Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

LEUKEMIA

Disusun Oleh :

Eliance Marpaung (214201446181)

Theresia Fransiska Agustina (214201446186)

Hanifah Ambang Fitriani (214201446188)

Zahra Azizah (214201446190)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) bagi para
pembaca dan juga penulis.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kelompok sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 April 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Anatomi Fisiologi.........................................................................................3

B. Leukemia......................................................................................................5

C. Asuhan Keperawatan.................................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

A. Kesimpulan................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia adalah jenis kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Jika
seorang anak didiagnosis menderita leukemia, maka artinya sel darah putih
dalam tubuhnya menjadi tidak normal dan tumbuh dengan cara yang tidak
terkontrol. Hal ini bisa memengaruhi kemampuan tubuh anak untuk melawan
infeksi dan penyakit lainnya. Terdapat dua jenis leukemia utama pada anak-
anak: leukemia limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloid akut (LMA).
LLA lebih umum terjadi pada anak-anak daripada LMA. Gejala leukemia
pada anak-anak bisa bervariasi, termasuk anemia, infeksi berulang, sakit perut,
demam, penurunan berat badan, dan perdarahan. (American Cancer Society,
2018).
Leukemia limfoblastik akut (LLA) menjadi jenis penyakit leukemia yang
paling banyak terjadi pada anak (American Cancer Society, 2015). Pada tahun
2016 di Amerika diperkirakan muncul 60.140 kasus baru leukemia dan sekitar
75% nya adalah kasus leukemia limfoblastik akut (American Cancer Society,
2016). Selain itu, di Cina leukemia termasuk kedalam penyakit kanker yang
paling banyak terjadi pada anak dan remaja yaitu sekitar 20 – 50 juta anak
setiap tahunnya (Wu et al., 2010). Indonesia memiliki sekitar 11.000 kasus
kanker anak setiap tahunnya dan sepertiga dari kanker anak adalah leukemia
dengan jenis terbanyak adalah LLA (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Di
negara-negara maju, insiden LLA pada anak 2-4 kali lipat dibandingkan rata-
rata insiden di negara-negara sedang berkembang. Hal ini bisa diakibatkan
oleh perbedaan faktor lingkungan, genetik, dan akurasi diagnostik.
Leukemia dapat terjadi pada anak pada usia apa pun, tetapi lebih umum
terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Anak-anak yang menderita
sindrom Down, kelainan imunodefisiensi, dan beberapa penyakit genetik
lainnya, memiliki risiko lebih tinggi terkena leukemia (Wu et al., 2010).

1
Gejala leukemia pada anak mungkin tidak muncul secara tiba-tiba, dan
sering kali sulit dideteksi. Beberapa gejala umumnya meliputi demam, infeksi
berulang, mudah memar, pendarahan, sakit kepala, kelelahan, dan penurunan
berat badan. Penting untuk mengenali gejala leukemia pada anak dan segera
mencari perawatan medis jika anak menunjukkan tanda-tanda penyakit ini.
Dengan perawatan yang tepat dan komprehensif, banyak anak-anak yang
berhasil sembuh dari leukemia (Yee, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia
limfoblastik akut.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori leukemia limfoblastik akut.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada
anak dengan leukemia limfoblastik akut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu
per dua belas berat badan atau Kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan,
sedangkan 45 % sisanya terdiri atas sel darah. Susunan darah, serum darah
atau plasma terdiri atas air 91,0 %, protein 8,0 %, mineral 0,9 %, lemak, urea,
asam urat, kreatinin, Kholesterol, dan asam amino. Sel darah terdiri atas riga
jenis yaitu eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan
trombosit atau butir beku cekung pada kedua sisinya, schingga dilihat dari
samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang
(Alcazar, 2013).
Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah dan
strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa
hemoglobin.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada jung tulang pipa
dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Rata-rata panjang
hidup darah merah kira-kira 155 hari. Hemoglobin ( Hb ) adalah protein yang
kaya akan zat besi. Jumlah Hb dalam darah normal ialah kurang lebih 15 gram
setiap 100 ml

