masa depan hidup.
pengasingan social, yang positif 2. Melibatkan pasien
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa 3. Mengajarkan keluarga
optimis tentang aspek positif
4. Mengekspresikan pengharapan.
perasaan untuk
26

mengontrol diri sendiri


5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi


6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima


Medika
27

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA)

Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa :Rika Rahayu


NIM :21220028
Tanggal Pengkajian :22 April 2021
28

Ruangan :Kp. Nyomplong Cibadak


Diagnosa Medis :Diabetes Mellitus

I. Identitas
A. Nama : Ny. W
B. Umur : 70 Tahun
C. Alamat : Kp. Nyomplong Cibadak
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti : -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
II. Status kesehatan saat ini
- Saat pengkajian tanggal 22 April 2021, Ny. W mengatakan sering sakit
kepala dan badan terasa lemas, riwayat jatuh 2 bulan yang lalu jatuh di kamar mandi. Ny.W
juga mengatakan kakinya terkadang suka kesemutan dan merasa agak kaku otot-otot
kakinya
III. Riwayat kesehatan masa lalu
Ny. W ada riwayat diabetes mellitus udah hampir 15 tahun
IV. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien tidak ada Riwayat penyakit diabetes mellitus
( Genogram )

----- --------------------
29

----------------------------------

--------------------------

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

X : Meninggal
------- : Serumah

V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis
2) GCS : E=4 M=6 V=5
3) TTV : TD : 120/80 mmhg, RR : 18x/mnt, N : 80x/mnt
4) BB/TB : BB : 60kg, TB : 150cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
6) Keluhan : tidak ada

b. Indeks Massa Tubuh


1) BMI : 60(kg) = 26,6
(1,50(m) x 1,50(m))

Klasifikasi nilai :
30

a) Kurang : < 18.5


b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : sedikit berminyak
b) Kerontokan rambut: ada sedikit rontok
c) Keluhan : banyak muncul uban
2) Mata
a) Konjungtiva : tidak anemis
b) Sklera : tidak ikterik
c) Strabismus : tidak ada
d) Penglihatan : kabur
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : Tidak
h) Keluhan : Tidak
i) Jika ya , jelaskan : Tidak ada

3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak ada
c) Penciuman : baik
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : Tidak ada

4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : Baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak
d) Gigi : karies
e) Radang gusi : tidak
31

f) Kesulitan mengunyah : tidak


g) Keluhan lain : tidak
h) Jika ya , jelaskan : tidak ada
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak
c) Pendengaran : tidak terganggu
d) Jika ya , jelaskan : Tidak ada

6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran tiroid
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
c) Kaku kuduk : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : tidak ada

7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest
b) Payudara : tidak ada kelainan
c) Retraksi dinding dada : tidak
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak
f) Ronchi : tidak
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan : Tidak ada

8) Abdomen
a) Bentuk : Flat
b) Nyeri tekan : tidak
c) Kembung : tidak
d) Supel : tidak
e) Bising Usus : ada , frekuensi : 10x/menit
32

f) Massa : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan : Tidak ada

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : 6x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : tidak
e) Hernia : tidak
f) Keluhan : tidak
g) Jika ya , jelaskan : tidak ada

10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555

1 = Lumpuh 5555 5555


2 = Ada Kontraksi
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

b) Rentang gerak : terbatas


c) Deformitas : tidak
d) Tremor : tidak
e) Deformitas : tidak
f) Edema : tidak
g) Penggunaan alat bantu : ya
33

h) Nyeri persendian : tidak


i) Paralysis : tidak
j) CRT : 1 detik
k) Keluhan : tidak

11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : tidak pucat
c) Kelembapan : kering
d) Lesi/Luka : tidak
e) Perubahan tekstur : sedikit kasar
f) Gangguan pada kulit : tidak
g) Keluhan : tidak ada
h) Jika ya , jelaskan : tidak ada

12) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : 320 mg/dl
b) Asam Urat : tidak dilakukan
c) Kolestrol : tidak dilakukan
VI. Pola aktifitas sehari – hari
Lansia Ny. W mengatakan melakukan aktivitas sehari-hari dan taat melaksanakan beribadah.
VII. Pengkajian psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam rumah :

(1) Tidak dikenal

(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kejasama

Hubungan dengan orang lain diluar rumah

(1) Tidak dikenal


34

(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kejasama

Kebiasaan lansia berinteraksi dalam rumah

(1) Selalu

(2) Sering

(3) Jarang

(4) Tidak pernah

Stabilitas emosi

(1) Labil

(2) Stabil

(3) Iritabel

(4) Datar

Jelaskan : tidak ada

Motivasi

(1) Kemampuan sendiri

(2) Terpaksa

Frekwensi kunjungan keluarga

(1) 1 kali/bulan

(2) 2 kali/bulan

(3) Tidak pernah

(4) setiap hari

a.Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


35

Pertanyaan tahap satu :


 Apakah klien mengalami sulit tidur ? tidak
 Apakah klien sering gelisah ? tidak
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ? tidak
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih dari satu )
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ?
 Ada banyak masalah atu fikiran ?
 Ada masalah dengan keluarga ?
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?
 Cendrung mengurung diri ?
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


b. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian dan
harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Lansia Ny.W adalah penganut agama islam yang taat, dan yakin bahwa kematian itu pasti
datang. Dalam kehidupan spiritual Ny.W rajin menjalankan shalat, puasa wajib atau sunah,
membaca al-quran.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.
36

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia
anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi 3x/hari
Jumlah 1 porsi
kecil
Jenis :
nasi,sayur,lauk,
suka mengemil
2 Minum 5 10 Frekuensi :
6x/hari
Jumlah : 1200 cc
Jenis : air putih.
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi
menyisir rambut, gosok gigi ) 2x sehari
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 10 Mencuci pakaian
pakaian, menyeka tubuh dan dibantu oleh
menyiram ) ART
6 Mandi 5 15 Frekuensi 2x
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x
Konsistensi :
lunak
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 6x
Warna : kuning
jernih
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi :
37

2x/minggu
Jenis : jalan-jalan
kecil
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang Frekuensi:
Total : 110
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf Portable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 01 Tanggal berapa hari ini ? 21 april 2021

 02 Hari apa sekarang ini ? kamis


 03 Apa nama tempat ini ? rumah
 04 Dimana alamat anda ? nyomplong
 05 Berapa umur anda ? 70 tahun
 06 Kapan anda lahir ? 15-04-1951
 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi
 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? SBY
 09 Siapa nama Ibu anda ? Ibu HJ. Emen
 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
20-3 = 17, 17-3 = 14, 14-3 = 11

2
Score =

Interprestasi :
38

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam) :
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun 2021
 Musim panas
 Tanggal, 21
 Hari, kamis
 Bulan, april
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang ada  Negara Indonesia
dimana)  Propinsi Banten
 Kota Rangkasbitung
 Rumah
 Ruang TV
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing benda.
Masing-masing benda mendapatkan
nilai 1.
39

 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)

3 Perhatian dan 5 5 Minta klien untuk memulai dari


kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat (Nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65
 93
 86
 79
 72
 65
Ny. W dapat menghitung dengan
baik
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
kembali benda pada No. (registrasi) tadi. Bila
(Recall) benar, 1 point untuk masing-masing
benda
 Kursi
 Meja
 Kertas
5 Bahasa 9 1 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang kata


1 berikut :
 “tanpa kalau dan atau tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.
40

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah:
3 Ambil kertas ditangan Anda, lipat
dua dan taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan kanan.
 Lipat dua.
 Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (Bila aktifitas sesuai dengan
perintah nilai 1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0

0 Perintahkan pada klien untuk menulis


satu kalimat secara spontan
 Tulis satu kalimat.

0 Responden diminta menyalin gambar


 Menyalin Gambar.

Ny. W
menggamba
r bola
Total :25
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket
41

1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 Kepleset,


dalam 3 bulan terakhir?
pusing
25
Ya 25 nyeri
kepala
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
0 hipertensi
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 15
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
Merasa
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
10 badannya
sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10 lemah
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 50

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.

Skala Depresi Geriatrik (Geriatric Depression Scale/ GDS)

Nama : Ny. W
Usia : 70 Tahun
Jenia Kelamin : Perempuan
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :

No Pertanyaan
42

Ya Tidak

1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda ? Ya Tidak

Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan


2 Ya Tidak
kegiatan ?

3 Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa/tidak bermakna ?


Ya Tidak

4 Apakah anda sering merasa bosan/ jenuh ? Ya Tidak

5 Apakah anda sangat bersemangat disetiap waktu? Ya Tidak

6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak

7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya Tidak

Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?

Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau


9 Ya Tidak
melakukan sesuatu hal yang baru?

Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan daripada


10
orang lain? Ya Tidak

11 Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup saat ini?


Ya Tidak
43

12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini?


Ya Tidak

13 Apakah anda merasa benar-benar bersemangat ? Ya Tidak

14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak

15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?

Nilai Interpretasi 6

Interpretasi :

Normal :0-4

Depresi Ringan :5–8

Depresi sedang : 9 – 11

Depresi Berat : 12 - 15

1. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif


- Ny. W mengatakan Keadaan Umum : Sedang
sering sakit kepala Kesadaran : Composmentis
- Ny. W
TTV :
mengatakan badan suka terasa lemas
- Ny. W mengatakan TD : 120/80 mmHg
kakinya terkadang suka kesemutan
RR : 18 x/mnt
- Ny. W mengatakan
merasa agak kaku otot-otot kakinya HR : 80 x/mnt
- Ny. W mengatakan
44

2 bulan yang lalu pernah jatuh di S : 36,0 C


kamar mandi
GDS : 320 mg/dl

- Therapy :
Glimetic 2mg 1 x 1
Metformin 500MG 1 X 1
OMZ 2 X 1
PCT 3 X 1
- Pengkajian status
fungsional klien:
 KATZ Indeks :Mandiri dalam hal
makan, kontinen dalam BAB/BAK,
menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.
- Modifikasi dari Barthel
Indeks : Total : 110
(65 - 129 :Ketergantungan sebagian)
- Pengkajian Status Mental Gerontik:
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
dengan menggunakan Shorf Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ) : Nilai
2
(Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh)
- Identifikasi aspek kognitif dari fungsi
mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) : Total :25
(24 – 30 :Tidak ada gangguan kognitif)
- Morse Fall Scale : 50 (
>31 pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi)
- Skala Depresi Geriatrik (Geriatric
Depression Scale/ GDS) : 6 (Depresi ringan
: 5 – 8)
45

2. Analisa Data
46

No. Data Masalah Etiologi


1. DS : Risiko ketidakstabilan Manajemen diabetes
- Ny. W mengatakan kadar glukosa darah mellitus
sering sakit kepala
- Ny.
W mengatakan badan
suka terasa lemas
- Ny. W Tidak rutin
mengecek gula darah

DO :

- Cek GDS : 320 mg/dl


- Therapi :
Glimetic 2 mg 1x1
Metformin 500MG 2 X 1
OMZ 2 X 1
2. PCT 3 X 1
DS : Risiko Ketidakefektifan Proses Penyakit
- Ny. Perfusi Jaringan Perifer Diabetes Mellitus
W mengatakan kakinya
sering terasa kesemutan
- Ny.
W mengatakan merasa
agak kaku otot-otot
kakinya
DO :
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 120/80 mmHg

RR : 18 x/mnt
47

HR : 80 x/mnt
Nyeri kepala
3. S : 36,0 C
Resiko jatuh

DS :
- Ny. W mengatakan pernah
jatuh 2 bulan yang lalu
dikamar mandi
- Ny. W mengatakan kepala
sering sakit kepala
DO :
- Morse Fall Scale : 50

- Pasien menggunakan alat


bantu untuk berjalan
(tongkat)

