Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN MARASMUS

DI RUANG ADE IRMA SURYANI (AIS)


DI RSUD SEKARWANGI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun Oleh:
RATU SITI RAFIAH NURAMALIAH
C1AC20093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2020
MARASMUS

A. Pengertian
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan
berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata
dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).

B. Etiologi
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.

C. Patofisiologi
Asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh,
mengakibatkan kekurangan asam amino esensial yang diperlukan dalam
pertumbuhan dan perbaikan sel. Apabila kebutuhan zat gizi akan protein tidak
tercapai maka tubuh akan menggunakan cadangan makanan yang ada, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta
protein dengan melalui proses katabolik. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu
lama, cadangan itu akan habis dan akan menyebabkan kelainan pada jaringan,
dan proses 8 selanjutnya dalam tubuh akan menunjukkan manifestasi Kurang
Energi Protein (KEP) berat yang biasa disebut kwashiorkor (kekurangan
protein) ataupun marasmus (kekurangan energi).

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Adapun tanda dan gejala dari marasmus adalah sebagai berikut:
2. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
3. Wajah seperti orang tua
4. Cengeng dan rewel
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak
ada
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
kronik
7. Tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan berkurang
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
3. Cengeng, rewel
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit bahkan sampai Jaingan subkutan
hilang
7. Iga gambang
8. Kelaparan
9. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
kronik
10. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.

F. Komplikasi
Adapun komplikasi pada Marasmus yaitu sebagai berikut :
1. Infeksi
2. Tuberculosis
3. Parasitosis
4. Disentri
5. Malnutrisi kronik
6. Gangguan tumbuh kembang

G. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.


Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di
atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan
untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya
sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen
mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan
akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

H. Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi,
termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang
mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin. Faktor yang
mempengaruhi tes laboratorium :
1. Keseimbangan cairan
2. Fungsi hati
3. Fungsi Ginjal
4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah :
1. Pemberian diet dengan protein.
2. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang
menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang
menderita malnutrisi berat, seperti : kwashiorkor, marasmus, marasmus-
kwasiorkor atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah
pasien yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya
terjadinya komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial dan
kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan.
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan
perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan.
Menurut Hidayat (2012), kebutuhan nutrisi yang dikelompokkan berdasar usia
anak (terutama anak berumur kurang dari 5 tahun) :
1. Umur 0-4 Bulan
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi
ganggguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan
nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari menggunakan Air Susu
Ibu (ASI). ASI mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bagi anak mengingat zat gizi yang ideal terdapat di
dalamnya, di antaranya: Imunoglobulin (Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E)
merupakan protein yang dapat bergabung dengan bakteri dan
menghasilkan imunitas pada tubuh, lisozim merupakan satu enzim yang
tinggi jumlahnya dan berfungsi sebagai bakteriostatik (penghentian atau
penghambatan pertumbuhan bakteri) terhadap enterobakteria dan kuman
gram negatif dan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus,
kemudian laktoperoksidase enzim yang berfungsi membunuh strepkokus
dan lain-lain. Pemberian ASI Ekslusif adalah sampai empat bulan tanpa
makanan yang lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian ASI ini dapat dilakukan
melalui proses menyusui.
2. Umur 4-6 Bulan
Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah Air
Susu Ibu (ASI) kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan sari buah.
3. Umur 6-9 Bulan
Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan kebutuhan
nutrisi dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring
dan buah.
4. Umur 10-12
Bulan Pada usia ini anak tetap diberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan
penambahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan
yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya mengingat
pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah bertambah.
Pada usia ini anak senang makan sendiri dengan sendok atau suka makan
dengan tangan, pada anak seusia ini adalah merupakan usaha yang baik
dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk makanan.
5. Usia Todler dan Prasekolah (3-6 Tahun)
Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan
dengan makan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semuanya harus
dijelaskan pada anak atau diperkenalkan dan dilatih tentang
penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Dalam
pemenuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi menunya
untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang dianjurkan,
antara lain: daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Pada anak usia ini juga
perlu makanan padat sebab kemampuan mengunyah sudah mulai kuat.
J. Dx yang sering muncul
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang
2. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi
3. Resiko infeksi b.d daya tahan tubuh menurun
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d malnutrisi
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi

K. Discharge planning
1. Pemberian ASI sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi
2. Pemberian imunisasi
3. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur
6tahun ke atas
4. Pencegahan penyakit infeksi dengan meningkatkan kebersihan lingkungan
dan kebersihan perorangan
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap
6. Penyuluhan / pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka Panjang
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita didaerah yang
endemis kuang gizi dengan cara penimbangan berat bdan tiap bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,S.Kp dan Yuliani Rita,S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak (edisi
1). Jakarta : CV. Sagung Seto

Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta :
Media Action Publishing

http://www.infogizi.com/94/pencegahan-dan-pengobatan-gizi-buruk-pada-
anak.htmlelisa.ugm.ac.id/asuhan-keperawatan-malnutrisi-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai