PENDAHULUAN
1
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2013).
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang Asuhan Keperawatan Jiwa pada
klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2 Tujuan khusus
2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
3
2. Memberi ciri profesionalisasi pemberian asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
2.4 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2020)
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2012).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada
saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan
oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2013).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2014).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu
rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2015).
2.5 Etiologi
Penyebab Halusinasi terdiri dari 2 faktor yaitu Stuart (2016) :
1. Faktor Prediposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
4
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2016). Faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
5
2.6 Macam-Macam Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
3 Halusinasi Penglihatan
6
2.7 Akibat Yang Ditimbulkan
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri membunuh orang lain bahkan
merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak:
merampas makanan, memukul jika tidak senang (Keliat, 2018)
7
2.8 Pohon Masalah
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan meliputi (Keliat, 2018) :
Menciptakan lingkungan yang terapeutik :
2. Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi
obat yang diberikan.
8
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga klien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar
laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu
tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
6. Farmakologi (Obat-obatan)
a. Anti psikotik :
Trihexyphenidile
Arthan
2.10 Pencegahan
Halusinasi adalah kondisi yang bisa dikendalikan, meskipun tidak bisa dijamin
akan sembuh seratus persen. Presentase kesembuhan sangat tergantung pada
penyebab halusinasi. Menurut (Keliat, 2016) pencegahan Halusinasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain :
1. Terapi dengan obat-obtan sesuai dengan anjuran doter
9
2. Konseling psikologis
Konseling juga berperan penting dalam mengatasi halusinasi, terutama apabila
halusinasi disebabkan oleh kondisi kesehatan mental. Konselor dapat membantu
pasien mengerti lebih dalam mengenai kondisinya dan memberikan strategi untuk
mengatasinya. Hal ini sangat penting terutama bagi pasien yang menderita paranoid.
3. Berikan rasa aman dan nyaman
Saat mengalami halusinasi, orang terdekat Anda mungkin merasa ketakutan berikan ia
rasa aman dan nyaman sehingga ia tidak perlu merasa khawatir
4. Mengalihkan perhatian (Distraksi) bisa dengan menerapkan Strategi Pelaksanaan
(SP) Keperawatan
10
BAB 3
KONSEP DASAR TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
3.1 Pengkajian
Nama :
Alamat :
Agama :
No-RM :
Diagnosa Medis :
Penanggung Jawab :
11
4. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
5. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negatif dan koping destruktif.
6. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
7. Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5
dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
8. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya
12
Menurut Stuart (2014), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1. Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan
2. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan
kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari- hari, sukar dala,
berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm
tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3. Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan
pengobatan dan penanganan gejala.
4. Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi
sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi
adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
1. Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
2. Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi muncul berapa kali sehari.
3. situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.
Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
4. Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang
dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa
13
mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
5. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat
badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Status mental
Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
Aktivitas motorik : meningkat/menurun
Afek : sesuai/maladaprif
Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan nformasi
Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik
dan dapat mempengaruhi proses pikir
Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
Tingkat kesadaran
Kemampuan konsentrasi dan berhitung
7. Mekanisme koping
Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggungjawab kepada oranglain
Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal
8. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi,
pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
14
3.3 Intervensi
15
4.1 Pengkajian
Rumah Sakit : RSUD CUT NYAK DHIEN
Ruang rawatan : Bangsal Zaitun
Tanggal Pengkajian : 26 Juni 2023
A. Identitas Pasien
1. Inisial : Ny. S
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 55 Tahun
4. Informan : Klien dan Status Klien
5. No – RM : 02.32.02
6. Diagnosa Medis : Skizofernia
B. Alasan Masuk Rumah Sakit Jiwa
C. Keluhan Utama
- Klien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal, suka
menyendiri, melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir, mendengar suara-
suara tanpa wujud, tertawan sendiri.
D. Riwayat Kesehatan Sekarang (Hasil Saat Pengkajian).
E. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu :
Jika ya, jelaskan :
- Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa 2 tahun yang lalu
tepatnya pada tahun 2019 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang.
Dirumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga
timbul gejala-gejala seperti diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya
marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal, suka menyediri,
melamum, sering bicara sendiri, mondar – mandir , mendengar suara-suara
tanpa wujud, tertawa sendiri akhirnya keluarga membawa klien kembali ke
Bangsal Zaitun.
2. Pengobatan sebelumnya : kurang berhasil
Penjelasanya : klien telah mampu beraptasi dengan lingkungan sekitarnya namun
16
terkadang gejala-gejala halusinasinya masih terdengar
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
3. Perlakuan Pasien
Jenis Pasien Sebagai Penjelasan
Pelaku/korban/saksi
Usia
Aniaya Fisik - -
Aniaya seksual - -
Penolakan - -
Kekerasan dalam Rumah - -
tangga
Tindakan Kriminal - -
17
G. Psikososiol
1. Genogram :
Keterangan :
: perempuan : pasien
: laki-laki : laki-laki meninggal
H. Konsep Diri
1. Gambaran Diri
- Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat.
2. Identitas
- Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara
3. Peran Diri
- Klien lulusan kuliah yang memiliki pekerjaan sebagai PNS.
4. Ideal Diri
- Klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ dan ingin cepat pulang ke
rumah.
5. Harga Diri
- Klien mengatakan merasa malu berada di rumah sakit jiwa dan merasa bosan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
I. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti :
- Klien Menggangap bahwa keluarganya adalah yang sangat berarti dalam hidup
nya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
- Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat.
18
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
- Klien mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena klien sulit bergaul dan selalu ingin menyendiri.
Masalah keperawatan : Menarik Diri
J. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien Beragama islam dan yakin dengan agamanya.
2. Kegiatan ibadah : klien tidak beribadah selama dirawat.
K. Status Mental
1. Penampilan : pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umum nya
2. Pembiraan : klien bicara dengan lambat
3. Aktivitas Motorik : klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari
4. Suasana perasaan : klien tidak mampu mengepresikan perasaan nya pada saat
mendengarkan suara- suara
5. Afek : efek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara : klien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi : klien mengatakan bahwa ia mendengar ada suara – suara
a. Pendengaran : klien mendengar suara dan bisikan-bisikan pada nya
b. Penglihatan :-
c. Perabaan :-
d. Pengecapan :-
e. Penghidu :-
8. Proses pikir : klien mampu menjawab apa yang di tanyakan
9. Waham : tidak agama
a. Agama : -
b. Somatik : -
c. Kebesaran : -
d. Curiga : -
e. Nihilistik : -
10. Tingkat Kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu,
orang dan tempat.
19
11. Memori
Penjelasan : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
12. Tingkat Konsentrasi
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa
bantuan orang lain.
13. Daya Tilik Diri
Penjelasan : Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui
bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
L. Pengetahuan
Penjelasan : Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat
yang dikomsumsinya.
M. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan :-
2. BAB/BAK :-
3. Mandi :-
4. Berpakaian dan Berhias : -
5. Penggunaan Obat :-
20
4.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
2 Ds Gangguan persepsi sensori :
- Keluarga klien mengatakan bahwa Halusinasi pendengaran
klien sering berteriak.
- Klien sering mendengarkan suara-
suara tanpa wajah.
- Klien mengatakan suara-suara
tersebut muncul 3 kali / hari muncul
pada saat klien sedang menyendiri.
- Klien merasa gelisah dan takut jika
mendengar suara tersebut.
Do
- Klien sering marah – marah, mondar-
mandir, bicara sendiri, bicara ngawur,
sering senyum-senyum sendiri.
- TD : 120 / 70 Mmhg
RR : 22 x/m
Hr : 80 / x m
S : 37 .c
TB : 156
BB : 50
21
4.2 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriterial Hasil Intervensi
1 Gangguan persepsi Setelah dilakukan SP 1
sensori : Halusinasi tindakan keperawatan - Bina hubungan saling
Pendengara selama 3 x 24 jam percaya (BHSP)
klien mampu - Identifikasi masalah,
mengontrol halusinasi jenis halusinasi Klien, Isi
dengan kriteria hasil : halusinasi Klien, waktu
-Klien mampu halusinasi Klien,
membina hubungan frekuensi halusinasi
saling percaya Klien, Situasi yang
(BHSP) Respons Klien terhadap
- Klien dapat halusinasi
mengenal - Ajarkan Klien
Halusinasinya : menghardik halusinasi
jenis, isi, waktu, - Masukkan cara
dan frekuensi menghardik halusinasi
- halusinasi, respon kedalam jadwal kegiatan
terhadap harian.
halusinasi dapat - Kontrak pertemuan
menyebutkan dan selanjutnya
mempraktekan
cara mengontrol
halusinasi yaitu
dengan
menghardik
- Klien dapat
minum obat
dengan teratur
- Mengungkapkan
halusinasi sudah
hilang atau
terkontrol.
22
SP 2
- Latih Klien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
minum obat
- Kontrak pertemuan
selanjutnya
SP 3
- Evaluasi jadwal
kegiatan harian Klien
- Latih Klien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP 4
- Evaluasi jadwal
kegiatan harian Klien
(Sp 1, 2, 3)
- Anjurkan klien
23
menggunakan obat
secara teratur
- Anjurkan Klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP Keluarga
- Diskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat Klien
- Jelaskan pengertian
tanda dan gejala, dan
jenis halusinasi yang
dialami KlienJelaskan
dan latih cara- cara
merawat Klien dengan
halusinasi
- Latih keluarga
melakukan cara
merawat Klien dengan
halusinasi secara
langsung
Discharge Planning
(Perencanaan Pulang)
- Anjurkan pasien untuk
rutin mengkonsumsi
obat
- Anjurkan klien untuk
kontrol ulang sesuai
dengan jadwal
- Anjuran keluarga untuk
memantau klien dan
- menemani klien
24
4.3 Implementasi dan Evaluasi
25
2 Selasa 27 Juni 2023 SP 2 S : Os mengatakan
masih mendengar
10.30 Wib Gangguan -Mengevaluasi kegiatan bisikan yang
menyuruhnya
Persepsi Sensori : harian : menghardik
tertawa
Halusinasi -Menjelaskan pentingnya O : -Mondar-mandir
Pendengaran minum obat -Melamun
-Menjelaskan kerugian jika -Berbicara sendiri
tidak minum obat -Senyum sendiri
-Menganjurkan pasien -Tertawa sendiri
A : Halusinasi belum
minum obat secara rutin dan
teratasi
teratur
P : -Evaluasi SP 1
-Menganjurkan pasien
-Optimalkan SP 2
memasukkan minum obat
-Lanjutkan SP 3
dalam jadwal
kegiatan harian pasien
26
4 Kamis 29 Juni 2023 SP 4 S : Os mengatakan
suara tersebut sudah
10.30 Wib Gangguan -Mengevaluasi jadwal
mulai hilang
Persepsi Sensori : kegiatan harian klien
O : -Kontak mata (+)
Halusinasi Pendengaran) serta mengoptimalan
Sp 1, 2, 3 -Tampak tenang
-Menganjurkan klien
-Kooperatif
menggunakan obat
-Menghardik (+)
secara teratur
-Menganjurkan Klien -Minum obat (+)
memasukkan dalam
-Mampu
jadwal kegiatan harian
bersosialisasi
dengan lingkungan
Discharge Planning
sekitar
(Perencanaan Pulang)
A : Halusinasi teratasi
-Menganjurkan pasien
sebagian
untuk rutin minum obat
P : - Evaluasi
-Menganjurkan klien
dan
untuk kontrol ulang sesuai
Optimalkan
dengan jadwal
SP 1, 2, 3 dan 4
27
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Subyektif : pasien menyendiri di kamar
Obyektif :
Tampak tenang
Kontak Mata (+)
Kooperatif
Tampak rapi dan bersih serta wangi
2. Diagnosa :
a. Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Menjelaskan isi halusinasi
3) Menjelaskan respon halusinasi
4) Menjelaskan frekuensi halusinasi.
5) Menjelaskan waktu halusinasi
B. Strategi pelaksanaan
1. Orientasi :
Salam Terapetik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya gusti yulia sari bisa di panggil gusti. Saya dari
mahasiswa Stike Medika Seramoe Barat. Saya praktek disini selama 2 minggu. Ibu namanya
siapa ? suka di panggil siapa ? “ bagaimana perasaan ibu hari ini?Apakah boleh saya bicara
sebentar sama ibu ? “ baiklah ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang halusinasi
ibu ? berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 15-30 menit saja? Setuju?, Oke’’. Besok ibu mau berbincang-bincang dimana?
Bagaimana kalau di teras saja?. 28
2. Kerja
Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang di katakan bayangan itu ?
apakah suara itu sering muncul? Pada saat apa suara itu muncul? “oh begitu ya buk, jadi
kalau suara itu muncul ibu Cuma diam dan berdo’a ya buk?” terus apalagi yang ibu
lakukan selain kedua hal itu?” “oh sering ya buk, dikatakan sering itu saat kapan saja?”
“jadi setiap hari ya buk, paling sering malem hari”, “biasanya kalau malam hari jika suara
itu muncul apa yang ibu lakukan?, apa sama seperti apa yang ibu lakukan biasanya?, oh
jadi sama saja ya buk”, “gini buk kalau suara itu tetap muncul ibu bisa melakukan seperti
yang biasanya ibu lakukan, bagaimana kalau kita besok saya tanya lagi mengenai suara-
suara yang sering ibu dengar, bagaimana?”.
3. Teriminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “Apa yang ibu lakukan jika
mendengar suara tersebut? Kapan suara itu muncul? Apa terus-terusan suara itu muncul?
“kalau bayangan itu muncul bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk belajar cara
pertama menghardik halusinasi itu ? Kira-kira kita besok bertemu jam berapa? Bagiaman
kalau Pukul 10:00 WIB? Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
meja depan saja?.
29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
C. Proses Keperawatan
4. Kondisi Pasien
Subyektif : pasien menyendiri di kamar
Obyektif :
Tampak tenang
Kontak Mata (+)
Kooperatif
Tampak rapi dan bersih serta wangi
5. Diagnosa :
b. Halusinasi Pendengaran
6. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
6) Bina hubungan saling percaya.
7) Menjelaskan isi halusinasi
8) Menjelaskan respon halusinasi
9) Menjelaskan frekuensi halusinasi.
10) Menjelaskan waktu halusinasi
D. Strategi pelaksanaan
4. Orientasi :
Salam Terapetik
Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya gusti yulia sari bisa di panggil gusti. Saya dari
mahasiswa Stike Medika Seramoe Barat. Saya praktek disini selama 2 minggu. Ibu namanya
siapa ? suka di panggil siapa ? “ bagaimana perasaan ibu hari ini?Apakah boleh saya bicara
sebentar sama ibu ? “ baiklah ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang halusinasi
ibu ? berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 15-30 menit saja? Setuju?, Oke’’. Besok ibu mau berbincang-bincang dimana?
Bagaimana kalau di teras saja?. 30
5. Kerja
Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang di katakan bayangan itu ?
apakah suara itu sering muncul? Pada saat apa suara itu muncul? “oh begitu ya buk, jadi
kalau suara itu muncul ibu Cuma diam dan berdo’a ya buk?” terus apalagi yang ibu
lakukan selain kedua hal itu?” “oh sering ya buk, dikatakan sering itu saat kapan saja?”
“jadi setiap hari ya buk, paling sering malem hari”, “biasanya kalau malam hari jika suara
itu muncul apa yang ibu lakukan?, apa sama seperti apa yang ibu lakukan biasanya?, oh
jadi sama saja ya buk”, “gini buk kalau suara itu tetap muncul ibu bisa melakukan seperti
yang biasanya ibu lakukan, bagaimana kalau kita besok saya tanya lagi mengenai suara-
suara yang sering ibu dengar, bagaimana?”.
6. Teriminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “Apa yang ibu lakukan jika
mendengar suara tersebut? Kapan suara itu muncul? Apa terus-terusan suara itu muncul?
“kalau bayangan itu muncul bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk belajar cara
pertama menghardik halusinasi itu ? Kira-kira kita besok bertemu jam berapa? Bagiaman
kalau Pukul 10:00 WIB? Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
meja depan saja?.
31
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
33
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
E. Proses Keperawatan
7. Kondisi Pasien
Subyektif : pasien Mengatakan bisikan tersebut sudah mulai hilang
Obyektif :
Tampak tenang
Kontak Mata (+)
Kooperatif
Tampak rapi dan bersih serta wangi
8. Diagnosa :
c. Halusinasi Pendengaran
9. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
11) Mengevaluasi terhadap klien cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan.
12) Mengajarkan SP 4, mengevaluasi Sp 1, 2, 3 dan melanjutkan Discharge Planning (kegiatan
perencanaan pulang).
13) Menganjurkan minum obat secara teratur.
14) Menjelaskan manfaat minum obat dan menjelaskan kerugian jika tidak minum obat.
F. Strategi pelaksanaan
7. Orientasi :
Salam Terapetik
Selamat pagi, bagaimana ibu hari ini ? masih ingat dengan saya ? apa suara itu masih muncul
? sesuai janji kita kemarin. Hari ini kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang keempat, bagaimana ibu bisa kita lanjutkan ? baiklah ibu sekitar 30 menit yang di meja
makan kemarin.
34
8. Kerja
Apa ibu masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah saya ajarkan dulu ? Coba ibu
lakukan salah satu cara nya? Bagus sekali ibu masih ingat. Sekarang kita akan belajar cara
keempat, cara nya adalah ibu mengkomsumsi obat secara teratur dan sesuai dosis serta
waktu meminumnya, Obat ibu ada Lodomer tablet warna biru cara komsumsi nya 2 kali
sehari pagi sama sore ibu. Selanjutnya ada Respirex Syrup juga 2 kali sehari pagi dan sore,
jika ibu tidak rutin dan teratur mengkomsumsi obat maka bisikan-bisikan itu bisa muncul
kembali, dan akan berulang kembali dirawat disini.
Coba ibu sebutkan apa itu halusinasi, coba ibu lakukan salah satu cara mengontrol
halusinasi yang sudah kita pelajari dulu untuk ibu lakukan dirumah nantinya. Bagus sekali
ibu masih ingat cara mengontrol nya. Nah sekarang coba bapak sebutkan keuntungan
minum obat secara teratur. Kerugiannya jika tidak minum obat secara teratur, kerugian nya
jika tidak minum obat secara teratur apa ibu? Alhamdulillah ibu sudah mulai faham. Jadi
komsumsi obat secara teratur dan rutin ya ibu.
9. Teriminasi
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang dan mengulang latihan yang dulu
pernah kita lakukan, serta diskusi kita tentang obat? Alhamdulillah ibu senang dan mau
mengkomsumsi obat secara teratur. Cara keempat ini tidak boleh putus ibu lakukan yaitu
harus mengkomsumsi obat secara teratur ya, dan juga ibu jangan sering melamun atau
menyendiri. Semoga Allah SWT Memberikan ibu kesembuhan amin.
Evaluasi Objektif
Coba lakukan lagi salah satu mengontrol halusinasi, Wah.. Bagus ibu masih bisa
melakukan dan ingat cara nya. Baiklah bapak saya pamit dulu Assalamualaikum ibu.
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Nanti saat ibu sudah diperbolehkan pulang kerumah jangan lupa komsumsi obat secara
teratur dan ketika bisikan itu datang lagi ibu langsung menghardik nya dengan salah satu
cara yang sudah kita pelajari dulu dan ibu juga harus kontrol ulang nanti jika sudah boleh
pulang kerumah.
35
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
36
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
37
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
38
ANALISA PROSES INTERAKSI (API)
39
K : Iya, saya sering
beraktivitas untuk
mengalihkan
bisikan – bisikan
tersebut.
40
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah suatu gejala atau perilaku manusia yang sering
dikaitkan dengan gangguan yang mendasarinya, termasuk persepsi dan perilaku yang
tidak wajar dan Kesehatan jiwa yaitu suatu keadaan seseorang yang sehat secara
emosional, psikologi, serta sosial yang ditandai dengan merasa bahagia, mampu
menerima kekecewaan dengan baik, dan mudah merasa puas terhadap hasil yang
didapatkan. Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu
Halusinasi. Asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien berfokus pada
masalah yang di alami yaitu halusinasi. Setelah dilakukan pertemuan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan yang diberikan yaitu Strategi Pelaksanaan ( SP )
Halusinasi.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini, dan diharapkan bagi pasien serta keluarga pasien dapat mengontrol
penyakit kembali ke pelayanan kesehatan dan mengkonsumsi obat dengan benar.
41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun
Kesehatan RI.
Jiwa.Jakarta: Depkes.
Hawari, Dadang. 2020. Skizoprenia Pendekatan Holistik (BPSS). ED. 3. Jakarta : Fakultas
Iscaacs, Ann. 2012. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (B. Monica (ed.)). CV ANDI OFFSET.
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
42