Nama Kelompok:
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak
Sakit Kronis dan Terminal. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Asuhan Keperawatan pada anak dengan gagal ginjal kronis bagi para pembaca dan juga penulis.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kelompok sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
3
elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno Sulystianingsih,
2018).
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan masalah
kesehatan yang penting mengingat selain insiden dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal merupakan
pengobatan yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita
gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai terapi pengganti karena
berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang sering dilakukan adalah
hemodialisis dan peritonealialisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama
dan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis (Arliza
dalam Nita Permanasari, 2018).
Populasi paling sedikit 6 % dari populasi dewasa di Amerika Serikat mengidap
penyakit ginjal kronik stadium 1 dan 2. Sebagian dari kelompok ini akan berlanjut ke stadium-
stadium penyakit ginjal kronik yang lebih berat. Sebanyak 4,5% dari populasi Amerika Serikat
diperkirakan mengidap penyakit ginjal kronis stadium 3 dan 4. Kausa tersering penyakit ginjal
kronis adalah nefropati diabetikum, terutama akibat diabetes melitus tipe 2. Nefropati
hipertensif adalah penyebab penyakit ginjal kronis yang sering dijumpai pada usia lanjut
karena iskemia kronik pada ginjal akibat penyakit renovaskuler pembuluh kecil dan besar
dapat berlangsung tanpa disadari. Nefrosklerosis progresif akibat penyakit vaskuler adalah
padanan ginjal untuk proses yang sama yang menyebabkan penyakit jantung koroner dan
penyakit serebrovaskuler (Harrison, 2013: 107).
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan pada tahun 2013 populasi diatas 15
tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan
prevalensi PGK (Penyakit Ginjal Kronik) di negaranegara lain. Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara masingmasing 0,4 % (Infodatin, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) penyebab kematian terbesar terbesar di
dunia adalah penyakit jantung iskemik, bertanggung jawab atas 16% dari total kematian dunia.
Sejak tahun 2000, peningkatan kematian terbesar adalah untuk penyakit ini, meningkat lebih
dari 2 juta menjadi 8,9 juta kematian pada tahun 2019.Selanjutnya Stroke dan penyakit paru
obstruktif kronik adalah penyebab kematian ke-2 dan ke-3, Sementara Chronic kidney disease
(CKD) mengalami peningkatan dari urutan ke-13 penyebab kematian menjadi urutan ke-10.
Kematian meningkat dari 813.000 pada tahun 2000 menjadi 1,3 juta pada tahun 2019.
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan gagal ginjal kronik yaitu
Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung meningkat, Kelebihan volume
cairan yang berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan ginjal, Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
4
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status cairan dan Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan (Pranata &
Prabowo (2014) dan Margareth (2012).
Peran perawat dalam pengobatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik khusunya
pada anak adalah perawat bertanggung jawab memberikan penyuluhan kepada keluarga
mengenai penyakit, implikasi dan rencana terapi, kemungkinan efek psikologis penyakit dan
penanganannya karena pada remaja yang sangat membutuhkan kemandirian dan cenderung
memberontak, biasanya kurang beradaptasi dengan baik. Mereka marah karena dikendalikan
dan dipaksa bergantung pada program terapi yang keras dan tidak dapat ditawar. Selain itu
perawat berperan dalam pembatasan diet pada anak dan memberi kesempatan anak terutama
remaja untuk berpartisipasi atas program terapinya sendiri, dikarenakan pembatasan diet
terutama membebani anak dan orangtua. Anak akan merasa diabaikan ketika mereka tidak
boleh memakan makanan yang tadinya sangat disukai sedangkan anggota keluarga yang
lainnya boleh memakan makanan tersebut. Beberapa anak yang tidak memahami tujuan
pembatasan makanan, akan mencuri-curi makanan yang dilarang dalam setiap kesempatan,
untuk itu harus diberikan kesempatan pada anak untuk berpartisipasi dalam program terapinya
sendiri (Wong, dkk, 2009: 1200).
