Anda di halaman 1dari 33

Tinjauan Pustaka

Gizi Buruk pada Anak Usia 1 Tahun

Amira Yasmine*102015060

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta


Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
Email : amira.2015fk060@civitas.ukrida.ac.id

Tutor : Dr.Monica

Abstrak
Malnutrisi atau gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkan oleh
kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Marasmus yaitu malnutrisi karbohidrat,
lemak, protein. Kwashiorkor (kekurangan protein meski asupan gizinya cukup) dan
marasmic-kwashiorkor (campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus).
Anak balita (di bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan
berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan
sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia,
dikategorikan bergizi baik, kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang dan apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk.
Kata kunci : Malnutrisi, Marasmus, Anak

Malnutrition or poor nutrition is a type of non-infectious disease caused by a deficiency of


one or more nutrients at a macro level. Marasmus is malnutrition of carbohydrates, fats,
proteins. Kwashiorkor (lack of protein despite adequate nutritional intake) and marasmic-
kwashiorkor (combination of several clinical symptoms of kwashiorkor and marasmus).
Children under under five years old healthy or malnourished can be known from their weight
gain every month until the age of at least 2 years. If weight gain is in accordance with age
according to a standard of the World Health Organization, it is categorized as good nutrition,
if under the standard is called less nutrition and if it is far below the standard it is said to be
poor nutrition.

Keywords: Malnutrition, Marasmus, Children


I.Pendahuluan
Latar Belakang
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat
badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir. Kriteria
lain yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90%
berat badan ideal berdasarkan tinggi badan. Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu
bentuk malgizi protein dan energy karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang
Secara epidemiologi, di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas
tahun 2013 tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi
buruk dan kurang Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat
jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah
menurun 0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249.

Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan berat
badan, perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan dapat
menyebabkan gagal tumbuh. Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu
penurunan sistem imun, depresi, kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot
pernapasan, serta penurunan fungsi jantung.

Skenario 10

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan susah
makan sejak 3 bulan yang lalu

Anamnesis

RPS : berat badan dirasakan sulit naik sejak 2 bulan yang lalu, terlihat lebih kurus
dibandingkan anak seusianya, demam dan batuk (-), riwayat kontak dengan penderita TB (-).
Riwayat diet dan nutrisi : ASI sejak lahir sampai sekarang, MPASI pertama sejak 6 bulan
berupa bubur susu dan pisang lumat. Makan hanya bubur, sayur dan tahu tempe. Tidak
pernah konsumsi daging sapi, ayam, ikan dan protein hewani lainnya. Makan hanya 1-
2x/hari, tidak konsumsi susu formula. Sejak 3 bulan yang lalu selalu menolak makan bila
disuapin, hanya ASI aja.

RPD : sering batuk, pilek, panas dan mencret


RPK : (-)

Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap, Hepatitis 3x, BCG 1x, DPT 2x, Polio 3x

Riwayat tumbuh kembang : baru bisa duduk dengan pegangan, belum bisa duduk sendiri

Riwayat sosial ekonomi : ibu sebagai ibu rumah tangga dan ayah kerja serabutan, tinggal di
lingkungan kumuh dan anak ini anak kedua dari 2 bersaudara

Pemeriksaan Fisik : tampak sangat kurus, letargi, kurang aktif, tanda dehidrasi (-), edema (-
), terlihat seperti orang tua, TTV dalam batas normal

BB : 6 kg, PB : 75cm (BB/PB < -3 )

Rambut jagung, berwarna merah, mudah dicabut, konjungtiva anemis +/+, tidak ditemukan
bercak bitot dan tidak ditemukan pembesaran KGB, Iga gambang, perut cekung, turgor kulit
kembali lambat, muscle wasting +, baggy pants +

WD : Gizi buruk kondisi V tipe Marasmus

DD : Kwashiorkor, Marasmik-Kwashiorkor

II. Kajian Pustaka. ¹


Identifikasi Gizi. ¹
Pada tabel ini terlihat pada anak usia 0-24 bulan dengan panjang badan 75 cm,
normalnya mempunya median berat badan 9.5. Sedangkan pada skenario ini berat badan anak
6 kg sudah masuk -3 SD (gizi buruk/malnutrisi)
Klasifikasi gizi buruk pada anak
1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Marasmik-Kwashiorkor

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi Malnutrisi Energi


Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Gambar 2: Monitoring Pertumbuhan Anak


Pada anamnesis, kita tanyakan pada orang tua anak tersebut bagaimana kenaikan berat badan
di kartu KMS, riwayat nutrisi makanan yang dikonsumsi juga termasuk ASI dan MPASI,
adakah penyakit yang diderita misalnya : diare, batuk, pilek dan riwayat imunisasi.

Diagnosa gizi buruk pada anak


Penemuan kasus balita KEP (Kurang Energi Protein) dapat dimulai dari :

1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita berada pada
daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).

Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada
pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah, tetapi bila anak dikategorikan dalam
KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM) segera
lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti sesuai umur. Bila KEP Berat/Gizi
buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila tanpa
penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP berat/Gizi buruk
dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.

5 Kondisi Gizi Buruk Pada Anak

MARASMUS. ²
Etiologi
 Faktor ekonomi
 Faktor sosial
 Adanya Infeksi
 Nutrisi
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status
gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan
gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut “marasmus atau
kwashiorkor”.
 Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh
defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat
terjadi bersama atau tanpa disertai defisiensi protein.
Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi
bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak
dapat berlanjut ke dalam status marasmik
kwashiorkor.
 GEJALA KLINIS
Bayi cengeng dan sering merasa lapar

Iga gambang dan perut cekung

- Otot paha mengendor (baggy pant)

- Ubun-ubun cekung pada bayi


- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat
bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.
- Oedema (bengkak) tidak terjadi.
- Warna rambut tidak berubah.
- Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi
pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai
kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan
adipose pada marasmus berat tidak menghalangi
homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun
menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan
persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang
menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive
- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,
disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat
kurus dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi,
- Abdomen dapat kembung dan datar.
- Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian
lesu dan nafsu makan hilang.
- Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mucus dan sedikit.

 KOMPLIKASI
 Defisiensi Vitamin A
 Dermatosis
 Kecacingan
 diare kronis
 tuberculosis

 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP
berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam
sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan
sendok. Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan
segera rujuk ke RSU kabupaten.

2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain
mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak
tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan
lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh
anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan
ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada
keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol
berisi air panas.

3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :

 Ada riwayat diare sebelumnya

 Anak sangat kehausan

 Mata cekung

 Nadi lemah

 Tangan dan kaki teraba dingin

 Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.


Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
 Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan
oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi
intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan
1:1.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya :

 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.


 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.


- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa
makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum,
Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak.

Contoh bahan makanan sumber mineral :

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.


Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging tanpa
lemak.

5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi
buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :

KOTRIMOKSASOL AMOKSIS
ILIN
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
 Beri 3
 Beri 2 kali sehari selama 5 hari
kali
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa Anak 40 mg
BADAN 80 mg 20 mg trimeto 125 mg
trimeto trimeto prim + 200 per 5 ml
prim + 400 prim + 100 mg
mg mg sulfametok
sulfametok sulfametok sazol
sazol sazol
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
 Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi,
maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila
tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
 Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5
mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit

6. Mulai pemberian makanan


Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :

Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal
saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan


jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip
tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :

- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa


- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet
- Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal
pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak.
Keterangan :
 Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian
formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
 Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan petugas )
 Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
 Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada
hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
 Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

- Jumlah yang diberikan dan sisanya


- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-
mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)


Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :

Fase Transisi (minggu ke 2) :

 Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk


menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan
dalam jumlah banyak secara mendadak.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam
jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan
dengan kandungan energi dan protein yang sama.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

- Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.


- Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
- Protein 4-6 gram/kg bb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

- Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak terbatas dan sering


- Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
- Protein 4-6 g/kgbb/hari
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula (
lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-
kejar.
- Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi :

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

- Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.


- Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75  FORMULA WHO


100 ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro


Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.
Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe).
Tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu
ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

 Tambahan multivitamin lain


 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup
besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :

UMUR TABLET BESI/FOLAT


SIRUP BESI
DAN Sulfas ferosus 200 mg +
Sulfas ferosus 150 ml
0,25 mg Asam Folat
BERAT BADAN
 Berikan 3 kali sehari
 Berikan 3 kali sehari
6 sampai 12 bulan
¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5
½ tablet 5 ml (1 sendok teh)
tahun

 Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal
sebagai berikut :

PIRANTEL PAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A


Umur
200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :

- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.


Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di
rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa.
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan
aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas


- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan
selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan
anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
- Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )
sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana
yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,
Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

Bagan dan Jadwal Pengobatan. ³

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian

Makanan

7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan

Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

 TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

 SYARAT DIET PENDERITA MARASMUS ENERGI TINGGI PROTEIN TINGGI


(ETPT) :
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.
Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Nasi, Roti, mie,
makaroni, cake, tarcis,
puding, pastri, dodol,
ubi, gula pasir.
Sumber protein Daging sapi, ayam, Dimasak dengan
ikan, telur, susu, keju, banyak minyak atau
yoghurt dan es krim. kelapa/santan kental.
Sumber protein nabati Semua jenis kacang- Dimasak dengan
kacangan, tempe, tahu banyak minyak atau
dan pindakas. kelapa/santan kental
Sayuran Semua jenis sayuran, Dimasak dengan
terutama jenis bayam, banyak minyak atau
daun singkong, kacang kelapa/santan kental.
panjang, labu siam, dan
wortel, dengan teknik
pengolahan direbus,
dikukus dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah
kering dan jus buah.
Lemak dan minyak Minyak goreng, Santan kental
mentega, margarin,
santan encer dan salad
dressing.
Minuman Soft drink, madu, sirup, Minuman rendah
teh dan kopi encer. energi.
Bumbu Bumbu tidak tajam Bumbu yang tajam
seperti bawang merah, seperti cabe dan merica.
bawang putih, laos,
salam dan kecap.
 CONTOH MENU

KWASHIORKOR²

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein
berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang
normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan
kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.

Jika marasmus umumnya terjadi pada bayi dibawah 12 bulan, kwashiorkor biasanya
terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat, jaringan otot lunak dan
kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding bayi marasmus. Istilah
kwashiorkor sendiri berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan
kasih sayang ibu. Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya
tremor seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang) syaraf tunggal
maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus berkedip, atau
pada pita suara serak, perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng,
apatis, hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan
defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada kasus ini.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung


kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain :
1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang
tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan
lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Gejala Klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor,
antara lain :

 Gagal untuk menambah berat badan


 Pertumbuhan linear terhenti.
 Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
 Diare yang tidak membaik
 Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
 Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
 Penurunan masa otot
 Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
 Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan
anemia.
 Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan
berakhir dengan kematian

Komplikasi

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen.

Penatalaksanaan/ terapi

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan


shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan
mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula
sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat
menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,
memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian
makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/
perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose
intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

Prognosis

Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak
secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan
intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau
penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal.

MARASMIC KWASHIORKOR. ¹

Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)


gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi
kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan
energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai

Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh
menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala
kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya
mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan
protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus KEP-marasmus,
Kwashiorkor atau keduanya.

PENCEGAHAN KEP

KEP disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun
lingkungan (masyarakat). Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara simultan dan
konsisten. Meskipun KEP tidak sepenuhnya dapat diberantas, tanpa harus menunggu, dapat
segera dilaksanakan beberapa tindakan untuk mengatasi keadaan :

1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare:

- Sanitasi : personal, lingkungan terutama makanan dan peralatannya.


- Pendidikan : Dasar, Kesehatan dan Gizi.
- Program Imunisasi.

2. Pencegahan penyakit yang erat dengan lingkungan, seperti TBC, DHF


3. Memperkecil dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare di wilayah yang sanitasi
lingkungannya belum baik. Diarhea merupakan penyakit endemo-epidemik yang menjadi
salah satu penyebab bagi malnutrisi. Dehidrasi awal dan re-feeding secepat mungkin
merupakan pencegahan untuk menghindari bayi malnutrisi/KEP.
4. Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan:

- Memonitor tumbuh kembang dan status gizi Balita secara kontinyu, misalnya dengan
tolok ukur KMS.
- Perhatian khusus untuk faktor “risiko tinggi” yang akan berpengaruh kelangsungan
status gizi (antara lain: kemiskinan, ketidak tahuan, adanya penyakit infeksi).

