Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energy dan protein, pada tahap awal
akan menyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu berat badan akan
menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja.
Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi
buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, tubuh akan
mudah terserang penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
Kekurangan gizi secara umum baik kurang secara kualitas dan kuatitas menyebabkan
gangguan pada proses-proses tubuh seperti gangguan pertumbuhan, gangguan produksi krja,
gangguan pertahanan tubuh dan gangguan struktur dan fungsi otak. Ada empat masalah gizi
kurang yang dikenal di Indonesia antara lain :
A. KEP (Kurang Energi Protein/protein energy malnutrition (PEM)/ protein
kalori malnutrition (PCM)
KEP suatu penyakit kurang gizi karena tubuh kurang memperoleh makanan berupa
sumber zat tenaga (energy) dan sumber zat pembangun (protein) dalam waktu yang lama.Bila
ditimbang, titik berat badan anak pada KMS terletak dibawah garis merah atau kurang 60%
dari berat anak yang seharusnya.Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil da nib u
menyusui.KEP berat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, tipe kwarshiorkor dan tipe marasmus
atau tipe marasmikwashiorkor.Gejala klinis KEP ringan diantaranya pertumbuhan berkurang
atau bahkan berhenti; brat badan berkurang, terhenti bahkan turun; ukuran lingkar lengan
menurun; maturasi tulang terhambat; rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun; tebal
lipat kulit normal atau menurun; aktifitas dan perhatian kurang; kelainan kulit dan rambut
jarang ditemukan. Adapun penyebab KEP ringan yaitu masukan makanan baik kuantitas dan
kualitas yang rendah, gangguan atau system pencernaan atau penyerapan makanan,
pengetahuan yang kurang tentang gizi.
Kwarshiorkor
Kwarshiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering
timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Penyakit ini
disebabkan oleh kekurangan protein dalam makanan, gangguan penyerapan protein,
kehilangan protein secara tidak normal, infeksi kronis ataupun karena pendarahan. Berikut
adalah gejala kwarshorkor :
Wajah seperti bulan” moon face “ , sinar mata sayu ; pertumbuhan terganggu; berat
dan tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan berat badan normal; perubahan mental
(sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis ); rambut merah, jarang, mudah
dicabut; jaringan lemak masih ada; perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian
menghitam, kulit tidak keriput); terkadang terjadi pembengkakan tubuh (oedema) sehingga
menyamarkan penurunan berat badan; jaringan otot mengecil
Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan
protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional. Sering terjadi pada bayi
yang tidak cukup mendapatkan asi serta tidak dibri makanan penggantinya, atau terjadi pada
bayi yang sering diare.
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori di dalam
makanan, kebiasaan makanan yang tidak layak dan penyakit-penyakit infeksi saluran-saluran
pencernaan. Berikut adalah gejala penderita marasmus :
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus; mata besar dan dalam, sinar mata sayu;
mental cengeng; feses lunak atau diare; rambut hitam, tidak mudah dicabut; jaringan lemak
sedikit atau bahkan tidak ada, lemak sub kutan menghilang hingga turgor kulit menghilang.
Kulit keriput, dingin, kering, dan mengendur; perut buncit.
Kwashiorkor-marasmus
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwarshiorkor.
Program pemerintah untuk menanggulangi KEP diprioritaskan pada daerah-daerah
miskin dengan sasaran utama ibu hamil, bayi, balita dan anak sekolah dasar.Program tersebut
mencakup berbagai kegiatan seperti penyuluhan gizi, peningkatan pendapatan keluarga,
penigkatan pelayanan kesehatan, KB- keluarag Berencana.Adapaun pemantauan tumbbuh
kembang anak diupayakan melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.
2. Gizi lebih
Seiring dengan perkembangan teknologi, termasuk teknologi pertanian, transportasi,
dan informasi, terjadi juga perubahan aktivitas fisi dari pola aktivitas aktif menjadi pola
aktivitas kurang aktif.Hal ini diikuti pula oleh transisi gizi yang ditandai dengan perubahan
pola makan, taraf aktivitas fisik, dan komposisi tubuh.
Pola makan berubah menjadi fastfood atau junkfood.Aktivitas fisik berubah dari
aktivitas fisik aktif menjadi kurang aktif akibat perubahan struktur pekerjaan dan waktu luang
untuk menonton televisi.Dengan pola aktivitas yang semakin rendah mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk yang mengalami kelebihan gizi berupa overweight dan
obesistas.
Obesitas adalah penyakit gizi berupa akumulasi jaringan lemak secara berlebihan
diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh perilaku makan yang berhubungan dengan faktor
keluargadan lingkungan, aktivitas fisik yang rendah , gangguan psikologis, laju pertumbuhan
yang sangat cepat, genetic atau faktor keturunan juga gangguan hormone.
Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energiyang melebihi kebutuhan dan
biasanya disertai kurangnya aktivitas jasmani. Ciri-ciri obesitas adalah sebagai berikut : lebih
berat dan lebih tinggi dari anak seusianya: hidung dan mulut relative kecildengan dagu yang
berbentuk ganda: perut cenderung membuncit: karena malu, sering malas untuk bergaul dan
bermain dengan temanya.
Kegemukan menurut distribusi lemak
Tipe andarioid ( banyak pada pria/wanita menopause )
Tipe genoid ( banyak pada wanita (beresiko lebih kecil, sukar turun BB )
Kegemukan menurut kondisi sel
Tipe hiperlastik ( jml.sel lemak >)
ropik ( ukuran sel > ) pada dewasa
Tipe hiperlastik-hipertropik
Kegemukan menurut umur
Saat bayi, anak-anak, dewasa
Kegemukan menurit tingkatan
Simple obesity (>20% BB ideal )
Mild Obesity (>20-30% BB ideal )
Moderat obesity (>30-60% BB ideal )
Morbid obesity (>60% )
Baiklah untuk memulai materi pada Topik ini kita mulai dengan proses keperawatan .
Proses Keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan.
Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga.
Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan
perkembangan profesi keperawatan. Proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja,
dengan pendekatan pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien
dalam pelayanan kesehatan. Meliputi 5 Standar yaitu pengkajian (pengumpulan data),
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan
modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah. Marilah
kita bahas satu-persatu .
Pengkajian Lidah : Kelompok 1 : Edema, scarlet (lidah merah cerah, bisa atropi),
lidah magenta, atropi papila, Kelompok 2 : hiperamik dan hipertropik papilla, fissures
(celah), Kelompok 3 : Geograpic tongue (lidah dengan daerah berbintik terdistribusi tidak
teratur), lidah berpigmen.
Pengkajian Gigi : Kelompok 1 : bintik putih & kecoklatan dengan atau tanpa erosi
enamel biasanya pd gigi atas ; karies gigi; atrition (pengikisan gigi); hipoplasia enamel; erosi
email.
Pengkajian Sistem Tulang dan Otot : Kelompok 1 : Lapisan otot tipis; melunaknya
tengkorak; penebalan tulang Frontal & parietal; Fontanel tetap membuka dalam waktu yang
lama; pelebaran epifise tulang ; kelainan tulang iga; perdarahan otot; kelainan tulang pelvic.:
Kelompok 1 : Sistem gastrointestinal : hepatomegali. Sistem syaraf : perubahan mental,
kehilangan sensor , daya gerak lemah. Sistem kardiovaskuler : kardiomegali; tachycardia.
Kelompok 2 : Perubahan tekanan darah.
3. Besi serum;
Marilah kita lanjutkan dengan Standar III Perencanaan. Perawat membuat rencana
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses terdiri dari
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan,
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan,
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien,
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan. Perawat menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang didapatkan pada setiap pasien
berdasarkan klasifikasi intervensi keperawatan / Nursing Intervention Classification
(NIC) Ilmu Gizi 165
4) STANDAR IV IMPLEMENTASI
5) STANDAR V EVALUASI
Baiklah saudara mahasiswa kita sampai pada Standar terakhir dalam proses
keperawatan adalah Standar V Evaluasi. Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap
tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria Proses
meliputi :
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah
pencapaian tujuan;