Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA GIZI BURUK


DI RUANG NURI RSU ANUTAPURA

DI SUSUN OLEH :

NILUH PUTU AYU SRI APRILIA SUCI DIAMI


2021032067

CI LAHAN CI INSTITUSI

Netty Vonny Yanty, S.Kep,Ns Ns. Katrina Feby Lestari, S.Kep.,M.P.H

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GIZI BURUK

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Gizi buruk adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. Gizi buruk adalah malnutrisi berat yang sering terjadi dengan makanan
tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh
untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jadi dapat di simpulkan bahwa
gizi buruk adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan.
B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan
2018 menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar
3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%.
Sementara dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2019 bayi
yang mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevaensi
balita yang mengalami stunting (tinngi badan di bawah standar menurut usia) sebesar
30,8% turun dibandingkan hasil riskesda 2013 37,2%.
Sebagai informasi dalam 1000 hari pertama (sejak janin dalam kandungan
hingga berusia dua tahun) kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh
kembang anak. Sayangnya anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan
bangsa indonesia masih banyak yang mengalami masalah gizi (29,9%) di usia dini.
Untuk itu pemerintah menganggarkan dana dalam APBN 2019 sebesar Rp. 123,1
triliun guna meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan serta penguatan
penanganan stunting.
C. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orang tua anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang
sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai
penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung,
malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada
saraf pusat.
D. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat,
protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino
yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
E. KLASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut :
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit
sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan
pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum
menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-
mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. Selain itu manifestasi
marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

Tipe – tipe gizi buruk :

1. Kwashiorkor
Tanda dan gejala :
a. Edema
b. Wajah membulat dan sembab
c. Pandangan mata sayu
d. Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,
rontok
e. Perubahan status mental : apatis dan rewel
f. Pembesaran hati
g. Otot mengecil (hipotrofi)
h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
i. Sering disertai penyakit infeksi, anemia dan diare
2. Maramus
Tanda dan gejala :
a. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Cengeng, rewel
d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
e. Perut umumnya cekung
f. Iga gembung
g. Sering disertai penyakit infeksi dan diare.
3. Marasmik – Kwashiorkor
Tanda dan gejala :
Gambaran klinik merupakan campuran dari gejala klinik kwashiorkor dan marasmus
dengan BB/TB < 3 SD disertai edema yang tidak mencolok.
G. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium : kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan
laboratorium anmeia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokron
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum
yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
3. Tes mantoux
4. EKG
I. DIAGNOSIS
Pada pasien dengan tanda dan gejala malnutrisi, dokter akan mencari tahu penyebab
yang mendasarinya. Bila dokter mencurigai penyakit crohn atau kondisi medis
lainnya menjadi penyebab gizi buruk, pemeriksaan laboratorium akan dilakukan
untuk menegakkan doagnosis. Dengan mengobati penyebab gizi buruk dapat diatasi.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis gizi buruk antara lain :
1. Tes darah untuk skrinning dan pemantauan umum
2. Tes kadar nutrisi spesifik seperti vitamin atau zat besi
3. Tesprotein pre albumin karena malnutrisi biasanya mempengaruhi kadar protein
ini
4. Tes protein albumin yang dapat mengindikasikan adanya penyakit ginjal atau
hati.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa
tahap,
yaitu :
a. Tahap awal : 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan IV.
1. Cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat
Dextrose 5%.
2. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
3. Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
4. Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
b. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan.
1. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/
kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg
BB/ hari.
2. Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg
BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
3. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10
hari.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi gizi buruk dapat melibatkan semua sistem di dalam tubuh.
Komplikasinya antara lain :
1. Lebih rentan mengalami penyakit infeksi
2. Penurunan massa otot dapat menyebabkan pasien tidak aktif bergerak dan
memicu pressure ulcer dan pembentukan gumpalan darah
3. Gagal jantung
4. Gangguan ginjal
5. Depresi, apatis, gangguan interaksi sosial
6. Gangguan kesuburan (infertilitas)
7. Hipotermia
8. Gangguan pertumbuhan dan stunting
9. Meningkatkan resiko osteroporosis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien
tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien,
tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat
2. Alasan masuk
a. Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang
b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini
3. Focus pengkajian
a. Data subjektif
1) Rasio berat badan
2) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
3) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan& bentuk tubu
yang normal
4. Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak
lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan
produktivitas kerja.
5. Masukan atau intake nutrisi
a. Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian
yang dianjurkan
b. Melaporkan/terlihat kurang makan
c. Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
6. Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan /terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku
peningkatan kesehatan.
a. Data objektif
1) Data umum
a) Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang,
halus, mudah lepas bila ditarik).
b) Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna
lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c) Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula
d) Adanya ruam “bercak bersepih
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna
kulit yang sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan
Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang
mengandung kalori dan protein.
f) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas
g) adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat
dan berbagai vitamin.
h) Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut
i) Kaji adanya anoreksia, mual.
B. PATHWAY
Sosial ekonomi rendah malabsorbsi, infeksi anoreksia kegagalan melakukan
Sintetis protein dan
kalori

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori


Defisiensi
pengetahuan

Hilangnya lemak daya tahan tubuh menurun asam amino esensial


Dibantalan kulit menurun dan
produksi
Albumin menurun
Turgor kulit keadaan umum lemah
Menurun dan keriput atrofi/pengecilan otot

Kerusakan integritas
Resiko infeksi Resiko keterlambatan
kulit
perkembangan

Resiko infeksi saluran pencernaan

Anoreksia, diare

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
3. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
D. INTERVENSI

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
1. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC :
kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: - Kaji adanya alergi
tubuh berhubungan dengan Adequacy of makanan
ketidakmampuan mencerna nutrient - Kolaborasi dengan ahli
makanan. b. Nutritional Status : gizi untuk menentukan
food and Fluid jumlah kalori dan
Intake nutrisi yang dibutuhkan
c. Weight Control pasien
Setelah dilakukan - Yakinkan diet yang
tindakan keperawatan dimakan mengandung
selama 2 x 24 tinggi serat untuk
diharapkan status mencegah konstipasi
nutrisi terpenuhi - Ajarkan pasien
dengan kriteria hasil : bagaimana membuat
- Albumin serum catatan makanan harian.
- Pre albumin serum - Monitor adanya
- Hematokrit penurunan BB dan gula
- Hemoglobin darah
- Total iron binding - Monitor lingkungan
capacity selama makan
- Jumlah limfosit - Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor intake nuntrisi
- Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
- Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
- Kelola pemberan anti
piretik
- Anjurkan banyak
minum
- Pertahankan terapi IV
line
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
2. Resiko infeksi berhubungan NOC : NIC :
dengan malnutrisi a. immune status - Bersihkan lingkungan
b. Knowledge: setelah di pakai
infection control pasien lain
c. Risk control - Pertahankan teknik
Setelah dilakukan isolasi
tindakan keperawatan - Batasi pengunjung
selama 2 x 24 jam bila perlu
diharapkan tidak ada - Instruksikan kepada
resiko infeksi. Dengan pengunjung untuk
kriteria hasil : mencuci tangan saat
- Klien bebas dari berkunjung dan
tanda dan gejala meninggalkan pasien
infeksi - Gunakan sabun
- Menunjukan antimikroba untuk
kemampuan untuk cuci tangan
mencegah timbulnya - Cuci tangan setiap
infeksi dan sebelum dan
- Jumlah leukosit sesudah tindakan
dalam batas normal keperawatan
- Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dresing sesuai dengan
petunjuk umum
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
antibiotik bila perlu
- Infection protection
(proteksi terhadap
infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
- Dorong masukan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Ajarkan pasien dan
keluarga menghindari
infeksi.
3. Resiko keterlambatan NOC : NIC :
perkembangan berhubungan a. Growth and - Ajarkan kepada
dengan nutrisi tidak adekuat development orang tua tentang
delayed penanda
b.Family coping perkembangan normal
c. Breastfeeding - Demonstrasikan
ineffective aktivitas yang
d.Nutritional status : menunjang
nutrient intake perkembangan
e. Parenting - Tekankan pentingnya
performance perawatan prenatal
Setelah dilakukan sejak dini
tindakan - Ajarkan ibu mengenai
keperawatan selama pentingnya berhenti
2 x 24 jam mengkonsumsi
diharapkan alcohol, merokok, dan
perkembangan obat – obatan selama
pasien meningkat. kehamilan
Dengan kriteria - Ajarkan cara cara
hasil : memberikan
- Pengetahuan rangsangan
perkembangan anak - yang berarti untuk
meningkat ibu dan bayi
- Berat badan = - Ajarkan tentang
index masa tubuh perilaku yang sesuai
- Fungsi dengan usia anak
gastrointestinal - Ajarkan tentang
anak adekuat mainan dan benda –
- Makanan dan benda yang sesuai
asupan cairan dengan usia anak
bergizi - Berikan model peran
- Kondisi gizi intervensi perawatan
adekuat perkembangan untuk
bayi kurang bulan
(prematur)
- Diskusikan hal – hal
terkait kerjasama
antara orang tua dan
anak.
4. Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Tissue integrity : - Anjurkan pasien
perubahan turgor kulit skin and mucous untuk menggunakan
membranes pakaian yang longgar
b. Hemodyalis akses - Hindari kerutan pada
Setelah dilakukan tempat tidur
tindakan - Jaga kebersihan kulit
keperawatan selama agar tetap bersih dan
2 x 24 jam kering mobilisasi
diharapkan integritas pasien (ubah posisi
kulit membaik. pasien) setiap dua jam
Dengan kriteria hasil sekali
- Integritas kulit yang - Monitor kulit akan
baik bisa adanya kemerahan
dipertahankan - Oleskan lotion atau
(sensasi, elastisitas, minya baby oil pada
temperatur, hidrasi, daerah yang tertekan
pigmentasi) - Monitor aktivitas dan
- Tidak ada luka/lesi mobilisasi pasien
pada kulit - Monitor status nutrisi
- Perfusi jaringan baik pasien
- Proses perbaikan - Memandikan pasien
kulit dan mencegah dengan sabun dan air
terjadinya cedera hangat.
berulang
5. Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Kowledge : diseasi - Jelaskan patofisiologi
keterbatasan kognitif. process dari penyakit dan
b. Kowledge : health bagaimana hal ini
behavior berhubungan dengan
Setelah dilakukan anatomi dan fisiologis
tindakan dengan cara yang
keperawatan selama tepat
2 x 24 jam - Gambarkan tanda dan
diharapkan dapat gejala yang biasa
mengetahui muncul pada penyakit
informasi tentang dengan cara yang
penyakitnya. Dengan tepat
kriteria hasil : - Gambarkan proses
- Pasien dan keluarga penyakit dengan cara
menyatakan yang tepat
pemahaman tentang - Sediakan informasi
penyakit, kondisi, pada keluarga tentang
prognosis dan kemajuan pasien
program dengan cara yang
pengobatan tepat
- Pasien dan keluarga - Diskusikan perubahan
mampu gaya hidup yang
melaksanakan mungkin diperlukan
prosedur yang untuk mencegah
dijelaskan secara komplikasi atau
benar proses pengontrolan
- Pasien dan keluarga penyakit
mampu - Diskusikan pilihan
menjelaskan terapi atau
kembali apa yang penanganan.
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakerta


Behrnman, Richard E. 2017. Nelson Esensi Pediatri. Jakarta : EGC
Nanda, 2021. Nanda -I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2021- 2023
(F.Y.Heather Herman, PhD, RN & F. Shigemi Kamitsuru, PHD, RN, eds).
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuchsan. A, 2016. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Blita, Cermin Dunia
Kedokteran no. 134 : 10-11.
Prof. DR. Dr. pudijiadi Solihin, DSAK. 2018. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi
Keempat, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI.
Suriadi, Rita Yuliani. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1.
Jakarta : Agung Setia

Anda mungkin juga menyukai