1.2 TUJUAN
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan filosofi, konsep holistik dan proses keperawan kritis pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronis pada anak.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori Gagal Ginjal Kronis pada anak.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan Gagal Ginjal Kronis pada anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Gagal ginjal pada bayi dan anak sering terjadi akibat anomaly ginjal atau
traktus urinarius congenital seperti hipoplasia atau dysplasia ginjal, penyakit
ginjal kistik dan kelainan ureter, katup vesikoureter dan uretra. Refluks
vesikoureter bertekanan tinggi akibat obstruksi dapat menghancurkan ginjal
in utero. Refluks minor akibat inkompetensi katup vesikoureter pun mampu
menambah kerentanan terhadap infeksi ginjal, dan pielonefritis berulang
dengan parut ginjal merupakan penyebab gagal ginjal kronik yang lazim
pada anak semua usia. Neurogenik bladder, suatu masalah lazim pada anak
dengan spina bifida, kadang-kadang disertai dengan cedera ginjal berat
karena refluks dan infeksi. Penyakit glomerulus tidak lazim ditemukan pada
masa bayi tetapi merupakan penyebab gagal ginjal yang semakin sering
sesudah usia beberapa tahun pertama. Ginjal juga dapat ikut terkena pada
penyakit sistemik, seperti lupus atau sindrom hemolitik-uremik. Kadang-
kadang penyebab gagal ginjal kronik pada anak adalah nekrosis korteks
karena anoksia ginjal, obat nefrotoksik, dan racun serta kesalahan
metabolisme bawaan seperti sistinosis dan hipereoksaluria kongenital
(Rudolph, dkk 2014: 1478).
a. Anatomi Ginjal
Ginjal (kidney) merupakan organ yang berguna dalam produksi urine dan
mengeluarkan urine dari dalam tubuh. Ginjal melakukan fungsi yang paling
penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dan filtrat pada
7
kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal
membuang zat yang tidak diinginkan dengan cara filtrasi darah dan
kembali ke dalam darah. Pada orang dewasa, panjang ginjal kira – kira 11 cm
dengan lebar 5 –7.5 cm dan tebalnya 2.5 cm dan beratnya sekitar 150 gram.
Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di area retroperitoeal, pada bagian
penyokong yang disebut fasia gerota serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang
relatif normal.
muntah
bahan
Ginjal terdiri atas tiga area yaitu korteks, medulla dan pevis.
a) Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah
pada korteks.
b) Medulla
18 buah.
c) Pelvis
Wartonah, 2015).
renalis. Vena renalis terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena
arteriol aferen.
c. Fisiologi Ginjal
Kapiler - kapiler glomerulus dilapisi oleh sel - sel epitel dan seluruh
mengatur fungsi nefron. Setelah itu dari tubulus distal, urin menuju
hal ini berarti seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam
puluh lima kali oleh ginjal setiap harinya. Apabila semua yang
difiltrasi menjadi urin, volume plasma total akan habis melalui urin
dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya
yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh. Perpindahan zat - zat dari
170 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, 178,5 liter diserap kembali
dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir melalui pelvis renalis dan
keluar sebagai urin. Secara umum, zat - zat yang masih diperlukan
tubulus. Sekresi tubulus merupakan rute kedua bagi zat - zat dalam
darah merah.
dari metabolisme protein dan asam urat dari uraian DNA. Dua produk
sisa dalam darah yang dapat diukur adalah Blood Urea Nitrogen
sensor dalam
suatu penyakit, ginjal akan menahan sebanyak mungkin air dan urin
adalah jauh lebih encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol
4. Patofiologi
Menurut Pranata & Prabowo (2014) dan Harrison (2013) Gagal ginjal
kronis seringkali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga
merupakan penyakit sekunder. Penyebab yang sering adalah diabetes melitus
dan hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lain dari gagal ginjal kronis
yaitu penyakit glomerular kronis (glomerulonefritis), infeksi kronis
(pyelonefritis kronis, tuberculosis), kelainan kongenital (polikistik ginjal),
penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis), obstruksi saluran kemih
(nephrolithisis), penyakit kolagen (systemik lupus erythematosus) dan obat-
obatan nefrotoksik (aminoglikosida). Pada awalnya beberapa penyakit ginjal
15
terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis yang
lain menyerang tubulus ginjal atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada
parenkim ginjal (nefrosklerosis) sehingga menyebabkan suplai darah ke ginjal
turun maka laju filtrasi glomerulus menurun sehingga menyebabkan
seseorang menderita gagal ginjal kronis, akibatnya sekresi protein terganggu,
retensi natrium dalam darah, dan sekresi eritropoetin turun. Bila proses
penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya
hancur dan diganti dengan jaringan parut. Bila nefron terserang penyakit,
maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap
bekerja normal. Uremia akan terjadi bila jumlah nefron sudah sangat
berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat
dipertahankan lagi.
Edema paru
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan
kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan
sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan
oleh gagal ginjal kronis menurut Pranata & Prabowo (2014: 198).
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi,mulut
kering, penurunan turgor kulit, kelemahan, dan mual kemudian
terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang
hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan
iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan
cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis
metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine
output dengan sedimentasi yang tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, gagal jantung, edema periorbital dan
edema perifer.
3. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi, dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis. Kejadian sekunder biasanya
mengikuti seperti anoreksia, nausea, dan vomiting.
4. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
Selain itu biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,
petechie, dan timbunan urea pada kulit.
5. Neurologis
6. Endokrin
6. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnoasa gagal ginjal kronis (Pranata & Prabowo, 2014: 201):
a. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan
kreatinin plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui
fungsi ginjal adalah dengan analisa creatinine clearance (klirens
kreatinin). Selain pemeriksaan fungsi gnjal (renal function test),
pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakukan untuk
mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai
bentuk kinerja ginjal.
b. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada
ginjal atau ada/ tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada
jaringan parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi ginjal
Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan
informasi yang mendukung untuk menegakkan diagnosa gagal
ginjal. Pada klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya
obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari
20
ginjal pun akan terlihat.
7. Penatalaksanaan
Menurut Wong, dkk (2009) Pada gagal ginjal yang bersifat ireversibel,
tujuan penatalaksanaan medis antara lain meningkatkan fungsi ginjal sampai
taraf maksimal, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
batas biokimiawi yang aman, mengobati komplikasi sistemik dan
meningkatkan kualitas kehidupan hingga taraf seaktif dan senormal mungkin
bagi anak tersebut.
a. Pengaturan diet
Tujuan diet pada gagal ginjal adalah memberikan kalori dan protein
yang cukup bagi pertumbuhan anak sekaligus membatasi kebutuhan
ekskresi pada ginjal, meminimalkan penyakit tulang metabolik, dan
meminimalkan gangguan cairan dan elektrolit.
Asupan natrium dan air biasanya tidak dibatasi kecuali bila terdapat
gejala edema dan hipertensi, dan asupan kalium umumnya tidak
dibatasi.
Asupan fosfor harus dikendalikan melalui pengurangan asupan protein
dan susu untuk mencegah atau mengoreksi gangguan keseimbangan
kalsium atau fosfor. Kadar fosfor dapat dikurangi lebih lanjut dengan
pemberian karbonat per oral yang berikatan dengan fosfor
menurunkan absorpsi gastrointestinal dan menurunkan kadar fosfat
serum.
b. Penatalaksanaan teknologik gagal ginjal
1. Dialisis
Dialisis merupakan proses pemisahan substansi koloid dan
kristaloid dalam larutan berdasarkan perbedaan laju difusi melalui
membrane semipermeabel. Metode dialisis yang kini tersedia
22
adalah dialisis peritoneal dengan rongga abdomen berfungsi
sebagai membran semipermeabel yang dapat dilalui oleh air dan zat
terlarut yang ukuran molekulnya kecil; hemodialisis yaitu darah
yang disirkulasikan diluar tubuh melalui membrane buatan yang
memungkinkan alur yang sama untuk air dan zat terlarut;
hemofiltrasi yaitu filtrat darah yang disirkulasi di luar tubuh dengan
diberi tekanan hidrostatik melintasi membran semipermeabel
sambil pada saat yang bersamaan dimasukkan larutan pengganti.
2. Transplantasi
Transplantasi memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalani hidup yang relative normal dan merupakan bentuk terapi
pilihan untuk anak-anak yang menderita gagal ginjak kronik. Ginjal
untuk ditransplan diperoleh dari dua sumber yaitu donor kerabat
yang masih hidup (living related donor/ LDR) yang biasanya
berasal dari orangtua atau saudara kandung, atau donor kadaver,
yaitu yang berasal dari pasien yang sudah meninggal atau yang
sudah mengalami kematian otak yang keluarganya yang menyetujui
untuk menyumbangkan organ ginjal yang sehat tersebut. Tujuan
utama transplantasi adalah kelangsungan hidup jaringan yang
dicangkokkan dalam jangka waktu lama dengan melindungi
jaringan yang secara antigen serupa dengan jaringan yang terdapat
pada resipien dan dengan menekan mekanisme imun resipien.
Menurut Lemone, dkk (2014: 1068) mengatakan bahwa dalam
mempertahankan nutrisi yang cukup dan mencegah kekurangan gizi
kalori protein adalah fokus penatalaksanaan nutrisi selama tahap
awal gagal ginjal kronik. Saat fungsi ginjal menurun, eliminasi air,
zat terlarut, dan sisa metabolik rusak. Akumulasi zat sisa ini dalam
tubuh memperlambat perkembangan kerusakan nefron,
menurunkan gejala uremia, dan membantu mencegah komplikasi.
Tidak seperti karbohidrat dan lemak, tubuh tidak dapat
menyimpan kelebihan protein. Protein dalam makanan yang tidak
dipakai dipecah menjadi urea dan sisa nitrogen lainnya, yang
kemudian dieliminasi oleh ginjal. Makanan kaya protein juga
mengandung ion anorganik seperti ion hydrogen, fosfat, dan sulfit
yang dieliminasi oleh ginjal. Asupan protein harian 0,6 g/kg
berat badan tubuh atau sekitar 40 g/hari untuk rata-rata pasien
pria, memberikan asam amino yang dibutuhkan untuk perbaikan
23
jaringan. Protein harus mempunyai nilai biologis tinggi, kaya asam
amino esensial. Asupan karbohidrat ditingkatkan untuk
mempertahankan kebutuhan energi dan memberikan sekitar 35
kkal/kg per hari.
Asupan air dan natrium diatur untuk mempertahankan volume
cairan ekstraseluler pada kadar normal. Asupan air 1-2 L per hari
biasanya dianjurkan untuk mempertahankan keseimbangan air.
Natrium dibatasi hingga 2 g per hari pada awalnya. Batasan air dan
natrium yang lebih ketat dapat dibutuhkan pada saat gagal ginjal
memburuk. Pasien diinstruksikan untuk memonitor berat badan tiap
hari dan melaporkan kenaikan berat badan lebih dari 2,3 kg selama
periode 2 hari.
Pada stadium 4 dan 5, asupan kalium dan fosfor juga dibatasi.
Asupan kalium dibatasi hingga kurang dari 60 hingga 70 mEq/hari
(asupan normal dalam sekitar 100 mEq/ hari). Pasien diperingatkan
untuk menghindari pemakaian pengganti garam. Yang biasanya
berisi kadar kalium klorida tinggi. Makanan tinggi fosfor mencakup
telur, produk susu, dan daging.
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang
mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan
hemoglobin.
Menurut Pranata & Prabowo (2014: 204) Pengkajian pada klien gagal
ginjal kronis sebenarnya hampir sama dengan klien gagal ginjal akut,
namun disini pengkajian lebih penekanan pada support system untuk
mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak
optimalnya/ gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya
kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini
berlanjut (kronis) maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis
yang menandakan gangguan system tersebut. Berikut ini adalah
pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis:
1. Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-
laki sering memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari
insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.
2. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun
(oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan
muntah, napas berbau urea. Kondisi ini dipicu oleh penumpukan zat
sisa metabolisme toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis kaji onset penurunan urine
output, penurunan kesadaran, kelemahan fisik, perubahan pola napas
karena komplikasi dari gangguan system ventilasi, fatigue, perubahan
fisiologis kulit, bau urea pada napas.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab. Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegasan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK
(Infeksi Saluran Kemih), payah jantung, penggunaan obat berlebihan
khususnya obat yang bersifat nefrotoksik, BPH (Benigna Prostat
Hiperplasia) dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
25
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun,
pencetus sekunder seperti DM (Diabetes Melitus) dan hipertensi
memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien dengan gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue),
tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan
TTV sering didapatkan RR meningkat, hipertensi/ hipotensi sesuai
dengan kondisi fluktuatif.
7. Sistem pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/
alkalosis respirat orik maka kondisi pernapasan akan mengalami
patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan dalam sebagai
bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi.
8. Sistem hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi
jantung, nyeri dada, dyspneu, gangguan irama jantung dan gangguan
sirkulasi lainnya.
9. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorpsi, dan sekresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai
pada anuria (tidak adanya urine output).
10. System pencernaan
B. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada pasien dengan penyakit ginjal
konsentrasi hb (D.0009).
(D.0011)
B. Perencanaan
menghindari kulit
terbakar
3.12. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah,
antikoagulan,dan
penurun kolestrol,
jika perlu
3.13. Anjurkan minum obat
pengontrl tekanan
darah secara teratur
3.14. Anjurkan
menggunakan obat
penyekat beta
3.15. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi ( mis.
Rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
3.16. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
Pemantauan Cairan
(I.03121).
Observasi
8.1. Monitor frekuensi dan
kekuatas nadi
8.2. Monitor frekuensi
napas
8.3. Monitor tekanan darah
8.4. Monitor berat badan
8.5. Monitor waktu
pengisian kapiler
8.6. Monitor elastisitas
atau turgor kulit
8.7. Monitor jumlah,
warna dan berat jenis
urine
8.8. Monitor kadar
albumin dan protein
total
8.9. Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium,
BUN)
8.10. Monitor intake dan
output cairan
8.11. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
(mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urin
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
8.12. Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia
36
memelihara berat
badan, jika sesuai
10.18. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
10.19. Fasilitasi aktivitas
dengan komonen
memori implisit dan
emosional (mis.
Kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia
10.20. Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
10.21. Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan
kecemasan (mis. vocal
group, bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang, tugas
sederhana, permainan
sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
10.22. Libatkan keluarga
dalam aktivitas,
jika perlu
10.23. Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
10.24. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
10.25. Jadwalkan aktvitas
dalam rutinitas
seharihari
10.26. Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
40
11.19.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
(I.08243).
Observasi
12.1. Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
12.2. Identifikasi riwayat
alergi obat
12.3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
narkotika, non-
narkotik, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
12.4. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
12.5. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesik optimal,
jika perlu
12.6. Perimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
12.7. Tetapkan target
efektifitas untuk
mengoptimalkan
respons pasien
12.8. Dokumentasikan
respons terhadap Efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
12.9. Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi
43
12.10.Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgetik, sesuai
indikasi.
7. Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit Jaringan (L.14125). (I.11353).
berhubungan Ekspektasi: meningkat Observasi
dengan kelebihan Kriteria hasil: 13.1. Identifikasi penyebab
volume cairan, 1. Elastisitas gangguan integritas
sindrom uremia meningkat kulit (mis. perubahan
(D.0129). 2. Hidrasi meningkat sirkulasi, perubahan
3. Perfusi jaringan status nutrisi,
meningkat penurunan
4. Kerusakan jaringan kelembaban, suhu
menurun lingkungan ekstrem,
5. Kerusakan lapisan penurunan mobilitas)
kulit menurun Terapeutik
6. Nyeri menurun 13.2. Ubah posisis tiap 2
7. Perdarahan jam jika tirah baring
menurun 13.3. Lakukan pemijatan
8. Kemerahan pada area penonjolan
menurun tulang, jika perlu
9. Hematoma 13.4. Bersihkan perineal
menurun dengan air hangat,
10. Pigmentasi terutama selama
abnormal menurun periode diare
11. Jaringan parut 13.5. Gunakan produk
menurun berbahan petrolium
12. Nekrosis menurun atau minyak pada kulit
13. Abrasi kornea kering
menurun 13.6. Gunakan produk
14. Suhu kulit berbahan ringan/alami
membaik dan hipoalergik pada
15. Sensasi membaik kulit sensitif
16. Tekstur membaik 13.7. Hindari produk
17. Pertumbuhan berbahan dasar
rambut membaik alkohol pada kulit
kering
Edukasi
13.8. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis. lotion,
serum)
13.9. Anjurkan minum air
yang cukup
13.10.Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
44
13.11. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
13.12. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
13.13. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal 30
saat berada di luar
rumah
13.14. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-
1,5g/kgBB/hari
14.13. Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis. vitamin A,
vitami C, Zinc, asam
amino), sesuai
indikasi
14.14. Berikan terapi TENS
(stimulasi sarap
transkutaneus), jika
perlu
Edukasi
14.15. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
14.16. Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
14.17. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
14.18.Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
14.19.Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
8. Risiko Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung
Curah Jantung (L.02008). (I.02075).
ditandai dengan Ekspetasi : Meningkat Observasi
perubahan irama Kriteria Hasil : 15.1. Identifikasi
jantung (D.0011). 1. Ejection tanda/gejala primer
fraction (EF) penurunan curah
meningkat jantung (meliputi
2. Cardiac index (CI) dispnea, kelelahan,
meningkat edema, ortopnea,
3. Left ventricular paroxymal nocturnal
stroke work dyspnea, peningkatan
index (LVSWI) CVP).
meningkat 15.2. Identifikasi
4. Stroke tanda/gejala sekunder
volume index penurunan curah
(SVI) jantung (meliputi
meningkat peningkatan berat
5. Palpitasi menurun badan, hepatomegali,
6. Bradikardia distensi vena
menurun
46
D. Evaluasi
Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini merupakan masalah
kesehatan yang penting mengingat selain insiden dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan
yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal ginjal
terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan
sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang sering dilakukan adalah hemodialisis dan
peritonealialisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan metode perawatan
yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisis (Arliza dalam Nita Permanasari,
2018).
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
saya mengharapkan mendapatkan saran atau kritik yang dapat memberitahu saya menjadi
mahaiswa yang jauh lebih baik kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, C. V. (1998). Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.
Jakarta: EGC.
Anita, D. C., & Novitasari, D. (2015). KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN
CAIRAN TERHADAP LAMA MENJALANI HEMODIALISA. Prodi
Ilmu Keperawatan Universitas µ$LV\L\DK<RJ\DNDUWD, 105.
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Retrieved from
http://scholar.unand.ac.id
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2017). “Ramadhan Saat yang Tepat
untuk Mulai Berhenti Merokok” Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian
Kesehatan RI. Retrievedfrom
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/tips-
sehat/20170220/1219750/cara-berhenti-merokok-dan-manfaatnya/