Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR COSTAE
DI RUANG MANALAGI 1 RSUD INDRAMAYU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Rahayu Setyowati, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Rina Iryanti
21149011035

SEKOLAH TINGGI (STIKes) YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
A. Konsep Fraktur
1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang. Fraktur dapat disebabkan


oleh direct blow (pukulan), crushing force (kekuatan yang menghancurkan), sudden
twishing motion (putaran yang tiba-tiba) dan kontraksi.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa


nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan
krepitasi (Doenges, 2000 dalam Carpeniton, 2010).

Fraktur costae adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan


tulang di daerah costae lebih dari satu garis (Silvia A. Prince, 2000).

2. Anatomi Fisiologi
Muskulo atau muscular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu yang
mempelajari = Myologi) sedangkan skeletal atau osteo adalah tulang
kerangka tubuh (ilmu yang mempelajari = Osteologi). Sistem
muskuloskeletal terdiri dari : Otot (muscle), Tulang (skeletal), Sendi,
Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang, Ligamen:
jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang, Bursae : kantong
kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon
atau diantara otot, Fascia : jaringan penyambung longgar di bawah kulit
atau pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
a) Anatomi Tulang
Risnanto dan Insani (2014) menjelaskan bahwa tulang merupakan istilah yang
berasal dari embrionic healing cartilage melalui proses osteogenesis
menjadi tulang. Proses osteogenesis terjadi karena adanya sel yang disebut
osteoblast. Sistem rangka manusa dipelihara oleh sistem haversian yaitu
sistem yang berupa rangga yang ditengahnya terdapat pembuluh darah.
Tulang diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu:

1) Tulang axial
Tulang axial merupaan tulang pada daerah kepala dan badan, seperti
halnya tulang kepala : tengkorak otak = 8 buah (1 tulang oksipital/tulang
kepala belakang, 2 tulang parietal/tulang ubun-ubun, 1 tulang
frontal/tulang dahi, 2 tulang temporal/tulang pelipis, 1 tulang
etmoid/tulang tapis, 1 tulang sphenoid/tulang baji) ; tengkorak wajah = 14
buah (2 Os maksila/tulang rahang atas, 1 Os mandibula/tulang rahang
bawah, 2 Os zigomatikum/tulang pipi, 2 Os palatum/tulang langit-langit, 2
Os lakrimalis/tulang mata, 2 Os konka nasal/tulang karang hidung) ;
tulang telinga = 6 buah ; tulang Hyoid (tulang lidah sampai pangkal leher)
= 1 buah, Tulang belakan dan pinggul = 26 buah, Kerangka dada = 25
buah
2) Tulang appendicular terdiri dari tulang tangan dan kaki. Ekstremitas atas
meliputi scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, serta pada ekstremitas
bawah meliuti pelvis, femur, patela, tibia, fibula, dan telapak kaki.
Dalam anatomi, tulang rusuk atau iga (Latin: costae adalah tulang panjang
yang melengkung dan membentuk rongga rusuk.) Tulang dada dan rusuk
berfungsi untuk melindungi paru-paru dan jantung.Tulang rusuk melindungi
dada (Latin: thorax), paru-paru, jantung, hati, dan organ dalam lainnya di
rongga dada. Manusia (baik pria dan wanita) memiliki 24 tulang rusuk (12
pasang). Hal ini pertama kali dikemukakan oleh Vesalius pada 1543 untuk
menyelesaikan kontroversi yang terjadi pada saat itu.22 Namun ada pula
pendapat yang mengatakan tulang rusuk berjumlah 25 tulang dengan
memasukkan tulang dada(sterum) sebagai bagian dari tulang rusuk. Sternum
Tulang dada 1 Kost, Vera Rusuk Sejati 7 pasang (14), Kosta Spuria Rusuk
Palsu 3 pasang (6), Kosta Fluitantes Rusuk Melayang 2 pasang (4), Jumlah 25.
Kategori tulang iga (rusuk): tersusun dari 12 pasang tulang iga yang
semuanya berpangkal pada tulang punggung dan dapat dikelompokkan
sebagai berikut.

 The true ribs (iga sejati = os kosta vera): Jumlah 7 pasang bersambungan
dengan sternum (sendi costal cartilage) dan tulang belakang, tulang ini
menempel pada tulang dada, sedangkan bagian belakang menempel pada
tulang punggung.
 The false ribs (iga tak sejati os costa spuria): -jumlah 3 pasang
bersambungan dengan tulang belakang, dengan sternum dihubungkan oleh
iga sejati ke-7. 3 pasang tulang rusuk palsu, pada bagian belakang
menempel pada tulang punggung, sedangkan bagian depan menempel
pada tulang rusuk di atasnya.
 The floating ribs (iga melayang = os kosta fluitantes) 2 pasang tulang
rusuk melayang, berada pada bagian belakang tulang rusuk menempel
pada bagian tulang punggung dan bagian depan melayang karena tidak
menempel pada tulang dada. 2 pasang bersambungan dengan tulang
belakang, namun tidak dengan sternum

3. Etiologi

Kasus fraktur costae ini jarang terjadi namun penyebab paling sering
terjadinya yaitu pada pengendara bermotor (Prasenohadi, 2012). Morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh fraktur iga dan sternum berkaitan erat dengan
penyebab cedera, kegawatan pada insiden fraktur costae dapat menyebabkan
kerusakan yang bermakna pada paru karena akan mempengaruhi ventilasi dan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat. Bagaimanapun juga mengatasi nyeri pada
pasien dengan trauma toraks tidak hanya membantu meringankan keluhan tetapi
juga mengurangi serta mencegah komplikasi sekunder (Howelll, NJ, Ranasinghe
AM, Graham TR, 2005; Weinberg JA, Croce MA, 2008).
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan
otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi
retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun.
Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak
sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat
dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang


patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

b. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma


minor mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali

2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis

4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

4. Manifestasi klinis

1) Nyeri, Terjadi karena adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.

2) Bengkak, Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada


daerah fraktur dan ekstravasi daerah jaringan sekitarnya.
3) Memar, Terjadi karena adanya ekstravasi jaringan sekitar fraktur.

4) Spasme otot, Merupakan kontraksi involunter yang terjadi disekitar fraktur.

5) Gangguan fungsi, Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri atau


spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
6) Mobilisasi abnormal, Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada
kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan.
7) Krepitasi, Merupakan rasa gemeretak yang terjadi saat tulang digerakkan.

8) Deformitas, Abnormal posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma
dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, dan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya (Mansjoer, 2010).
5. Klasifikasi Fraktur

a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)

1) Fraktur tertutup (Closed fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan anata fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau tidak komplit fraktur

1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
2) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
3) Bukle atau torus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongioska dibawahnya.
4) Green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

1) Fraktur transversal, fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan


merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik, fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur spiral, fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4) Fraktur kompresi, fraktur yang terjadi karena trauma aksial yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur avulsi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah

1) Fraktur komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan
2) Fraktur segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3) Fraktur multiple, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

1) Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua


fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen tulang
3) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
4) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
5) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

f. Berdasarkan posisi fraktur

1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal

6. Komplikasi

a. Syok hipovolemik
b. Fat embolism syndrome.
c. Compartement syndrome.
d. Osteomyelitis.
7. Pemeriksaan Penunjang

Belleza (2016) menjelaskan bahwa periksaan yang dapat dilakukan pada pasien
dengan diagnosa fraktur femur adalah:
a. Pemeriksaan X ray, berfungsi untuk menentukan lokasi dan luas fraktur

b. Bone scans, tomograms, computed tomography (CT) atau Magnetig


Resonance Imaging (MRI), bertujuan untuk memfisualisasi fraktur,
perdarahan, kerusakan jaringan, dan membedakan antara ftaktur akibat trauma
dengan neoplasma tulang
c. Arteriogram, yaitu pemeriksaan yang dapat dilakukan aabila dicurigai terjadi
kerusakan pembuluh darah okuli
d. Complete Blood Cound (CBC).
e. Urine creatinine (Cr) clearance, untuk mengetahui trauma atau Fraktur yang
terjadi menyebabkan meningkatnya Cr pada ginjal
f. Coagulation profile, bertujuan untuk mengetahui perubahan akibat kehilangan
darah.
8. Patofisiologi

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit (Smelter & Bare, 2002). Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan
sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut
aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut
callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat
menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf
perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan
rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan
sindrom compartment (Smeltzer & Bare, 2002).Trauma pada tulang dapat
menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat
berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai
kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah
(Smeltzer & Bare, 2002).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi
antara lain: nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang
perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan
berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2012). Reduksi terbuka dan
fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan dengan pen,
sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan
struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price & Wilson, 2006).
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,
samping ataupun dari arah belakang. Trauma yng mengenai dada biasanya akan
menimbulkan trauma costa, tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa
pada dinding dada, maka tida semua trauma dada akan terjadi fraktur costa.
9. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif (Mansjoer, 2010).

a) Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan


terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya
infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah
dengan gips dan traksi.
1) Gips, Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah : Immobilisasi dan
penyangga fraktur, Istirahatkan dan stabilisasi , Koreksi deformitas,
Mengurangi aktifitas, Membuat cetakan tubuh orthotik.
2) Traksi (mengangkat / menarik), Secara umum traksi dilakukan dengan
menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

 Traksi manual, Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur,


dan pada keadaan emergency
 Traksi mekanik, ada 2 macam : a) Traksi kulit (skin traction) Dipasang pada
dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg. b) Traksi skeletal Merupakan traksi
definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal /penjepit melalui
tulang / jaringan metal.
Penatalaksanaan Terapi Konservatif
1) Proteksi, Misalnya dengan menggunakan mitella untuk fraktur collum
chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.
2) Imobilisasi luar tanpa reposisi, Dengan pemasangan gips atau bidai pada fraktur
inkomplit dan fraktur dengan kedeudukan baik
3) Reposisi tertutup dan fikasasi dengan gips, Dapat dilakukan dengan anestesi
umum atau anestesi local dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematom
fraktur.
4) Reposisi dengan traksi, Dilakukan pada patah tulang yang bila direposisi secara
manipulasi akan terdislokasi kembali kedalam gips, misalnya pada patah tulang
femur.
5) Reposisi dengan cast/splint, Reposisi tertutup dilakukan
b) Cara operatif / pembedahan

Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa penatalaksanaan fraktur melalui


pembedahan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Reduksi fraktur
( setting tulang) berarti mengembalikan fragment tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat dilakukan untuk
mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur,
namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.Sebelum reduksi dan
imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan untuk menjalani prosedur dan harus
diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai
ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anesthesia. Ekstremitas yang akan
dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut. Reduksi tertutup pada banyak kasus, reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragment tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
b) Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation) Pada Fraktur
tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal atau yang biasa dikenal
dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur yang terjadi pada tulang
panjang dan fraktur fragmented. Eksternal dengan fiksasi, pin dimasukkan
melalui kulit ke dalam tulang dan dihubungkan dengan fiksasi yang ada
dibagian luar. Indikasi yang biasa dilakukan penatalaksanaan dengan
eksternal fiksasi adalah fraktur terbuka pada tulang kering yang memerlukan
perawatan untuk dressings. T etapi dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup
radius ulna. Eksternal fiksasi yang paling sering berhasil adalah pada tulang
dangkal tulang misalnya tibial batang.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identifikasi Pasien Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tgl. MRS, diagnosa medis, no. registrasi.
b. Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung dari lamanya serangan. Unit
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan:
1) Provoking inciden: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri.
2) seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkanerdasarkan skala nyeri atauskala nyeri atau klien
menerangkanklien menerangkan seberapaseberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Pada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan
oleh trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini
(Fraktur Costa) atau pernah punya penyakit yang menular/menurun
sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita
esteoporoses, arthritis dan tuberkulosis/penyakit lain yang sifatnya menurut
dan menular.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat
g. Pola Fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat : Pada fraktur akan mengalami
perubahan/ gangguan pada personal hygien, misalnya kebiasaan mandi,
ganti pakaian, BAB dan BAK.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme : Pada fraktur tidak akan mengalami
penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah misalnya makan
dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit
dan diet pasien.
3) Pola Eliminasi : Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu
defekasi dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi
defekasi, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.
4) Pola Istirahat dan Tidur : Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami
gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5) Pola Aktivitas dan Latihan : Aktivitas dan latihan mengalami perubahan /
gangguan akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu
dibantu oleh perawat / keluarga.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri : Pada fraktur akan mengalami gangguan
diri karena terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur
hidup/tidak dapat bekerja lagi.
7) Pola Sensori Kognitif : Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan,
sedang pada pola kognitif atau cara berpikir pasien tidak mengalami
gangguan.
8) Pola Hubungan Peran : Terjadinya perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna
lagi dan menarik diri.
9) Pola Penanggulangan Stres : Perlu ditanyakan apakah membuat pasien
menjadi stres dan biasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan
dengan keluarga.
10) Pola Reproduksi Seksual : Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai
anak, maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien
belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan: Adanya kecemasan dan stress sebagai
pertahanan dan pasien meminta perlindungan
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fraktur meliputi:
a. Pemeriksaan rotgen (sinar X) untuk menentukan lokasi atau luasnya
fraktur/trauma.
b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI untuk memperlihatkan fraktur.
c. Hitung darah lengkap Hematokrit (Ht) mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah sel darah putih
adalah respons stress normal setelah trauma.
d. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi dan
penurunan sensasi ditandai dengan oleh terdapat luka.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskletal
d. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan
4. Intervensi Keperawatan

Kode (SDKI)/ Rencana Perawatan


Diagnosis
Keperawatan SLKI SIKI
D.0077 Setelah Utama:
Nyeri akut dilakukan - Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan selama 1x2 - Pemberian analgesik
agen pencederaan fisik jam Pendukung:
Yang ditandai dengan Diharapakan: - Dukungan
 Tanda mayor Utama: Pengungkapan
- Tampak - Tingkat nyeri kebutuhan
meringis Tambahan: - Edukasi efek samping obat
- Bersikap - Fungsi - Edukasi manajemen nyeri
protektif (mis. gastrointestina l - Edukasi proses penyakit
Waspada, posisi - Kontrol nyeri - Edukasi teknik napas
menghindar - Mobilitas fisik - Kompres dingin
nyeri) - Penyembuhan luka - Kompres panas
- Gelisah - Perfusi - Konsultasi
- Frekuensi nadi miokard - Latihan pernapasan
meningkat - Perfusi perifer - Manajemen efek samping obat
- Sulit tidur - Pola tidur - Manajemen kenyamanan
 Tanda minor - Status lingkungan
- Nafsu makan kenyamanan - Manajemen medikasi
berubah
- Pemantauan nyeri
- Tekanan darah
- Pemberian obat
meningkat
- Pemberian obat intravena
- Pola nafas
- Pemberian obat oral
berubah
- Pemberian
- Proses berfikir
obat topical
terganggu
- Pengaturan posisi
- Menrik diri
- Perawatan amputasi
- Berfokus pada
diri sendiri - Perawatan kenyamanan
- Diaforesisi - Terapi relaksasi

Anda mungkin juga menyukai