BAB I
PENDAHULUAN
keadaan fisik, mental dan sosial bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit
dari sehat jiwa terdiri dari persepsi yang sesuai dengan realitas, mampu
menerima diri sendiri dan orang lain secara alami, mampu fokus dalam
yang indah.
Studi terbaru WHO menunjukkan 450 juta orang diseluruh dunia terkena
jiwa tidak dapat pengobatan apapun pada tahun pertama, (Hardian, 2008).
ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
11,6% dan 0,46 % persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian
WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1000 orang
setiap 1000 warga Jawa Tengah mengalami stress (Depkes RI, 2009).
populasi yang ada berdasarkan data dari dinas kesehatan Povinsi Jawa Tengah
Hasil survey Riskesdas (2013) jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7
juta. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu
anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah di pasung
RSUD Banyumas gangguan jiwa berat, seperti Schizofrenia 1,7 per 1000
penduduk.
Perilaku kekerasaan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
2016.
5
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ringan, dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
seorang individu mengalami perilaku yang yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri ataun orang lain, sedangkan menurut Keliat (1994) marah
atau perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disiertai kehilangan kontrol diri individu, sehingga dapat merusak diri sendiri,
Rentang respon marah menurut keliat (dalam Yosep, 2007) adalah sebagai
berikut :
8
Penjelasan tentang rentang respon diatas terdapat pada tabel dibawah ini:
ancaman merusak
lingkungan
a. Verbal
b. Fisik
9
Individu merasakan adanya sebuah ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
Menimbulkan stress
Timbul Kecemasan
Rasa Marah akan di lampiaskan dengan tiga cara berikut :
Merasa Kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak adekuat
Menantang masalah Menjaga perasaan orang lainMelarikan diri dari masalah
Masalah tidak selesai ketegangan akan menurun akan mengingkari masalah
Marah berkepanjangan Rasa marah teratasi perasaan tidak terungkap
E. ETIOLOGI
Faktor predisposisi dan presipitasi dari resiko perilaku kekerasan menurut Yosep,
1. Faktor predisposisi
a) Teori biologic
agresif.
agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh
pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih
b) Teori psikologik
1) Teori psikoanalisa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak
kekerasan.
3) Learning theory
13
c) Teori sosiokultural
Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji
agresif dan ingin menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan
d) Aspek religiusitas
bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital
2. Faktor presipitasi
berkaitan dengan :
ekonomi.
keluarga.
15
Menurut Yosep (2009) tanda dan gejala dari perilaku kekerasanadalah sebagai
berikut :
1. Fisik
c. Tangan menggempal
d. Rahang mengatup
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi
c. Mengancam
3. Perilaku
d. Merusak lingkungan
4. Emosi
16
Tidak adekuat, tidak nyaman dan aman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
menuntut.
5. Inteleketual
6. Spiritual
7. Sosial
8. Perhatian
G. MEKANISME KOPING
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 2005 hal
33). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
mencumbunya.
ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
H. POHON MASALAH
Perilaku Kekerasan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. FOKUS INTERVENSI
1. Perilaku kekerasan
Kriteria hasil :
Intervensi :
kekerasan.
Intervensi :
kekerasan.
20
Intervensi :
dilakukan.
bisa dilakukan.
Intervensi :
bisa dilakukan.
terselesaikan.
kekerasan.
Intervensi :
oleh klien.
yang sehat.
21
Intervensi :
yang sehat.
kekerasan.
kasur.
Intervensi :
kegunaannya.
22
Intervensi :
samping obat.
kekerasan.
Intervensi :
sikap apa yang telah dialkukan keluarga terhadap klien selama ini.
Kriteria hasil :
23
perawat.
Intervensi :
komunikasi terapeutik.
dimiliki.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
dilaksanakan dirumah.
Intervensi :
dilaksanakan.
c) Beri pujian.
yang dimiliki.
Kriteria hasil :
b) Klien mencoba.
Intervensi :
contoh.
kemampuannya.
Kriteria hasil :
Intervensi :
direncanakan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
J. STRATEGI PELAKSANAAN
SP PADA PASIEN
SP I
1. Mengidentifikasi penyebab PK
4. Mengidentifikasi akibat PK
SP II
obat).