3
darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 % “. Dalam beberapa bentuk
anemi parah, kadar itu bisa dibawah 30 % atau 5 gr setiap 100 ml. Sel darah
putth rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah
merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dari setiap mm3 darah terdapat 6.000
sampai 10.000 ( rata-rata 8.000 ) sel darah (Permono, 2018).
Sel darah putih, atau leukosit, adalah jenis sel darah yang berfungsi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Mereka memiliki peran penting
dalam melawan infeksi dan penyakit. Berikut ini adalah anatomi dan fisiologi
sel darah putih (Permono, 2018).:
1. Struktur sel darah putih: Sel darah putih memiliki struktur yang mirip
dengan sel darah merah, namun ukurannya lebih besar dan memiliki inti
sel yang jelas terlihat di dalamnya. Sel darah putih dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, termasuk limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan
basofil. Masing-masing jenis sel memiliki peran dan fungsi yang berbeda
dalam sistem kekebalan tubuh.
2. Fungsi sel darah putih: Sel darah putih berfungsi untuk melawan infeksi
dan penyakit dalam tubuh. Mereka dapat menyerang dan menghancurkan
bakteri, virus, dan benda asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Sel
darah putih juga membantu dalam proses penyembuhan luka dan
peradangan dalam tubuh.
3. Proses produksi sel darah putih: Sel darah putih diproduksi di sumsum
tulang belakang, serta limpa dan kelenjar getah bening. Produksi sel darah
putih dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti infeksi, penyakit, dan
stres.
4. Pergerakan sel darah putih: Sel darah putih dapat bergerak melalui dinding
pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan tubuh untuk melawan
infeksi. Proses ini disebut diapedesis.
5. Pengukuran jumlah sel darah putih: Jumlah sel darah putih dapat diukur
melalui tes darah. Normalnya, jumlah sel darah putih dalam tubuh antara
4.000 sampai 11.000 sel per mikroliter darah.

4
B. Leukemia
1. Definisi
Leukemia adalah jenis kanker yang menyerang sel-sel darah putih.
Jika seorang anak didiagnosis menderita leukemia, maka artinya sel darah
putih dalam tubuhnya menjadi tidak normal dan tumbuh dengan cara yang
tidak terkontrol. Hal ini bisa memengaruhi kemampuan tubuh anak untuk
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Terdapat dua jenis leukemia utama
pada anak-anak: leukemia limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloid
akut (LMA). LLA lebih umum terjadi pada anak-anak daripada LMA.
Gejala leukemia pada anak-anak bisa bervariasi, termasuk anemia, infeksi
berulang, sakit perut, demam, penurunan berat badan, dan perdarahan.
(American Cancer Society, 2018).
2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu (Permono,
2018):
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &
Yuliani, 2010).
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti.
Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Wong,
2018) yaitu:
a. Radiasi Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.

5
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
b. Faktor Leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
1) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat
yang tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan
leukemia.
2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan
obat obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
mengembangkan leukemia. Contohnya, obatobat yang dikenal
sebagai agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan
leukemia bertahun tahun kemudian.
c. Herediter Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan
oleh kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia,
yang memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang
normal. d. Virus Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi
retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
3. Manifestasi klinik
Gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat, demam, pucat,
kurang nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan nyeri tulang
dan sendi, epistaksis, rentan terhadap infeksi serta sakit kepala (Yenni,
2017). Tanda dan gejala yang muncul menurut P2PTM Kemenkes RI
Tahun 2019:
a. Pucat, lemah, nafsu makan menurun
b. Kejang sampai penurunan kesadaran
c. Pembesaran testis dengan konsistensi keras
d. Nyeri tulang
e. Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan
(epitaksis, perdarahan gusi)
f. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

