Bismillahirahmanirahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat
Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih yang kepada para pengajar, fasilitator dan narasumber atas
bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok 6 pada kasus malnutrisi. Pembahasan di
dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, buku-buku text book, diskusi anggota,
dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah gizi pada proses tumbuh kembang.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik kami
selanjutnya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada
tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7)”
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas
hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang.
1.2 Tujan
Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak usia
sekolah. sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :
Pada makalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas dalam
makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight). Adapun
malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta dampaknya.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-
zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
3. Status Gizi
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : gondok endemik merupakan keadaan tidak
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
4. Prinsip-prinsip Nutrisi
Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energy atau fungsi organ dan pergerakan
badan, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi
enzim, pertumbuhan, penempatan kmebali dan perbaikan sel.
Kebutuhan energi individu dipengaruhi oleh beberapa factor. Kebutuhan energi seseorang ketika
sedang istirahat disebut laju metabolism basal (BMR) adalah energy yang diperlukan pada
tingkat rendah fungsi seluler. Persamaan umumnya diperkirakan untuk perkiraan penggunaan
energy basal (BEE).
Energi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enma kategori zat makanan
ialah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
5. Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolut satu atau
lebih zat gizi.
Under nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absoluut untuk
periode tertentu.
Spesific deficiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A,
yodium, Fe, dll.
Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
Imbalance : karena disporposi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL, HDL, dan VLDL.
Kurang energi protein adalah seseorang yang kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
à Secara Langsung
Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengkuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi Antropometri secar umum
dugunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
Klinis
Penilaian status gizi berdasarkan perubahan-perubahann yangg terjadi dan dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Misal : penilaian pada kulit, rambut, dan mukosa oral.
Biokimia
Pemerikasaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Misal : darah, tinja, urine.
Biofisik
Penentuan status gizi dengn melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dan
jaringan.
Metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi.
Statistik vital
Penilaian status gizi dengan menganalisa data bebrapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur.
Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus VI
An. S (7 tahun) datang ke poli tumbuh kembang dengan kondisi kulit tampak kusam, rambut
kemerahan dan jarang, BB 12 kg/ TB 112 cm. An. S tampak sulit berkomunikasi dan takut
berinteraksi dengan orang lain.
Tentukan :
Penatalaksanaan malnutrisi
Proses keperawatan An. S
Tumbang An. S
Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi
Preventif dan promotif
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi
serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak
memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih
merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi
energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan
dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas
dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
1. Marasmus
a. Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan yang
sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649).
Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.
1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi
kongenital.
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif
normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti
orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu
biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun,
kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa
yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
1. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya
tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh.
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Kwashiorkor
a. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama
penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan
terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
b. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi
menahun, luka bakar dan penyakit hati.
c. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok
adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati.
Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot. Makin berkurangnya asam
amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang
kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya
penimbunan lemak dalam hati.
1. Gejala Kwashiorkor
1. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan
glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan
dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya
jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering dijumpai pada
malnutrisi berat.
1. Usia lanjut
Mudah sakit
kematian
Absensi meningkat
Produktiviras rendah
Pendapatan rendah
Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min. 1
hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde
Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu /tempatkan
anak pada dada/perut telanjang ibu à selimuti.
3. Dehidrasi
4. Antibiotik
- Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral
(ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)
5. Nutrisi
- Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang sama
hari ke-14
Fase Transisi
Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap
Fase Rehabilitasi
Orientasi hokum
dan perintah
Karakteristik :
v Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
v Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya yang
sama jenis kelaminnya.
v Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
v Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi diri.
1. Teori Erikson
karakteristik
v Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan
ketekunan.
v Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
v Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar
bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan
masalah.
Karakteristik :
v mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
v Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa mengenai
apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai masalah ke depan.
Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar
bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini dengan
menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan moral,
sebagai berikut:
1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik, perbuatannya
harus diterima oleh masyarakat.
2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang menyadari
kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan
pentingnya ada norma-norma.
Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:
1. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini
terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik
agar diperlakukan dengan baik.
2. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk
menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial
meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)
Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan hewan tingkat rendah adalah adanya fasilitas
pada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Terdapat dua aspek untuk dapat
berkomunikasi; pertama aspek sensorik atau input bahasa, yang melibatkan telinga dan mata.
Kedua yaitu aspek motorik (output bahasa), yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual dapat menimbulkan
ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini
secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual.
ü Afasia Wernicke dan afasia global. Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang
diucapkan atau yang dituliskan namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang
diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi bila area wernicke yang terdapat posterior girus
temporalis superior pada hemisfer dominan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe afasia ini
disebut afasia Wernicke. Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang
regio girus angularis, ke inferior ke area bawah lobus temporalis, ke superior ke tepi fisura
longitudinalis sylvii, maka pasien akan tampak seperti benar-benar terbelakang mental untuk
mengerti bahasa dank arena itu dinamakan afasia global
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental : (1) membentuk buah pikiran
untuk diekspesikan berikut memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian (2)mengatur
motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Pembentukan buah pikiran
dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Area Wernicke
merupakan bagian yang paling penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, pasien yang
mengalami afasia Wernicke tak mampu memformulasikan buah pikirannya untuk
dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, pasien masih mampu memformulasikan
pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-
sama mengekspresikan pikirannya. Kadangkala pasien fasih berkata-kata namun kata-kata yang
dikeluarkannya tidak beraturan.
