Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET

PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE YANG MENJALANI


HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISA
RSUD CUT NYAK DHIEN
MEULABOH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Medika Seramoe Barat

OLEH

SARAH FARADILLA
18010013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MEDIKA SERAMOE BARAT
MEULABOH
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Chronic kidney disease (CKD) merupakan kegagalan dalam fungsi ginjal

untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan elektrolit akibat

kerusakan sruktur ginjal yang progresif (muttaqin, 2011). Chronic kidney disease

adalah masalah kesehatan pada masyarakat global dengan prevalensi dan insiden

yang meningkat. Kasus ini meningkat sebanyak 8% setiap tahunnya, 6-20 juta

orang penduduk amerika serikat diperkirakan mengalami CKD fase awal. Jepang

dan Asia tercatat sebagai Negara yang memiliki populasi CKD tahap akhir

tertinggi di dunia yaitu sebanyak 1.800 kasus per juta penduduk, serta 220 kasus

per tahunnya (Dharma, 2015).

Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan secara

global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik

(Ratnawati dalam Rostanti, 2016). Prevalensi populasi gagal ginjal kronik di

Amerika Serikat di Negara industri pada stadium 4 atau 5 sebesar 0,4%. Variasi

insiden dan prevalensi gagal ginjal kronik pada stadium 5 yang diberikan terapi

sangat tinggi terutama di Negara industri. Data World Health Organizations

(WHO) pada tahun 2014 menyebutkan kematian akibat CKD di Indonesia

mencapai 2,93% populasi atau sekitar 41.000 orang (Amiranti, 2015).

2
Berdasarkan data Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi End Stage

Renal Disease di indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi di Sulawesi

Tengah sebesar 0,5%, di ikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-

masing 0,4%. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3%.

Untuk provinsi Bengkulu, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Bali,

Kalimantan Barat masing-masing 0,2%.

Menurut data PERNEFRI (2014) dari seluruh terapi pengganti ginjal,

hemodialisa merupakan pelayanan kesehatan terbanyak bagi penderita GGK

yaitu sebesar 82%. Jumlah penderita GGK dengan hemodialisa di Indonesia

mengalami peningkatan. Berdasarkan data Indonesia Renal Registry PERNEFRI

(2014), sebanyak 91% pasien gagal ginjal konik tahap akhir melakukan terapi

hemodialisa. Di Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 15.353 penderita GGK baru

yang menggunakan terapi hemodialisa, tahun 2012 sebanyak 19.621 orang, tahun

2013 sebanyak 15.128 orang, dan pada tahun 2014 sebanyak 17.193 orang. Data

Indonesia Renal Registry (IRR) dari 249 renal unit yang melaporkan, bahwa

tercatat 30.554 pasien aktif menjalani hemodialisa pada tahun 2015

(Kementerian RI, 2017).

Angka kematian pasien GGK yang menjalani hemodialisa pun

meningkat, pada tahun 2011 sebanyak 2.476 pasien dan pada tahun 2012

sebanyak 3.332 pasien (PINEFRI, 2012). Penyebab utama kematian adalah

penyakit Kardiovaskuler sebanyak 49%, Sepsis 12%, Serebrovaskuler 10% dan

3
lainnya tidak diketahui karena tidak meninggal di rumah sakit 29% (PINEFRI,

2014).

Diet merupakan salah satu factor penting dalam penatalaksanaan pasien

GGK yang menjalani hemodialisa. Diet beragantung pada ferkuensi dialisi, sisa

funsi ginjal dan ukuran berat badan, pengaturan diet bertujuan untuk menghindari

penumpukan produk sisa metabolism protein, menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit serta memenuhi kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi optimal

(Almastsier, 2013).

Kepatuhan diet dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi diatas.

Factor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu predisposisi factors yang

terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan dan keyakinan), factor enabling

factors (pendukung) yaitu informasi, pelayanan kesehatan dan factor pendorong

(reinforching factors) terdiri dari dukungan keluarga, dukungan sosial dan

tingkat ekonomi (Notoatmodjo, 2014). Dukungan keluarga merupakan suatu

bentuk perilaku yang dilakukan oleh keluarga kepada penderita GGK. Dukungan

keluarga meliputi dukungan instrumental, informasional, emosional, dan

penilaian (Friedman, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet Pasien

chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa di instalasi hemodialisa

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh”.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka

perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani

Hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap

Kepatuhan Diet Pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani

Hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien chronic kidney

disease yang menjalani hemodialisa di instalasi hemodialisa RSUD

Cut Nyak Dhien Meulaboh.

2. Untuk mengetahui dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien

chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa di instalasi

hemodialisa RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

diet pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa di

instalasi hemodialisa RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

Anda mungkin juga menyukai