6
g. Demam tanpa sebab yang jelas
Tanda dan gejala yang dapat muncul karena efek samping dari
kemoterapi terjadi karena obat-obatan kemoterapi sangat kuat dan tidak
hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat,
terutama sel yang membelah dengan cepat, misalnya: Sel rambut, sumsum
tulang belakang, kulit, mulut dan tenggorokan serta saluran pencernaan.
Akibatnya adalah rambut rontok, hemoglobin, trombosit, dan sel darah
putih berkurang, tubuh lemah, merasa lelah, sesak napas, mudah
mengalami perdarahan, mudah terinfeksi, kulit membiru/menghitam,
kering, serta gatal, mulut dan tenggorokan terasa kering dan sulit menelan,
sariawan, mual, muntah, nyeri pada perut, menurunkan nafsu seks dan
kesuburan karena perubahan hormon. Beberapa pasien menganggap efek
samping kemoterapi yang sangat melemahkan tersebut sebagai sesuatu
yang lebih buruk dari pada penyakit kanker itu sendiri. Konsekuensi-
konsekuensi yang menyertai kemoterapi membuat sebagian besar pasien
yang telah didiagnosis menderita kanker diliputi rasa khawatir, cemas dan
takut menghadapai ancaman kematian dan rasa sakit saat menjalani terapi.
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti
kanker. Frekuensi pemberian kemoterapi dapat menimbulkan beberapa
efek yang dapat memperuruk status fungsional pasien. Efek kemoterapi
yaitu supresi sumsum tulang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah,
kehilangan berat badan, perubahan rasa, konstipasi, diare dan gejala
lainnya alopesia, fatigue, perubahan emosi, dan perubahan pada system
saraf. (Wong, 2018).
Gejala-gejala pada leukemia akut yang nampak dan memburuk
secara cepat antara lain muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan
epilepsi. Leukemia juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal,
dan paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain yaitu kulit pucat (karena
anemia), infeksi yang berulang-ulang seperti sakit tenggorokan,
pendarahan normal yang keluar dari gusi dan kulit, periode yang berat
pada wanita, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gejala-gejala

7
seperti flu antara lain kecapekan dan tidak enak badan, luka di tulang
sendi, perdarahan hidung dan lebih mudah mendapat memar dari biasanya
tanpa sebab yang jelas (Gibson, 2015).
4. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
kita terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan
perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia
dapat meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang
lebih dari normal. Sel darah putih terlihat berbeda dengan sel darah normal
dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel
darah putih yang normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel
leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sitem
sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan
perubahan ke arah keganasan. Perubahan yang terjadi sering kali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel
yang kompleks). Penyusunan kromosom (translokasi kromosom)
menganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel yang
membelah tidak dapat terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal
dan otak (Wong, 2019)
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang
terkait dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar
sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke organ hematopoetik
dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly).
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel

8
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel
yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015). Adanya proliferasi sel
blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan system pertahanan tubuh dan
mudah mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan
pada nutrisi dan metabolism, depresi sumsum tulang yang akan berdampak
pada penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian (Friehling et al,
2015) Istilah HL-A (Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap
jaringan telah ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu ini diturunkan
menurut hokum genetik, sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga
dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan. Prosesnya meliputi :
normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya
sel blast (David, 2017).
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti
unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan
eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbulnya perdarahan
akibat menurunya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi
lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel
leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan hepatomegaly,
splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang,
menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel
leukemia menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf
pusat (David, 2017). Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat
menekan produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang
dengan berlombalomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi
sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari leukemia
merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi yaitu

9
anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan
karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang
berangsurangsur pada sumsum menimbulkan nyeri. Ginjal, hati dan
kelenjar limfe mengalami pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukemia
juga berpengaruh pada SSP dimana terjadinya peningkatan tekanan intra
kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala, latergi, papil edema,
penurunan kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2017).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA
yang paling sering muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah
(50%), pucat (40%), manifestasi perdarahan (petekie, purpura) (48%),
serta nyeri tulang (23%). Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan
penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan keluhan. Pemeriksaan
laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan neutropenia yang
menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel
tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2016).

10
5. Pathway

Sumber : (Fianza, 2019)

11
6. Pemeriksaan penunjang
Leukemia adalah jenis kanker darah yang terjadi ketika sel-sel darah
putih abnormal berkembang biak secara tidak terkontrol. Pemeriksaan
penunjang dilakukan untuk membantu mendiagnosis dan menentukan
jenis leukemia yang dialami seseorang, serta untuk menentukan tingkat
keparahan dan stadium penyakit. Berikut adalah beberapa pemeriksaan
penunjang yang umum dilakukan pada pasien leukemia (Fianza, 2019):
a. Tes darah lengkap: Tes darah lengkap (TDL) dilakukan untuk
mengevaluasi jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan sel darah
platelet dalam darah. TDL dapat membantu mengidentifikasi apakah
seseorang memiliki leukemia, jenis leukemia yang dialami, serta
seberapa parahnya penyakit ini.
b. Biopsi sumsum tulang belakang: Biopsi sumsum tulang belakang
dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan sumsum tulang
belakang menggunakan jarum khusus. Sampel ini kemudian diperiksa
di bawah mikroskop untuk menentukan apakah ada sel leukemia yang
tumbuh di dalamnya.
c. Cytogenetics: Pemeriksaan sitogenetik dilakukan untuk mengevaluasi
kromosom pasien dan mencari adanya perubahan abnormal pada
kromosom. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan jenis
leukemia dan memprediksi respons pasien terhadap pengobatan.
d. Flow cytometry: Flow cytometry dilakukan untuk menganalisis dan
mengukur sifat-sifat sel darah putih, termasuk jenis sel darah putih dan
karakteristik permukaannya. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi
jenis leukemia dan menentukan tingkat keparahan penyakit.
e. CT scan dan MRI: CT scan dan MRI digunakan untuk memeriksa
organ tubuh lain yang mungkin terkena leukemia, seperti hati, limpa,
dan kelenjar getah bening.
f. Lumbar puncture: Lumbar puncture dilakukan dengan mengambil
sampel cairan serebrospinal dari ruang di sekitar sumsum tulang

12
belakang. Sampel ini kemudian diperiksa untuk melihat apakah sel
leukemia tumbuh di sekitar sistem saraf pusat.
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis leukemia tergantung pada jenis leukemia, usia
pasien, serta tingkat keparahan dan stadium penyakit. Berikut adalah
beberapa penatalaksanaan medis yang umum dilakukan untuk pasien
leukemia (Fianza, 2019) :
a. Kemoterapi: Kemoterapi adalah metode pengobatan leukemia yang
paling umum. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel kanker di dalam tubuh. Obat-obatan ini biasanya
diberikan melalui infus atau suntikan. Beberapa jenis kemoterapi dapat
diberikan secara oral. Kemoterapi biasanya dilakukan dalam beberapa
siklus selama beberapa bulan, tergantung pada jenis leukemia yang
dialami dan tingkat keparahan penyakit.
b. Terapi target: Terapi target merupakan metode pengobatan yang
menggunakan obat-obatan untuk menargetkan sel kanker secara
khusus tanpa merusak sel sehat di sekitarnya. Terapi target umumnya
lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada
kemoterapi konvensional.
c. Transplantasi sumsum tulang: Transplantasi sumsum tulang dilakukan
dengan mengambil sel-sel sumsum tulang dari donor yang sesuai dan
mengirimkannya ke pasien yang membutuhkan. Sel-sel sumsum tulang
yang sehat kemudian akan tumbuh dan menggantikan sel-sel yang
rusak dan abnormal.
d. Radiasi: Radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker dan mencegah
pertumbuhan sel kanker yang lebih lanjut. Radiasi biasanya dilakukan
pada limpa, kelenjar getah bening, dan area tertentu di sekitar tubuh.
e. Obat pendukung: Obat pendukung seperti antibiotik dan obat penurun
demam diberikan untuk mencegah infeksi dan mengatasi gejala lain
yang muncul selama pengobatan.

13
f. Perawatan suportif: Perawatan suportif seperti perawatan mulut dan
gigi, nutrisi yang adekuat, serta dukungan emosional dan psikologis
sangat penting selama pengobatan leukemia.

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujua untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah- masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan (Dermawan,
2012).
Identitas: Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak anak
usia dibawah 15 tahun (85%), puncaknya berada pada usia 2-4 tahun.
Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Riwayat Kesehatan: Biasanya pada anak dengan Acute Lymphocytic
Leukimia (ALL) mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah, tidak
nafsu makan dan lemas.. Riwayat penyakit dahulu biasanya mengalami
demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas dan dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat karena belum mengetahui tentang penyakit yang
diderita. Riwayat penyakit keluarga adakah keluarga yang pernah
mengalami penyakit Acute Lymphocytic Leukimia (ALL) karena
merupakan penyakit ginetik (keturunan). Riwayat pada faktor-faktor
pencetus Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara
kronis.
Manifestasi dari hasil pemeriksaan Biasanya di tandai dengan
pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya
menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga menyebabkan gejala seperti
Anemia yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, 18
malaise, kelemahan, dan anoreksia, Trombositopenia ditandai dengan
perdarahan gusi, mudah memar, dan ptekie. Netropenia ditandai dengan

14
demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam hari (Nursalam dkk,
2018).
Pemeriksaan Fisik biasanya didapati adanya pembesaran dari
kelenjar getah bening (limfadenopati), pembesaran limpa (splenomegali),
dan pembesaran hati (splenomegali), dan pembesaran hati (hepatomegali).
Pada pasien dengan LLA precursor sel-T dapat ditemukan adanya dispnoe
dan pembesaran vena kava karena adanya supresi dari kelenjar getah
bening di mediastinum yang mengalami pembesaran . sekitar 5% kasus
akan melibatkan sistem saraf pusat dan dapat ditemukan adanya
peningkatan tekanan intracranial (sakit kepala, muntah, papil edema) atau
paralisis saraf kranialis (terutama VI dan VII) (Roganovic, 2013).
Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium berupa darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang
kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel
belst, yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia. Sum-sum
tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik sedangkan sistem yang
lain terdesak (apanila skunder). Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia
darah, cairan cerebrospinal dan sitogenik.
2. Diagnosis
a. Perfusi Perifer Tidak Efektif D.0009
b. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis D.0077
c. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit (mis. Infeksi,
Kanker) D.0130
d. Risiko Perdarahan D.0012
e. Risiko Infeksi D.O142

15
3. Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan Pemantauan Hasil
Efektif D.0009 asuhan keperawatan Laboratorium (I.02057)
selama... diharapkan Observasi
perfusi perifer a. Identifikasi pemeriksaan
meningkat dengan laboratorium yang
kriteria hasil : Perfusi diperlukan
Perifer (L.030281) b. Monitor hasil laboratorium
a. Kelemahan otot yang diperlukan
menurun c. Periksa kesesuaian hasil
b. Akral membaik laboratorium dengan
c. Denyut nadi penampilan klinis pasien
meningkat Terapeutik
a. Ambil sampel darah
b. Interpretasikan hasil
pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan dokter
jika hasil laboratorium
memerlukan intervensi
media
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI, 2018
Berhubungan dengan asuhan keperawatan I.03116 Hal: 184)
Agen Pencedera selama ... jam Observasi
Fisiologis D.0077 diharapkan tingkat a. Identifikasi lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : Nyeri frekuensi, kualitas,
akut (L.080661) intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala nyeri
menurun c. Identifikasi respon nyeri
b. Meringis menurun non verbal
c. Kesulitan tidur d. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
d. Frekuensi nadi memperingan nyeri
menurun Terapeutik
e. Pola napas a. Berikan teknik non
membaik farmakologis untuk
f. Pola tidur mengurangi rasa nyeri
membaik b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri

16
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan tekhnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Berhubungan dengan asuhan keperawatan (I.15506)
Proses Penyakit (mis.selama ... jam Observasi
Infeksi, Kanker) diharapkan a. Identifikasi penyebab
D.0130 termogulasi membaik hipertermia
dengan kriteria hasil : b. Monitor suhu tubuh
Termoregulasi Terapeutik
(L.12414) a. Longgarkan pakaian
b. Menggigil b. Berikan cairan oral
menurun c. Berikan oksigen jika perlu
c. Takikardia Edukasi
menurun a. Anjurkan tirah baring
d. Pucat menurun Kolaborasi
e. Suhu tubuh a. Kolaborasi pemberian
menurun cairan dan elektrolit
f. Suhu kulit intravena
menurun
g. Tekanan darah
membaik
Risiko Perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
D.0012 asuhan keperawatan (L.02067) Observasi
selama ... jam a. Monitor tanda dan gejala
diharapkan kontrol perdarahan
risiko meningkat b. Monitor nilai
dengan kriteria hasil : hematocrit/hemoglobin
Termoregulasi c. Mengukur tanda-tanda vital
(L.02017) Terapeutik
a. Hemoglobin a. Pertahankan bedrest selama
membaik perdarahan
b. Hematokrit b. Batasi tindakan invasif
membaik Edukasi
c. Pemantauan a. Jelaskan tanda dan gejala
perubahan status perdarahan
mental meningkat b. Anjurkan meningkatkan
d. Suhu tubuh asupan cairan untuk
mening menghindari konstipasi

17
c. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan
d. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
b. Kolaborasi pemberian
produk darah
Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
D.O142 asuhan keperawatan Observasi
selama ... jam a. Monitor tanda dan gejala
diharapkan tingkat infeksi
infeksi menurun Terapeutik
dengan kriteria hasil : a. Batasi jumlah pengunjung
Tingkat Infeksi b. Cuci tangan sebelum dan
(L.14137) sesudah kontak dengan
a. Demam menurun pasien
b. Kemerahan Edukasi
menurun a. Jelaskan tanda dan gejala
c. Nyeri menurun infeksi
d. Bengkak menurun Kolaborasi
e. Kadar sel darah b. Kolaborasi pemberian
putih membaik imunisaasi
f. Kultur darah
membaik

4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Untuk
kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebut uhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Juniar Khofifah, 2016) Beberapa tujuan Implementasi
Keperawatan adalah sebagai berikut :

18
a. Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk selanjutnya di
evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode
yang singkat
b. Mempertahankan daya tahan tubuh
c. Mencegah komplikasi
d. Menemukan perubahan system tubuh
e. Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien
f. Implementasi pesan dokter
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Untuk
memudahkan dalam dalam mengevaluasi atau memantau perkembanagn
klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER dimana S artinya
data subjektif, O artinya data objektif, A artinya analisa masalah apakah
sudah teratasi, P artinya planning atau perencanaan selanjutnya, I artinya
implementasi yang dilakukan sesuai instruksi dalam komponen P
disertakan tanggal dan jam, E adalah evaluasi respon klien setelah
dilakukan implementasi, dan R artinya pengkajian ulang/reassesment.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah jenis kanker darah yang terjadi ketika sel-sel darah putih
abnormal tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkontrol.
Penatalaksanaan medis leukemia tergantung pada jenis leukemia, usia pasien,
serta tingkat keparahan dan stadium penyakit. Metode pengobatan yang umum
dilakukan untuk pasien leukemia meliputi kemoterapi, terapi target,
transplantasi sumsum tulang, radiasi, obat pendukung, dan perawatan suportif.
Pemeriksaan penunjang seperti tes darah lengkap, biopsi sumsum tulang
belakang, cytogenetics, flow cytometry, CT scan dan MRI, serta lumbar
puncture sangat penting untuk memastikan diagnosis yang tepat dan untuk
menentukan rencana pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan
leukemia. Penatalaksanaan medis leukemia memerlukan tim medis yang
terdiri dari dokter spesialis onkologi, perawat, ahli gizi, dan konselor.

B. Saran
1. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur: Rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan dapat membantu mencegah leukemia. Jika
memiliki riwayat keluarga yang mengidap leukemia atau faktor risiko lain,
sebaiknya melakukan pemeriksaan secara teratur dan berkonsultasi dengan
dokter.
2. Jaga gaya hidup sehat: Gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan
sehat, melakukan olahraga secara teratur, dan menghindari merokok dan
minum alkohol dapat membantu mencegah leukemia.
3. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala yang mencurigakan:
Jika mengalami gejala seperti demam yang tidak kunjung sembuh,
kelelahan, pucat, mudah memar, atau pembengkakan kelenjar getah

20
bening, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan
diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.
4. Dukung pasien dengan leukemia: Pasien dengan leukemia memerlukan
dukungan emosional dan psikologis selama pengobatan. Dukungan dari
keluarga, teman, dan tim medis sangat penting dalam membantu pasien
mengatasi penyakit ini.
5. Ikuti rencana pengobatan dengan disiplin: Pengobatan leukemia
memerlukan waktu dan kesabaran. Penting untuk mengikuti rencana
pengobatan dengan disiplin dan berkonsultasi dengan dokter jika
mengalami efek samping atau masalah lain selama pengobatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alcazar, Alejandra M., Nunez-Enriquez, Juan C., Garcia-Ruiz, Carlos A.,


Gutierrez, Arturo F., dan Mejia-Arangure, Juan M. (2013). Alterations of
Nutritional Status in Childhood Acute Leukemia. Clinical Epidemiology
of Acute Lymphoblastic Leukemia – From the Molecules to the Clinic.
Jornal of clinical nutrition. Rijeka: InTech.
American Cancer Society (2015) Childhood leukemia. Available at:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003095pdf.
American Cancer Society (2016) Cancer facts & figures 2016. Available at:
http://www.cancer.org/acs/groups/content/@research/documents/documen
t/ acspc-047079.pdf.
Childhood leukemia overview – American Cancer Society. 2018 [cited 2023 Apr
11]; p. 2-14. Available from:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/00044-pdf.
Fianza P. I. (2019). Leukemia Limfoblastik Akut Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
Gamal, Abdul-Hamid.(2016). Classification of Acute Leukemia. Dalam: Antica,
Prof. Mariastefania (ed.), Acute Leukemia-The Scientst’s Perspective and
Challenge, Rijeka:InTech.
Gibson, R. (2015) Principle of Nutritional Assessment. Oxford University
Press:New York.
Kementerian Kesehatan RI (2015) ‘Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI’. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatink
anker.pdf.
Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Permono, B., Ugrasena, S., & IDG. (2018). Buku ajar hematologi. Cetakan
Ketiga. Jakarta: IDAI

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator


Diagnostik (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Wong, D. L. (2019). Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 2 edisi 6. Jakarta:


Penerbit buku kedokteran: EGC.
Wu, M. et al. (2010) The experiences of cancer-related fatigue among Chinese
children with leukaemia : A phenomenological study’, ‘International
Journal of Nursing Studies 47, pp. 49–59. doi:
10.1016/j.ijnurstu.2009.05.026.
Yee, S. et al. (2013) ‘Physical activity of pediatric patients with acute leukemia
undergoing induction or consolidation chemotherapy’, Leukemia
Research. Elsevier Ltd, 37(1), pp. 14–20. doi:
10.1016/j.leukres.2012.09.005.

Anda mungkin juga menyukai