Disusun oleh:
Rachaelia Adrianawati NPM 202011034
Pembimbing Akademik:
Christina Ririn Widianti, S.Kep., Ns., M.Kep.
1.2. Etiologi
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat (Ernawati,
2019).
1.3. Patofisiologi
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein, dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit sehingga setelah 25 jam dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya, katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa, jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol, dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi , jika
kekurangan makanan ini terjadi secara terus-menerus. Tubuh akan mempertahankan
diri untuk tidak memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
(Fitri, Nurislamyati & Febriyanti, 2021)
1.4. Manifestasi Klinik
Pada mulanya, ada kegagalan dalam menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus. Dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar, terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni, suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-
mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Fitri dkk., 2021).
2.3.Rencana Keperawatan
NO INTERVENSI RENCANA RASIONAL
DP KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan intervensi 1. O: Monitor berat 1. Status nutrisi
keperawatan selama 5 x24 jam, badan dapat dipantau
maka Ststus Nutrisi Bayi melalui
Membaik dengan kriteria hasil: kenaikan/penurun
1. BB= 3,8-5,5 kg an berat badan
2. PB/TB= 55,8-63,8 2. T: Dampingi ibu 2. Mendampingi
Sudarmi, Halimatusyaadiah & Dian. (2021). Pemberdayaan Ibu Bayi Meningkatkan Status
Gizi Bayi yang Berusia 6-12 Bulan Melalui Pijat Bayi Berbasisi Budaya Lokal
(OBISA) di Kota Mataram, Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5 (1).
DOI: https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.5685
Zam, Nurdiawan & Dilestari. (2018). Klasifikasi Kondisi Gizi Bayi Bawah Lima Tahun Pada
Posyandu Melati Dengan Menggunakan Algoritma Decision Tree, Jurnal Sistem
Komputer dan Informatika,3 (3). DOI: http://dx.doi.org/10.30865/json.v3i3.3892