Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN NUTRITIONAL MARASMUS

RUANG PERAWATAN INFEKSI LONTARA4 ATAS BELAKANG


RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Fifi Riskayani


Nim : R014172005

CI LAHAN CI INSTITUSI

Tuti Seniawati, S.Kep., Ns, M. Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi Nutritional Marasmus
Malnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan
protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh .
Secara umum malnutrisi terbagi atas dua bagian yaitu undernutrisi dan overnutrisi.
Undernutrisi atau keadaan defisiensi terdiri dari marasmus, kwashiorkor, serta marasmic-
kwashiorkor [ CITATION Mul12 \l 1033 ].
Nutritional marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan secara signifikan sehingga mengalami penciutan atau pengerusan otot generalisata
dan tidak adanya lemak subkutis [ CITATION Rud14 \l 1033 ]. Black & Hawks (2014)
menambahkan bahwa nutritional marasmus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
kurangnya suplai energii dan protein yang berlangsung secara terus menerus.
Marasmus adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus,
iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput. Kwashiorkor
adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di
punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan
mata sayu dan rambut tipis/kemerahan. Marasmik-kwashiorkor adalah keadaan gizi
buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor [ CITATION Mul12 \l
1033 ].
Marasmus adalah kekurangan asupan energi dan protein sedangkan
kwashiorkor adalah malanutrisi karena kekurangan protein namun dengan asupan energi
yang cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi dalam semua bentuk,
termasuk protein.
B. Anatomi dan Fisiologi
Menurut Sherwood (2012) anatomi fisiologi pencernaan proses metabolisme secara
singkat sebagi berikut :
System pencernaan terdiri dari mulut, faring, osefagus, gaster, usus halus,usus
besar, rectum dan anus. Sistem ini berfungsi menyediakan nutrisi bagikebutuhan sel
melalui proses ingesti, digesti, dan absorbsi, serta eliminasi bagimakanan yang tidak
dapat dicerna oleh tubuh. Proses ingesti terjadi saat makanan berada dilingkungan mulut
yaitu saatmengunyah yang dilakukan oleh koordinasi otot rangka dan sistem
saraf sehinggamakanan menjadi halus dan saat yang sama makanan bercampur dengan
salivasehingga makanan menjadi licin dan mudah ditelan.
Digesti adalah perubahan fisik dan kimia dari makanan dengan bantuanenzim dan
koenzim yang pengeluarannya diatur oleh hormone dan saraf. sehinggazat-zat makanan
dapat di absorbsi kedalam aliran darah. proses digesti dimulaidari mulut dan berakhir di
usus halus. (Syarifudin, 1997)Eliminasi adalah pengeluaran sisa pencernaan dari tubuh
melalui anus. zat-zatmakanan yang diserap oleh tubuh dimetabolisme oleh sel sehingga
menghasilkanenergi, membentuk jaringan, hormone, dan enzim. Makanan dapat
bergerak dari saluran cerna sampai ke anus karena adanya peristaltik yang berasal dari
kontraksi ritmis dari usus yang diatur oleh sistem saraf otonom dan saraf enterik.
Energi diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, meabolisme, utilisasi bahan
makanan dan aktivitas. Protein dalam diet dapat memberi energi untuk keperluan
tersebut dan juga untuk menyediakan asam amino bagi sintesis protein sel, dan hormon
maupun enzim untuk mengatur metabolisme. Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih
diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Jika jumlah energi dalam
makanan sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein makanan akan dipergunakan
sebagai energi,hingga mengurangi bagian yang diperlukan bagi pertumbuhan. Bahkan
jikamasukan energi dan protein jauh dari cukup, proses katabolisme akan terjaditerhadap
otot-otot untuk menyediakan glukosa bagi energi dan asam-amino untuksintesis protein
yang sangat esensial.
Jumlah protein dan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
mormaltergantung dari pada kualitas zat gizi yang dimakan, seperti bagaimana mudah
zattersebut dapat dicerna (digestibility), diserap (absorbability), distribusi asamamino
proteinnya, dan factor-faktor lain, seperti umur, berat badan, aktivitas individu, suhu
lingkungan dan sebagainya.
C. Penyebab Nutritional Marasmus
Menurut Black & Hawks (2014) ada 2 penyebab dari nutritional marasmus yaitu :
a. Penyebab langsung
Yaitu masukan makanan yang kurang baik dari gizi makro berupakarbohidrat,
protein, lemak dan gizi mikro berupa vitamin A, B dan Femaupun penyakit atau
kelainan yang diderita anak misalnya penyakitinfeksi, malabsorbsi, dll. Makanan dan
penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit
b. Penyebab tidak langsung
Faktor ekonomi, faktor fasilitas, perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan
dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor pertanian dll.
Gambar 1 :
Model Hirarki penyebab KEP [ CITATION Pud10 \l 1033 ]