5. Memelihara status gizi anak

- Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik diharapkan akan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
- Setelah lahir segera diberi ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.
- Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 4 atau 6 bulan
secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.
- Memperpanjang masa menyusui (prolong lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.

PENATALAKSANAAN
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan


kegawatan)
1) Penanganan hipoglikemi
2) Penanganan hipotermi
3) Penanganan dehidrasi
4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5) Pengobatan infeksi
6) Pemberian makanan
7) Fasilitasi tumbuh kejar
8) Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9) Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10) Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta


1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
 Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama
7-10 hari
 Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
 Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat)
1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.

4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis
merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hari.
6. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi)
dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
 Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan
status hidrasi  syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di
atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian
Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam,
selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
 Bila tidak ada perbaikan klinis  anak menderita syok septik. Dalam hal ini,
berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah
sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah
pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
 Hb < 4 g/dl
 Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
 Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
 Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak
dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan
diulangi pemberian darah.

MENU MAKAN

1. Marasmus
Marasmus merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein, terutama
kekurangan energi yang berlebihan dan terjadi sangat lama atau menahun. Diet yang
digunakan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Makanan yang
disarankan adalah makanan yang banyak mengandung energi (kalori), sehingga
kebutuhan kalorinya terpenuhi.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmus :
Makan Pagi :
Bubur Jagung
*
Susu
Selingan Pagi :
Sus Kentang Vla Buah

Makan Siang :
Nasi Tim Keju
*
Susu Kedelai
Selingan Sore :
Puding Roti
Makan Malam :
Schotel Talas
*
Jus Pepaya Jeruk
2. Kwasiorkor
Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein, terutama
kekurangan protein yang berlebihan. Diet yang digunakan adalah diet Energi Tinggi
Protein Tinggi (ETPT). Terutama penambahan protein harus sangat diperhatikan.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Kwashoiorkor :
Makan Pagi :
Nasi Sup Bola Ayam
*
Jus Pepaya Tomat
Selingan Pagi :
Bubur Kacang Hijau
Makan Siang
Nasi Tim Wortel Daging
*
Jus Wortel
Sellingan Sore :
Puding Kacang Merah
Makan Malam :
Schotel Mie
*
Milkshake Coklat
3. Marasmic Kwasiorkor
Marasmic Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan
protein dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit ini sebagai bentuk terparah dari
jenis penyakit KEP. Diet yang digunakan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi
(ETPT). Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi Protein dan tinggi
energi, tetapi tidak boleh merangsang pencernaan dan makanan tidak boleh keras,
lebih disarankan makanan yang lembek.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmic-Kwashoiorkor :

Makan Pagi :
Puree Greenpeas Soup
*
Susu Kedelai
Selingan Pagi :
Bubur Susu Ubi
Makan Siang :
Nasi tim Saring Bayam Merah
*
Puree Pisang
Selingan Sore :
Bubur Saring Ketan Hitam
Makan Malam :
Bubur Kentang Brokoli
*
Susu Sari Jeruk

Kesimpulan

Gizi buruk merupakan masalah yang serius. Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-
kwashiorkor adalah serangkaian penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena
mengalami kekurangan protein, kekurangan energi, dan komplikasi dari keduanya,
kekurangan energi dan karbohidrat. Dalam proses penanganannya lebih spesifik karena
penderita penyakit ini harus dirawat secara intens dan dipantau secara terus-menerus, dan
waktu yang diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit ini tidaklah sebentar.

Makanan yang dikonsumsipun disarankan makanan yang tinggi energi tinggi protein.
Jika keadaan lebih memburuk, selain makanan yang tinggi energi tinggi protein biasanya
akan dirawat secara intens karena memerlukan perlakuan khusus.

Daftar Pustaka

Dr.Minarto. Bagan tatalaksana anak gizi buruk buku I. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Cetakan VI; 2011.h.14-31.

Buku saku gizi buruk 2015. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh
tanggal 22 november 2019
https://www.google.com/search?q=klasifikasi+gizi+buruk&safe=strict&source=lnms&sa=X&ved=0ah
UKEwibnJP7-f3lAhXjzDgGHalOBbIQ_AUIDSgA

Buku saku gizi buruk 2017. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh
tanggal 22 november 2019
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Buku-Saku-Nasional-
PSG-2017_975.pdf

Anda mungkin juga menyukai