Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

DENGAN GIZI BURUK TIPE MARASMUS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

Disusun oleh:
Rachaelia Adrianawati NPM 202011034

Pembimbing Akademik:
Christina Ririn Widianti, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2023
BAB 1
KONSEP DASAR
GIZI BURUK TIPE MARASMUS
1.1. Pengertian
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein
yang terjadi pada bayi di bawah 1 tahun (Ernawati, 2019).

1.2. Etiologi
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat (Ernawati,
2019).

1.3. Patofisiologi
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein, dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit sehingga setelah 25 jam dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya, katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa, jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol, dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi , jika
kekurangan makanan ini terjadi secara terus-menerus. Tubuh akan mempertahankan
diri untuk tidak memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
(Fitri, Nurislamyati & Febriyanti, 2021)
1.4. Manifestasi Klinik
Pada mulanya, ada kegagalan dalam menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus. Dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar, terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni, suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-
mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Fitri dkk., 2021).

1.5. Penatalaksanaan (Kusuma, Widyastuti & Pramono, 2018)


1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang
berat badan, kaji tanda-tanda vital.

1.6. Makanan Formula


Susu formula bayi merupakan cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang
diberikan pada bayi dan anak-anak yang berfungsi sebagai pengganti ASI (Air Susu
Ibu). Susu formula memiliki peranan penting dalam makanan bayi karena bisa sebagai
satusatunya sumber nutrisi bagi bayi dan komposisi susu formula yang
diperdagangkan dikontrol dengan hati-hati oleh FDA (Food and Drugs Association
atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika) mensyaratkan produk tersebut
telah memenuhi standar ketat tertentu (Sudarmi, Halimatusyaadiah & Dian, 2021).
Jenis makanan formula sebagai berikut:
a. Asi
Asi merupakan makanan bayi yang paling baik, kandungan gizi sesuai kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak. Asi juga
mengandung komponen kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta kasih
antara bayi dan ibu. Manfaat bagi ibu dapat mengurangi perdarahan setelah
melahirkan dengan memperbaiki kontraksi rahim ibu, mempercepat pemulihan
kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara
(Sudarmi, Halimatusyaadiah & Dian, 2021).
b. Pengganti air susu ibu PASI (Pengganti Air Susu Ibu) merupakan alternatif
terakhir bila memang ASI tidak keluar, kurang atau mungkin karena penyebab
kondisi lainnya. PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi
kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berusia 6 bulan.
PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal 0-6 bulan, susu lanjutan
usia lebih dari 6 bulan dan susu formula khusus. Susu formula khusus diberikan
pada bayi yang mengalami gangguanmalabsorbsi, alergi, intoleransi laktosa
ataupun penyakit metabolik lainnya.
c. Susu formula khusus Susu formula khusus merupakan susu hidrolisat protein
parsial. Golongan susu ini digunakan untuk bayi yang beresiko alergi atau untuk
mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat. Susu formula berbeda
dengan susu sapi murni. Dalam susu formula ada tambahan nutrisi yang sudah
terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi, karena itu pemberian
susu formula harus sesuai dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah
dianjurkan.
d. RUTF(Ready to Use Therapeutic Food) RUTF dapat dibuat dalam skala industri
atau rumah tangga. Perawatan balita gizi buruk dengan berbagai tipenya dapat
diberikan RUTF yang dapat dibuat dalam bentuk komersial, yaitu bentuk padat
(tepung biskuit, permen) dan setengah padat (pasta dan krim). Jenis setengah
padat bertekstur lembut, enak, diperkaya dengan mineral, serta tinggi energi dan
protein dan mudah dikonsumsi dimanapun dan k kapanpun karena tidak perlu
dimasak. Menurut Latham et al (2011) yang dicitasi oleh Sudarmi, dkk. (2021),
RUTF dapat dibuat menggunakan bahan pangan dari daerah lokal, disesuaikan
dengan daerahnya masing-masing. RUTF merupakan makanan terapi yang
diberikan berupa makanan lumat berbentuk seperti bubur susu. Sebelum diberikan
kepada pasien, serbuk RUTF tersebut diseduh terlebih dahulu. Perporsinya sebesar
35 gram dengan energi 175-200 kalori, protein 10%-20%, lemak 20%-40% dan
karbohidrat 50%-60% (Unicef, 2012). RUTF ini mengandung energi yang cukup
tinggi sehingga dalam terapinya dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam sehari.
Sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan untuk
tumbuh kembang pasien serta kebutuhan pasien yang meningkat akibat penyakit
infeksi yang diderita selama dirawat inap. Pemberian makanan secara tepat dan
benar dengan memenuhi kebutuhan pasien dapat meningkatkan berat badan pasien
selama dirawat inap (Sudarmi, Halimatusyaadiah & Dian, 2021).
1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N
DENGAN GIZI BURUK TIPE MARAMUS
2.1.Pengkajian
1. Identitas anak
2. Identitas orang tua/wali
3. Keluhan utama saat ini
4. Riwayat penyakit
5. Riwayat imunisasi
6. Riwayat penyakit dalam keluarga
7. Riwayat kehamilan dan petsalinan
Anak dengan gizi buruk dapat dipengaruhi oleh riwatar post natal sang ibu. Jika
ibu menyusui anak terus-menerus, tanpa diberi jeda, maka anak yang menyusui
tersebut akan kehabisan tenaga untuk menghisap ASI dari puting sang ibu
sehingga tidak bisa menyerap, mencerna, dan mengabsorbsi nutrisi yang ada
dalam ASI tersebut.
8. Kebutuhan dasar
9. Pemeriksaan Fisik
Anak dengan status gizi buruk dapat ditandai dengan pemeriksaan pada abdomen
dan dada. Jika tampak tulang diafragma, maka dapat dikatakan anak tersebut
menderita gizi buruk.
10. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Anak dengan status gizi buruk, biasanya mengalami keterlambatan dalam
perkembangan bahasa, motorik kasa, motorik halus, maupun persona sosial
11. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Radiologi)
Anak dengan status gizi buruk akan sangat rentan dengan penyakit sehingga risiko
terjadinya infeksi sangat tinggi sehingga pemeriksaa laboratorium sangat
dubutuhkan untuk mengetahui hasil jenis lekosit (sel darah putih).
12. Terapi Medis
Terapi yang paling banyak dijumpai pada anak dengan status gizi buruk adalah
pemberian susu f.100 karena susu f.100 mengandung kalori dan protein yang
tinggi.
2.2.Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

2.3.Rencana Keperawatan
NO INTERVENSI RENCANA RASIONAL
DP KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan intervensi 1. O: Monitor berat 1. Status nutrisi
keperawatan selama 5 x24 jam, badan dapat dipantau
maka Ststus Nutrisi Bayi melalui
Membaik dengan kriteria hasil: kenaikan/penurun
1. BB= 3,8-5,5 kg an berat badan
2. PB/TB= 55,8-63,8 2. T: Dampingi ibu 2. Mendampingi

3. Bayi cengeng/rewel saat menyusui anak busui merupakan


menurun salah satu
4. Turgor kulit lembab dukungan
emosional secara
tidak langsung
3. E: Motivasi ibu
3. Agar ASI dapat
untuk makan dan
keluar banyak,
minum yang
ibu memerlukan
banyak
asupan nutrisi
yang berlimpah
4. K: Lanjukan
4. Kandungan susu
pemberian susu
formula 100
formula 100 tiap 3
hampir sama
jam dengan takaran
dengan ASI
2,5 sendok (45-
karena
47cc)
mengandung
kalori dan protein
yang tinggi
2. Setelah dilakukan intervensi 1. O: Identifikasi 1. Tingkat
keperawatan selama 2 x24jam, pengetahuan ibu pengetahuan
maka Tingkat Pengetahuan tentang gizi buruk dapat diketahui
Meningkat dengan kriteria dan menyusui tidak dengan
hasil: efektif identifikasi
1. Ibu paham mengenai status 2. T: Sediakan materi 2. Jika tingkat
gizi buruk pada anak dan media pengetahuan
2. Ibu paham mengenai kesehatan masih rendah,
menyusui tidak efektif pasien perlu
diberikan
pendidikan
kesehatan disertai
dengan media
sebagai sarana
untuk
penyampaian

3. E: Edukasi tentang materi

gizi buruk dan 3. Pasien masih

menyusui tidak memerlukan

efektif informasi tentang


gizi buruk dan
menyusui tidak
4. K: Lanjutkan efektif
pemberian 4. Dexametasone
Dexametasone 0,3 untuk
mg meminimalkan
risiko alergi
terhadap susu
formula maupun
tranfusi darah
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati. (2019). Analisi Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak
Balita Di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati, Jurnal Lithang, 15 (1). DOI:
https://doi.org/10.33658/jl.v15i1.131
Fitri, Nurislamyati & Febriyanti. (2021). Analisis Situasi Gizi Buruk pada Bayi dan Balita di
Kecamatan Woha Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, Bima Noursing Journal, 2
(2). DOI: https://doi.org/10.32807/bnj.v2i2.747
Kusuma, Widyastuti & Pramono. (2018). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi
Ibu Menyusui dengan Kandungan Zat Gizi Makro pada Air Susu Ibu (ASI) di
Kelurahan Bandarharjo Semarang, Journal of Nutrition College, 7 (3).
DOI: https://doi.org/10.14710/jnc.v7i3.22269

Sudarmi, Halimatusyaadiah & Dian. (2021). Pemberdayaan Ibu Bayi Meningkatkan Status
Gizi Bayi yang Berusia 6-12 Bulan Melalui Pijat Bayi Berbasisi Budaya Lokal
(OBISA) di Kota Mataram, Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 5 (1).
DOI: https://doi.org/10.31764/jpmb.v5i1.5685
Zam, Nurdiawan & Dilestari. (2018). Klasifikasi Kondisi Gizi Bayi Bawah Lima Tahun Pada
Posyandu Melati Dengan Menggunakan Algoritma Decision Tree, Jurnal Sistem
Komputer dan Informatika,3 (3). DOI: http://dx.doi.org/10.30865/json.v3i3.3892

Anda mungkin juga menyukai