SP III
SP IV
27
SP PADA KELUARGA
SP I
2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK.
SP II
SP III
(discharge planning).
SP PADA PASIEN
SP I
kemampuan pasien
28
SP II
SP III
SP PADA KELUARGA
SP I
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
BAB III
STUDI KASUS
A. INFORMASI UMUM
a. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Status : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
b. Identitas informan
Nama : Perawat A
30
Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Perawat
B. ALASAN MASUK
C. KELUHAN UTAMA
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologik
sama.
Pengobatan sebelumnya.
b. Genetik
31
gangguan jiwa.
2. Psikososial
b. Trauma
c. Genogram
Keterangan :
: Meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
32
: Klien
: Tinggal serumah
oleh saudaranya.
E. FAKTOR PRESIPITASI
melamun.
3. Perubahan fisik
F. FISIK
a. Tanda vital
33
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 35,8 C
b. Ukur
TB : 155 cm
BB : 45 kg
c. Keluhan fisik :
G. SOSIAL-KULTURAL-SPIRITUAL
1. Konsep diri
a. Citra tubuh
b. Identitas diri
c. Peran diri
membahagiakan anaknya.
d. Ideal diri
e. Harga diri
2. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
dan anaknya.
melamun.
3. Spiritual
b. Kegiatan ibadah
H. STATUS MENTAL
1. Deskripsi umum
35
a. Penampilan
Kebersihan :
b. Pembicaraan
Jelaskan : Klien pada saat berbicara cepat dengan volume yang keras.
c. Aktifitas motorik
Jelaskan :
1) Tingkat aktifitas
2. Status emosi
a. Alam perasaan
36
perasaan meluap.
b. Afek
3. Persepsi
a. Halusinasi
b. Ilusi
c. Depersonalisasi
d. Derealisasi
4. Proses pikir
a. Bentuk pikir
b. Arus pikir
a. Tingkat kesadaran :
Jelaskan : Klien saat diajak berhitung tidak mudah beralih dan mampu
berkonsentrasi.
d. Insight
1. Makan :
dan teratur.
2. BAB/BAK :
3. Mandi :
4. Berpakaian/Berhias :
6. Penggunaan obat
minimal.
7. Pemeliharaan kesehatan
pergi kepasar.
J. MEKANISME KOPING
a. Adaptif
b. Mal adaptif
lainnya.
Klien sudah tidak mampu bekerja dengan orang lain karena rasa
M. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : F. 20
Terapi medis :
40
N. ANALISA DATA
No Data Masalah
dan mondar-mandir.
Do :
marah.
Do :
O. POHON MASALAH
Halusinasi
P. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. 28 Juni 2016 Sp 1 S:
4. Mengidentifikasi rumah.
O:
Klien dapat
mendemonstrsikan
Klien kooperatif
tajam.
A:
SP I teratasi.
P:
Latihan SP 2.
RTL:
Evaluasi SP 1.
Anjurkan klien
berlatih cara
mengontrol emosi
jadwal harian.
Anjurkan klien
menerapkan cara
mengontrol emosi
muncul.
46
2. 29 Juni 2018 Sp 2 S:
tepat waktu
Klien mengatakan
Memasukan kedalam
O:
Klien mengulang
A:
SP 2 teratasi
P:
Lanjutkan SP 3
RTL:
Evaluasi SP 2
Anjurkan klien
harian
Anjurkan klien
menerapkan dan
untuk mengontol
48
marah.
30 Juni 2018 Sp 3 S:
Ekspresi wajah
tegang.
Klien mampu
mengulangi cara
49
verbal.
A:
SP 23 tercapai
P:
Lanjutkan SP 4
RTL:
Evaluasi SP 3
Memerintahkan klien
harian.
Anjurkan klien
4. 1 Juli 2018 SP 4 S:
Memasukan kedalam
jadwal kegiatan
harian.
O:
Tangan mengepal
A: SP 4 tercapai
P:
Intervensi dilanjutkan
RTL:
menggunakan cara
mengontrol marah
51
kejadwal kegiatan
harian
Anjurkan klien
menerapkan cara
mengontrol marah
merasa marah.
R. INTERVENSI
jam keperawatan
nama. 3.Menjelaskan
sering.
mengungkapkan
penyebab perasaan
mengungkapkan
saat emosi.
dilakukan.
2.Jika dengan
melakukan
perilaku kekerasan
apakah masalah
dapat
terselesaikan.
2.Bersama klien
menyimpulkan
yang digunakan
oleh klien.
3.Tanyakan pada
klien ‘’apakah ia
ingin mempelajari
sehat’’.
2.Berikan pujian
jika klien
mengetahui cara
3.Diskusikan
lain :
a.Tarik nafas
55
kesal lalu
pukulkan bantal.
b.Anjurkan klien
untuk berdoa.
dipelajari.
dokter.
2.Jelaskan jenis
obat yang
56
diminum kepada
klien.
3.Anjurkan klien
waktu.
4.Anjurkan klien
bicara dengan
dokter tentang
samping obat.
positif.
keluarga terhadap
2.Jelaskan peran
57
serta keluarga
dalam merawat
klien.
e. jelaskan tujuan
pertemuan.
dirumah.
melakukan
kegiatan tersebut
contoh.
keberhasilan klien.
a. beri kesempatan
kepada klien.
dukungan. berhasil.
b. keluarga dapat
memahami jadwal
kegiatan klien.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
perilaku kekerasan pada tanggal 16 Juni 2016 di ruang Bima RSJ Daerah
Banyumas, maka penulis pada bab ini akan membahas beberapa kesenjangan
B. PENGKAJIAN
butuhkan. Penulis memperoleh data langsung dari klien dengan teknik komunikasi
dengan klien, selain itu juga untuk mendukung data tersebut penulis melihat data klien yang
tinjaun kasus, khususnya yang terdapat pada landasan teoritis tetapi tidak terdapat pada
62
Dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Juni 2016 jam 09.30, nama klien
satus klien belum menikah , alamat karang klesem Rt 07/Rw 03. Klien
juni 2016 dengan keluhan klien sering marah-marah, volumenya keras, cara
sebelumnya karena klien belum pernah dirawat dirumah sakit. Klien sering diejek
temen. Klien mengatakan ada trauma yaitu seperti aniaya fisik kepada korban.
Klien mengatakan anak pertama dari empat bersaudara. Klien ketika mengambil
sama adik-adiknya , yang menyebabkan karena klien itu marah, jadi tidak
terkontrolnya marah, klien sering pergi-pergi dari rumah, pandangan mata tajam,
mata merah. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
dan masalah klien. Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek yang meliputi
aspek biologi, aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial, aspek spiritual.
Data pada pengkajian jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor
63
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
sebelum masuk Rumah sakit ditemukan data bahwa klien pernah marah-marah.
Riwayat perilaku kekerasan pada klien pernah mengalami trauma, aniaya secara
fisik. Dan dapat beresiko kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.
Berdasarkan data diatas, dan sesuai dengan teori diatas maka penulis menegakkan
diagnosa Resiko perilaku kekerasan. Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan
membahayakan bagi keselamatan diri klien, orang lain maupun lingkungan sekitar
klien. Penulis memilih resiko perilaku kekerasan sebagai prioritas utama yang
kekerasan penulis lihat sebagai masalah yang paling tampak saat dilakukan
pengkajian, dan merupakan masalah yang sesuai dengan kondisi klien pada saat
1433).
C. INTERVENSI
Rencana tindakan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum yaitu tujuan yang ingin dicapai
Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus
permasalahan (P) dari diagnosa tertentu, tujuan umum dapat tercapai jika
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Sedangkan
Tujuan umum (TUM) : Klien dapat melanjutkan peran sesuai tanggung jawab.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil : Klien
klien adanya kontak mata, sehingga klien dan perawat dapat kontak sesering
klien, kontrak waktu, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang. Melakukan
mengenal nama klien dan senang dipanggil siapa, berkenalan dengan klien
dengan sikap yang sopan. klien ada waktu ketika diajak komunikasi, adanya
kontak mata. Dalam melakukan TUK 1 tidak ada hambatan. TUK 2 : Klien
suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai
kooperatif dan klien bisa diajak kerjasama. Beri kesempatan pada klien untuk
66
dari tindakan tersebut yaitu untuk mengetahui klien pada saat klien marah-
tidak ada hambatan. TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku
tersebut yaitu untuk mengetahui akibat dari perilaku kekerasan, klien bersedia
mempelajari cara baru sehat bersama penulis. Dalam TUK 5 tidak ada
Rasionnalisasi dari tindakan ini adalah dapat membantu klien cara konstruktif
dengan tarik nafas dalam, memukul bantal dan kasur, alasanya supaya klien
tau bagaimana cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam.
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam agar klien
dalam, memukul bantal dan kasur. Klien kooperatif. Klien ketika diberi
68
Dalam TUK 7 tidak ada hambatan. TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat
diminum dan kegunaan, dan klien dapat minum obat secara teratur. cara
menggunakan obat dengan benar, alasannya klien tau jenis obat yang
yang diminum dan kegunaan, dan klien dapat minum obat secara teratur. dan
klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar obat. Dalam TUK 8 tidak ada
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Klien dan keluarga tau
bagaimana cara merawat klien dengan baik. Dalam TUK 9 tidak ada
D.IMPLEMENTASI
69
mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal. Klien ketika diajak berkenalan mau memperkenalkan diri
dengan sopan. Tanyakan kepada klien nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien. Jelaskan tujuan pada saat bertemu dengan klien. Tunjukkan
sikap empati dan menerima keadaan klien apa adanya. tidak mengalami hambatan
karena klien dapat diajak bekerja sama dengan cukup kooperatif. Menurut
intervensi selanjutnya.
pada klien. Klien tidak ada hambatan karena klien mampu mengungkapkan tanda-
tanda pada saat marah . mengungkapkan tanda-tanda yang dialami saat marah,
70
Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya akan selesai. Klien
tidak ada hambatan karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang
(1999)
Pada Sp 5 bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien. Bersama
klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh klien. Akibat dan
kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat dan kerugian yang klien
lakukan. Klien tidak ada hambatan karena klien kooperatif sehingga klien mampu
menyebutkan akibat dan kerugian yang dilakukan klien. mencari metode koping
klien ingin mempelajari belajar cara baru sehat. Diskusikan dengan klien cara yang
baru sehat tindakan yang telah dilakukan. Menanyakan kepada klien apakah klien
mau mempelajari cara baru sehat. Mengetahui kemampuan klien melakukan cara
yang sehat. Menurut keliat (1999). Mendiskusikan cara baru sehat. Klien tidak ada
hambatan karena klien kooperatif dan dapat menjalankan shalat dan berdoa.
71
ajarkan klien untuk mempelajari saat marah, kemudian suruh klien untuk
Pada Sp 8 :Klien dapat minum obat secara teratur dalam Sp 6 ada hambatan karena
klien kooperatif dan bisa diajak kerjasama. Pada Sp 7 dapat terlaksana dengan
baik.
kekerasan. Agar klien dapat tau cara mengontrol marahnya. Klien tidak ada
hambatan.
ِ ش ْي َط
ان َّ آج ْر ِني ِم ْن ال َ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلي ذَ ْن ِبي َوأ َ ْذ ِه ْب
ِ غ ْي َظ قَ ْل ِبي َو
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku, dan jagalah
1. Dibaca setiap hari dan setiap saat. Fungsinya adalah untuk pencegahan.
Dengan membaca do’a ini, bagi yang pemarah Insya Allah, sifat pemarahnya
2. Dibaca pada saat amarah atau marah itu muncul. Ketika dada mulai
membaca do’a tersebut. Maka diharapkan kemarahan tidak jadi muncul dan
3. Dibaca setela marah. Fungsinya adalah untuk penyadaran tehadap diri sendiri
permohonan maaf kepada orang yang kena marah oleh kita dan selanjutnya
E.EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
A: Analisa dang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
73
masalah masih tetap muncul atau muncul masalah baru atau data-data yang kontra
Evaluasi yang dilakukan pada klien Sdr. A selama berinteraksi , mulai tanggal 16
Juni 2016 maka evaluasi diagnosa keperawatan perilaku kekerasan antara lain :
Sp 1 :
ekspresi wajah datar, klien ketika diajak berkenalan mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama klien dan senng dipanggil siapa, dan mau menjawab salam.
Pada Sp 1 klien tidak ada hambatan karena klien kooperatif. Menurut keliat(1999),
hubungan saling percaya saling terbuka pada perawat untuk intervensi selanjutnya.
Sp 2 :
penyebab perasaan marahnya. Pada Sp 2 klien tidak ada hambatan karena klien
keliat(1999)
Sp 3 :
Klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah dank lien menyimpulkan
tanda-tanda marah yaitu: marah-marah. Pada Sp 3 klien tidak ada hambatan karena
74
Sp 4 :
masalah. Pada Sp 4 tidak ada hambatan dalam pelaksanaan tersebut. Karena klien
Sp 5 :
Klien tidak dapat mengungkapkan akibat cara marah yang dilakukan oleh
Sp 6 :
Klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekkan cara yang
sehat menyalurkan kemarahannya yaitu dengan shalat dan berdoa. Klien tidak ada
hambatan karena klien kooperatif pada pelaksanaan tersebut dan dapat diajak
keliat (1999).
Sp 7 :
75
ajarkan klien untuk mempelajari saat marah, kemudian suruh klien untuk
Sp 8 :
Klien dapat minum obat secara teratur dalam Sp 8 ada hambatan. Pada Sp 7 dapat
terlaksana dengan baik. informasi dari klien itu penting terhadap perawat untuk
Sp 9 :
Agar klien dapat tau cara mengontrol marahnya. Klien tidak ada hambatan.
76
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pada tahap awal dan data dasar utama dari proses
keperawatan. Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian, tanda dan
gejala yang ditemukan pada Sdr. A sesuai dengan teori dan menunjukkan perilaku
harga diri rendah yaitu klien merasa malu ketika dirawat dirumah sakit, dan klien
ingin cepet pulang. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial dan spiritual, pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Dilakukan pengkajian pada
tanggal 16 Juni 2016 jam 13.00, nama Sdr. A, usia 20 tahun, beragama islam,
dengan berjenis kelamin laki-laki,alamat klien karang kresem Rt 07/Rw 03, klien
dengan keluhan merasa malu dirawat dirumah sakit, klien inginnya cepet pulang,
kliet juga terlihat gelisah. Factor predisposisi harga diri rendah, klien sebelumnya
belum pernah dirawat dirumah sakit, dank lien baru pertama dirawat dirumah
sakit. Untuk faktor presipitasi yang terdapat pada teori yaitu trauma dan
ketegangan peran yang terdiri dari transisi peran perkembangan, transisi peran
77
situasi dan transisi peran sehat sakit. Sedangkan faktor presipitasi pada Sdr. A,
lagi sama adik-adiknya , yang menyebabkan karena klien itu marah, jadi tidak
terkontrolnya marah, sering pergi-pergi dari rumah, pandangan tajam, mata merah.
kerjasama pengkaji dengan perawat ruangan, sikap klien yang cukup kooperatif
format pengkajian yang sesuai antara lahan dan institusi pendidikan. (Stuart, G.W,
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
keperawatan yang dilakukan adanya tujuan umum dan tujuan khusus. Dan pada
setiap diagnosa ada hal yang tidak terdapat pada teori yaitu penulis mencantumkan
jumlah pertemuan yang dibutuhkan perawat untuk mencapai setiap tujuan khusus
(TUK) dan disesuaikan dengan kondisi pasien berdasarkan prediksi awal yaitu
sekali pertemuan untuk setiap tujuan khusus. Untuk diagnosa prioritas yaitu
terdapat TUK 2 yaitu TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya,
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki dilakukan sebanyak dua kali
sesuai dengan kempuan yang dimiliki, dilakukan sebanyak dua kali. TUK 5 dapat
78
melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya dan TUK 6 yaitu
kedua yaitu harga diri rendah. Pada diagnosa yang diangkat yang muncul diagnosa
harga diri rendah, dengan keluhan Sdr.A merasa malu ketika dirawat dirumah
sakit, klien ingin cepet pulang dan klien juga terlihat gelisah. Diagnosa
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun
potensial. Harga diri rendah adalah perasaan malu terhadap diri sendiri, orang lain
C. INTERVENSI
dapat mencapai tiap tujuan khusus. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga
aspek yaitu Tujuan Umum (TUM), Tujuan Khusus (TUK) dan rencana
tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai
atau dimiliki klien. Dalam kasus ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien. Pada diagnosa kedua Gangguan
konsep diri; Harga diri rendah penulis menyusun Tujuan Umum; klien dapat
Khususnya meliputi:
Tujuan khusus
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil : klien dapat
dari tindakan tersebut yaitu hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
sambil berjabat tangan untuk mengenal nama klien dan senang dipanggil siapa,
berkenalan dengan klien dengan sikap yang sopan. klien ada waktu ketika diajak
karena waktu yang tidak cukup. TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi aspek
positif dan kemampuan yang dimiliki. Kriteria hasil : Klien ketika berinteraksi,
klien dapat berinteraksi dengan baik. Melakukan interaksi TUK 2 tujuan untuk
dari tindakan tersebut yaitu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki klien. klien tidak ada hambatan karena tidak dilakukannya tindakan pada
klien, karena waktu yang tidak cukup. TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan
yang dimiliki untuk dilaksanakan. Kriteria hasil : klien dapat menilai kemampuan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria hasil : klien dapat
yang dimiliki klien. klien tidak dilakukannya tindakan keperawatan, karena waktu
yang tidak cukup, untuk melakukan tindakan tersebut. TUK 5 : klien dapat
melakukan kegiatan yang telah dilatih. Kriteria hasil : Klien dapat melakukan
suatu kegiatan yang telah dilatih, dan klien juga dapat melakukannya secara
dapat melakukan kegiatan yang dilatih. Klien tidak dapat melakukan suatu
kegiatan, karena waktu yang tidak cukup, sehingga tidak dilakukannya tindakan
tersebut. TUK 6 : klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada. Kriteria
hasil : Keluarga klien dapat memahami atau mengetahui jadwal kegiatan klien
tindakan keperawatan karena waktu yang tidak cukup, sehingga klien tidak
D. IMPLEMENTASI
Tidak dilakukannya tindakan keperawatan kepada klien, pada TUK 1: klien dapat
positif dan kemampuan yang dimiliki , TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki , TUK 5: klien dapat melakukan kegiatan
81
yang telah dilatih , TUK 6: klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
. karena waktu yang tidak cukup, sehingga tidak dapat melakukan tindakan
tersebut.
E. EVALUASI
Evaluasi nya tidak dilakukannya tindakan keperawatan pada Sdr. A, pada TUK 1:
mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki , TUK 3 : klien dapat
dapat melakukan kegiatan yang telah dilatih , TUK 6: klien dapat memanfaatkan
system pendukung yang ada. karena waktu yang tidak cukup, sehingga tidak
BAB V
A. KESIMPULAN
a. Tujuan umum
Tujuan penulisan Karya Tulis ini, agar penulis mampu melaksanakan dan
b. Tujuan Khusus
B. SARAN
1. Untuk pasien :
dokter.
2. Untuk perawat :
84
keperawatan.
4. Untuk mahasiswa :
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka – usu institutional repository, Riset keperawatan buku ajar dan
latihan, edisi 4. ilmu keperawatan. edisi 2. jakarta: egc . stuart, (2006). buku
Buku saku keperawatan jiwa, edisi 3. jakarta: ecg sundeen stuart. 2006. buku
saku keperawatan jiwa, adisi 3. jakarta: egc potter & perry. 2005
Aditama
(Iyus Yosep, 2007: 116). Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika
Aditama
86
(menurut Budi Anna Keliat s.Kp, 1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:
ECG
EGC