Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan hidup manusia di era globalisasi ini semakin kompleks. Hal ini akna
menyebabkan banyaknya tuntutan dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam
sehingga individu mengalami gangguan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa menurut
World Health Organization (WHO) bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
adanya keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadian (Yoseph, 2011).
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang menungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 tahun 1996 dalam
Yosep, 2011). Data dari World Health Organization (WHO), masalah gangguan jiwa
di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, dimana pada
tahun 2011 sebanyak 570 juta orang dengan gangguan jiwa. Jumlah gangguan jiwa di
Indonesia menurut departemen Kesehatan tahun 2011, mencapai lebih dari 30 juta
orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 15,6 persen dari populasi 0, 70 persen
menderita gangguan jiwa berat (Viora, 2011).
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah Skizofrenia. Skizofrenia merupakan
suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh, dan terganggu (Videbeck, 2004).
Adapun prevalensi dari Skizofrenia dari dunia 0,2% - 0,8%, di Indonesia terdapat tiga
sampai lima per 1000 penduduk. Adapun gejala dari skizofrenia yang dibagi menjadi
dua yaitu yang pertama gejala primer dengan gangguan proses piker, gangguan otaj
emosi, terjadi kednagkalan afek emosi, paramini atau paratimi, emosi dan afek serta
ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan, emosi berlebihan, hilangnya
kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik, gangguan kemauan, dan
gejala psikomotor. Sedangkan yang kedua yaitu gejala sekunder meliputi waham dan
halusinasi (Direja, 2011).
STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2015
Ferina Kristi Hawini
2011.C.03a.0231
Halaman 1

Perilaku kekerasan adalaha keadaan dimana seseirang melakukan tindakan yang


dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.

Hal

tersebut

merupakan

perbuatan

yang

dilakukan

untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Marah adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon sebagai ancaman (Stuart & Sundeen,
1995).
Adapun proses terjadinya perilaku kekerasan disebabkan adanya respon adaptif
dan maladaptif yaitu : pada respon adaptif terdapat respon asertif dimana merupakan
respon yang mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau
tidak setuju tanpa menyekiti lawan bicara. Sedangkan respon frustasi merupakan
proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai keinginannya.
Inidividu tersebut tidak dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu
kesempatan yang menungkinkan, selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam
mengungkapkan perasaannya dan terlihat pasif. Sedangkan respon maladaptive
terdapat respon agresif dan amuk, dimana agresif merupakan suatu perilaku yang
mengerti rasa marah, dorongan mental untuk bertindak (dapat secara kostruksi/
obstruksi) dan masih terkontrol, sedangkan pada respon amuk terdapat rasa marah
dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain, ataupun lingkungan.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku kekerasan yaitu berbicara kasar,
membentak ataupun berteriak pada orang lain, melempar ataupun memukul benda
atau orang lain melukai diri sendiri atau orang lain dan merusak lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai ataupun
membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Solusi penanganan pada
klien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu membantu klien mengungkapkan
tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya maupun yang dilakukannya.
Mendiskusikan dengan klien mengenai perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini.
Mendiskusikan dengan klien akibat apabila melakukan tindakan kekerasan.
1.2 Rumusan Masalah

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2015


Ferina Kristi Hawini
2011.C.03a.0231
Halaman 2

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana


asuhan keperawatan jiwa pada pasien Tn. S Perilaku Kekerasan di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan leboh mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengaplikasikan teori dan konsep asuhan keperawatan khususnya
klien dengan masalah perilaku kekerasan.
2. Untuk mengetahui hambatan dan permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Memperoleh gambaran secara jelas mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan klien perilaku kekerasan.
4. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

kreativitas

penulis

berdasarkan teori dan praktik klinik keperawatan di RSJ Dr. Radjiman


Wediodiningrat Lawang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Bagi perawat di ruangan adalah dapat memberikan asuhan keperawatan yang
optimal terutama pada klien perilaku kekerasan sesuai dengan teori.
2. Bagi klien penulisan ini klien mendapatkan perawatan yang maksimal dan
ikut berperan aktif dalam proses perawatan dan pengobatannya.
3. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi
referensi tambahan bagi peningkatan pengetahuan maupun wawasan peserta
didik keperawatan tentang pelaksanaan standar asuhan keperawatan jiwa
dengan memberikan pelaksanaan komunikasi terapeutik.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2015


Ferina Kristi Hawini
2011.C.03a.0231
Halaman 3

Anda mungkin juga menyukai