ü Afasia motorik akibat hilangnya daerah broca. Kadang pasien mampu menentukan apa yang
ingin dikatakannya, namun tak dapat mengatur system vokalnya untuk menghasilkan kata-kata
selain suara ribut. Efek ini disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara
Broca, yang terletak di regio facial prefrontal dan premotorik korteks serebri
ü Artikulasi. gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara dan sebagainya yang bertanggung
jawab untuk intonasi, waktu dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial
dan laringeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebellum, ganglia basalis, dan
korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan insensitas kontraksi otot , dengan
mekanisme umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan tiap region ini dapat
menyebabkan ketidakmampuan parsial atau total untuk barbicara dengan jelas.
Proses Berbicara
Dalam kasus An. S, kesulitan berkomunikasi selain karena kurangnay stimulus eksterna juga
karena kurangnya intake gizi dalam sistem neurologis dan otak An. S. Hubungan antara gizi
dengan sistem kerja otak terlihat dalam table dibawah ini yang menunjukan fungsi dari beberapa
nutrisi untuk kerja otak :
Ada tiga langkah yang diambil dalam mengatasi gizi buruk, yaitu tindakan promotif, preventif
dan kuratif. ”Tindakan promotif yaitu bagaimana caranya mengajak masyarakat agar sadar dan
mau melakukan sesuatu agar gizi buruk tidak terjadi.
Tindakan awal agar anak tidak menderita gizi buruk adalah menjaga kehamilan, agar anak yang
lahir tidak menderita cacat fisik atau lahir dengan berat badan rendah. Namun, jika sudah telanjur
terjadi, langkah yang diambil adalah tindakan preventif atau pencegahan. ”Untuk mencegah agar
anak tidak menderita gizi buruk, maka selain makanan utama, anak harus diberikan makanan
tambahan. Jika sudah telanjur menjadi gizi buruk, tindakan kuratif atau pengobatan yang
diambil.
1. Riwayat Keperawatan
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
ü Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
ü Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
ü Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
ü Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
ü Edema tungkai
ü Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha).
v Inspeksi
ü lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
v Auskultasi
v Palpasi
ü hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa besarnya
dan apakah ada nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.
Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga
perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan Labolatorium
? Biokimia :
ü Hb anemia
? Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi
? Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
Analsa Data
Data Objektif :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat
Kriteria Hasil :
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetik
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunanpenyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien
menu dan pengolahan makanan sehat seimbang,sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang
tunjukkan contoh jenis sumber makanantelah diberikan selama hospitalisasi.
ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan
2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga
beri kesempatan keluarga untuk melakukannya dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
sendiri.
3. Laksanakan pemberian roborans sesuai3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses
program terapi. absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan
malnutrisi.
4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas
dan tebal lipatan kulit setiap pagi. 4. Menilai perkembangan masalah klien.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu5. menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi
dan kalori. kekurangan nutrisi anak.
6. kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan6. NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak
NGT. walaupun keadaannya tidak memungkinkan untuk
makan lewat oral.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
Intervensi Rasional
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar 1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
pertumbuhan fisik dan tugas-tugasketerlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.2.
perkembangan sesuai usia anak.2. LakukanDiet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan
pemberian makanan/ minuman sesuaisecara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan
program terapi diet pemulihan. kemampuan toleransi sistem pencernaan.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa An. S (7tahun) mengalami malnutrisi dalam
golongan underweight dan sudah termasuk gizi buruk, diagnos ini didapat berdasarkan
manifestasi klinis yang ditunjukan oleh anak. Selain itu bisa juga ditentukan dari antropometri.
Untuk underweight itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu marasmus dan juga kwashiorkor dimana
ciri-ciri yang muncul adalah berbeda. Gangguan komunikasi yang dialami oleh An. S bisa
diakibatkan oleh kekurangan nutrisi yang dialami oleh An. S atau bisa juga karena kurangnya
stimulus eksternal, karena pemenuhan nutrisi sangat mempengaruhi kerja otak dan syaraf.
Dari kasus dapat ditegakkan diagnose keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d asupan yang tidak adekuat dan kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan
peroral dan peningkatan kehilangan dengan penanganan yang merujuk pada diagnosa dan
menerapkan intervensi yang terkait tumbuh kembang.
1.2 Saran
Setelah dilakukan analisa dari kasus, maka dapat diajukan saran-saran agar mahasiswa
keperawtan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan hasil yang
diharapkan sebagai berikut :
REFERENSI
1. Potter & Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan Volume 2”. Jakarta : EGC.
2. Shwartz, William M.2005. “Pedoman Kinis Pediatri”. Jakarta : EGC.
3. Williams .2005. “Basic Nutrition & Diet Thetapy”. St. Louis : Westline Industrial Drive.
4. Wong, Donna L. 2004. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta : EGC.
5. Seminar pengembangan profesi gizi oleh: dr. Ina Hernawati,MPH “ Pencegahan dan
Penanggualangan Gizi Buruk” 22 Desember 2008.
6. Seminar pengembangan profesi gizi (Nutrition for the Nation) oleh : Prof. Dr. dr. Does
Sampoerno “ Overview Masalah Gizi Buruk di Indonesia”. 22 Desember 2008.
7. http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html