SKENARIO 1
MODUL 6.2
Disusun oleh :
Nama : Muhammad irfan mubarak
Nim : 18109011018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Kurus sekali anakku
Seorang ibu membawa anaknya usia 2 tahun dengan berat 7kg berkonsultasi di tempat
praktek Anda,dengan keluhan berat badan anak sulit naik, dan anak terlihat sangat kurus.
Anak sehari-hari makan 3x sekitar 4 sendok dengn bubur lauk tahu kering tempe dan
kerupuk.jarang sekali makan ikan dan daging, namun sesekali makan sayur dan buah.. Anak
tidak suka minum susu, karena lebih suka minum teh/ air putih. Tiga bulan terakhir anak
sering sakit seperti batuk pilek demam dan diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak
tampak lesu,terdapat iga gambangan,baggy pants,muscle wasting,tidak didapatkan edema.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Hal ini
seperti marasmus,kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk.Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental,pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan maupun berat, gejala
gastrointestinal,rambut kepala mudah dicabut,kulit penderita biasanya kering dengan
menunjukkan garisgaris kulit yang lebih mendalam dan lebar,sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persikan kulit,pembesaran hati,anemia ringan,pada biopsi hati
ditemukan perlemakan.Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan
perlemakan hati dan oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses
katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi
dengan jumlah kalori yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet
akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat menyebabkan produksi insulin
meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang
akan disalurkan ke otot. Kurangnya pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh
berkurangnya asam amino dalam serum yang kemudian menimbulkan oedema.
3 Marasmiks-Kwashiorkor
Marasmic-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa gejala
klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut umur (U) <
60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.
. Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak memeroleh makanan
dengan kandungan energi dan protein yang cukup. Umumnya hal ini sering dikaitkan
dengan tingkat perekonomian yang rendah.
Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau kwashiorkor banyak terjadi di negara
berkembang. Selain dikarenakan rendahnya tingkat perekonomian, kurangnya
pengetahuan orangtua akan nutrisi yang diperlukan tubuh anak juga turut memengaruhi.
Global
Sekitar 462 juta dewasa tergolong berat badan kurang (underweight). Selain itu,
diperkirakan lebih dari 150 juta balita mengalami stunting dan 50 juta anak mengalami gizi
buruk. [1] Data UNICEF menyatakan bahwa secara global, 1 dari 4 balita menderita stunting.
India merupakan negara dengan jumlah balita pendek tertinggi, sementara Indonesia
menempati peringkat kelima.
Populasi yang paling berisiko mengalami malnutrisi adalah wanita, bayi, dan anak-
anak. Untuk itu, penting untuk memastikan asupan nutrisi adekuat bagi ibu dan anak, sejak
saat konsepsi hingga usia 2 tahun. Populasi lanjut usia juga berisiko untuk mengalami
malnutrisi, khususnya yang dirawat inap di rumah sakit.
Indonesia
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, persentase balita pendek (stunting) di
Indonesia termasuk tinggi, yaitu mencapai 37,2%, dengan Nusa Tenggara Timur sebagai
provinsi dengan angka persentase tertinggi menderita stunting.
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa
batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya
terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan
mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.
Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).
Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon
patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg
pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena
penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke
edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting
intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke
ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak
pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan
kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
3 Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
4 Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
kongenital.
6 Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
7 Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
9 Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
10 Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi
Anamnesis awal:
untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:
- syok/renjatan
- letargis
- muntah dan atau diare atau dehidrasi
Anamnesis lanjutan:
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya gizi buruk:
- riwayat kehamilan & kelahiran (prematur, BBLR)
- riwayat pemberian makan (ASI, MP-ASI)
- riwayat imunisasi & pemberian vit A dosis tinggi
- riwayat penyakit penyerta/penyulit (diare,
cacing,TB,malaria,ISPA/pneumonia, HIV/AIDS)
- riwayat tumbuh kembang (motorik, apakah rutin
menimbang di posyandu, punya KMS)
- penyebab kematian pada saudara kandung
- status sosial, ekonomi dan budaya keluarga
Pemeriksaan fisik:
- Tanda-tanda gangguan sirkulasi
(Tensi, Nadi, Frekuensi pernafasan)
- Tanda-tanda dehidrasi
(mata cekung!, kehausan!, kering pada bibir &
mulut, turgor menurun!, kencing terakhir!)
- Tanda-tanda hipoglikemi & hipotermi
- Tanda-tanda infeksi (demam ?)
Pemeriksaan Laboratorium/radiologi:
- Hemoglobin
- Gula darah
- urine rutin
- Albumin, elektrolit (K, Na, cl)
- serum zinc dll
- thorax foto, USG dll
Fase Transisi:
Masa peralihan (dari stabilisasi ke rehabilitasi)
Peningkatan jumlah cairan dan konsistensi formula
dilakukan perlahan-lahan agar sel-sel usus
beradaptasi.
Berlangsung 1 minggu (umumnya)
Fase Rehabilitasi:
Pemberian makanan untuk tumbuh kejar
Energi dan protein ditingkatkan sesuai kemampuan.
Berlangsung 2 – 4 minggu (umumnya)
• Fase Tindak lanjut:
Setelah anak dipulangkan dari RS/Puskesmas/Panti
Pemulihan Gizi
Makanan tumbuh kejar (Makanan keluarga dan PMTPemulihan)
Berlangsung sampai 4 - 5 bulan
11.5 Prognosis Gizi Buruk
Gizi buruk dapat memiliki prognosis yang baik jika mendapat intervensi yang cepat
dan tepat. Prognosis dapat menjadi buruk apabila anak mengalami penyakit penyerta
seperti infeksi.
Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah
keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui,
Mahakuasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC.
3. Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Jakarta: EGC.
4. Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:
EGC.
5. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.
6. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
7. Direktorat Bina Gizi. 2013. Rencana Kerja Bina Gizi Masyarakat Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
8. Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
9. Sjarif, Damayanti Rusli. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
10. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Natalia Puspitawati, (2011). Sanitasi LingkunganYang Tidak Baik Mempengaruhi
Status GiziPada Balita. Journal Stikes. Vol 6 No.1 :78-80.
12. Rahma Faiza, (2007). Faktor Risiko Kejadian GiziBuruk Pada Balita (12-59) Di
Wilayah KerjaPuskesmas Andalas Timur Kota Padang.Padang.