Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat

adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak

adanya penyakit maupun cacat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah

keadaan seluruh badan serta bagian - bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU Kesehatan

No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan

sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari

gangguan,seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang

tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta

berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara

tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi

atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi

timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat membantu

seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Dengan demikian deteksi dini

masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya

masalah yang lebih berat.

1
2

Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di

sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab

permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin

dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan teman

(Noviana, 2010). Dan pada umumnya gangguan mental atau gangguan kejiwaan yang

ditandai dengan gangguan proses berfikir disebut Skizofrenia.

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, ibualaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian (Sadock, 2013). Berdasarkan DSM - IV, skizofreniamerupakan gangguan yang

terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala(atau

lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir,

dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejalanegatif (APA, 2010) .

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama

dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran

tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar

atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh),

pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke

dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Orang-orang yang menderita

skozofrenia umunya mengalami beberapa episode akut simtom – simtom, diantara setiap

episode mereka sering mengalami simtom – simtom yang tidak terlalu parah namun tetap

sangat menggagu keberfungsian mereka. Komorbiditas dengan penyalahguanaan zat

merupakan masalah utama bagi para pasien skizofrenia, terjadi pada sekitar 50 persennya

(Konsten & Ziedonis. 1997, dalam Davison 2010).


3

Salah satu tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Skizofrenia adalah Perilaku

Kekerasan, Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidakterpenuhiyang dirasakan sebagai ancaman

(Stuart dan Sundeen, 2012).

Perilaku kekerasan merupakan suatu kondisi maladaptif seseorang dalam

berespon terhadap marah (Keliat, 2012 ). Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen, (2008)

perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Tindakan kekerasan/ perilaku kekerasan adalah suatu keadaan

dimana individu melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan (Carpenito,

2010).

Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat menimbulkan

respon asertif yang merupakan kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain

dan akan memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah.

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan

diri atau respon melaibuan dan menentang. Respon melaibuan dan menentang

merupakan respon yang maladaptif yaitu agresi - kekerasan(Purba dkk, 2008).

Perasaan marah normal bagi tiap individu. Namun, pada pasien perilaku

kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi sepanjang rentang adaptif

dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons

terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai

ancaman (Stuart & Sundeen, 2015).


4

Perilaku Kekerasan merupakan masalah utama masyarakat diseluruh dunia saat

ini. Menurut WHO (2009), setiap tahunnya lebih dari 1,6 juta orang meninggal dunia

akibat Perilaku Kekerasan, terutama pada laki – laki yang berusia 15-44 tahun.

Sedangkan korban yang hidup mengalami trauma fisik, seksual, reproduksi dan

gangguan kesehatan mental.

Menurut Torrey (2016), hanya sedikit penderita gangguan mental yang

melakukan perilaku kekerasan. Insiden perilaku kekerasan pada penderita gangguan jiwa

tidak lebih dari 1 persen dibandingkan dengan populasi masyarakat umumnya. Di

Indonesia diperkirakan sekitar 2,2 juta penduduknya beresiko untuk melakukan perilaku

kekerasan. Diperkirakan sekitar 50 juta atau 25 persen dari 220 juta penduduk Indonesia

mengalami gangguan jiwa akibat Perilaku Kekerasan ini berarti Perilaku Kekerasan juga

akan mengalami peningkatan.

Menurut Dinas Kesehatan Jiwa Barat Tahun 2015, angka kejadian penderita

gangguan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan di Jawa Barat berkisar antara 4.215 sampai

dengan 6.453. Angka ini merupakan penderita gangguan jiwa yang sudah terdiagnosa.

Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab yang paling sering timbulnya perilaku

kekerasan adalah dikarenakan himpitan masalah ekonomi, kemiskinan. kecemasan,

frustasi, konflik batin dan gangguan emosional menjadi faktor penyebab tumbuhnya

penyakit mental.

Panti Jiwa merupakan panti yang menangani pasien gangguan jiwa, salah satu

panti jiwa yang terdapat di kabupaten cirebon adalah Panti Gramnesia. Berdasarkan data

rekam medik di panti gramnesia jumlah penderita gangguan jiwa Perilaku Kekerasan

yang dirawat pada bulan Maret 2017 yaitu sebanyak 4 orang.


5

Dengan melihat uraian diatas maka penulis ingin mengangkat topik “Asuhan

Keperawatan Pada Ny.S dengan Perilaku Kekerasan di Panti Gramnesia Kabupaten

Cirebon Tahun 2017“.

a. Tujuan Penulisan

2. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku Kekerasan

akibat skizofrenia paranoid secara langsung dan komperehensif melalui aspek bio-

psikososial dan spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan di Panti Gramnesia

Kabupaten Cirebon Tahun 2017.

3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Gambaran Pengkajian pada klien dengan Perilaku Kekerasan di Panti

Gramnesia Kabupaten Cirebon Tahun 2017.

b. Mengetahui gambaran Diagnosa Keperawatan pada klien dengan Perilaku

Kekerasan di Panti Gramnesia Kabupaten Cirebon Tahun 2017.

c. Mengetahui Gambaran Tindakan Keperawatan pada klien dengan Perilaku

Kekerasan di Panti Gramnesia Kabupaten Cirebon Tahun 2017.

d. Mengetahui Gambaran Tindakan Keperawatan pada klien dengan Perilaku

Kekerasan di Panti Gramnesia Kabupaten Cirebon.

e. Mengetahui Gambaran Hasil Asuhan Keperawatan pada klien dengan Perilaku

Kekerasan di Panti Gramnesia Kabupaten Cirebon Tahun 2017.

1.3 Metode Telaah

Metode telaah yang digunakan oleh penulis dalam laporan kasus ini adalah metode

deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses Keperawatan yang

meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


6

1.4 Sistematika Penulisan

Laporan kasus ini terdiri dari Empat BAB, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan informasi ringkas dari karya tulis yang terdiri dari latar belakang,

tujuan penulisan, metode telaah dan tekhnik pengumpulan data serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Mengungkapkan teori berupa konsep penyakit meliputi pengertian, psiko dinamika,

rentang respon, proses gangguan, tanda dan gejala, etiologi serta penatalaksanaan dan

juga tinjauan teoritis tentang asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan kasus dan pembahasan merupakan pelaksanaan asuhan Keperawatan pada klien

dengan Perilaku Kekerasan akibat skizofrenia paranoid meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pembahasan merupakan analisa terhadap kesenjangan antara teori dan kenyataan yang

ditemui dalam melaksanakan asuhan Keperawatan. Kesimpulan ditarik dari hasil analisa

perubahan yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan serta rekomendasi yang bertitik

tolak dari masalah yang ditemukan dari pembahasan.


7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama

dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran

tidak salaing berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang

datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku

aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk

ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Orang - orang yang

menderita skozofrenia umunya mengalami beberapa episode akut simtom – simtom,

diantara setiap episode mereka sering mengalami simtom – simtom yang tidak terlalu

parah namun tetap sangat menggagu keberfungsian mereka. Komorbiditas dengan

penyalahguanaan zat merupakan masalah utama bagi para pasien skizofrenia, terjadi

pada sekitar 50 persennya, (Davison 2010).

Salah satu tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Skizofrenia adalah Perilaku

Kekerasan, Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidakterpenuhiyang dirasakan sebagai ancaman

(Stuart dan Sundeen, 2012).

7
8

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana emosi yang merupakan

campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini di dasarkan keadaan

emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan

emosional kita yang dapat di proyeksikan kelingkungan, kedalam diri atau

destruktif (yoseph 1945 iyus, 2010).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang di tujukan untuk melukai

dan mencelakakan individu lain yang tidak mengingingkan datangnya tingkah

laku tersebut. ( purba, dkk : 2008)

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku

kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan

bermusuhan yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa

berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

2.1.2 Etiologi

1.2.2.1.Faktor Predisposisi

a) Faktor psikologis : Psikonalytikal theory : teori ini mendukung bahwa

perilaku agresif merupakan akibat dari instruktual drives. Freud

berpendapat bahwa perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting,

pertama insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas, dan kedua:

insting kematian yang di ekspresikan dengan agresifitas.

b) Faktor sosial budaya : Mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda

dengan respon-respon yang lain.


9

c) Faktor biologi : Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan

agresif mempunyai dasar biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan

bahwa adanyan stimulus elektris ringan pada hipotalamus ( yamg berada

ditengah sistem limbik).

1.2.2.2. Faktor Presipitas

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan

dengan : ( yoseph : 2009 ).

a) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi atau simbol solidaritas seperti

dalam sebuah penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal,

dan sebagainya.

b) Ekpresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan sosial ekonomi.

c) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan

kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anak dan ketidakmampuan

dirinya sebagai seorang yang deibuasa.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut yoseph (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah :

1. Fisik

a). Muka merah dan tegang

b). Mata melotot dan pandangan tajam

c). Tangan mengepal

d). Rahang mengatup


10

2. Verbal

a). Bicara keras

b). Suara tinggi, membentak, atau berteriak

c). Mengumpat dengan kata-kata kotor

d) suara keras

e). Ketus

3. Perilaku

a). Melompat atau memukul benda kepada orang lain

b). Menyerang orang lain

c). Melukai diri sendiri atau orang lain

d). Merusak lingkungan

e). Mengamuk / agresif

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu demam dan jengkel,

tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan

menunjuk kepada orang lain.

5. Intelektual

Mendominasi, cereibuet, keras kepala, berdebat, meremehkan orang lain.

6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, sidikan.

8. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan sosial.


11

2.1.4 Rentang Respon Marah

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap

kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart

dan Sundeen, 1998). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang

dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berflutuasi sepanjang rentang adaptif dan

maladaptif.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif ------- Frustasi ------ Pasif ------ Agresif ------- Amuk

(Stuart and Sudeen, 1998).

1.    Respon Adaptif.

1)    Asertif

adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak

setuju tanpa menyakiti laibuan bicara.

2)    Frustasi

Adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai

keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda sementara sambil

menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa tidak

mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.

2.    Respon transisi

Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk

mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya.


12

3.   Respon maladaptif

1)    Agresif

Adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan mental untuk

bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Perilaku agresif

dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif agresif.

a.    Pasif agresif

Adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka asam, keras kepala,

suka menghambat dan bermalas-malasan.

b.    Aktif agresif

Adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras, cenderung menu0ntut secara

terus menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan.

2)    Amuk

Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol diri.

Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan. (Stuart and Sudeen,

1998).

2.1.5 Penatalaksanaan

Obat yang diberikan klien dengan menderita gangguan jiwa amuk ada dua

yaitu:

1. Medis

a) Nozinan yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.

b) Halloperidol yaitu pengontrol psikosi dan perilaku merusak diri.

c) Thrihexi phenidil yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan

menenangkan hiperaktivitas.

d) ECT ( Electro Convulsive Theraphy ) yaitu menenangkan klien bila

mengarah pada keadaan amuk.


13

2. Penatalaksaan Keperawatan

a) Psokoterapeutik

b) Lingkungan terapeutik

c) Kefiatan hidup sehari-hari

d) Pendididikan kesehatan

e) Restrain

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan

2.2.1 Pengkajian

1) Faktor predisposisi : Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah

perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.

a) Faktor biologis

(1) Intinctual Drive theory (Teori Dorongan Naluri) : Teori ini

menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh sesuatu

suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

(2) Psychosomatic theory (Teori Psikomatik) : Pengalaman marah adalah

akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal

maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai

pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

b) Faktor psikologis

(1) Frustation Aggresion theory (Teory Agresif Frustasi) : Menurut

teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi

frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau menghambat.


14

(2) Behavior theory (Teori Perilaku) : Kemarahan adalah proses

belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas / situasi

yang mendukung.

(3) Eksistensial theory (Teori Eksistensi) : Bertingkah laku adalah

kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat

terpenuhi melalui berperilaku kontruktif, maka individu akan

memenuhinya melalui berperilaku destruktif.

c) Faktor sosiokultural

(1) Social Environment theory (Teori lingkungan sosial) : Lingkungan

sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan

marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon

asertif atau agresif.

(2) Social Lerning theory (Teori Belajar Sosial) : Perilaku kekerasan

dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses

sosialisasi.

2) Faktor presipitasi

Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu

bersifat unik. Sterssor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,

kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan

dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit

fisik dan lain-lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan

yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu

perilaku kekerasan.
15

3) Mekanisme koping

Perwat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat

membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

kontruktif dalam mengekspresikan marahnya.

4) Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

(1) Menyerang atau menghindar (fight or flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem

syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang

menyebabkan TD meningkat, takikardi, pupil melebar, mual,

peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat,

konstipasi, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.

(2) Menyatakan secara asertif (assertiveness).

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahanya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asretif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marah

tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis.

Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri

klien.

(3) Memberotak ( Acting Out )

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekersan akibat konflik

perilaku “ Acting Out “ untuk menarik perhatian oarang lain.

(4) Perilaku kekerasan

Tindakan kekearasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan.


16

2.2.2 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (efek)

Perilaku kekerasan (problem)

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat,

walaupun saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah

melakukan atau mempunyai Riwayat perilaku kekerasan dan belum

mempunyai kemampuan mencegah / mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

Masalah Keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah perilaku

kekerasan adalah :

1. Perilaku kekerasan.

2. Isolasi sosial : Menarik diri

3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


17

2.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan

Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa tindakan

keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.

  Tindakan keperawatan pada pasien

         Tujuan keperawatan

1)      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2)      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3)      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya

4)      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang di lakukannya

5)      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan

6)      Pasien dapat mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social

dan dengan terapi psikofarmaka

         Tindakan keperawatan

1)      Mengucapkan salam terapeutik

Dalam membina hubungan saling percaya pasien harus merasa aman dan nyaman saat

berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina

hubungan saling percaya adalah :

a)      Mengucapkan salam terapeutik

b)      Berjabat tangan

c)      Menjelaskan tujuan interaksi

d)     Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali ketemu pasien

2)      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu

3)      Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang di rasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku

kekerasan
18

a)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social

d)     Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan secara spiritual

e)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4)      Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang di lakukan pada saat marah :

a)      Verbal

b)      Terhadap orang lain

c)      Terhadap diri sendiri

d)     Terhadap lingkungan

5)      Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan

6)      Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara berikut :

a)      Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam

b)      Obat

c)      Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa marahnya

d)     Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien

7)      Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik :

a)      Latihan napas dalam dan pukul/ bantal

b)      Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal

8)      Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal :

a)      Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dan meminta dengan baik,

mengungkapkan perasaan dengan baik

b)      Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal


19

9)      Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual :

a)      Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa di lakukan

b)      Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa

10)  Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan patuh minum obat :

a)      Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar

nama obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar obat) di sertai penjelasan mengenai

keguanaan obat dan akibat berhenti

b)      Susun jadwal minum obat secara tertr

1.3.1. Implementasi

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk  membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan

yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry, 1997).

1.3.2. Evaluasi

Evaluasi Keperawatan didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan

Keperawatan antara dasar tujuan Keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon

prilaku klien yang tampil, Craven dan Hirnle (2010).


20

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Alasan Masuk : Klien Ny.L masuk ke Panti Gramnesia pada tanggal 15 Agustus

2010 diantar oleh ayahnya karena marah – marah ingin dibelikan mobil. Pada

saat pengkajian tanggal 10 April 2017, bahwa klien juga mengatakan

mendengar suara - suara yang menyuruhnya memukul sesuatu.

Masalah Keperawatan : - Perilaku Kekerasan.

- Halusinasi

A. Faktor Predisposisi

a. Riwayat Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Klien tidak pernah mengalami Gangguan Jiwa di masa lalu.

Masalah Keperawatan : - Tidak ada masalah keperawatan.

b. Riwayat Pengobatan

Klien tidak pernah mempunyai riwayat pengobatan sebelumnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

c. Riwayat Aniaya

Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan aniaya fisik, seksual, KDRT,

penolakan atau kriminalitas pada dirinya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai

penyakit yang sama seperti yang diderita klien pada saat ini.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan.


21

e. Riwayat Pengalaman Masa Lalu

Klien mengatakan kurang merasa nyaman dengan tinggal dirumah karena kurang

diperhatikan oleh keluargannya.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.

B. Faktor Presipitasi

Ny.L termasuk keluarga yang tingkat ekonomi menengah ke bawah jadi segala

kebutuhan yang di inginkan terkadang tidak terpenuhi sehingga klien merasa kesal

dan marah – marah terhadap suaminya.

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

C. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmhg

Nadi : 82x/ menit

Respirasi : 20x menit

Suhu : 36,5ᵒ c

b. Pengumpulan Antroprometri

Tinggi badan : 162 cm

Berat badan : 55 kg

c. Keluhan Fisik

Kepala : Tidak ada trauma, tidak ada nyeri tekan, rambut bersih.

Mata : Bentuk simetris, bersih tidak ada nyeri tekan.

Telinga : Bentuk simetris, telinga bersih, tidak ada perdangan dan nyeri

tekan.
22

Hidung : Fungsi penciuman baik, hidung bersih, tidak terdapat nyeri tekan.

Mulut : Bibir lembap, tidak terdapat sariaibuan, dan gigi bersih.

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan.

Genetalia : Klien mengatakan bersih.

Ektremitas :

- Atas : Bentuk simetris, kedua tangan bisa digerakan, tidak ada nyeri

tekan.

- Bawah : Bentuk simetris, kedua kaki bisa digerakan, tidak ada nyeri

tekan.

D. Psikososial

a. Genogram
23

Keterangan :

: Klien

: Perempuan

: Garis Keturunan

: Tinggal Satu Rumah

Penjelasan :

Klien merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara, dan klien sudah menikah

dan dikaruniai anak satu, klien tinggal bersama suami dan anaknya, diantara

keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

b. Konsep Diri

1. Citra tubuh

Klien mengatakan sangat menyukai rambutnya, karena rambutnya

berwarna hitam dan panjang, dan klien tidak menyukai perutnya karena

gendut.

2. Identitas diri

Klien mengatakan bahwa klien seorang perempuan dan klien bangga

menjadi seorang istri dan seorang ibu.


24

3. Fungsi peran

Klien mengatakan dirumah peranya sebagai seorang ibu, klien bisa

menjalankan fungsi sebagai ibu, klien didalam keluarganya bersifat tegas,

dan klien di lingkungan sekitar suka bersosialisasi dan suka mengikuti

pengajian dan arisan serta aktif mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar.

4. Ideal diri

Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan ingin cepat pulang

dan klien ingin membahagiakan suami dan anaknya, klien ingi selalu

yang terbaik buat suami dan anaknya.

5. Harga diri

Klien merasa percaya diri dan klien tidak ada hambatan dalam

berinteraksi dengan orang lain, dan klien dekat dengan dengan suaminya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah dalam Keperawatan.

c. Hubungan Sosial

1. Orang yang berarti / orang yang terdekat

Klien mengatakan sangat dekat dengan suaminya karena suaminya adalah

tempat curhat dan segalanya bagi klien.

