Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal adalah organ yang berperan penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh,
elektrolit, dan asam-basa dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit,
dan nonelektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Ginjal juga
mengeluarkan produk sisa metabolisme (misal urea, kreatinin, dan asam urat) dan
zat kimia asing (Price dan Wilson, 2006). Ginjal menjalankan fungsi multipel, salah
satu diantaranya adalah ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing
termasuk toksin melalui proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi oleh nefron yang
merupakan unit fungsional terkecil ginjal (Guyton dan Hall, 2008). Ketika fungsi ginjal
mengalami kegagalan maka akan menimbulkan keadan yang disebut sebagai uremia
serta dapat menyebabkan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) (Price, 2015).
CKD (Chronic Kidney Desease) adalah penyakit yang terjadi penurunan
fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi GFR < 60 ml/min/1,73 m2
selama > 3 bulan. Diperkirakan tahun 2025 di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur
Tengah serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang, hal tersebut dipengaruhi oleh
factor pertumbuhan penduduk, peningkatan proses penuaan, urbanisasi, obesitas
dan gaya hidup tidak sehat. Penyakit ini terjadi secara progresif dan irefersible yang
dapat disebabkan karena faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit seperti:
diabetus, hipertensi dan penyakit metabolik lain yang dapat menurunkan gangguan
fungsi ginjal. Selain itu, penyalahgunaan obat analgetik dan anti inflamasi non steroid
selama bertahun-tahun dapat memicu risiko terjadinya CKD. Pada Tahun 2017
tercatat 69,75 juta kasus CKD pada semua tahap, dengan prevalensi global sebesar
9,1 %. Secara global pada semua usia, prevalensi usia standar tetap stabil (Global
Burden Disease, 2020).
CKD stadium awal sering tidak terdiagnosis, sementara CKD stadium akhir
yang disebut juga gagal ginjal memerlukan biaya perawatan dan penanganan yang
sangat tinggi untuk hemodialisis atau transplantasi ginjal. Penyakit ini baik pada
stadium awal maupun akhir memerlukan perhatian. Penyakit ginjal kronik juga
merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Kematian akibat penyakit
kardiovaskuler pada CKD lebih tinggi daripada kejadian berlanjutnya CKD stadium
awal menjadi stadium akhir (Delima et al., 2017). Menurut WHO (2018) gagal ginjal
kronik adalah masalah kesehatan, terdapat 1/10 penduduk dunia diidentikkan dengan
penyakit ginjal kronis dan diperkirakan 5 sampai 10 juta kematian pasien setiap
tahun, dan diperkirakan 1,7 juta kematian setiap tahun karena kerusakan ginjal akut.
Prevalensi CKD (Chronic Kidney Desease) di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 499.800 orang (0,2%), dalam lima tahun pada tahun 2018 tercatat
peningkatan menjadi sebanyak 713.783 orang (0,38%). Prevalensi terendah di
propinsi Sulawesi Barat 0,18% dan tertinggi di Kalimantan Utara 0,64% (Riskesdas,
2018). Berdasarkan data yang di peroleh dari USRDS (United states Real Data
System) pada tahun 2014 angka insiden adanya ESRDS meningkat dari tahun 2011
sebanyak 111.209 orang , tahun 2012 sebanyak 112.596. Data IRR 2016
mendapatkan pasien baru anak usia 1-14 tahun sebanyak 0,41%, turun dari 0,63%
pada tahun 2015. Terdapat beberapa penatalaksanaan terhadap penyakit CKD
pada stadium akhir atau ESRD yaitu terapi pengganti ginjal dan salah satunya
adalah hemodialisis.
Hemodialisis (HD) adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan
air dari darah, sama halnya seperti fungsi ginjal dalam tubuh. Sehingga prosedur ini
bisa disebut sebagai pengganti ginjal yang sudah rusak. Selain melakukan
penyaringan dan mengeluarkan toksin-toksin tubuh, hemodialisis turut membantu
menyeimbangkan mineral penting, seperti kalsium, kalium, dan natrium serta
mengontrol tekanan darah. Hemodialisis dibutuhkan oleh pasien yang mengidap
penyakit jantung kronis, atau gagal ginjal. Disamping itu, dokter juga akan
melakukan hemodialisis apabila tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien perlu
menjalaninya.
Hemodialisis merupakan perawatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas hidup pengidap gangguan ginjal, namun tidak bisa menyembuhkan
gangguan ginjal. Hemodialisis (HD) bukan pilihan yang tepat untuk anak usia 5 tahun
karena akan ada dampak yang buruk terhadap anak contohnya psikososial,
emosional, financial dan pada keluarga anak itu sendiri. Untuk anak usia dibawah 2
tahun dan Berat badan dibawah 10 kg pilihan utamanya Peritoneal Dialysis (PD).
Pelaksanaan hemodialisis pada anak membutuhkan tim yang terdiri dari ahli ginjal,
perawat, pekerja sosial, administrasi, dan ahli gizi yang memiliki pelatihan dan
keahlian dalam dialisis dan ilmu pediatri.
Dalam sebuah paparan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa
ganguan CKD pada anak di Rumah sakit seluruh Dunia sekitar 33,7%, dengan angka
kematian anak sekitar 13,8%. Di Amerika Serikat pada tahun 2015 ada sekitar 1.399
anak mengalami gagal ginjal dan 9.800 anak mengidap gangguan ginjal kronik. Untuk
di Indonesia sendiri menurut data RSUD Kariadi, terdapat 566 pasien gangguan
ginjal selama periode 2015-2017, sebesar 37,6% diantaranya anak-anak usia 5-12
tahun, 29,3% anak balita dan 29% anak remaja. Melalui pengamatan awal pasien
CKD pada anak di Ruang Malahayati dari tahun 2019 hingga Juli 2023 didapatkan
sebanyak 35 anak.
Pada umumnya, pasien dewasa yang rutin hemodialisis memiliki mental
psikologi yang kuat dibandingkan dengan anak-anak usia 0-12 tahun. Sebagai orang
tua harus tahu tentang gejala gangguan ginjal pada anak diantaranya adanya
pembekakan, adanya darah dalam urine, sesak nafas dan lain sebagainya. Cara
untuk mencegah gangguan tersebut dengan cara mencegah dehidrasi pada anak
terutama ketika diare atau muntah-muntah, konseling genetik, melakukan
pemeriksaan secara rutin, menghindari konsumsi obat-obatan yang berlebihan tanpa
adanya rekomendasi dari dokter. Pasien anak yang menjalani hemodialisis harus
segera ditangani dan diberikan asuhan keperawatan yang tepat dan profesional
sehingga dapat segera menyelesaikan masalah yang dapat mengancam kehidupan
pasien. Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien anak yang menjalani hemodialisis, serta diharapkan tidak
hanya terhadap keadaan fisik pasien tetapi juga psikologis pasien. Berdasarkan data
tersebut penulis tertarik membuat tugas akhir Pelatihan Dialisis dengan judul Asuhan
Keperawatan CKD pada Anak yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Malahayati
RSUD dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada
Anak yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien CKD (Chronic Kidney
Disease) pada Anak yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar
Provinsi Jawa Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah :
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada
Anak yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.
2. Mampu melakukan analisa data pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada
Anak yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.
3. Mampu menetukan diagnosa pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada Anak
yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.
4. Mampu melakukan implementasi pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada
Anak yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.
5. Mampu melakukan evaluasi pasien CKD (Chronic Kidney Disease) pada Anak
yang yang menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Institusi
Mampu mengembangkan hasil dari Teori penelitian dalam hal
menanganan gangguan ginjal pada anak dapat dijadikan suatu tolak ukur
serta upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
1.4.2 Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas dan professional pada pasien anak yang
sedang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Provinsi Jawa
Timur.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mampu mengenal dan melakukan pencegahan untuk
menghindari gangguan ginjal pada anak sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai