2017
Rina, Eka
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2743
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Ny.E dengan Prioritas
Masalah Nyeri pada Artritis Rheumatoid
Di Lingkungan V Sari Rejo
Medan Polonia
Oleh
Eka Rina
142500068
1
Universitas Sumatera Utara
2 i
Universitas Sumatera Utara
3ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kasus ini yang
merupakan salah satu syarat untuk mengikuti tugas akhir program studi DIII
Keperawatan di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.
Adapun judul laporan kasus ini adalah : Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan
prioritas masalah Nyeri pada Artritis Rheumatoid diLingkungan V Sari Rejo
Medan Polonia. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan pada Orangtua dan
Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk moril dan
materil dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas semua
pengorbanan, kasih sayang dan doa yang diberikan.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan Program Studi
Diploma III Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penyusunan laporan akhir
ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang baik ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
4iii
Universitas Sumatera Utara
mendoakan penulis.
7. Seluruh rekan-rekanmahasiswa/i DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
USU, khususnya stambuk 2014.
8. Teman-teman yang satu dosen pembimbing dengan saya, yang selalu
mendukung, mengingatkan dan memotivasi Artha, Sofia sihite, dan Marni
Oktriyana.
9. Orang-orang yang tidak pernah kulupakan, yang sudah menjadi seperti
keluarga baru di dalam dunia perkuliahan, teman, sahabat, yang selalu
mendukung dan memotivasi.
10. Pasien saya yang bersedia menjadi pasien saya untuk melakukan Asuhan
Keperawatan.
Semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi kita semua.
Eka Rina
5iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................ v
6v
Universitas Sumatera Utara
3. Rumusan Masalah ............................................................................. 42
4. Perencanaan....................................................................................... 43
5. Implementasi ..................................................................................... 46
6. Evaluasi ............................................................................................. 46
A. Kesimpulan ............................................................................................. 50
B. Saran ....................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 51
LAMPIRAN ..................................................................................................... 52
7 vi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
Yang lebih penting lagi terutama oleh para sejawat yang merupakan ujung tombak
yang langsung berhadapan dengan penderita adalah mengenal beberapa penyakit
reumatik yang paling sering dijumpai dalam tugas sehari-hari ataupun dalam
praktek sehari-hari, terutama bagaimana memberikan intervensi yang tepat, oleh
karena itu, nyerilah yang merupakan keluhan utamanya yang menyebabkan
penderita meminta bantuan untuk dirawat.
Nyeri pada penderita arthritis Rheumatoid adalah gejala yang sering
terjadi pada lansia. Nyeri pada penyakit artritis rheumatoid terutama disebabkan
oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator
kimiawi, kinin dan mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa
nyeri.Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri
yang di sebabkan oleh suatu rangsangan stimulus (Smeltzer & Bare, 2002).
Pada artritis rheumatoid nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya
proses imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya sinovitis dan
pembentukan pannus yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi(Nuroho,
2009).
Nyeri pada arthritis rheumatoid bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang
hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena
memerlukan energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri
tersebut. Nyeri pada artritis rheumatoid bersifat persisten yaitu rasa nyeri yang
hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan keluhan mudah lelah karena
memerlukan energi fisik dan emosional yang ekstra untuk mengatasi nyeri
tersebut. Nyeri juga dapat menyebakan pasien menggunakan energi lebih besar
dalam melaksanakan tugas-tugas dengan cara yang begitu banyak menimbulkan
nyeri. Serangan nyeri juga dapat mengganggu tidur pasien sehingga
mempengaruhi tingkat keadaan mudah lelah (Brunner & Suddart, 2002).
2
Universitas Sumatera Utara
Nyeri arthritis rheumatoid ini akan bertambah berat pada pagi hari saat
bangun tidur membaik pada siang hari dan lebih berat pada malam hari. Nyeri ini
akanbertambah berat seiring dengan beratnya penyakit dan ambang nyeri dari
penderita. Makin bertambah berat penyakitnya maka akan semakin bertambah
pula rasa nyerinya. Bila perjalanan penyakitnya dihentikan pada arthritis
rheumatoid maka rasa nyeri akan berkurang. Nyeri pada pasien arthritis
rheumatoid tergolong nyeri kronik non malignant yaitu nyeri yang tidak begitu
responsive terhadap metode-metode pembebasan nyeri (Prasetyo & Jannah,
2006).
Penulis mengambil kasus dari latar belakang tersebut sebagai penyusunan
laporan dan pengambilan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.E dengan Prioritas
MasalahNyeri pada Artritis Rheumatoid Di lingkungan V Sari Rejo Medan
Polonia’’
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif bagi pasien Artritis Reumatoid dengan prioritas
masalah Nyeri pada pasien.
3
Universitas Sumatera Utara
1.3. Manfaat
1.3.1. Penulis
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi penulis adalah untuk
menambah wawasan bagi penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan
pada pasien Artritis Reumatoid dengan prioritas masalah Nyeri.
1.3.2. Bagi instansi pendidikan
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) bagi instansi pendidikan
adalah sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan
penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk meningkatkan kualitas
mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
5
Universitas Sumatera Utara
dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi
nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkannya. Kebanyakan sensasi
nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional (Potter
Perry, 2005).
2.1.2Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mahon
(1994), menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri
bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013, hal.17). Menurut
Caffery (1980), nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang
nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa dia merasa
nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah (Potter,
2006).
6
Universitas Sumatera Utara
C.Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.Misalnya : abses
7
Universitas Sumatera Utara
D. Endogenous Opiat Theory
Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa
terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi
ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013).
Endorphine mempengaruhi trasmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai
nyeri.Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter maupun
meuromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang
bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986
dalam Potter&Perry,2005).
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan.Nyeri
kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya.Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan
kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008).Nyeri kronik mengakibatkan
supresi pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tumor, depresi, dan ketidakmampuan.
8
Universitas Sumatera Utara
B. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal
1. Nyeri Nosiseptif
Nosiseptif berasal dari kata “noxsiius/harmful nature”dan dalam hal ini ujung
saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang mampu merusak
jaringan. Nyeri nosiseptif bersifat tajam, dan berdenyut (Potter Perry, 2005).
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).
2. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang didapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri ini lebih sulit diobati
(Andarmoyo, 2013).Nyeri Neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel
saraf. Nyeri neuropatik terasa seperti terbakar, kesemutan dan hipersensitif
terhadap sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam,
antara lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kuli dan
jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang.
Macam lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang
dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan
rasa nyeri, biasanya dari cedera organ visceral.Sedangkan nyeri visceral adalah
nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan
dada (Guyton & Hall, 2008).
9
Universitas Sumatera Utara
2. Viseral Dalam
Nyeri visceral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).Nyeri ini bersifat difusi dan
dapat menyebar keberapa arah.Nyeri ini menimbulkan rasa tidak
menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala
otonom.Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi
terbakar seperti pada ulkus lambung.
4. Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke
bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo,2013).Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagiaan tubuh
bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah
akibat diskusi interavertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi
sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
10
Universitas Sumatera Utara
Pengukurannyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun
pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013).
11
Universitas Sumatera Utara
c. Skala Intensitas Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Tabel 1
Skala Intensitas Nyeri dari FLACC
Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada ekspresi Wajah cemberut, dahi Sering dahi tidak
atau senyuman mengkerut, konstan, rahang
tertentu, tidak mencari menyendiri. menegang, dagu
perhatian. gemetar
Kaki Tidak ada posisi atau Gelisah, resah dan Menendang
Rileks menegang
12
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Meneku, kaku
normal, mudah menaikkan punggung atau menghentak
bergerak dan maju, menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
merengek, kadang- sedu sedan,
kadang mengeluh sering mengeluh
Hiburan Rileks Kadang-kadang hati Kesulitan untuk
tentra dengan menghibur atau
seentuhan, memeluk, kenyamanan
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total Skor 0 – 10
13
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri.Beberapa kebudayaan yang
mempengaruhi jenis kelamin. Misalnya, menganggap bahwa seorang
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
3. Kebudayaan
Kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan
dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
4. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas.Apabila rasa cemas tidak
mendapat perhatian maka rasa cemas dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius. Nyeri yang tidak cepat hilang akan
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
5. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman sebelumnya, pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu
berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih
mudah pada masa yang akan datang. Keletihan dapat meningkatkan
persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping.Nyeri seringkali lebih
berkurang sestelah mengalami suatu periode tidur yang lelap
dibandingkan pada akhir yang melalahkan.
6. Kelelahan
Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tidur yang lelap dibandingkan pada akhir yang
melelahkan
14
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Artritis Reumatoid
15
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Etiologi Artritis Rheumatoid
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara factor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009)
A. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB 1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana,
2009).
B. Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting dalam
sintesis estrogen plasenta. Daan stimulasi esterogen dan progesterone
pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular
(TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan
progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan
penyakit ini ( Suarjana, 2009).
C. Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga
muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
D. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai
respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam
amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel
Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang limfosit
dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana,
2009).
E. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo,
2012).
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor Resiko Artritis Rheumatoid
Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain jenis kelamin
perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, paparan
salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi lebih
dari tiga cangkir dalam sehari, khususnya kopi decaffeinated (suarjana,
2009).Obesitas juga merupakan faktor resiko (symmons, 2006).
17
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Manifestasi Klinis Artritis Rheumatoid
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering
ditangan.RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan
lutut.Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang
diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (syamsuhidajat,
2010).
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011) :
1. Stadium sinovitis
Artritis terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis,yaitu inflamasi pada
membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat
umumnya simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis
ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas
dan kehilangan fungsi (Nasution, 2011).Sendi pergelangan tangan
hampir selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan
metakarpofalangeal (Suarjana, 2009).
2. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan
synovial (Nasution, 2011).
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap
(Nasution, 2011)
Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi
artikular dan manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009).
Manifestasi Artikular RA terjadi secara simetris berupa inflamasi
sendi, bursa, sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan
kekakuan sendi, serta hidrops ringan ( Sjamsuhidajat, 2010). Tanda
kardinal inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat
mungkin ditemukan pada awal atau selama kekambuhan, namun
kemerahan dan perabaan hangat tidak dijumpai pada RA kronik (Suarjana,
2009).Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi
18
Universitas Sumatera Utara
klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik
setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya (longo, 2012).
Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA
(syamsyuhidajat, 2010).Secara umum, manifestasi RA mengenai hampir
seluruh bagian tubuh. Manifestasi ekstraartikular pada RA, meliputi (
longo, 2012) :
1. Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA. Tanda
dan gejalanya berupa penurunan berat badan, demam >38,3oc,
kelelahan, (faigue), malaise, depresi dan pada banyak kasus terjadi
kaheksia, yang secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang
medahului terjadinya gejala awal pada kerusakan sendi (longo, 2012).
2. Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan level
tertinggi aktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodul biasanya tegas,
tidak lembut, dan dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul ini juga
bisa terdapat di paru-paru, pleura pericardium, dan peritoneum. Nodul
bisanya benign (jinak), dan diasosiasikan dengan infeksi , ulserasi dan
gangren (longo, 2012).
3. Sjogren’s syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary
sjogren’s syndrome. Sjogren’s syndrome ditandai dengan
keratoconjungtivitis sicca (dry eyes ) atau xerostomia (Longo, 2012).
4. Paru (pulmonary) contohnya adallah penyakit pleura kemudian diikuti
dengan penyakit paru interstitial (Longo, 2012)
5. Jantung (cardiac) pada <10% penderita. Manifestasi klinis pada
jantung yang disebabkan oleh RA adalah perikarditis, kardiomiopati,
miokarditis, penyakit arteri koroner atau disfungsi diastole (Longo,
2012).
6. Vaskulitis,terjadi pada <1% penderita, terjadi pada penderita dengan
penyakit RA yang sudah kronis (Longo, 2012).
7. Hematologi berupa anemia normositik, immune mediated
thrombocytopenia dan keadaan dengan trias berupa neutropenia,
ssplenomegaly, dan nodular RA sering disebut dengan feltry syndrome.
Sindrom ini terjadi pada penderita RA tahap akhir (Longo, 2012).
19
Universitas Sumatera Utara
8. Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali lebih
besar dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan penyebaran B-
celllymphoma secara luas (Longo, 2012).
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari Artritis Rheumatoid adalah
1. Mengurangi nyeri
2. Mengurangi inflamasi
3. Menjaga struktur persendian
4. Mempertahankan fungsi sendi
5. Mengontrol perkembangan sistemik
20
Universitas Sumatera Utara
A. Obat-obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk Artritis
Rheumatoid, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-obat anti inflamasi nonsteroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun
tidak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis
osteoarthritis.
B. Perlindungan sendi
Artritis Rheumatoid mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kaki yang tertekuk (pronatio).
C. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien Artritis Rheumatoid yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan Artritis Rheumatoid.
Penurunan berat badan sering sekali dapat mengurangi timbulnya keluhan
dan peradangan.
D. Dukungan Psikososial
Dukungan Psikososial diperlukan pada pasien Artritis Rheuatoid oleh
karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuanny, dipihak
lain dia ingin orang lain memikirkan penyakitnya. Pasien Artritis
Rheumatoid sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena factor-faktor psikologis.
E. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien Artritis Rheumatoid
terurtama pada tulang belakang, paha dan lutut.Sering kali diskusi karena
ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
21
Universitas Sumatera Utara
F. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan Artritis Rheumatoid,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang
tepat.Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pemanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi
dan memperkuat otot yang biasanya atropi pada sekitar sendi Artritis
Rheumatoid. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangi tegangan pada sendi.Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke
sendi oleh karena kontraksi otot.Oleh karena otot-otot periatikular.
Memegang peran penting terhadap perlindungan rawan sendi dari beban,
maka penguatan otot-otot tersebut adala penting.
G. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien Artritis Rheumatoid dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan
fungsi.Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendir untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pembersih osteofit.
22
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Pencegahan
1.Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah tarasa nyeri, sebaiknya
berat badan diturunkan, sehingga bila kegemukan mengakibatkan beban
pada sendi lutut atau tulang pinggul terlalu berat.
2.Istirahat yang cukup pakailah kaus kaki atau sarung tangan sewaktu tidur
pada malam hari dan kurangi aktivitas berat secara perlahan-lahan.
3.Hindari makanan dan segala sesuatu secara berlebihan atau terutama
segala sesuatu yang mencetus reumatik. Kurangi makanan yang kaya
akan purin misalnya : daging, jeroan ( kikil), babat, usus, hati, ampela dan
lain-lain.
2.3 Pengkajian
23
Universitas Sumatera Utara
4. Makanan/Cairan
Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengonsumsi maakan/cairan
adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda; penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Gejala; berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawataan pribadi
secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
Gejala; kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda; pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala; fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
8. Keamanan
Gejala; kulit mengkilat, tegang; nodus subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala; kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran dan
isolasi.
10. Penyuluhan
Gejala: Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesikatup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
24
Universitas Sumatera Utara
2.4ANALISA DATA
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus
adalah data tentang perubahan- perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter& Perry, 2005).Pengumpulan data adalah
pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan pasien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Tujuan pengumpulan data:
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian.Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatannya.Misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, dan perasaan
malu (Potter & Perry, 2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi
nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Perry
& Potter, 2005).
25
Universitas Sumatera Utara
2.5Rumusan Masalah
2.6 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kategori dari perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter. 2005).
Dalam menetapakan perencanaan seorang perawat perlu berkolaborasi dengan
berbagai pihak yakni: pasien, keluarga, serta petugas medis lain seperti: dokter,
ahli farmasi, dan nutrisionis
26
Universitas Sumatera Utara
A. Tahap-tahap merencanakan asuhan keperawatan
1. Menetapakan prioritas
Penetapan prioritas dibutuhkan karena hal ini dapat mengidentifikasikan
urutan intervensi keperawatan ketika pasien mempunyai masalah dalam
menetapkan prioritas tidak hanya memperhatikan aspek fisiologis tapi juga
aspek keinginan, kebutuhan, dan keselamatan pasien.
Prioritas diklasifikasikan menjadi tiga yakni: tingi, menengah, dan rendah:
a. Prioritas tinggi
Prioritas yang berdasarkan diagnosa keperawatan dapat menghabiskan
ancaman bagi pasien atau orang lain bila tidak segera ditangani.
b. Prioritas menengah
Prioritas menengah mencakup kebutuhan pasien non emergency tidak
mengancam kehidupan.
c. Prioritas rendah
Mencakup kebutuhan yang tidak secara langsung berhubungan dengan
suatu penyakit spesifik.
27
Universitas Sumatera Utara
e) Realistik untuk kemampuan/kondisi pasien dalam waktu seperti yang
ditetapkan
f) Realistik untuk tingkat pengalaman dan keterampilan perawat
g) Ditentukan bersama oleh perawat dan pasien
h) Tujuan harus sejalandan menyokong terapi lain
3. Menetapkan Intervensi
Setelah menerapkan prioritas dan tujuan asuhan keperawatan maka seorang
perawat menetapkan intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien.
28
Universitas Sumatera Utara
B. Manfaat membuat perencanaan asuhan keperawatan
Tujuan dan dalam pembuatan perencanaan agar setiap implementasi
asuhan keperawatan dapat dilakukan langkah yang tepat dan efisien.
1. Sebagai penghubung kebutuhan pasien
2. Untuk menjelaskan intervensi keperawatan yang harus dilakukan
3. Untuk meningkatkan praktik keperawatan, sehingga mendapatkan pengertian
yang lebih jelas tentang prinsip proses keperawatan
4. Menjadi dasar pendekatan yang sistematis terhadap asuhan keperawatan
29
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
I. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Batak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Teratai No.8A Sari Rejo Medan Polonia
Golongan darah :A
Tanggal pengkajian :29 Mei 2017
30
Universitas Sumatera Utara
Genogram
Ket:
: Laki-laki : laki-laki Meninggal
31
Universitas Sumatera Utara
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klienmengatakan bahwa:”kakinya terasa berat dan nyeri untuk bergerak
sehingga kadang klien harus dibantu untuk mandi dan berjalan
menggunakan tongkat”.
2. Bagaimana dilihat
Klien terkadang duduk lama dikursi dan berbaring di tempat tidur. Klien
dapat berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat dan menyeret kakinya
ketika berjalan.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Bagian ekstremitas bawah (kaki).
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan:” yang dialaminya tidak menyebar”.
D. Severity (Menggangu aktivitas)
Klien mengatakan:” saat ini kelemahan pada ekstremitas bawah”.Dengan
skala kekuatan otot 5 yang mengakibatkan sulit untuk melakukan
mobilisasi fisik.
E. Time
Kelemahan terjadi sejak 7 bulan tetapi sudah banyak mengalami
perubahan pergerakan.
32
Universitas Sumatera Utara
D. Lama dirawat
Klien mengatakan “tidak pernah dirawat dirumah sakit’’.
E. Alergi
Klienmengatakan ” tidak ada alergi obat ataupun makanan dan
minuman’’.
F. Imunisasi
Klien mengatakan “bahwa dulu tidak ada dilakukan imunisasi”.
33
Universitas Sumatera Utara
B. Konsep diri
1. GambaranDiri : Klien menerima keadaan yang sekarang, dan tetap
semangat untuk dirinya sembuh.
2. ideal Diri : Klien ingin dapat melakukan aktivitasnya sendiri.
3. harga Diri : Klien tidak malu, dan tidak merasa kurangkarena
anaknya yang masih ada menolongnya.
4. peran diri : Klien berperan sebagai orang tua .
5. identitas : Klien berperan sebagai seorang Ibu.
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
D. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan:” Anak dan menantu yang sangat berarti karena
anaknya yang merawatnya sekarang ini dan yang membantu dalam
melakukan aktivitas”.
b. Hubungan dengan keluarga
Klien mengatakan:” hubungannya dengan anak dan cucunya harmonis
dan suka bermain bersama cucunya”.
c. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:" dengan orang lain juga suka bercengkrama jika
ada tamu di rumah ataupun tetangga datang kerumah”.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan:” tidak ada hambatan dengan orang lain, bahkan
orang-orang yang disekitarnya selalu menolong jika pasien minta
bantuan”.
e. Spiritual
Klien beragama Islam, pasien mengatakan tidak pernah menjalankan
ibadah sholat karena ia sedang sakit.
34
Universitas Sumatera Utara
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, posisi klien lebih sering duduk,
keterbatasan melakukan aktifitas karena kakiyang terasa berat dan sulit
untuk digerakan.
B. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu tubuh : 36 °C
b. Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Nadi : 72x/menit
d. Pernafasan : 24x/menit
e. TB : 155 cm
f. BB : 55 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
a. Bentuk : Oval,Tidak ada benjolan dan pembengkakan.
b. Kulit kepala : Berminyak, tidak ada iritasi
Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut tidak merata
ada yang putih dan hitam.
b. Bau : Rambut berbau
c. Warna kulit : Kuning langsat
Mata
a. Kelengkapan mata : Mata dalam keadaan simetris
kiri dan kanan.
b. Pupil : isokor (kiri dan kanan)
c. Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis dan sklera
berwarna putih.
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasal : simetris kiri dan kanan
b. Lubang hidung : simetris kiri dan kanan
dan bersih
35
Universitas Sumatera Utara
Telinga
a. Bentuk telinga : simetris kiri dan kanan
b. Ukuran telinga : simetris kiri dan kanan
c. Lubang telinga : terdapat serumen tapi dalam batas normal
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat
b. Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan, gigi putih dan
bersih, dan tidak lengkap
Leher
a. Posisi trachea : Dalam keadaan simetris
b. Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c. Suara : klien mengeluarkan dengan kata-kata jelas
d. Denyut nadi karotis : teraba dan Tidak Menonjol
Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit pasien tampak bersih
b. Warna : kulit klien berwarna coklat sawo matang
c. Turgor : turgor kulit <2 detik
d. Kelembaban : kulit lembab
e. Warna luka : tidak ada luka
f. Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan seperti
kemerahan atau bercak-bercak merah
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Klien tidak bersedia diperiksa karena merasa malu
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Simetris (besar antara kiri dan
kanan sama dan tidak ada benjolan)
dan pernafasan teratur
b. Pernafasan : 24x/menit
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas
36
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : suara paru terdengar dan teratur
b. Perkusi : bunyi resonan
c. Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Pemeriksaan muskouloskletal/Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : simetris kiri dan kanan kekuatan otot 3, tidak
ada edema
b. Ekstremitas Bawah : pasien mengalami kelemahan pada pergerakan
ekstremitas bawah sehingga sulit untuk
melakukan aktivitasnya.
Pemeriksaan neurologi
a. Nervus Olfaktoris/N I
Klien masih mampu mengidentifikasi aroma (bau).
b. Nervus Optikus/N II
Klien mampu melihat dengan jelas tanpa alat bantu.
c. Nervus Okulomotoris/N III,Trochlearis/N IV,Abdusen/N VI
Klien mampu mengerakan bola mata kiri dan kanan.
d. Nervus Trigeminus/N V
Klien mampu untuk membedakan panas/dingin, tajam/tumpul pada
ekstremitas bawah.
e. Nervus Fasalis/N VII
Klien sudah mampu mengerakan otot wajahnya, tetapi jika berbicara
cepat kata- kata klien menjadi salah
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII
Klien masih bisa mendengar suara dengan baik seperti ketika kita
memanggil namanya klien menoleh kearah sumber suara/bunyi.
37
Universitas Sumatera Utara
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X
Klien mampu untuk menelan,mengunyah dan membuka mulutnya
h. Nervus Aksesorius/N XI
Klien mampu menggerakkan kedua tangannya dan kedua bahu simetris.
38
Universitas Sumatera Utara
D. Pola eliminasi
1. BAB
b. Pola BAB : tidak tentu
c. Karakteristik feses : keras dan bulat seperti kelereng
d. Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan
e. Diare : tidak ada mengalami diare
f. Penggunaan laksatif : tidak ada menggunakan laksatif
2. BAK
a. Pola BAK : 5 kali sehari
b. Karakter urine : bening, tidak berbau
c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada mengalami
kesulitan
d. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
e. Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan
diuretik
39
Universitas Sumatera Utara
ANALISA DATA
40
Universitas Sumatera Utara
TD: 130/90
mmHg Kekuatan otot melemah
HR: 72x/i
RR: 24x/
DS: Meningkatnya nyeri saat
- Klien berjalan
mengatakan
tidak
sanggup Intoleransi aktivitas
berjalan jauh.
- Klien
mengatakan
kaki terasa
berat.
41
Universitas Sumatera Utara
RUMUSAN MASALAH
Masalah Keperawatan
1. Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
3. Resiko tinggi cedera
42
Universitas Sumatera Utara
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
43
Universitas Sumatera Utara
Hari/ No DX Perencanaan Keperawatan
Tanggal
03 juni Intoleransi Tujuan dan kriteria hasil :
2017 aktivitas 1. Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas
berhubungan yang diinginkan.
dengan usia lanjut
dan perubahan Rencana Tindakan Rasional
kekuatan otot 1.Pertahankan 1. Untuk mencegah
ditandai dengan istirahat tirah baring kelelahan dan
tidak sanggup atau duduk jika mempertahankan
berjalan jauh dan diperlukan kekuatan
lebih banyak 2.Bantu bergerak 2. Meningkatkan
duduk. dengan bantuan fungsi sendi,
seminimal mungkin kekuatan otot
dan stamina
44
Universitas Sumatera Utara
Hari/ No DX Perencanaan Keperawatan
Tanggal
03 juni Resiko Tinggi Tujuan dan kriteria hasil :
2017 Cedera fisik 1. Klien dapat mempertahankan keselamatan
berhubungan fisik
dengan fungsi
tulang lansia Rencana Tindakan Rasional
ditandai dengan 1. Berikan lingkungan 1. Menghindari
klien hati-hati saat yang aman dan cedera akibat
berjalan dan menganjurkan kecelakaan
menggunakan alat untuk
bantu ( tongkat ) menggunakan alat
bantu
2. Kendalikan 2. Lingkungan yang
lingkungan dengan bebas bahaya
menyingkirkan akan mengurangi
bahaya yang resiko cedera
tampak jelas
45
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
46
Universitas Sumatera Utara
Hari/ No. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal DX Keperawatan
5 juni 2 Pukul 14.00 S : Klien mengatakan
2017 1. Mempertahankan masih tidak
istirahat dan sanggup berjalan
duduk jika lama
diperlukan
O:
2. Membantu 1. :.Klien berjalann
bergerak dengan menguggunakan
bantuan tongkat
seminimal 2. Klien lebih banyak
mungkin duduk
3. Klien berjalan
3. Mendorong klien lambat
untuk
mempertahankan A : Masalah sebagian
postur tegak, teratasi
duduk, berdiri dan
berjalan. P : Rencana tindakan
dilanjutkan
4. Memberikan
lingkungan yang
aman dan
menganjurkan
klien untuk
memakai alat
bantu ( tongkat )
47
Universitas Sumatera Utara
Hari/ No Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal DX Keperawatan
4. Memberikan
massage yang
lembut pada kaki
48
Universitas Sumatera Utara
Hari/ No Implementasi Evaluasi (SOAP)
Tanggal DX Keperawatan
4. Menganjurkan
untuk memakai alat
bantu
49
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pengkajian terhadap Ny. E, ada 3 prioritas
masalah keperawatan yang ditemukan yaitu, Nyeri, Intoleransi Aktivitas, dan
Resiko tinggi cedera. Diagnosa keperawatan prioritas yaitu Nyeri berhubungan
dengan kelemahan ekstremitas bawah ditandai dengan pasien berjalan dengan
menggunakan tongkat, tidak mampu berjalan jauh, dan sebagian kegiatan dibantu
oleh keluarga, TD: 110/90 mmHg, HR: 74x/menit, RR: 24x/menit, kekuatan otot
3. Kemudian dilakukanimplementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan
selama 1 minggu dan hasil evaluasi yaitu klien sudah mampu berjalan lambat
tanpa tongkat dan nyeri di kaki sedikit berkurang.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan setelah membahas masalah-masalah
yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah kebutuhan. Gangguan
rasa aman dan nyaman : nyeri, maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar dapat menyediakan dan
menambah referensi terbaru, terutama mengenai buku-buku keperawatan
kebutuhan dasar dan buku Nyeri, agar dalam pemberian asuhan keperawatan
dapat dilaksanakan secara optimal.
2. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan diharapkan para petugas kesehatan
dapat lebih optimal dalam melakukan praktek dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara benar sesuai dengan standar praktek keperawatan.
50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
51
Universitas Sumatera Utara
52
Universitas Sumatera Utara