Amira Yasmine*102015060
Tutor : Dr.Monica
Abstrak
Malnutrisi atau gizi buruk merupakan jenis penyakit non infeksi yang disebabkan oleh
kekurangan satu zat gizi atau lebih secara makro. Marasmus yaitu malnutrisi karbohidrat,
lemak, protein. Kwashiorkor (kekurangan protein meski asupan gizinya cukup) dan
marasmic-kwashiorkor (campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus).
Anak balita (di bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan
berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan
sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia,
dikategorikan bergizi baik, kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang dan apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk.
Kata kunci : Malnutrisi, Marasmus, Anak
Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan berat
badan, perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan dapat
menyebabkan gagal tumbuh. Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu
penurunan sistem imun, depresi, kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot
pernapasan, serta penurunan fungsi jantung.
Skenario 10
Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan susah
makan sejak 3 bulan yang lalu
Anamnesis
RPS : berat badan dirasakan sulit naik sejak 2 bulan yang lalu, terlihat lebih kurus
dibandingkan anak seusianya, demam dan batuk (-), riwayat kontak dengan penderita TB (-).
Riwayat diet dan nutrisi : ASI sejak lahir sampai sekarang, MPASI pertama sejak 6 bulan
berupa bubur susu dan pisang lumat. Makan hanya bubur, sayur dan tahu tempe. Tidak
pernah konsumsi daging sapi, ayam, ikan dan protein hewani lainnya. Makan hanya 1-
2x/hari, tidak konsumsi susu formula. Sejak 3 bulan yang lalu selalu menolak makan bila
disuapin, hanya ASI aja.
Imunisasi : imunisasi dasar tidak lengkap, Hepatitis 3x, BCG 1x, DPT 2x, Polio 3x
Riwayat tumbuh kembang : baru bisa duduk dengan pegangan, belum bisa duduk sendiri
Riwayat sosial ekonomi : ibu sebagai ibu rumah tangga dan ayah kerja serabutan, tinggal di
lingkungan kumuh dan anak ini anak kedua dari 2 bersaudara
Pemeriksaan Fisik : tampak sangat kurus, letargi, kurang aktif, tanda dehidrasi (-), edema (-
), terlihat seperti orang tua, TTV dalam batas normal
Rambut jagung, berwarna merah, mudah dicabut, konjungtiva anemis +/+, tidak ditemukan
bercak bitot dan tidak ditemukan pembesaran KGB, Iga gambang, perut cekung, turgor kulit
kembali lambat, muscle wasting +, baggy pants +
DD : Kwashiorkor, Marasmik-Kwashiorkor
Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita berada pada
daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).
Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada
pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah, tetapi bila anak dikategorikan dalam
KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Puskesmas
Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM) segera
lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti sesuai umur. Bila KEP Berat/Gizi
buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila tanpa
penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP berat/Gizi buruk
dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.
MARASMUS. ²
Etiologi
Faktor ekonomi
Faktor sosial
Adanya Infeksi
Nutrisi
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status
gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan
gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut “marasmus atau
kwashiorkor”.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh
defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat
terjadi bersama atau tanpa disertai defisiensi protein.
Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi
bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak
dapat berlanjut ke dalam status marasmik
kwashiorkor.
GEJALA KLINIS
Bayi cengeng dan sering merasa lapar
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberculosis
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan
lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh
anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan
ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada
keadaan hipothermia. Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol
berisi air panas.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan
oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi
intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan
1:1.
Berikan :
Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi
buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
KOTRIMOKSASOL AMOKSIS
ILIN
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 3
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
kali
sehari
untuk 5
UMUR
hari
ATAU Tablet Tablet Sirup/5ml Sirup
BERAT dewasa Anak 40 mg
BADAN 80 mg 20 mg trimeto 125 mg
trimeto trimeto prim + 200 per 5 ml
prim + 400 prim + 100 mg
mg mg sulfametok
sulfametok sulfametok sazol
sazol sazol
2 sampai 4
bulan ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5
thn 1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit infeksi,
maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi lebih parah. Bila
tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan metronidasol 7,5
mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut segera rujuk ke rumah sakit
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal
saja.
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
MAKANAN KELUARGA
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal
sebagai berikut :
PIRANTEL PAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana
yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,
Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab
diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk
pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
KWASHIORKOR²
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein
berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang
normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan
kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.
Jika marasmus umumnya terjadi pada bayi dibawah 12 bulan, kwashiorkor biasanya
terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat, jaringan otot lunak dan
kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding bayi marasmus. Istilah
kwashiorkor sendiri berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan
kasih sayang ibu. Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya
tremor seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang) syaraf tunggal
maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus berkedip, atau
pada pita suara serak, perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng,
apatis, hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan
defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada kasus ini.
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang
tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan
lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Gejala Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor,
antara lain :
Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen.
Penatalaksanaan/ terapi
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama,
memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian
makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/
perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose
intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak
secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan
intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau
penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal.
MARASMIC KWASHIORKOR. ¹
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh
menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala
kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya
mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan
protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus KEP-marasmus,
Kwashiorkor atau keduanya.
PENCEGAHAN KEP
KEP disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun
lingkungan (masyarakat). Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara simultan dan
konsisten. Meskipun KEP tidak sepenuhnya dapat diberantas, tanpa harus menunggu, dapat
segera dilaksanakan beberapa tindakan untuk mengatasi keadaan :
- Memonitor tumbuh kembang dan status gizi Balita secara kontinyu, misalnya dengan
tolok ukur KMS.
- Perhatian khusus untuk faktor “risiko tinggi” yang akan berpengaruh kelangsungan
status gizi (antara lain: kemiskinan, ketidak tahuan, adanya penyakit infeksi).
- Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik diharapkan akan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
- Setelah lahir segera diberi ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.
- Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 4 atau 6 bulan
secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga.
- Memperpanjang masa menyusui (prolong lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.
PENATALAKSANAAN
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis
merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hari.
6. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi)
dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan
status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di
atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian
Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam,
selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini,
berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah
sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah
pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak
dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan
diulangi pemberian darah.
MENU MAKAN
1. Marasmus
Marasmus merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein, terutama
kekurangan energi yang berlebihan dan terjadi sangat lama atau menahun. Diet yang
digunakan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Makanan yang
disarankan adalah makanan yang banyak mengandung energi (kalori), sehingga
kebutuhan kalorinya terpenuhi.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmus :
Makan Pagi :
Bubur Jagung
*
Susu
Selingan Pagi :
Sus Kentang Vla Buah
Makan Siang :
Nasi Tim Keju
*
Susu Kedelai
Selingan Sore :
Puding Roti
Makan Malam :
Schotel Talas
*
Jus Pepaya Jeruk
2. Kwasiorkor
Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan protein, terutama
kekurangan protein yang berlebihan. Diet yang digunakan adalah diet Energi Tinggi
Protein Tinggi (ETPT). Terutama penambahan protein harus sangat diperhatikan.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Kwashoiorkor :
Makan Pagi :
Nasi Sup Bola Ayam
*
Jus Pepaya Tomat
Selingan Pagi :
Bubur Kacang Hijau
Makan Siang
Nasi Tim Wortel Daging
*
Jus Wortel
Sellingan Sore :
Puding Kacang Merah
Makan Malam :
Schotel Mie
*
Milkshake Coklat
3. Marasmic Kwasiorkor
Marasmic Kwasiorkor merupakan penyakit akibat dari kekurangan energi dan
protein dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit ini sebagai bentuk terparah dari
jenis penyakit KEP. Diet yang digunakan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi
(ETPT). Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi Protein dan tinggi
energi, tetapi tidak boleh merangsang pencernaan dan makanan tidak boleh keras,
lebih disarankan makanan yang lembek.
Berikut Contoh Menu Sehari untuk Penderita Marasmic-Kwashoiorkor :
Makan Pagi :
Puree Greenpeas Soup
*
Susu Kedelai
Selingan Pagi :
Bubur Susu Ubi
Makan Siang :
Nasi tim Saring Bayam Merah
*
Puree Pisang
Selingan Sore :
Bubur Saring Ketan Hitam
Makan Malam :
Bubur Kentang Brokoli
*
Susu Sari Jeruk
Kesimpulan
Gizi buruk merupakan masalah yang serius. Marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-
kwashiorkor adalah serangkaian penyakit yang dialami oleh bayi hingga balita karena
mengalami kekurangan protein, kekurangan energi, dan komplikasi dari keduanya,
kekurangan energi dan karbohidrat. Dalam proses penanganannya lebih spesifik karena
penderita penyakit ini harus dirawat secara intens dan dipantau secara terus-menerus, dan
waktu yang diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit ini tidaklah sebentar.
Makanan yang dikonsumsipun disarankan makanan yang tinggi energi tinggi protein.
Jika keadaan lebih memburuk, selain makanan yang tinggi energi tinggi protein biasanya
akan dirawat secara intens karena memerlukan perlakuan khusus.
Daftar Pustaka
Dr.Minarto. Bagan tatalaksana anak gizi buruk buku I. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Cetakan VI; 2011.h.14-31.
Buku saku gizi buruk 2015. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh
tanggal 22 november 2019
https://www.google.com/search?q=klasifikasi+gizi+buruk&safe=strict&source=lnms&sa=X&ved=0ah
UKEwibnJP7-f3lAhXjzDgGHalOBbIQ_AUIDSgA
Buku saku gizi buruk 2017. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh
tanggal 22 november 2019
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Buku-Saku-Nasional-
PSG-2017_975.pdf