3.DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)


48

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas
1. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah 22 APRIL 22 APRIL RIKA
berhubungan dengan Manajemen 2021 2021
Diabetes

2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi 22 APRIL 22 APRIL


Jaringan Perifer berhubungan dengan 2021 2021
Proses Penyakit Diabetes Mellitus

3. Risiko Jatuh berhubungan dengan nyeri 22 APRIL 22 APRIL


kepala 2021 2021

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Tgl. No Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Paraf &
49

Keperawata nama
. Kriteria Hasil
n (PES) jelas
22-04- 1. Risiko Setelah dilakukan NIC : RIKA
2021 ketidakstabil tindakan Manajemen Hiperglikemi
Kamis an kadar gula keperawatan (2120)
darah selama 3x24 jam 1. Monitor kadar glukosa
berhubungan diharapkan kadar arah
dengan gula darah stabil 2. Monitor tanda dan gejala
manajemen Kriteria Hasil : hiperglikemi, polyuria,
diabetes Manajemen polidipsi, polifagi,
ditandai diabetes : kelemahan, letargi,
dengan : - Pencegahan malaise, sakit kepala,
DS : hiperglikemia dan pandangan kabur)
-Ny. W - Pencegahan 3. Dorong pemantuan
mengatakan hipoglikemia sendiri kadar glukosa
sering sakit darah
kepala 4. Beritahu pasien dan
-Ny. W keluarga mengenai
mengatakan pencegahan, pengenalan
badan suka tanda-tanda hiperglikemi
terasa lemas 5. instruksikan pasien dan
-Ny. W keluarga mencari
Tidak rutin bantuan petugas
mengecek kesehatan sesuai
gula darah kebutuhan
DO :
-Cek GDS :
320 mg/dl
-Therapi :
Glimetic 2
mg 1 x 1
Metformin
500MG 2 X1
OMZ 2 X 1
50

PCT 3 X 1

22-04- 2. Risiko Setelah dilakukan NIC : RIKA


2021 Ketidakefekt tindakan Perawatan Perifer (4104)
Kamis ifan Perfusi keperawatan 1. Monitor TTV
Jaringan selama 3x24 jam 2. Monitor tanda-tanda
Perifer diharapkan sirkulasi vena menurun di
berhubungan perfusi jaringan ujung kaki dan tangan
dengan perifer kembali (pembengkakan yang
proses efektif : menyakitkan, kram, mati
penyakit Kriteria Hasil : rasa, kesemutan, dan
diabetes - Mengetahui perubahan warna kulit)
mellitus Praktik Peningkatan latihan (0200)
ditandai pencegahan 1.Dampingi individu pada
dengan : perawatan kaki saat mengembangkan
DS: - Mengetahui progam latihan senam
-Ny. W peran olahraga kaki
51

mengatakan dalam 3. Ajarkan latihan senam


kakinya mengontrol kaki diabetic dengan
sering terasa darah menggunakan koran
kesemutan 4. Informasikan individu
-Ny.W dan keluarga mengenai
mengatakan manfaat kesehatan latihan
merasa agak senam kaki diabetik
kaku otot- 5. Kolaborasi dengan
otot kakinya keluarga dan tenaga
DO : kesehatan dalam
Keadaan memonitor progam
Umum : latihan
Sedang
Kesadaran :
Composment
is
TTV :
TD : 120/80
mmHg
RR : 18
x/mnt
HR : 80
x/mnt
S : 36,0 C
52

22-04- 3. Risiko Jatuh Setelah dilakukan NIC : RIKA


2021 berhubungan tindakan Pencegahan Jatuh (6490)
dengan nyeri keperawatan 1. Identifikasi perilaku
ditandai selama 3x24 jam daan factor yang
dengan : diharapkan pasien mempengaruhi resiko
DS : tidak terjatuh jatuh
- Ny. W kembali 2. Idemtifikasi
mengatakan Kriteria Hasil : kekurangan baik
pernah jatuh -Gula darah kognitif atau fisik klien
2 bulan yang normal yang mungkin
lalu dikamar -pasien tidak jatuh meningkatkan potensi
mandi kembali jatuh
- Ny. W 3. Identifikasi
mengatakan karakteristik dari
sering sakit lingkungan yang
kepala mungkin meningkatkan
DO : potensi jatuh (misalnya
- Morse Fall lantai licin)
Scale : 50 4. Letakkan barang-
- Pasien barang yang mudah di
menggunaka jangkau bagi klien
53

n alat bantu
untuk
berjalan
(tongkat)

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
22-04- 1. 1. Memonitoring GDS Ny. W : RIKA
2021 Hasil : Cek GDS : 320 mg/dl
10.00 2. Memonitoring tanda dan gejala hiperglikemi, polyuria,
polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, malaise, sakit
kepala, dan pandangan kabur)
Hasil :
Ny. W mengatakan sering sakit kepala dan badan lemas
3. Mendorong keluarga pemantuan sendiri kadar glukosa
darah
Hasil :
Ny.W dan kelurga mengatakan akan memantau dengan
periksa di klinik
4. Memberitahu Ny. W dan keluarga mengenai pencegahan,
pengenalan tanda-tanda hiperglikemi
Hasil :
Ny. W dan keluarga mengatakan pencegahan diabetes
dengan mengurangi makanan yang manis seperti gula
yang berlebihan dan mengatakan tanda hiperglikemi
54

adalah salah satunya nyeri kepala dan lemas.


5. Menginstruksikan pasien dan keluarga mencari bantuan
petugas kesehatan sesuai kebutuhan
Hasil :
Keluarga mengatakan mengerti
6. Mengkolaborasi: menganjurkan minum obat dari dokter
dengan rutin
Hasil :
Keluarga mengatakan telah diberikan obat dari klinik yaitu
: Glimetic 2mg 1 x 1, Metformin 500 1 X 1, amlodipine
5 mg 1 x 1

22-04- 2. - Memonitoring TTV klien : RIKA


2021 Hasil
10.30 TTV :

TD : 120/80 mmHg

RR : 18x/mnt

HR : 80x/mnt

S : 36,0 C

- Memonitoring tanda-tanda sirkulasi


vena menurun di ujung kaki dan tangan
Hasil :
- Tidak ada pembengkakan,tidak mati
rasa, tidak kesemutan, dan warna kulit kemerahan
- Mengajarkan latihan senam kaki
diabetic
- Hasil :
- Pertama-tama memposisikan klien
agar kaki klien menyentuh lantai dan jari-jari kaki
diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kebawah sebanyak 10
55

kali, lalu meletakkan tumit disalah satu lantai dan angkat


telapak kaki ke atas dan pada kaki lainnya jari kaki
diletakkan ke lantai dan tumit diangkat keatas sebanyak 10
kali secara bergantian, lalu tumit kaki diletakkan dilantai
setelah itu bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali, lalu dilanjutkan dengan gerakan jari-jari
kaki diletakkan di lantai lalu tumit di angkat dan buat
gerakan memutar sebanyak 10 kali, gerakan selanjutnya
angkat salah satu lutut kaki dan luruskan gerakan jari
kedepan dan turunkan kembali lakukan sebanyak 10 kali,
lalu luruskansalah satu kaki dan angkat, putar kaki pada
pergelangan kaki, lau tuliskan angka 1 dan 9 dilakukan
secara bergantian, dan yang terakhir letakkan sehelai
Koran, bentuk Koran menjadi bola lalu buka denagn kedua
kaki lalu robek menjadi 2 bagian setelah itu bagian yang di
robek menjadi dua ambil satu bagian lalu robek menjadi
kecil-kecil setelah itu angkat robekan kecil menggunakan
kaki lalu pindahkan ke kertas yang satunya lalu bungkus
kembali menjadi bola.
. Memberi informasi kepada individu dan keluarga mengenai
manfaat kesehatan latihan senam kaki diabetic
Hasil :
Melancarkan sirkulasi darah
Melatih otot-otot kaki dan pinggul
Menjaga agar otot kaki tidak kaku

- Memberi tahu agar berkolaborasi


dengan keluarga dan tenaga kesehatan dalam memonitor
progam latihan
- Hasil :
Klien mengerti
56

22-04- 3. 1. Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi RIKA


2021 resiko jatuh
KAMIS Hasil :
11.30 Ny. W mengatakan mempunyai riwayat DM 15 tahun
yang lalu, Ny W mengatakan sering sakit kepala
2. Mengidemtifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik
klien yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
Hasil :
Ny. W berumur 70 tahun dan klien mengatakan fisiknya
sudah mulai lemah
3. Mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh (misalnya lantai
licin)
Hasil : lantai tidak licin
4. Mengkaji karakteristik lingkungan keramik toilet yang
licin berisiko terjadinya jatuh
5. Meletakkan barang-barang yang mudah di jangkau bagi
klien
Hasil :
Keluarga mengatakan akan meletakkan barang yang
57

mudah dijangkau yang ibu perlukan


.

PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
23-04- 1. 1. Memonitoring GDS Ny. W : RIKA
2021 Hasil :
JUMA Cek GDS : 300 mg/dl
T
2. Memonitoring tanda dan gejala hiperglikemi, polyuria,
10.00
polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, malaise, sakit
kepala, dan pandangan kabur)
Hasil :
Klien mengatakan kepala masih agak pusing
3. Mendorong pemantuan sendiri kadar glukosa darah
Hasil :
Ny. W dan kelurga mengatakan akan memantau dengan
periksa di klinik
4. Menginstruksikan Ny. W dan keluarga mencari bantuan
petugas kesehatan sesuai kebutuhan
Hasil :
Keluarga mengatakan mengerti
58

5. Mengkolaborasikan therapy obat dengan dokter


Hasil :
Keluarga mengatakan telah diberikan obat dari puskesmas
yaitu : Glimetic 2mg 1 x 1, Metformin 500 1 X 1,
amlodipine 5 mg 1 x 1

23-04- 2. - Memonitoring TTV Ny. W : RIKA


2021 Hasil
JUMA TTV :
T
TD : 120/70 mmHg
10.30
RR : 18 x/mnt

HR : 80x/mnt

S : 36,5 C

- Memonitoring tanda-tanda sirkulasi


vena menurun di ujung kaki dan tangan
Hasil :
Tidak ada pembengkakan dan nyeri, tidak kram, tidak mati
rasa, tidak kesemutan, dan warna kulit kemerahan

- Mengajarkan latihan senam kaki


diabetik dengan menggunakan koran
Hasil :
Pertama-tama memposisikan klien agar kaki klien
menyentuh lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kebawah sebanyak 10 kali, lalu meletakkan
tumit disalah satu lantai dan angkat telapak kaki ke atas
dan pada kaki lainnya jari kaki diletakkan ke lantai dan
tumit diangkat keatas sebanyak 10 kali secara bergantian,
lalu tumit kaki diletakkan dilantai setelah out bagian ujung
kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
59

pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali, lalu


dilanjutkan dengan gerakan jari-jari kaki diletakkan di
latai lalu tumit di angkat dan buat gerakan memutar
sebanyak 10 kali, gerakan selanjutnya angkat salah satu
lutut kaki dan luruskan gerakan jari kedepan dan turunkan
kembali lakukan sebanyak 10 kali, lalu luruskansalah satu
kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, lau
tuliskan angka 1 dan 9 dilakukan secara bergantian, dan
yang terakhir letakkan sehelai Koran, bentuk Koran
menjadi bola lalu buka denagn kedua kaki lalu robek
menjadi 2 bagian setelah itu bagian yang di robek menjadi
dua ambil satu bagian lalu robek menjadi kecil-kecil
setelah itu angkat robekan kecil menggunakan kaki lalu
pindahkan ke kertas yang satunya lalu bungkus kembali
menjadi bola.
. Memberi informasi kepada individu dan keluarga
mengenai manfaat kesehatan latihan senam kaki diabetic
Hasil :
Melancarkan sirkulasi darah
Melatih otot-otot kaki dan pinggul
Menjaga agar otot kaki tidak kaku

23-04- 3. 1. Mengidentifikasi kembali perilaku dan factor yang RIKA


60

2021 mempengaruhi resiko jatuh


JUMA Hasil :
T Ny. W mengatakan sering sakit kepala, dan badan suka
11.30 terasa lemas.
2. Mengidentifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik
klien yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
Hasil :
Ny. W berumur 70 tahun dan klien mengatakan fisiknya
sudah mulai lemah.

3. Mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan yang


mungkin meningkatkan potensi jatuh (misalnya lantai
licin)
Hasil : lantai tidak licin
4. Memberi tahu keluarga agar meletakkan barang-barang
yang mudah di jangkau bagi klien
Hasil :
Keluarga mengatakan sudah meletakkan barang yang
mudah dijangkau yang ibu perlukan
.

A. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1. 22-04-2021 S: RIKA
KAMIS Ny. W mengatakan masih sering sakit kepala
13.00 O:

GDS : 320 mg/dl


61

A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

Manajemen Hiperglikemia:

- Memantau peningkatan
glukosa darah
- Memantau gejala
hiperglikemia, polyuria, polidipsi,poliphagi, dan
kelelahan

2. 22-04-2021 S: RIKA
KAMIS Ny. W mengatakan sering merasa kebas pada kaki
13.00 O:

TTV : TTV :

TD : 120/80 mmHg

RR : 18 x/mnt

HR : 80x/mnt

S : 36,0 C
62

A:

Masalah tidak terjadi

P:

Intervensi dilanjutkan

 Observasi TTV
 Ajarkan Senam kaki diabetic kembali
 Kolaborasi pemberian obat dari tenaga medis
3. 22-04-2021 S: RIKA
KAMIS Ny. W mengatakan badannya sering lemas
13.00 Klien mengatakan pernah jatuh 2 bulan yang
lalu

O:

Tampak keluarga baru mengerti tentang resiko


jatuh

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

 Identifikasi kembali perilaku dan factor


yang mempengaruhi resiko jatuh
 Idemtifikasi kekurangan baik kognitif atau
fisik klien yang mungkin meningkatkan potensi
jatuh
 Identifikasi karakteristik dari lingkungan
yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
(misalnya lantai licin)
 Beri tahu keluarga agar meletakkan
barang-barang yang mudah di jangkau bagi klien
E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1. 23-04-2021 S: RIKA
JUMAT Ny. W mengatakan nyeri kepala berkuran
12.00 O:

GDS : 300 mg/dl

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

Manajemen Hiperglikemia:

- Memantau peningkatan
glukosa darah
- Memantau gejala
hiperglikemia, polyuria, polidipsi,poliphagi, dan
kelelahan

2. 23-04-2021 S: RIKA
JUMAT Ny. W mengatakan badan lebih segar
12.00 O:

TTV : TTV :

TD : 120/70 mmHg

RR : 18 x/mnt

HR : 80 x/mnt

S : 35,5 C

Therapi oral :
Glimetic 2mg 1 x 1, Metformin 500 2 X 1, OMZ 2
X1

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

- Observasi TTV
- Ajarkan Senam kaki diabetic
kembali
- Kolaborasi pemberian obat dari
tenaga medis
3. 23-04-2021 S: RIKA
12.00 Ny. W mengatakan sering lemas
JUMAT Ny. W mengatakan pernah jatuh 2 bulan yang
lalu

O:

Tampak keluarga mulai mengerti tentang risiko


jatuh

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

1. Identifikasi kembali perilaku dan factor yang


mempengaruhi resiko jatuh
2. Idemtifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik
klien yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
3. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh (misalnya
lantai licin)
4. Beri tahu keluarga agar meletakkan barang-
barang yang mudah di jangkau bagi klien

Anda mungkin juga menyukai