Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat dan tinggi badan balita
jauh di bawah rata-rata.
Maka itu, untuk mengetahui status gizi yang satu ini, indikator yang digunakan adalah
grafik berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk ke dalam
pemeriksaan klinis gizi buruk pada anak dan balita.
Kondisi gizi buruk pada anak tidak terjadi secara instan atau singkat.
Artinya, anak yang masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan
berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang sangat lama.
. Gizi buruk paling sering dialami oleh anak balita ketika tubuhnya kekurangan energi
protein (KEP) kronis.
Balita gizi buruk atau malnutrisi adalah kondisi ketika anak tidak menerima nutrien,
mineral, dan kalori yang cukup untuk membantu perkembangan organ vital. Gizi
buruk akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.
Dalam hal ini, kelebihan asupan nutrisi juga menyebabkan balita gizi buruk. Karena
itulah penting untuk menjalankan diet gizi seimbang untuk menjaga kadar nutrien
yang cukup di dalam tubuh. Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa menjadi
penyebab balita gizi buruk:
Menurut Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk dari Kementerian Kesehatan RI, berikut
gejala gizi buruk yang umum pada anak-anak:
Gizi buruk pada anak tanpa komplikasi memiliki berbagai gejala seperti berikut.
Sementara itu, gizi buruk pada anak dengan komplikasi ditandai dengan berbagai
gejala seperti berikut.
Saat itu, organ-organ yang penting, termasuk otak, membutuhkan asupan nutrisi yang
baik untuk bisa berkembang sepenuhnya. Ketika nutrisi tidak tercukupi, terjadi risiko
balita gizi buruk. Untuk melancarkan pertumbuhan anak, diperlukan diet seimbang
dengan nutrisi seperti vitamin, kalsium, zat besi, lemak, protein, dan karbohidrat.
Menurut Kementerian Kesehatan, status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan, dan tinggi badan. Pengukuran ini bisa dilakukan di layanan Posyandu di tiap
wilayah untuk mengetahui ada-tidaknya tanda gizi buruk balita.
Penting untuk mengetahui tanda balita gizi buruk sedari dini. Tanda gizi buruk pada
balita tergantung jenis nutrisi yang tidak seimbang dalam tubuhnya, antara lain:
Secara klinis, permasalahan gizi buruk pada anak balita terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu:
1. Marasmus
Marasmus adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya
asupan energi harian. Padahal seharusnya, penting untuk mencukupi kebutuhan energi
setiap harinya guna mendukung semua fungsi organ, sel, serta jaringan tubuh.
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sebenarnya bisa mengalami marasmus.
Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh usia anak-anak yang biasanya terjadi di
negara-negara berkembang.
Bahkan menurut data dari UNICEF, kekurangan asupan zat gizi merupakan salah satu
dalang penyebab kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Kasus ini bisa memakan korban hingga mencapai angka sekitar 3 juta setiap tahunnya.
2. Kwashiorkor
Itu sebabnya, meski telah kehilangan massa otot dan lemak tubuh, anak dengan
khwarshiorkor tidak mengalami penurunan berat badan yang drastis.
3. Marasmik-kwashiorkor
Sesuai dengan namanya, marasmik-kwashiorkor adalah bentuk lain dari gizi buruk
pada anak balita yang menggabungan kondisi dan gejala antara marasmus dan
kwashiorkor.
Kondisi gizi buruk ini ditentukan dengan indikator berat badan balita berdasarkan usia
(BB/U) kurang dari 60 persen baku median WHO.
anak-anak dengan gizi buruk cenderung melewatkan pelajaran di kelas sehingga anak
tidak naik kelas. Anak menjadi lemas, lesu, dan tidak dapat bergerak aktif karena
kekurangan vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya. hubungan antara gizi buruk dan
tingkat IQ yang rendah. Anak-anak ini juga mungkin mengalami kesulitan mencari
teman karena masalah perilaku mereka.
Gagalnya anak untuk mencapai aspek akademis dan sosial akibat gizi buruk tentu saja
memiliki dampak negatif yang berkelanjutan sepanjang hidupnya apabila tidak segera
disembuhkan.
3. Penyakit infeksi
Dampak gizi buruk lainnya yang kerap kali terjadi adalah risiko penyakit infeksi.
Ya, anak dengan gizi yang kurang akan sangat rentan mengalami penyakit infeksi,
seperti gangguan pencernaan anak.
Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuhnya yang tak kuat akibat nutrisi tubuh
yang tidak terpenuhi.
Ada banyak vitamin dan mineral yang sangat memengaruhi kerja sistem kekebalan
tubuh, misalnya vitamin C, zat besi, dan zink.
Bila kadar nutrisi tersebut tidak tercukupi, maka sistem kekebalan tubuhnya juga
buruk.
Belum lagi jika ia kekurangan zat gizi makro seperti karbohidrat dan protein yang
merupakan sumber energi dan pembangun sel-sel tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan si kecil yang terhambat adalah dampak gizi buruk
pada anak.
Di masa pertumbuhan, si kecil sangat memerlukan zat protein yang diandalkan untuk
membangun sel-sel tubuh dan karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh.
Bila tidak ada protein dan zat nutrisi lainnya, bukan tidak mungkin pertumbuhan si
kecil terhambat bahkan berhenti sebelum waktunya.
Maka itu penting bagi Anda untuk terus memantau kesehatan sang buah hati, apalagi
jika ia masih dalam usia di bawah lima tahun.
Lewat mengetahui status gizinya, Anda juga akan mengetahui apakah perkembangan
si kecil normal atau itu. Untuk itu, sebaiknya selalu periksakan anak ke dokter dengan
rutin.
Panduan penanganan gizi buruk pada anak
1. Fase stabilisasi
Fase stabilisasi adalah keadaan ketika kondisi klinis dan metabolisme anak belum
sepenuhnya stabil.
Dibutuhkan waktu sekitar 1—2 hari untuk memulihkannya, atau bahkan bisa lebih
tergantung dari kondisi kesehatan anak.
Tujuan dari fase stabilisasi yakni untuk memulihkan fungsi organ-organ yang
terganggu serta pencernaan anak agar kembali normal.
Dalam fase ini, anak akan diberikan formula khusus berupa F 75 atau modifikasinya,
dengan rincian ini.
Jika anak masih menyusui ASI, pemberian ASI bisa dilakukan setelah anak
mendapatkan formula khusus.
Bagi orangtua, sebaiknya perhatikan aturan pemberian formula seperti:
Lebih baik gunakan cangkir dan sendok daripada botol susu, meskipun anak masih
bayi.
Gunakan alat bantu pipet tetes untuk anak dengan kondisi sangat lemah.
2. Fase transisi
Fase transisi adalah masa ketika perubahan pemberian makanan tidak menimbulkan
masalah bagi kondisi anak.
Fase transisi biasanya berlangsung selama 3-7 hari dengan pemberian susu formula
khusus berupa F 100 atau modifikasinya.
Pemberian formula khusus dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Paling tidak setiap
4 jam sekali.
Jumlah volume yang diberikan pada 2 hari pertama (48 jam) tetap menggunakan F 75.
ASI tetap diberikan setelah anak menghabiskan porsi formulanya.
Jika volume pemberian formula khusus tersebut telah tercapai, tandanya anak sudah
siap untuk masuk ke fase rehabilitasi.
3. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah masa ketika nafsu makan anak sudah kembali normal dan
sudah bisa diberikan makanan agak padat melalui mulut atau oral.
Akan tetapi, bila anak belum sepenuhnya bisa makan secara oral, pemberiannya bisa
dilakukan melalui selang makanan (NGT).
Fase ini umumnya berlangsung selama 2—4 minggu sampai indiktor status gizin
BB/TB-nya mencapai -2 SD dengan memberikan F 100.
Dalam fase transisi, pemberian F 100 bisa dilakukan dengan menambah volumenya
setiap hari. Hal ini dilakukan sampai saat anak tidak mampu lagi menghabiskan
porsinya.
F 100 merupakan energi total yang dibutuhkan anak untuk tumbuh serta berguna
dalam pemberian makanan di tahap selanjutnya.
Secara bertahap, nantinya porsi menu makanan anak yang teksturnya padat bisa mulai
ditambah dengan mengurangi pemberian F 100.
Setelah menjalankan pengobatan yang disarankan, anak dapat dikatakan sembuh bila
BB/TB atau BB/PB sudah lebih dari -2 SD.
Meski begitu, aturan pemberian makan yang tepat tetap masih harus dijalankan.
Bahan-bahan:
Tepung beras 25 gr
Kacang hijau atau kacang merah 60 gr
Gula 15 gr
Minyak goreng 10 gr
Garam beryodium dan air secukupnya
Cara membuat:
1. Rebus kacang hijau dengan 4 gelas air matang selama 30 menit.
2. Setelah matang, hancurkan menggunakan saringan kawat.
3. Campurkan tepung beras, gula, minyak, garam, dan air dingin sebanyak 50 cc
(1/4 gelas).
4. Masukkan ke dalam air rebusan kacang hijau yang sudah dihancurkan, lalu aduk
sampai matang di atas api kecil.
2. Makanan formula tahu dan ayam
Bahan-bahan:
Tahu 55 gr
Tepung beras 40 gr
Gula 20 gr
Minyak goreng 15 gr
Daging ayam 70 gr
Garam beryodium dan air secukupnya
Cara membuat:
1. Rebus tahu dan ayam dalam 500 cc air hingga matang, selama sekitar 10 menit.
2. Setelah matang, hancurkan dengan menggunakan saringan kawat atau diulek.
3. Masukkan tepung beras, gula, minyak, dan garam, dan lanjutkan memasak
sembari di aduk di atas api kecil selama 5 menit.