2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

Pada saat masih dirumah klien aktif mengikuti kegiatan dengan masyarakat

setempat, begitu juga pada saat dirumah sakit klien sering mengikuti kegiatan

yang diadakan di ruangannya.

3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan selalu berinteraksi dengan tetangganya dan klien

sering berkumpul dengan masyarakat dan mengikuti kegiatan.


25

d. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

klien beragama islam dan klien yakin dengan sakit seperti ini adalah

cobaan dari Allah SWT.

2. Kegiatan ibadah / menjalankan kegiatan

Klien selama di rawat di RSJ klien belum pernah shalat karena klien

tidak membaibua mukena dari rumahnya.

3. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan

Klien merasa puas dalam menjalankan ibadahnya karena klien menganggap

dengan beribadah maka akan diberikan kesembuhan olen Tuhan YME.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

E. Status Mental

a. Penampilan

Klien terlihat rapih, rambut terikat, baju bersih.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

b. Pembicaraan

Suara klien keras, klien mampu memulai pembicaraan dan klien dalam

menjawab pertanyaan dengan baik.

c. Aktifitas motorik

Klien mampu melakukan makan, mandi, tidur dengan mandiri tanpa

bantuan orang lain.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah dalam Keperawatan.


26

d. Alam perasaan

Klien tampak merasa gembira dan senang, klien mengatakan senang

ketika dokter mau memindahkan ke ruangan merpati yaitu ruangan bagi

klien yang sudah merasa tenang.

e. Afek

Afek klien sesuai dalam berinteraksi dan kooperatif apa yang di

tanyakan dan di suruh kegiatan oleh perawat.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan.

f. Interaksi selama wawancara

Klien tampak tenang dalam selalu kooperatif.

g. Persepsi

Klien mengatakan mendengar suara – suara yang membisikinya.

Masalah Keperawatan : halusinasi

h. Proses pikir

Klien mampu berfikir dan fokus pada topik pembicaraan yang di

lakukan.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan.

i. Isi fikir

Saat berinteraksi atau pengkajian di temukan adanya resiko perilaku

kekerasan dengan di tandai mata melotot dan suara tinggi.

j. Tingkat kesadaran

Klien mampu menyebutkan nama, alamat, waktu, dan orang yang berada

atau orang sedang berinteraksi dengan klien.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan


27

k. Memori

a. Jangka panjang : klien bisa mengingat dengan baik bahwa klien

mengetahui klien lulusan sekolah SMA di sumedang.

b. Jangka pendek : klien mengingat yang membaibua kerumah sakit

jiwa adalah suami, dan kedua orang tua klien.

c. Saat ini : klien tidak mengalami gangguan

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

l. Tingkat konsentrasi berhitung

Saat dikaji klien bisa berhitung, misalnya klien memiliki uang sebesar

235.00, dan klien pergi untuk membeli sayur-sayuran seharga 32.500 dan

klien membeli buah-buahan dengan harga 45.000, sisa uang klien

sekarang berapa?

Klien menjawab pertanyaan tersebut dengan menjawab 157.500.

Masalah Keperibuatan : Tidak Ada Masalah keperawatan

m. Kemampuan penilaian

Klien dapat melakukan penilaian dengan baik, seperti dahulukan makan

dibanding minum obat terlebih dahulu.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

n. Daya tilik

Klien menyadari dengan penyakit yang dideritanya, klien ingin segera

sembuh dan bertemu dengan suami dan anaknya, klien sadar dengan

keadaan penyakit yang dideritanya itu cobaan dari Allah SWT, supaya

klien menjadi orang yang lebih baik lagi.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Maslah Keperawatan


28

F. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Klien makan 3x sehari dengan menu bervariasi, klien mengatakan suka

dengan menu yang di sajikan, tidak ada pantangan untuk klien.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

b. BAB / BAK

Bila ada keinginan BAB dan BAK klien pergi ke toilet dan bisa

membersihkan sendiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan.

c. Mandi

Klien mandi secara mandiri sebanyak 2x sehari dan keramas .

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan.

d. Berpakaian

Klien mengatakan berpakaian sendiri tanpa di bantu orang lain pakaian

di sediakan oleh perawatnya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

e. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan susah tidur pada siang hari klien tidur satu jam pada

siang hari, dan lama tidur malam hari 4-5 jam dengan tidak ada keluhan

tidur nyenyak sampai bangun pagi.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

f. Penggunaan obat

Klien minum obat secara teratur, sesuai dengan intruksi dokter yang di

minum sehabis makan.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan.


29

g. Pemeliharaan kesehatan

Klien selalu makan teratur dan menjaga kesehatannya dengan hidup

bersih dengan cara mandi makan teratur.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

h. Kegiatan di luar rumah

Klien selalu berorganisasi dengan tetangganya dan klien selalu mengikuti

kegiatan di desa dan arisan dengan penduduk di kampungnya.

i. Kegiatan di dalam rumah

Klien pada saat dirumah mengatakan klien suka membersihkan rumah

dan menyediakan makan buat suami dan anaknya, atau keluarga klien.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

G. Pola Mekanisme koping

a. Adaptif

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan menyelesaikan masalah

dengan suaminya.

b. Maladaptif

Bila marahnya timbul maka klien memukul bantal sekuat – kuatnya

H. Aspek Medik

a. Diagnosa medik : Skizofrenia

b. Therapy medik
30

No Nama Obat Dosis Fungsi


1. Risperidone 2 mg 2x1 Mengendalikan pola fikir dan
perilaku
2. Phenobarbital 100 g 0–1/2-1 siang/malam Meredakan aktivitas listrik di otak
3. Clozapine 1x1 Penghalang reseptor di otak
4. Olanzepine 1x1 Mengobati gangguan saraf, emosi dan
mental
5. Iloperidol 5 mg 1x1 Mengatasi masalah kejiwaan dan
psikosis

I. Analisis Data

Nama : Ny.L No Medrek : 056323


Panti Gramnesia

N DATA MASALAH

1. DS : ~ Klien mengatakan suka marah-marah ketika keinginanya Perilaku


tidak terpenuhi. kekerasaan
DO : ~ Klien mudah tersinggung

2. DS : ~ klien mengatakan ada suara – suara yang membisikinya. Halusinasi


DO : - Klien terlihat bicara sendiri
3. DS : ~ Klien merasa tersisihkan oleh keluarganya Harga Diri
DO : ~ Kontak mata kurang pada saat klien menceritakan tentang Rendah
dirinya

J. Daftar Masalah Keperawatan

a. Perilaku kekerasan

b. Halusinasi

c. Harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku kekerasan

b. Halusinasi

c. Harga diri rendah


31

K. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan (efek)

Perilaku Kekerasan (problem)

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah


32

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

Nama : Ny.L Diagnosa : Perilaku Kekerasan


Panti Gramnesia No. Medrek : 056323

Tanggal Diagnosa Perencanaa Rasional

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

Perilaku Tujuan Khusus : Setelah pertemuan klien Sp 1 ( tgl )

Kekerasan Klien mampu mengatasi dapat menyebutkan - identifikasi penyebab - Mengidentifikasi

perilaku kekerasan yang penyebab, tanda, gejala, tanda dan gejala serta penyebab dan mengetahui

dialaminya. dan akibat perilaku akibat perilaku kondisi klien saat itu serta

Tujuan Umum : kekerasan serta mampu kekerasan. mengurangi tekanan

Setelah dilakukan tindakan merasakan cara fisik: kemarahan klien.

keperawatan selama 2 x 24 jam 1. untuk mengontrol - Latih cara fisik tarik -Sebagai motivasi untuk

diharapkan klien mampu : perilaku kekerasan. nafas dalam melakukan perilaku yang

 Mengidentifikasi penyebab Setelah pertemuan klien


33

dan tanda perilaku mampu menyebutkan sehat

kekerasan kegiatan yang sudah - Pastikan jadwal harian -Mengkaji masalah yang

 Menyebutkan jenis dilakukan dan mampu klien dihadapi keluarga dalam

perilaku kekerasan yang mempertahankan / merawat klien sehingga

pernah dilakukan memperagakan cara keluarga mampu

 Menyebutkan akibat dari mengontrol marah secara menghadapi klien saat

perilaku kekersan yang fisik. terjadi perilaku kekerasan.

dddddddddddddddddddilak 1. untuk mengontrol


- Masukan dalam jadwal
ukan dilakukan perilaku kekerasan. -Mempersiapkan keluarga
harian.
 Menyebutkan cara Setelah pertemuan klien untuk merawat klien.

mengontrol perilaku mampu menyebutkan

kekerasan kegiatan yang sudah

 Mengontrol perilaku ke dilakukan mampu


Sp 3 (tgl)
mempergakan cara
- evaluasi kegiatan yang
sosial / verbal untuk
lalu ( Sp 1 dan Sp 2 )
- Mengkaji sejauh mana
mengontrol perilaku
- latih cara verbal / sosial
kemajuan dan kemampuan
34

kekerasan. - menolak dengan baik keluarga dan klien dalam

- masukan dalam jadwal menyertai perilaku

kegiatan klien. kekerasan.

Harga Diri

Rendah Tujuan Khuhus :


1. 1. Diskusikan kemampuana. - Mendiskusikan bahwa
Klien mampu mengatasi Setelah pertemuan klien
dan aspek positif yang sejumlah kemampuan dan
perilaku harga diri rendah yang mampu menyebutkan
dimiliki klien aspek positif yang  dimiliki
dialaminya. kegiatan yang sudah
2. 2. Hindari memberi penilaian pasien.
Tujuan Umum : dilakukan dan mampu
negatif, utamakan memberib. - Beri pujian yang
1) Setelah dilakukan tindakan menyebutkan manfaat dari
pujian yang realistis realistik/nyata dan
keperawatan selama 2 x 24 jam program kegiatan.
hindarkan setiap kali
diharapkan Klien mampu :
bertemu dengan pasien
1.Mengidentifikasi
penilaian yang negatif.
kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

2. Pasien dapat menilai a.      1. Diskusikan a.   - Mendiskusikan


35

kemampuan yang dapat Setelah pertemuan dengan klien dengan pasien 

digunakan klien dapat kemampuan yang kemampuan yang

3) 3.Pasien dapat Mengidentifikasi digunakan masih dapat

menetapkan/memilih kemampuan dan b.     2. Diskusikan digunakan saat ini

kegiatan yang sesuai aspek positif yang kemampuan yang b.   - Bantu pasien

kemampuan dimiliki. dapat dilanjutkan. menyebutkannya

4)  4. Pasien dapat melatih a.      1. Rencana bersama dan memberi

kegiatan yang sudah klien aktivitas yang penguatan terhadap

dipilih, sesuai dapat dilakukan setiap kemampuan diri


Setelah pertemuan
kemampuan hari sesuai yang diungkapkan
klien dapat menilai
5)  5. Pasien dapat menyusun kemampuan pasien
kemampuan yang
jadwal untuk melakukan c.   - Perlihatkan respon
dapat digunakan. b.     2. Tingkatkan
kegiatan yang sudah dilatih yang kondusif dan

kegiatan sesuai menjadi pendengar


2) Setelah pertemuan klien
dengan toleransi yang aktif.
dapat menetapkan/memilih
c.      3. Beri contoh cara a.   - Mendiskusikan
kegiatan yang sesuai
36

kemampuan. pelaksanaan kegiatan dengan pasien

yang dapat dilakukan beberapa kegiatan

sesuai kemampuan yang dapat

dilakukan dan

a.  - Beri kesempatan dipilih sebagai

untuk melakukan kegiatan yang akan

kegiatan sesuai pasien lakukan

rencana sehari-hari.
Halusinasi
b.  - Beri pujian atas b.   - Bantu pasien

keberhasilan klien menetapkan

melakukan tindakan kegiatan mana yang

- Diskusikan kemampuan dapat pasien lakukan

Tujuan Khusus : 5) Setelah pertemuan Klien pelaksanaan kegiatan di secara mandiri

Klien mampu mengatasi dapat mengenal rumah. a.   - Mendiskusikan

Halusinasi yang dialaminya. halusinasinya dengan pasien untuk

melatih kemampuan
1. Adakan kontak sering dan
37

singkat secara bertahap yang dipilih

Tujuan Umum : 2. Observasi tingkah laku b.   

Setelah dilakukan tindakan klien terkait dengan

keperawatan selama 2 x 24 jam halusinsinya; bicara dan 1. 1. Agar mengetahui

diharapkan klien mampu : tertaibua tanpa stimulus perilaku yang pasien

1. Klien dapat mengenal Setelah pertemuan memandang kekiri/ke kanan/ lakukan

halusinasinya Klien dapat mengontrol ke depan seolah-olah ada 2. 2. Agar mengetahui

2. Klien dapat mengontrol halusinasinya. teman bicara perilaku yang pasien

halusinasinya 3. Bantu klien mengenal lakukan

3. Kilen dapat dukungan dari halusinasinya

keluarga dalam mengontrol 1. Identifikasi bersama klien

halusinasinya cara atau tindakan yang

4. Klien dapat memanfaatkan dilakukan jika terjadi

obat dengan baik halusinasi (tidur, marah,


2. 3. Agar mengetahui
menyibukan diri)
apa yang dirasakan
2. Diskusikan manfaat dan
38

Setelah pertemuan cara yang digunakan pasien

Klien dapat klien, jika bermanfaat Ag Klien dapat

memanfaatkan obat beri pujian mengetahui tindakan

dengan baik. yang dilakukan


1. Beri informasi waktu atau

kapan perlu mendapat dalam mengontrol

bantuan halusinasi tidak halusinasinya.

terkontrol, dan resiko


D Dengan adanya
mencederai orang lain.
dukungan dari
2. Diskusikan dengan klien
keluarga menjadi
dan keluarga tentang
dasar adanya
dosis,efek samping dan
perhatian yang
manfaat obat
khusus dari keluarga
3. Anjurkan Klien minta
demi kesembuhan
sendiri obat pada perawat
klien.
dan merasakan
1. Meningkatkan
manfaatnya
39

pengetahuan pasien tentang

fungsi obat

2. Meningkatkan

pengetahuan pasien tentang

fungsi obat

3  Meningkatkan semangat

agar bisa mempraktekkan

apa yang sudah diajarkan

IMPLEMENTASI / CATATAN PERKEMBANGAN


40

Hari / Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf

Jam Keperawatan

Kamis Resiko - Membina hubungan saling S : - Klien mengatakan namanya Ny.L

06 April 2017 Perilaku percaya O : - Klien berkenalan

Jam 15.00 WIB Kekerasan - Melakukan pengkajian kepada A : - Klien mau diajak berkenalan

klien PK : - Anjurkan klien untuk bertemu kembali untuk

membahas tentang masalahnya

PP : - Lanjutkan intervensi ke Sp1 Resiko Perilaku

Kekerasan Mengidentifikasi penyebab tanda dan

gejala perilaku kekerasan

Kamis Harga Diri - Membina hubungan saling S : - Klien mengatakan namanya Ny.L

06 April 2017 Rendah percaya O : - Klien berkenalan

Jam 15.00 WIB - Melakukan pengkajian kepada A : - Klien mau diajak berkenalan

klien PK : - Anjurkan klien untuk bertemu kembali untuk

membahas tentang masalahnya

PP : - Lanjutkan intervensi ke Sp1 Harga Diri Rendah


41

Mengidentifikasi kemampuan dan Aspek positif yang

dimiliki pasien.

Kamis Halusinasi - Membina hubungan saling S : - Klien mengatakan namanya Ny.L

06 April 2017 percaya O : - Klien berkenalan

Jam 15.00 WIB - Melakukan pengkajian kepada A : - Klien mau diajak berkenalan

PK : - Anjurkan klien untuk bertemu kembali untuk

membahas tentang masalahnya

PP : - Lanjutkan intervensi ke Sp1 Mengidentifikasi jenis,

isi, waktu, frekuensi halusinasi

Jum’at Resiko Sp 1 S :

07 April 2017 Perilaku 1) Mengidentifikasi penyebab tanda - Klien mengatakan saya marah-marah karena

Jam 15.00 WIB Kekerasan dan gejala serta akibat perilaku keinginanya tidak terpenuhi oleh suaminya.

kekerasan. - Klien mengatakan ketika marah tandanya jantungnya

R / saya marah-marah berdebar-debar.

disebabkan oleh keinginan saya - Klien mengatakan akibat dari marah yaitu sehingga

tidak terpenuhi oleh suami saya,


42

dan ketika saya marah-marah klien membantingkan termos ke lantai.

tandanya jantung saya berdebar-


O :
debar dan akibat saya marah itu
- Muka klien tegang saat bercerita.
sampai saya membantingkan
- Suara klien tinggi pada saat bercerita.
termos ke lantai.
- Pembicaraanya cepat saat menceritakan marahnya.
2) Melatih cara fisik 1 ( tarik nafas
A :
dalam dari hidung tahan sebentar
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab dan gejala
dan keluarkan dari mulut )
serta akibat perilaku kekerasan.
R / saya mengerti
- Klien mampu melakukan cara fisik 1 dengan cara
3) Memasukan jadwal harian
menarik nafas dalam.
R / iya
- Klien belum mampu memasukan jadwal harian.

P :
43

- Untuk perawat :

a) Identifikasi penyebab dan gejala serta akibat

perilaku kekerasan.

b) Latih cara fisik 1 ( tarik nafas dalam )

c) Masukan jadwal harian

- Untuk klien :

a) Latih cara mengontrol marah dengan cara fisik 1

yaitu dengan cara tarik nafas dalam

Lanjutkan Sp 1

Jum’at Harga diri Sp 1 S: Klien mengatakan kemampuan dan aspek positif yang

07 April 2017 Rendah 1. Mengidentifikasi kemampuan dan dimiliki seperti menanam bunga, merapikan tempat

Jam 15.00 WIB Aspek positif yang dimiliki pasien. tidur, mencuci sendok, menyapu.

2. Membantu pasien menilai O: Ny. H mampu :

kemampuan pasien yang masih  mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dapat digunakan dimiliki

3. Membantu pasien memilih


44

kegiatan yang akan dilatih sesuai menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

dengan kemampuan pasien Mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan

4. Melatih pasien kegiatan yang kemampuan.

dipilih sesuai dengan kemampuan Kontak mata klien saat berbicara kurang,
5. Membimbing pasien memasukkan
Klien banyak menunduk
dalam jadwal kegiatan harian
Suara klien pelan

Klien bicara seperlunya

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi :

Klien : (menganjurkan pada klien untuk mengingat nama

perawat)

Perawat : (melanjutkan untuk membuat daftar kegiatan

pasien).

Jum’at Halusinasi
Sp 1
07 April 2017
1) Mengidentifikasi jenis, isi, waktu,
45

Jam 15.00 WIB frekuensi halusinasi S:

2) Mengidentifikasi situasi yang - Klien mengatakan pernah mendengar suara - suara atau

menimbulkan halusinasi melihat sesuatu dan juga merasakan adanya bisikan-

3) Mengidentifikasi respon klien bisikan.

terhadap halusinasi O:

4) Mengajarkan klien cara halusinasi - Klien tampak gelisah

1 yaitu menghardik - Klien tampak berbicara sendiri

5) Menganjurkan klien memasukkan - Klien tampak mempraktekkan cara menghardik

kedalam jadwal harianmemberikan halusinasi dengan menutup mata dan telinga serta tidak

reinforcement yang positif kepada mau mendengar suara.

klien A:

- Klien telah mengenal halusinasi

- Klien mampu mempraktekkan cara halusinasi

dengan benar
46

P:

Klien :

- Anjurkan latihan menghardik dengan benar

- Anjurkan mempraktekkan menghardik saat halusinasi

muncul

Perawat :
Sabtu Resiko
- Evaluasi cara menghardik halusinasi
08 April 2017 Perilaku Sp 1
- Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap –
Jam 15.00 WIB Pekerasan 1) Mengidentifikasi penyebab dan
cakap.
gejala serta akibat perilaku
S :
kekerasan.
- Klien mengatakan marah-marah karena keinginanya
R / saya marah-marah
tidak terpenuhi oleh suaminya.
disebabkan oleh keinginan saya
- Klien mengatakan ketika marah tandanya
tidak terpenuhi oleh suami
jantungnya berdebar-debar.
saya, dan ketika saya marah
- Klien mengatakan akibat dari marah yaitu sehingga
tandanya jantung bedebar-debar
klien membantingkan termos ke lantai.
dan akibat saya marah saya
47

mambantingkan termos ke O:

lantai. - Muka klien tegang saat bercerita.

- Suara klien tinggi saat bercerita

2) Melatih cara fisik 1 (tarik - Pembicaraanya cepat saat menceritakan marahnya.

nafas dalam ) A :

R / saya mengerti - Klien mampu mengidentifikasi penyebab dan gejala

3) Memasukan jadwal harian serta akibat perilaku kekerasan.

R / iyah mau - Klien mampu melakukan cara fisik 1 dengan cara

menarik nafas dalam.

- Klien mampu memasukan jadwal harian.

P :

- Untuk perawat :

a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)

b) Motivasi klien agar klien mampu mengontrol

marahnya dengan cara tarik nafas dalam.

c) Lanjutkan Sp 2 :
48

Melatih cara mengontrol marahnya dengan cara fisik

2 yaitu dengan cara memukul bantal / kasur.


Sabtu Harga Diri - Untuk klien :
08 April 2017 Rendah Sp 1
a) Lakukan terus cara mengontrol marah dengan (Sp1
Jam 15.00 WIB 1. Memvalidasi masalah dan latihan
dan Sp2)
2. Melatih kegiatan pertama (atau
Lanjutkan Sp 2
selanjutnya yang dipilih sesuai

kemampuan pasien) S: Klien mengatakan mau menanam bungan yang ada


3. Menganjurkan pasien dihalaman.

memasukkan dalam Jadwal O: - Klien canggung saat akan menanam bunga.

kegiatan harian - Klien tidak menyebutkan kekurangannya

- Klien mengamati saat perawat

mendemonstrasikan menanam bunga.

- Klien terlihat masih malu saat menanam bunga dengan

perawat.

- Suara klien pelan.


49

A: Tujuan tercapai sebagian

(klien mampu mengidentifikasi

Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki namun belum

bisa mengikuti yang didemonstrasikan oleh perawat)

P:

Klien :

Menganjurkan Ny.L mempraktekkan kegiatan yang dipilih


Sabtu Halusinasi
dan memasukkan dalam
08 April 2017 Sp 2
Jadwal kegiatan harian
Jam 15.00 WIB 1) Salam terapeutik
Perawat : Optimalkan SP1p, evaluasi jadwal kegiatan
2) Mendiskusikan perasaan klien
harian
3) Evaluasi dan validasi Sp 1
klien, latih kegiatan pertama yang belum tercapai.
4) Melatih klien cara ke 2

mengontrol halusinasi dengan


S:
bercakap – cakap dengan orang
- Klien mengatakan setelah menghardik suara itu hilang
lain
tetapi setelah itu muncul kembali
5) Menganjurkan klien memasukkan
50

kedalam jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan mau bercakap – cakap dengan orang

6) Beri reinforcement yang positif lain

kepada klien - Klien mengatakan mau memasukkan latihan bercaka –

cakap kedalam jadwal harian klien

O:

- wajah klien tampak tenang

- Klien tampak menJawab pertanyaan dari perawat

- Klien sudah memasukkan latihan bercakap – cakap

kedalam jadwal harian klien

A:

- Klien mampu mengendalikan halusinasi dengan

menghardik

- Klien mampu mempraktekkan bercakap – cakap

P:

Klien : ( anjurkan latihan bercakap – cakap dengan orang

lain ).
51

Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan tindakan asuhan Keperawatan pada Ny.L

dengan Perilaku Kekerasan di Panti Gramnesia Kota Cirebon yang dilaksanakan

mulai dari tanggal 06 – 08 April 2017 dalam bab ini penulis membahas tentang

masalah atas kesenjangan yang ditemukan dan upaya menyelesaikannya. Selama

menyelesaikan asuhan Keperawatan, adapun pembahasan ini dibagi berdasarkan

tahap proses Keperawatan yaitu pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Dalam hal pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

format pengkajian perawatan jiwa yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan

dengan wawancara langsung dengan klien, data dari catatan Keperawatan dan

medis ditemukan kesenjangan antara data – data teoritis dengan apa yang didapat

dengan kasus dilapangan. Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui

wawancara dengan klien, observasi dan dari pendokumentasian Keperawatan

diruangan, sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut

dikarenakan selama proses pengkajian keluarga klien belum ada yang menjenguk.

Menurut teori secara umum dari faktor predisposisi bahwa Perilaku Kekerasan

dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor psikologis, biologis dan faktor

genetik. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap

klien tidak ditemukan adanya faktor genetik yang dapat mempengaruhi perilaku

kekerasan karena anggota keluarga tidak ada yang mengalami skizofrenia

sebelumnya.
52

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh lima masalah Keperawatan. Diagnosa

Keperawatan yang muncul pada klien dengan Perilaku Kekerasan menurut teori

adalah :

a. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah.

b. Resiko Perilaku kekersan.

c. Koping individu tidak efektif.

d. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.

e. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.

Sedangkan diagnosa Keperawatan yang muncul pada Ny.L adalah :

a. Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah.

c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.

Berarti dalam hal ini diagnosa Keperawatan yang muncul pada Ny.L sesuai dengan

diagnosa Keperawatan berdasarkan teori. Akan tetapi penulis lebih

memprioritaskan diagnosa Keperawatan yang ada pada saat itu sesuai dengan

kondisi dan yang dibutuhkan oleh klien.

3. Perencanaan

Rencana tindakan Keperawatan terdiri dari lima aspek yaitu : tujuan umum, tujuan

khusus, kriteria evaluasi, intervensi dan implementasi.

a. Hambatan

Rencana tindakan Keperawatan pada klien Perilaku Kekerasan terdapat

kesenjangan antara perencanaan pada kasus dan teori yaitu diteori tidak

ditentukan kriteria waktu pencapaian dan rasional.


53

b. Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk pencapaian pada kasus dibuat kriteria waktu pencapaian dan dilihat dari

kondisi klien.

c. Hasil Dari Alternatif Pemecahan Masalah

Mengetahui sejauh mana kriteria hasil

4. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan asuhan Keperawatan dimulai sejak tanggal 06 – 08 April 2017.

Tindakan sesuai dengan rencana yang dibuat dan berhasil dilaksanakan. Penulis

tidak mengalami kesulitan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi klien,

mulai dari pengkajian, perencanaan, tindakan Keperawatan dan evaluasi.

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dari jadwal hingga akhir kegiatan yang setiap kali

berinteraksi menggunakan analisis SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planing).

Dari tiga diagnosa Keperawatan yang diangkat belum dilaksanakan secara

keseluruhan yaitu Perilaku Kekerasan belum semuanya terpenuhi dari 5 Sp hanya

dapat dilakukan 1 Sp, untuk Harga Diri Rendah hanya dilakukan 1 Sp hal tersebut

dikarenakan karena keterbatasan waktu. Adapun diagnosa Keperawatan yang

penulis lakukan implementasi seluruh Sp adalah untuk diagnosa Halusinasi, akan

tetapi dalam pelaksanaanya klien masih membutuhkan bimbingan dari perawat.

Semua tindakan Keperawatan dengan diagnosa Perilaku Kekerasan yang dibahas

oleh penulis melalui startegi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Hal ini didukung

karena sudah terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
54

a. Saat mengevaluasi klien kooperatif, tetapi klien perlu diingatkan kembali

tentang tindakan yang sudah dilakukan dan tidak semua diagnosa dapat

dilaksanakan, diagnosa Perilaku Kekerasan belum tercapai semuanya

sedangkan diagnosa yang lainnya hanya tercapai sebagian.

b. Alternatif tindakan

Solusinya dengan cara mengajak klien mengobrol dengan orang lain, dengan

melatih mengontrol rasa marahnya, untuk mengevaluasi dari tindakan

Keperawatan selanjutnya.

c. Hasil dan alternatif pemecahan masalah

Klien mampu mempraktekkan 2 Sp (strategi pelaksanaan) Perilaku Kekerasan

dengan bantuan tindakan selanjutnya perawat ruangan akan menindak lanjuti

hasil dari tindakan Keperawatan yang telah penulis laksanakan.


55

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Perilaku kekersasan adalah suatu keadaan dimana emosi yang merupakan

campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini di dasarkan keadaan

emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan

emosional kita yang dapat di proyeksikan kelingkungan, kedalam diri atau

destruktif (yoseph, 2010).

Setelah penulis melakukan asuhan Keperawatan pada Ny.L dengan Perilaku

Kekerasan di Panti Gramnesia Kota Cirebon pada tanggal 06 – 08 April 2017 yang

merupakan sarana bagi penulis untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam

memberikan asuhan Keperawatan :

Setelah melakukan asuhn Keperawatan selama 4 hari penulis dapat menyimpulkan

beberapa hal antara lain :

1. Pengkajian

Komunikasi harus menggunakan komunikasi terapeutik, agar terbina hubungan

saling percaya antara klien dan perawat. Pengkajian merupakan tahap jadwal dari

proses Keperawatan yang terdiri dari pengumpulan data, untuk mendapatkan data

yang lebih pasti penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan memvalidasi

data dengan melihat status.

83
56

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil analisa data maka muncul beberapa masalah Keperawatan pada klien

dengan Perilaku Kekerasan menurut teori adalah :

a. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah.

b. Resiko Perilaku kekersan.

c. Koping individu tidak efektif.

d. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.

e. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Ny.L adalah :

a. Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah.

c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.

Sedangkan diagnosa Keperawatan yang tidak terdapat dalam teori

a. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain dan lingkungan.

b. Koping individu tidak efektif

d. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan kepada klien dengan Perilaku Kekerasan terdapat kesenjangan

antara perencanaan pada kasus dan teori yaitu di teori tidak ditentukan kriteria

waktu untuk pencapaian pada kasus di buat kriteria waktu pencapaian unutk

mengetahui sejauh mana kriteria hasil dapat dicapai, untuk mengatasi kesenjangan

tersebut dilihat dari kondisi klien.


57

e. Implementasi

Strategi implementasi Keperawatan menggunakan strategi pelaksanaan tindakan

Keperawatan (SP), memprioritaskan pelaksanaan masalah terlebih dahulu pada

diagnosa Keperawatan pertama yaitu Perilaku Kekerasan, kemudian harga diri

rendah dan perubahan persepsi sensori : halusinasi.

f. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai

setelah melakukan implementasi Keperawatan. Pada tahap evaluasi ini penulis

menggunakan evaluasi subjektif dan objektif. Saat mengevaluasi klien perlu

diingatkan kembali tentang tindakannya yang sudah dilakukan dan tidak semua

diagnosa dilaksanakan, diagnosa Perilaku Kekerasan belum tercapai sedangkan

diagnosa lainnya hanya tercapai sebagian.

4.2 Rekomendasi

1. Panti Gramnesia

Diharapkan agar kedepannya dapat lagi meningkatkan kualitas sarana prasarana

atau sumber daya manusia yang ada di panti Gramnesia yang juga bertujuan agar

dapat meningkatkan kesembuhan pasien gangguan jiwa.

2. Institusi Pendidikan

Untuk institusi pendidikan dimohon persiapan dan pembekalan yang maksimal

bagi mahasiswa yang akan praktek klinik di lapangan, supaya mahasiswa siap apa

yang akan dilakukan dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai