Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“NUTRISI PADA ANAK”

Dosen Pembimbing :

Aulia Asman S.kep M.biomed

Disusun oleh :

M.Heldi Riyanda (19334059)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
A.Abortus

Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah


kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu. Anda mungkin belum tahu macam-
macam abortus yang bisa terjadi selama kehamilan. Apa
sajakah itu? Simak ulasan berikut ini.

Umumnya, abortus dianggap terjadi karena terdapat


kesalahan pada kehamilan atau kesehatan ibu. Faktanya, 2
dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada kromosom
janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur
dari kandungan.

Macam-Macam Abortus 

Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan


menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Abortus komplet

Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan


seluruh jaringan janin keluar dari rahim. Ibu hamil yang
mengalami ini akan mengalami perdarahan vagina serta nyeri
perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu.

2. Abortus inkomplet.

Pada keadaan ini, jaringan janin sudah keluar sebagian.


Umumnya, perdarahan serta nyeri perut akan berlangsung
lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh jaringan telah
keluar atau dilakukan kuretase.

3. Abortus insipiens

Pada abortus insipiens terjadi perdarahan disertai nyeri


perut, tetapi jaringan janin masih utuh berada di dalam rahim.
Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat dihindari karena
mulut rahim sudah terbuka.

4. Ancaman abortus 

Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada


kondisi ini, mulut rahim masih tertutup dan janin masih hidup
di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan nyeri perut yang
dialami pun masih tergolong ringan. Risiko terjadinya
keguguran memang lebih besar. Namun, biasanya kehamilan
masih mungkin dilanjutkan.

5. Abortus tak terduga

Pada abortus tak terduga, janin telah meninggal namun


ibu tidak menyadarinya karena tidak ada keluhan.
Kemungkinan lain, bakal janin memang tidak berkembang
sejak awal (blighted ovum). Kondisi ini biasanya baru disadari
ketika ibu kontrol dan denyut jantung janin tidak terlihat pada
pemeriksaan ultrasonography.

6. Abortus berulang

Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran


yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih secara berturut-turut.
Kemungkinan terjadinya abortus berulang sangat kecil. Oleh
karena itu, konsultasikan kejadian ini kepada dokter
kandungan untuk mencari tahu penyebabnya.
Macam-macam abortus di atas bisa terjadi pada siapa
saja selama kehamilan trimester pertama. Agar terhindar dari
keguguran, jaga kehamilanagar tetap sehat dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari asap
rokok dan konsumsi minuman beralkohol, membiasakan
olahraga ringan, dan mengelola stres dengan baik.
B.Mola hidatidosa 

Mola hidatidosa (atau hamil anggur)


adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang
terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin.[1] Bakal janin
tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa.[1] Istilah
hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut
mirip dengan gerombolan buah anggur.[1] Mola hidatidosa
juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari
kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan
diserai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan
hidropik.[2] Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel
telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di
dinding rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta
membran yang memberi makan hasil pembuahan.
[2] Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, amun diduga
karena kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim.
[1]

Hydatidiform mole
C.Kehamilan Ektopik
Pengertian Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi dari
pembuahan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
secara alami seharusnya akan menempel pada dinding rahim.
Namun, pada kehamilan ektopik hasil pembuahan ini
menempel pada tempat lain selain di dinding rahim.

Tempat yang paling sering menjadi tempat penempelan


adalah di saluran indung telur, di mana tempat ini seharusnya
tidak dirancang untuk penempelan hasil pembuahan. Dalam
bahasa yang lebih sederhana, kehamilan ektopik sering
dikatakan sebagai “hamil di luar kandungan”.

Gejala Kehamilan Ektopik

Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan


gejala layaknya orang hamil pada umumnya, seperti mual,
muntah, dan perut yang membesar. Pada umur kehamilan
tertentu ketika saluran indung telur tidak dapat menampung
hasil pembuahan yang semakin besar.

Penyebab Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau
beberapa sebab berikut:

o Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung


telur, sehingga terjadi perlengketan yang menutup jalan sel
telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim
o Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan
panggul sebelumnya. Atau operasi yang melibatkan saluran
indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik karena
adanya penutupan saluran indung telur
o Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya
cacat janin, yang menyebabkan hasil pembuahan tidak dapat
menempel pada dinding rahim

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik,


salah satunya sebagai berikut:

o Usia saat hamil 35-44 tahun.


o Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
o Riwayat operasi daerah panggul atau perut
sebelumnya.
o Penyakit radang panggul.
o Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau setelah pengikatan
saluran indung telur (steril).
o Merokok.
o Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).
o Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena
beberapa obat dapat mempengaruhi jumlah produksi getah
rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil
pembuahan.

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter melakukan pemeriksaan daerah panggul dan


perut untuk memastikan adanya perdarahan pada daerah
sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan. 

Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan


untuk memastikan diagnosis kehamilan ektopik:
o Tes kehamilan, dokter dapat meminta tes
kehamilan dari darah berupa kadar hCG untuk memastikan
pengidap benar-benar hamil.
o USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong
kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di saluran
indung telur. USG dapat dilakukan melalui Miss V (USG
transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG
abdomen).
o Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk
melihat apakah pengidap mengalami anemia yang diakibatkan
oleh perdarahan dari pecahnya kantung kehamilan. Dokter
dapat merencanakan pemberian transfusi dari hasil tes darah
rutin. 

Pencegahan Kehamilan Ektopik

Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah


terjadinya kehamilan ektopik. Meskipun angka kejadiannya
berkisar 1 dari 50 kehamilan, ada beberapa cara yang
dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan
ektopik:
o Membatasi jumlah pasangan seksual,untuk
mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual.
o Menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seks berisiko, untuk menghindari infeksi menular
seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul.
o Tidak merokok, jika pengidap adalah perokok,
berhenti merokok saat sedang hamil.

Pengobatan Kehamilan Ektopik

Keadaan kehamilan ektopik dengan perdarahan


merupakan keadaan gawat darurat yang harus dilakukan
tindakan secepat mungkin. Kehamilan ektopik dapat diobati
dalam beberapa cara sebagai berikut:

o Penggunaan metotreksat, dapat diberikan pada


kehamilan ektopik yang telah dideteksi secara dini sehingga
tidak menimbulkan gangguan lainnya. Metotreksat dapat
membantu penyerapan kantung kehamilan dan
menyelamatkan saluran indung telur. Terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan usia dan
progresivitas kehamilan.
o Jika saluran indung telur telah meregang atau
bahkan robek dan mengalami perdarahan, sebagian atau
seluruh jaringan tersebut harus segera diangkat untuk
menghentikan perdarahan. Seluruh akibat perdarahan yang
dihasilkan karena kehamilan ektopik merupakan keadaan
gawat darurat dan harus ditangani segera dengan pembedahan.
o Bedah laparaskopi, prosedur ini merupakan
tindakan untuk mengevakuasi perdarahan yang terjadi di
dalam rongga perut atau rongga panggul dengan sayatan kecil
untuk memasukkan kamera dan alat laparaskopi.
Penyembuhan cenderung lebih cepat dibandingkan prosedur
bedah konvensional.

D. KELAINAN LETAK PADA JANIN

1.      MEMANJANG
LETAK MEMANJANG adalah jika sumbu fetus
searah/sejajar sumbu jalan lahir
1.      Letak sungsang.
a.       Pengertian.
o   Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala
janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
o    Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau
memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong
di bawah (Mochtar, 1998 : 350). Presentasi sungsang terjadi
bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis
ibu (Hacker, 2001 : 254). 
o   Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).

b.      Diagnosis letak sungsang 


·         palpasi : 
-          Leopold I : pada bagian Fundus uteri teraba bulat, keras
dan melenting  .
-          Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bundar,
lunak dan masih bisa digoyangkan atau tidak bisa
digoyangkan. 
·         Auskultasi  : 
-          DJJ : pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit
lebih tinggi dari pada umbilicus.
·         VT :  Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, tuber
ossis iskii, dan anus. 
Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan
ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
tangan.
 Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat
diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong
kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).

2.      Letak kepala
o   Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau
memanjang dalam rahim, bokong  berada di fundus dan
kepala  di bawah (Mochtar, 1998 : 350). 
·         Palpasi 
-          Leopold I : pada bagian Fundus uteri teraba bundar, lunak
dan tidak  melenting  .
-          Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan masih bisa digoyangkan atau tidak bisa
digoyangkan. 
·         Auskultasi
-          DJJ : pada umumnya ditemukan dibawah umbilikus. 
·         VT :  sebelum ketuban pecah teraba keras. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas UUK atau bagian
kepala.

2.      MELINTANG
a.       Pengertian
o   Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang
sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90
derajat (Mochtar, 1998 : 366).
o   Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2006 : 622).
o   Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya
bahu merupakan bagian terendah janin (Buku Acuan
Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa letak lintang adalah keadaan dimana
posisi janin melintang.
b.      Diagnosis letak lintang
·         Inspeksi : Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih
rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya. 
·         Palpasi :  fundus uteri kosong, kepala janin berada di
samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu
turun ke dalam panggul. 
·         Auskultasi
-          Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
·         VT  : Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula,
dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk
menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara
bersalaman. Terababahu dan ketiak yang bisa menutup ke
kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula,
letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar
dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum
pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah (mochtar,
1998 : 368).

E.Preeklamsia
Preekslamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah
disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini terjadi
setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Preeklamsia harus diberikan penanganan untuk mencegah


komplikasi dan mencegahnya berkembang
menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil
dan janin. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya preeklampsia adalah ibu hamil berusia lebih dari 40
tahun atau di bawah 20 tahun.

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda


dan gejala yang akan muncul seiring dengan perkembangan
preeklamsia adalah:
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
 Sakit kepala berat atau terus-menerus
 Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau
sensitif terhadap cahaya
 Nyeri di perut kanan atas
 Sesak napas
 Pusing, lemas, dan tidak enak badan
 Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
 Mual dan muntah
 Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa
bagian tubuh lain
 Berat badan naik secara tiba-tiba

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti.


Meski demikian, ada dugaan bahwa kondisi ini disebabkan
oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ
yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.

Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit


dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil
terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan
pada ibu hamil dan janin.

Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor


berikut ini dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta:

 Pernah atau sedang menderita diabetes,


hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun,
dan gangguan darah
 Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
 Baru pertama kali hamil
 Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan
sebelumnya
 Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40
tahun
 Mengandung lebih lebih dari satu janin
 Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan
indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2
 Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil
metode bayi tabung (in vitro fertilization)
 Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga

Sumber :
https://www.alodokter.com/kenali-macam-macam-abortus-yang-bisa-terjadi-selama-
kehamilan

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mola_hidatidosa

https://www.halodoc.com/kesehatan/kehamilan-ektopik

http://nadiapratiiwi.blogspot.com/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

https://www.alodokter.com/preeklamsia

Anda mungkin juga menyukai