Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA”

Dosen Pembimbing:

Ns. Aulia Asman,S.Kep,M.Biomed

Disusun Oleh:

M.HELDI RIYANDA(19334059)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Anak “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukimia” yang diberikan dosen
kami,Yaitu ibu Ns. Aulia Asman, S.Kep, M.Biomed dengan judul dan makalah ini
akan kami siapkan tepat pada waktunya.

Tujuan kami menulis makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan


Leukimia” ini agar menambah wawasan pembaca lebih mengenal tentang Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Leukimia dan kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dengan pembelajaran dibidang ini, kami mohon maaf, jika makalah kami
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan Leukimia” jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik, saran dari pembaca kami nantikan untuk
melengkapi kesempurnaan makalah kami.

Pekanbaru,, 20 Oktober 2020

Riyanda

2
DAFTAR ISI

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK.................................................................................1


KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1. Defenisi............................................................................................................................6
2.2. Insidens............................................................................................................................6
2.3. Etiologi............................................................................................................................7
2.4. Gambaran Klinis..............................................................................................................7
2.5. Patogenesis......................................................................................................................8
2.6. Klasifikasi Leukemia.......................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................15
3.1. Pengkajian.................................................................................................................15
3.2. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Proliferasi sel kanker..................................16
3.3. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................16
3.4. Rencana keperawatan....................................................................................................17
3.5. Implementasi.............................................................................................................24
3.6. Evaluasi.....................................................................................................................24
BAB IV....................................................................................................................................26
PENUTUP...............................................................................................................................26
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
4.2. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang sering ditemui
pada anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem
limfatik (Wong et al, 2009).

Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik


adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-
anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak
hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang
(NANDA,2015)

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden


kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 jadi 14,1 juta kasus tahun 2012 dan
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.
Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering pada anak dengan insiden 31,5%
dari semua kanker pada anak di bawah usia 15 tahun di Negara industry dan sebanyak
15,7% di Negara berkembang, tipe leukemia yang paling sering pada anak-anak adalah
Leukemia Limfositik Akut (LLA), yang terjadi sekitar 80% dari kasus leukemia dan
diikuti hamper 20% dari Leukimia Mieloid Akut (LMA) (WHO,2009).

Data statistika LLA di peroleh pada tahun 2015 di Amerika Serikat memperkirakan
ada kasus baru yang di diagnosis Leukemia Limfositik Akut pada anak usia 0-14 tahun
sebanyak 45.270 kasus (American Cancer Society, 2015).

Menurut data National Cancer Institute pada tahun 2012. Kasus Leukemia
Limfositik Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukemia adalah kanker yang peling
sering di temui pada anak-anak di Indonesia dengan persentasi 10,4% leukemia adalah
jenis kanker yng mempengaruhi sumsum dan tulang jaringan getah bening. Semua
kanker bermula di sel yang membuat darah dan jaringan lainya (WHO, 2012).

4
Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak yang berumur di bawah usia
15 tahun dan di perkirakan terdapat sekitar 3000 kasus LLA baru setiap tahun nya
(Rahimul, Syahrizal, Edi Setiawan, 2017).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2013 di Indonesia, insiden


kanker pada anak usia kurang dari 1 tahun ( 0,3 %), usia 1-4 tahun (0,1%), usia 5-14
tahun (0,1%) dan usia 4-24 tahun (0.6%). Di Indonesia leukemia merupakan kanker
tertingi pada anak sebesar 2,8 per 100.000 anak. kasus kanker pada anak-anak mencapai
4,7% dari kanker pada semua umur (Kemenkes RI, 2013).

1.2. Rumusan Masalah


Apa itu penyakit leukemia dan bagaimana asuhan keperawanan anak dengan leukemia?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi
 Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dan sumsum
tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal (Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth edisi 2 hal 336)
 Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari sel-
sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A . Price hal 248)
 Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di karakteristikkan oleh perubahan
kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi (Patofisiologi untuk keperawatan dr.
Jan Tamboyan hal 80)
 Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system hematopoietik
yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel
darah merah namun sangat jarang (Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi Danielle
Gale, Rn, MS hal 183)
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa leukemia adalah suatu
poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.

2.2. Insidens
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-
anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang
lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang
lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih
rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus
leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai
kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal
menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak
dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang
memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300)

6
2.3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:

a. Faktor genetik
Terlihat pada kembar identik yang akan beresiko tinggi bila kembaran yang lain
mengalami leukemia saudara sekandung dari individu yang leukemia dan individu
dengan sindrom down juga beresiko terhadap terjadinya leukemia.

b. Penyakit yang didapat

Dengan resiko terkena leukemia mencakup mielofibrosis, polisetemia vera, dan


anemia refraktori sideroblastik. Mieloma multipel dan penyakit Hodgkin juga
menunjukan peningkatan resiko terhadap terjadinya penyakit ini. Resiko ini dapat di
hubungkan dengan penyakit dasar atau pengobatan dengan adens kemoterapi/radiasi.

c. Agens kimia dan fisik

Merupakan resiko signifikan terhadap leukimia mencakup radiasi dan pemajanan


jangka lama terhadap benzen. Agens kemoterapi kloramfenikol dan agens pengkelat
(alkylating) juga beresiko.

2.4. Gambaran Klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:

a. Pilek tidak sembuh sembuh


b. Pucat lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anoreksia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)

7
2.5. Patogenesis
Kemoterapi pada leukemia akut jelas meningkatkan “survival rate”. Leukemia
limfoblastik akut yang tidak di obati umumnya fatal dalam 3 bulan. Studi menunjukkan
lebih dari 50% anak yang di beri kemoterapi masih hidup setelah 5 tahun. Leukemia
meoblastik akut lebih buruk prognosisnya, dengan pengobatan sekalipun “survival rate”
rata hanya 1-2 tahun. Leukemia menahun pada umumnya lebih mudah dikendalikan
dengan radias atau agens pengkelat.

2.6. Klasifikasi Leukemia


Klasifikasi leukimia biasanya di dasarkan pada:

a. Perjalanan dan lamanya penyakit

o Leukemia akut
Di hubungkan dengan awitan (omset) cepat, jumlah leukosit tidak matang
berlebihan, dengan cepat menjadi anemia, trombositupenia berat, demm tinggi,
lesi infektif pada mulut dan tenggorok, perdarahan dalam area vital, akumulasi
leukosit dalam organ vital, dan infeksi berat. Pemeriksaan laboritorium
menunjukkan beberapa derajat anemia dan trombositopenia, leukemia akut ini
sesuai dengan jenis sel yang terlibatdan kematangan sel tersebut.

o Leukemia menahun
Merupakan 35% sampai 50% dari semua kasus leukemia. Awitan dari
penyakit ini di karakteristikkan oleh awitan bertahab dan leukosit yang lebih
matang, penyakit ini paling banyak mengenai orang dewasa dan lansi. Perjalanan
penyakit berlangsung lebih lambat dari pada leukemia akut. Analisis
laboratorium biasanya menunjukkan sel leukemik yang terdiferensiasi baik yang
dapat di klasifikasikansebagai imfositik atau granulositik.

o Leukemia kronik
Didasarkan nya pada di temukan nya sel darah putih matang yang
menyolok granulosit (leukemia granulositik/mielositik) atau limfosit (leukemia
limfositik)

8
b. Jenis sel dan jaringan abnormal yang terkait

kategori besar berdasarkan sal jaringan adalah

o Mieloid yang mencakup granulosit (neutrofil, eusinofil dan basofil)


o Monosit
o Limfositik

Leukemia Akut

Klasifikasi leukemia akut

A. Leukemia Granulositik atau Mielositik Akut (LAG)


Leukemia mielositik atau granulositik akut (LGA) bertanggung jawab atas
80%leukemia akut pada orang dewasa. Permulaan nya mungkin mendadak atau
progresif dalam masa 1 sampai 6 bulan. Jika tidak di obati, kematian terjadi kira-kira
dalam 3 sampai 6 bulan. Pengobatan dengan kemoterapi kombinasi mampu membuat
sekitar 65% anak-anak dan 85% penderita mencapai remisi sempurna, kira-kira 20%
penderita dapat mencapai masa bebas penyakit selama 5 tahun. Pada saat ini 50%
anak-anak dan kira-kira 35% orang dewasa muda di sembuhkan dengan kemoterapi
intensif.

Kelompok klasifikasi leukimia akut menurut French-Amerikan British (FAB)


leukemia limfoblastik akut

L-1 leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak ; populasi sel homogen

L-2 leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa : populasi sel homogan

L-3 limfoma Burkitt-Tipe leukemia : sel-sel besar, populasi sel homogen leukemia
mieloblastik akut

M-1 diferensiasi granulositik tanpa pematangan

M-2 diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium promielositik

M-3 diferensiasi granulositik disertai promiolesit hipergranular yang dikaitkan


dengan pembekuan intramaskuler tersebar (disseminated intramuskuler coagulation)

M-4 leukemia mielomositik akut : kedua garis sel granulosit dan monolisit

9
M-5a leukemia monositik akut : kurang berdiferensiasi

M-5b leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik

M-6 eritroblas predominan disertai diseritropoiesis berat

M-7 leukemia megakariositik

Manifestasi Klinis

 Skeletal
1. poliferasi limfosit imatur dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
perkembangan sel-sel normal yang banyak
2. hematopoiesis normal terhambat dan leukopenia, anemia dan terjadi
trombositopenia.
 Sistem sirkulasi
1. jumlah eritrosit dan trombosit rendah
2. jumlah leukosit rendah atau tinggi tetapi selalu termasuk sel-sel imatur
 Malignansi
Manifestasi infiltrasi sel leukemia ke dalam organ lain lebih sering dengan
LLA ketimbang leukemia bentuk lain

Tanda dan Gejala Leukemia Akut

berkaitan dengan netropenia dan trobositopenia. Ini adalah infeksi berat yang
rekuren yaitu timbulnya :

 Tukak pada membran mukosa


 abses perirektal
 pneumenia
 septikemia di sertai menggil
 demam
 takikardi
 takipnea
komplikasi ini bertanggung jawab atas tinggi nya angka kemtian yang
berhubungan dengan leukemia akut.

10
Trombositopenia mengakibatkan perdarahan yang disebakan oleh petekie dan
ekimosis (perdarahan dalam kulit), epitaksis (perdarahan hidung), hemetoma pada
membran mukosa, serta perdarahan saluran cerna, sistem saluran kemih. Tulang
mungkin sakit yang disebabkan oleh infark tulang atau infiltrat periostial (di bawah
periosteum)

Anemia bukan merupakan manifestasi awal di sebabkan karena umur eritrosit


yang panjang (120 hari) jika terdapat anemia, akan ditemukan pusing dan gejala
kelelahan dan dipsnea waktu kerja fisik disertai pucat yang nyata.

Diagnosis LGA

Ditegakkan melalui hitung darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta
pemeriksaan kromosom.

Hitung sel darah putih dapat meninggi, normal atau menurun disertai mieloblas
dalam sirkulasi. Sumsum tulang yang hiperseluler, disertai adanya kelebihan (50%)
yang mengandung badan auer. Perubahan metabolik juga terlihat disertai peningkata
asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel darah putih.

Penatalaksanan LGA

Bentuk pengobatan utama adalah kemoterapi

1. kombinasi vinkristin, prednison, daunorubisin, dan asparaginase digunakan untuk


terapi awal
2. kombinasi merkaptopurin, metoktreksat, vinkristin dan prednosinuntuk numatan
3. iradiasi region serebrospinal dan suntikan intratekal dengan obat-obat
kemoterapiotik membantu mencegah kekambuhan sistem saraf pusat.

B. Leukemia Limfositik Akut (LLA)


Walaupun leukemia limfositik akut (LLA) terdapat pada 20% orang dewasa
yang menderita leukemia. Paling sering menyerang anak-anak di bawah umur 15
tahun, dengan puncak insidens antara umur 3 dan 4 tahun

Manifestasi Klinis

Berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat


ekstramedular (di luar sumsum tulang, yaitu kelenjer lmfe dan limfa)

11
Tanda dan Gejala

Dikaitkan dengan penekanan unsur-unsur sumsum tulang normal. Karena itu,


infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama.

Penderita penyakit ini memiliki kelenjer limfe yang membesar (limfadenopati)


dan hepatos pleno megali; nyeri tulang sering terjadi –sistem saraf pusat (misalnya,
sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan) juga dapat terlibat.

Diagnosis LLA

Di tegakkan melalui hitung sek darah lengkap, diferensiasi, hitung trombosit dan
pemeriksaan sumsum tulang. Hitung sel darah putih umumnya meningkat dengan
nyata disertai adanya limfositosis; hitung trombosit dan sel darah merah rendah.
Harus dilengkapi dengan pemeriksaan analisa cairan spinal

LLA di masukkan dalam subklasifikasi dengan kriteria imunologis (sel T, sel B,


cALLat, atau sel null) dan dengan analisis sitogenetik. Keterangan ini memberikan
informasi respon terhadap terapi dan prognosis. Awitan LLA biasanya mendadak
disertai perkembangan dan kematian cepat jika tidak di obati.

Untuk pengobatan, tidak saja 90%-95% dapat mencapai resmi penuh, tetapi
60% menjadi sembuh. Hal ini di capai melalui pengobatan kemoterapi. Umumnya
kemoterapi merupakankombinasi dari vinkristin, prednison dan L- asparaginase.

Hasil pengobatan secara intensif pada orang ewa penderita LLA adalah kira-kira
35% penderita dapat hidup tanpa penyakit selama5 tahun (gale, 1989)

Leukemia Kronik

A. Leukemia Granulositik Kronik.

Leukemia granulositik kronik (LGK) atau leukemia mielositik kronik


(LMK) sering terjadi pada orang dewasa usia pertengahan tetapi dapat juga
timbul pada setiap kelompok umur lainnya.

LGK awitannya lambat. Jumlah granulosit umumnya lebih dari 30000/mm 3.


pada 85% kasus, terdapat kelainan kromosom yang di sebut kromosom
12
philadelphia. Kromosom philadelpia ini merupakan suatu translokasi dari bagian
kromosom 22 yang panjang ke kromosom 9.

Manifestasi Klinis LMK/LGK

1. awitan berbahaya tersembunyi


2. selalu terdapat leukosit, kadang dalam kadar di luar batas spenome
Penatalaksanaan

1. terapi, pilihannya adalah busulfan (myleran) dan hidroksiurea, klorambusil


(leukeran) saja atau dengan steroid
2. transplantasi sum-sum tulang meningkatkan angka bertahan hidup secara
signifikan
3. obat pilihan lain : alfa-interferon dan fludarabine (fudara)
prognosis

secara keseluruhan, pasien dapat hidup 3-4 tahun. Kematian biasanya


merupakan akibat infeksi atau hemoragi.

Tanda dan Gejala

Berkaitan dengan keadaan hipermetabolik- kelelahan, kekurangan berat


badan, diaforesis meningkat dan tidak tahan panas. Limpa membesar pada 90%
kasus yang mengakibatkan perasaan penuh pada abdomen dan mudah merasa
kenyang.

Pengobatan

Pengobatan dengan kemoterapi intermiten di tujukan pada penekanan


hematopoiesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limpa. Berbagai
penderita berkembang progressif, fase resisten disertai pembentukan mieloblas
yang berlebihan (transformasi blas). Transplantasi sumsum tulang dari individu
alin (allogenik) yang di lakukan pada fase kronik LGK memberikan suatu
harapan kesembuhan.

C. Leukemia Limfositik Kronik

13
Merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang di temukan pada kelompok
umur tua(60th). Perbandingan (2:1) untuk pria.

Tanda dan Gejala

Pembesaran organ secara masif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung


sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak pada abnomen dan
buang air besar tidak teratur. Mungkin terjadi infeksi kulit dan pneumonia; keadaan
ini terjadi sekunder akibat adanya perubahan imunologik da netropenia.

Pengobatan

Ditujukan untuk mengurangi massa limfositik, sehingga memperbaiki


pansitopenia dan melegakan rasa tidak enak yang di sebabkan oleh pembesaran
organ. Di gunakan kemoterapi dengan agen-agen alkil dan kortikosteroid.

Manifestasi Klinis LLK

1. banyak di antaranya asam ptomotik


2. manifestasi yang mungkin adalah anemia, infeksi atau pembesaran nodus
limfe dan organ abdomen
3. jumlah eritosit atau trombosit mungkin normal atau menurun
4. limfositosis selalu terdapat

Penatalaksanaan dan Prognosis

1. jika ringan, LLK dapat tidak membutuhkan pengobatan. Jika gejalanya


menghebat, kemoterapi dengan steroid dan klorambusil (leukeran) sering di
gunakan.
2. pasien yang tidak memberikan respons terhadap terapi yang lazim mungkin
mencapai remisi dengan, mis., fludarabin monofosfat atau pentostanin
3. imunoglobulin intravena (IGIV) merupakan pengobatan profilatik yang efektif
untuk pasien tertentu
4. rata-rata angka dapat bertahan hidup adalah 7 tahun.
Komplikasi

1. perdarahan dan infeksi merupakan penyebab utama kematian


2. pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastrointestinal

14
3. perdarahan berhubungan dengan tingkat trombostopenia: terjadi dengan petekie,
ekimosis dan hemoragi mayor jika jumlah trombosit di bawah 20000mm3.demam
atau infeksi meningkatnya perdarahan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi:

a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1).Demam
2).Infeksi
d. d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e. e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. g.Kaji adanya:

15
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar resital
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)

3.2. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Proliferasi sel kanker


Sel kanker bersaing dengan sel normal, untuk mendapatkan nutrisi, Infiltrasi sel
normal digantikan dengan Sel kanker.

3.3. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.

16
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

3.4. Rencana keperawatan


Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun
rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


1) Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2) Intervensi:
- Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
- Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh

17
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
- Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
-
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1) Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2) Intervensi:
- Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambunganjaringan
- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
1) Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2) Intervensi:
- Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya
anemia
- Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasiona: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
- Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
- Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
- Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
18
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
- Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
- Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
1) Tujuan:
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Intervensi:

- Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi


Rasional: untuk mencegah mual dan muntah

- Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi


Rasional: untuk mencegah episode berulang

- Kaji respon anak terhadap anti emetik

Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

- Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat


Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
- Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

- Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional: untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek


samping agen kemoterapi
1) Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Intervensi:
- Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera
- Hindari mengukur suhu oral

19
Rasional: untuk mencegah trauma
- Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
- Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
- Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
- Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah
yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
- Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
- Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

- Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional: untuk membantu melewati area nyeri


- Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan
gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa

- Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis

- Berikan analgetik

Rasional: untuk mengendalikan nyeri


f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
1) Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi:

20
- Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntah serta kemoterapi
- Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
- Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
- Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
- Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
- Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
- Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
1) Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak
2) Intervensi:
- Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
- Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
- Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
- Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
21
Rasional: sebagai analgetik tambahan
- Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas
1) Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi:
- Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
- Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
- Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
- Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
- Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
- Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
- Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2) Intervensi:
- Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut

22
- Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
- Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
- Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
- Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia
1) Tujuan: pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
2) Intervensi:
- Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
- Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
- Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
anak menjalani kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
- Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut secara realistis
- Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur

23
- Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
1) Tujuan: pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
2) Intervensi:
- Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas
perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien
dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya
- Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
- Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap
terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
- Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang
dialami

3.5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L. 2004: hal. 331).

3.6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil
yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

24
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada
tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik
dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal
(stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.

Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih
dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium
lanjut.

4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan di masa mendatang.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/360/1/Untitled.pdf

American Cancer Society. (2015). Cancer in children. Diperolehdarihttp://www.cancer.

org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/cancer-in-children-cancer.

David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal, hlm.77–89

Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia

Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran Universits


Udayana).

Friehling, E., Ritchey, K., David. G., & Bleyer, A., 2015. Acute lymphoblastic leukemia 20th
ed. B. E. Kliegman MR, Stanton B, ed., Nelson Textbook of Pediatrics, hlm. 2437-2442.

27

Anda mungkin juga menyukai