DI SUSUN OLEH
RIA.K.HUTAPEA,S.Kep
NIM :
Mengetahui,
B. Patofisiologi
1. Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energy. Jika kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kirakira
kehilangan separuh dari tubuh.
2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH,
maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin
berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke
depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
C. Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai
berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% style=""> : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% style=""> : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
3. Tidak efektifnya termoregulasi b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
4. Resiko gangguan integritas kulit b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kesehatan
5. Cemas pada keluarga berhubungan dengan Ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
6. Resiko infeksi b/d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan
K. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) DX KOLABORASI
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d mudah, tidak ada pursed lips) pasien untuk istirahat dan napas
Ketidakmampuan keluarga Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak dalam setelah kateter dikeluarkan
merawat anggota keluarga yang merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dari nasotrakeal Monitor status
mengalami dalam rentang normal, tidak ada suara nafas oksigen pasien Ajarkan keluarga
gangguan kesehatan abnormal) bagaimana cara melakukan suksion
NOC : Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor Hentikan suksion dan
Respiratory status : Ventilation yang dapat menghambat jalan nafas berikan oksigen
Respiratory status : Airway patency NIC : apabila pasien
Aspiration Control Airway suction Auskultasi suara nafas sebelum dan menunjukkan bradikardi,
sesudah suctioning. Informasikan pada klien dan peningkatan saturasi O2, dll.
Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning Minta klien nafas dalam Airway Management
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara sebelum suction dilakukan.
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas memfasilitasi suksion nasotrakeal Gunakan alat
dengan yang steril sitiap melakukan tindakan Anjurkan
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Beratbadan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
Tidk ada tanda tanda nutrisi yang
malnutrisi Menunjukkan dibutuhkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan Nutrition Monitoring
Tidak terjadi penurunan berat BB pasien dalam batas normal Monitor adanya
badan yang berarti penurunan berat badan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
C dilakukan Monitor interaksi anak atau orangtua
Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi selama makan Monitor lingkungan selama makan
serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
dikonsultasikan dengan makan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
5 Cemas pada keluarga berhubungan dengan tegang Jelaskan semua prosedur dan apa
Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah Mengungkapkan cemas berkurang yang dirasakan selama prosedur
kesehatan TTV dbn Temani pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x TD = 110-130/ 70-80 mmHg memberikan keamanan dan
24 jam, cemas pasien berkurang dengan kriteria RR = 14 – 24 x/ menit N mengurangi takut
hasil: Anxiety Control = 60 -100 x/ menit Berikan informasi faktual
Coping Vital Sign Status S = 365 – 375 0C mengenai diagnosis, tindakan
Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas Anxiety Reduction prognosis
teknik nafas dalam Gunakan pendekatan yang menenangkan Dorong keluarga untuk
Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien menemani anak Lakukan back /
tidak neck rub
6 Resiko infeksi b/d Ketidakmampuan perhatian Identifikasi tingkat Instruksikan
keluarga mengenal masalah kesehatan kecemasan Bantu pasien pasien
NOC : mengenal situasi yang menggunakan teknik relaksasi
Immune Status menimbulkan kecemasan Barikan obat untuk mengurangi
Knowledge : Infection control Dorong pasien untuk kecemasan NIC : Infection
Risk control mengungkapkan Control (Kontrol infeksi)
Dengarkan dengan penuh perasaan, Bersihkan lingkungan setelah
ketakutan, persepsi
Kriteria Hasil :dipakai pasien lain
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pertahankan teknik isolasi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah Batasi pengunjung bila perlu
timbulnya infeksi Instruksikan pada pengunjung Jumlah leukosit dalam batas
normaluntuk mencuci tangan saat
Menunjukkan perilaku hidup sehatberkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
• Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
• Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
• Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
• Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
• Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
• Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
• Tingktkan intake nutrisi
• Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
• Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
• Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
Patofisiologi Marasmus
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika
Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika