A. DEFINISI
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi
balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut
umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.
Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit
di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi
buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebutmarasmus atau kwashiorkor (Dorland,
2000)
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori),
dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan
protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status
marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup
atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.http://teguhsubianto.blogspot.com.
B. ETIOLOGI
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara
luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil
gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
5. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
6. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif
normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat
kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
2. Lethargi
3. Irritable
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya
tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
b. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
1. infeksi tuberculosisi
2. parasitosis, disentri
3. malnutrisi kronik
5. hipoglikemia
6. hipotermia
7. dehidrasi
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya
baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet :
Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai
keadaan gizi optimal.
b. Pemberian Cairan/Makanan
tahapan pemberian cairan/makanan :
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian
cairan intravena.
Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.
Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8
jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg kemampuan digesti
dan absorbsi penderita.
Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat setelah
makan atau mau tidur.
Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat,
cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari
Susu formula / rendah laktosa
Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi
dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe)
3. Tahap Rehabilitasi
Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian disesuaikan dengan
makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.
Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah.
4. Tahapan Pembinaan
Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai
setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumah
Tujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP
Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB
normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa
seperti yang dimakan sehari-hari.
c. Pencegahan
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas.
4. Pemberian imunisasi.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi,
dengan cara penimbangan BB tiap bulan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi.
H. RENCANA PERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Intervensi :
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
Intervesi :
d. Alih baring
Kriteria hasil : suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control infeksi
Intervensi :
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas
motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
Intervensi :
Intervensi :
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
http://ardhanbless.blogspot.com/2011/03/askep-marasmus-anak.html