Penyebab KEP bervariasi, sehingga derajat KEP bervariasi dari yang


palingringan sampai yang berat :

a. KEP ringan dan sedang, merupakan keadaan patologik akibat kekuranganenergi


dalam waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zatgizi lainnya
mungkin mencukupi. Bila hasil penimbangan BB pada KMSterletak pada pita
warna kuning diatas garis merah atau BB/U 70% - 80% (Baku median WHO-
NCHS).
b. Marasmus, dimulai dengan mengurangnya energi hingga hilangnya subkutan yang
berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organlainnya, baik morfologi
maupun fungsinya (dikatakan anak marasmikhidup dari tubuhnya sendiri).
c. Kwashiorkor terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit danlebih
banyak mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup)
d. Marasmic-kwashiorkor merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiokormenjadi
marasmus atau sebaliknya, bergantung pada diit yang diperolehnya.
D. Manifestasi kKlinis
Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan disertai dengan kehilangan
berat badan sampai berakibat kurus. Lama kelamaan turgor kulit akan mengerut dan
lonngar karena lemak subkutan hilang. Pada awalnya setelah lemah subkutan
menghilang, muka bayi/anak tetap terlihat normal. Abdomen terlihat kembung dan
gambaran usus dapat dengan mudah terlihat. Terjadi atrofi otot, dengan akibat hipotoni.
Suhu badan pasien biasanya normal dan nadi mungkin akan melambat. Angka
metabolisme basal cenderung menurun. Mula-mula anak mungkin cerewet, tetapi lama
kelamaan menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi kadang konstipasi maupun diare,
tinja berisi mukus dan sedikit [ CITATION Rub17 \l 1033 ].
MenurtBlack & Hawks (2014) menambahkan bahwa manifestasi klinis yang
paling sering terjadi pada pasien dengan nutritional marasmus yaitu kerontokan pada
rambut, gusi berdarah, kuku rapuh dan kadang anak akan mengalami anemia.
Pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan penurunan hemoglobin, albumin, protein
total, transferin, prelabumin dan proliferasi limfosit.
Penampilan muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seperti orang
tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak
dan otot-ototnya, iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
Perubahan mental adalah anak mudah menangis, walapun setelah mendapat makan
karena anak masih merasa lapar. Kesadaran yang menurun (apati) terdapat pada
penderita marasmus yang berat. Kelainan pada kulit tubuh yaitu kulit biasanya kering,
dingin, dan mengendor disebabkankehilangan banyak lemak di bawah kulit serta otot-
ototnya.
Kelainan pada rambut kepala walaupun tidak sering seperti pada penderita
kwashiorkor, adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok. Lemak
subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang. Otot-otot atrofis, hingga tulang-
tulang terlihat lebih jelas. Pada saluran pencernaan, penderita marasmus lebih sering
menderita diare atau konstipasi. Tidak jarang terdapat bradikardi, dan pada umumnya
tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat seumur. Terdapat
pula frekuensi pernafasan yang mengurang dan ditemukan kadar hemoglobin yang agak
rendah. Selain itu anak mudah terjangkit infeksi yang umumnya kronis berulang akibat
defisiensi imunologik [ CITATION Pud10 \l 1033 ].
Gambar 2. Perbedaan marasmus dan kwarshiorkor
E. Diagnosis
Diagnosis untuk marasmus-kwashiorkor dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan antropometrik menurut Gulden (2014); Braun (2015) yaitu:
a. Manifestasi klinis.
Anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit
yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik. Manifestasi yang umumnya timbul
adalah gagal tumbuh kembang. Di samping itu terdapat pula satu atau lebih
manifestasi klinis marasmus dan kwashiorkor lainnya.
b. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboratorium darah tepi yaitu Hb memperlihatkan anemia ringan
sampai sedang. Pada pemeriksaan faal hepar, kadar albumin serum sedikit
menurun.Kadar elektrolit seperti Kalium dan Magnesium rendah, bahkan K mungkin
sangat rendah, sedangkan kadar Natrium, Zinc, dan Cuprum bisa normal atau
menurun. Kadar glukosa darah umumnya rendah, asam lemak bebas normal atau
meninggi, nilai β-lipoprotein dapat rendah ataupun tinggi, dan kolesterol serum
rendah.
Kadar asam amino esensial plasma menurun. Kadar hormon insulin umumnya
menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapar normal, rendah, maupun tinggi. Pada
biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai kasus dengan
perlemakan yang berat. Pada pemeriksaan radiologi tulang tampak pertumbuhan
tulang yang terlambat dan terdapat osteoporosis ringan.
c. Antropometrik.
Ukuran yang sering dipakai adalah berat badan, panjang / tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan atas, dan lipaan kulit. Diagnosis ditegakkan dengan adanya
data antropometrik untuk perbandingan seperti BB/U (berat badan menurut umur),
TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur),
BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut
tinggi badan). Dari pemeriksaan antropometrik dapat diklasifikasikan menurut
Wellcome Trust Party, klasifikasi menurut Waterlow, klasifikasi Jelliffe, dan
klasifikasi berdasarkan WHO dan Depkes RI.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan marasmus mengikuti 10 langkah utama penatalaksanaan gizi buruk
yaitu sebagai berikut [ CITATION Nur16 \l 1033 ]:
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah , suhu tubuh rendah. Jika anak sadar
dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan sering 2-3 jam sekali.
Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum berikan air gula dengan
sendok).
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 C. Pada keadaan ini
anak harus dihangatkan dengan cara ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di
dadanya lalu ditutupi selimut atau dengan membungmus anak dengan selimut tebal
dan meletakkan lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah
normal dan stabil tetapu dibungkus dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh
kembali pada keadaan hipotermia.
3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan dehidrasi adalah
ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah,
tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
a) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam sekali tanpa
berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan
memberikan minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal
b) Jika tidak ReSoMal untuk anak KEP berat dapat menggunakan oralit yang
diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat minum, lakukan intravena (infus)
RL/Glukosa 5% dan NaCl dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya:
a) Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah
b) Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2 minggu.
Berikan makan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan
oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan penambahan 1 liter ditambah 4 gr kecil
dan 50 gram gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makan yang
banyak mengandung mineral bentuk makanan lumat.
5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat secara rutin diberikan
antibiotik spektrum luar.
6. Pemberian makan balitan KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi menjadi 3 fase:
a) Fase stabilisasi (1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena
keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi
metabolisme basal saja. Formula khusus seperti formula WHO
75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun agar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet
sebagai berikut: porsi kecil, sering, rendah serat, dan rendah laktosa, energi 100
kkal/kg/hari, protein 1-1.5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kgBB/hari (jika ada
edema berat 100 ml/kgBB/hari), bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan
memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dab jadwal
pemberian makanan harus sesuai dengan kebutuhan anak.
Perhatikan masa tumbuh kejar balita
Fase ini meliputi 2 fase : trasnsisi dan rehabilitasi:
a) Fase transisi (minggu II)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikans ecara perlahan untuk
menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9-1.0 gr/100 ml) dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam
jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asal
kandungan energi dan protein sama.
Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya
pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg BB/kali pemberian (200 ml/kl BB/hari).
b) Fase rehabilitasi (Minggu III-IV)
Formula WHO-F 135/pengganti /modisco 1 ½ dengan jumlah tidak terbatas dan
sering
Energi: 150-220 kkal/ kgBB/hari
Protein: 4-6 gr/ kgBB/haribila anak masih mendapat ASI , teruskan ASI
ditambah dengan susu formula karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh kejar.
Secara perlahan diperkenalkkan makanan keluarga.
7. Lakukan penanggulangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan mineral, walaupun
anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu
sampai anak mau makan dan BB nya mulai naik (pada minggu ke II). Pemberian Fe
pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya. Berikan setiap hari:
a) Tambahan multivitamin lain
b) Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat/sirup besi
c) Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel pamoat dosis tunggal
d) Dosis tambahan disesuaikan dengan buku pedoman pemberian kapsul viatmin A
8. Berikan stimulasi dan dukungan emosional
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilakuk
karenanya diberikan: kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan, lakukan
terapi bermain terstruktur 15-30 menit/hari, rencanakan aktivitas fisik setelah sembuh,
tingkatkan keterlibatan ibu (memberikan makan, memandikan, bermain).
9. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila BB anak sudah berada di gariss warna kuning anak dapat di rawat di rumah
dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas/bidan desa.
G. Komplikasi
Menurut [ CITATION Pud10 \l 1033 ] komplikasi yang bisa terjadi pada anak yang
menderita marasmus yaitu :
a) Penyakit infeksi
b) Tuberculosis
c) Parasitosis
d) Disentri, malnutrisi kronis, gangguan tumbuh kembang
e) Devisiensi vitamin A
f) TBC paru-paru
g) Bronkopnemani
h) Askariasis atau,
i) Intoleran Laktosa
H. Dampak Penyakit Terhadap Kebuuhan Dasar Manusia
a) Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Respon tubuh terhadap proses inflamasi terjadi peningkatan suhu tubuh
(hipertermia), kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi meningkat, terjadi defisit
volume cairan tubuh.
b) Kebutuhan Nutrisi
Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara intake nutrisi dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.
c) Kebutuhan Aktifitas
Sumber kalori kurang, produksi ATP menurun, terjadi kelemahan fisik yang
mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam beraktifitas.
d) Kebutuhan Rasa Aman
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit merupakan faktor
yang memicu timbulnya kecemasan pada keluarga. Dan penurunan status gizi akan
mempengaruhi status imunitas sehingga anak menjadi rentan terhadap infeksi.
e) Pertumbuhan dan Perkembangan
Kekurangan kalori dan protein, menyebabkan tubuh kekeurangan zat tenaga dan
pembangun sehingga akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Tanyakan seputar identitas klien yang meliputi nama, tanggal lahir, tempat tinggal
dan data pendukung identitas lain yang dianggap perlu.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien/keluarga yang datang mengenai keluhan pasien sehingga
dibawa ke rumah sakit

3. Riwayat kesehatan.

Biasanya pada penderita marasmus sering dibarengi dengan diare, peningkatan suhu
tubuh, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan dan perubahan aktivitas

4. Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwayat prematur, diit yang tidak baik
dan sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan ketahanan tubuh.

5. Riwayat keluarga.

Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, atau
menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.

6. Pola-pola fungsi kesehatan meliputi:

a) Pola nutrisi : Pada penderita marasmus biasanya mengalami penurunan nafsu


makan dan mual muntah.

b) Pola Eliminasi : Penderita marasmus biasanya sering disertai dengan diare.

c) Pola aktivitas: Penderita marasmus biasanya mengalami gangguan dengan


aktivitasnya karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan adanya
gangguan metabolisme

d) Pola istirahat dan tidur : Anak dengan marasmus biasanya sering rewel karena
selalu merasa lapar meskipun sudah diberi susu sehingga sering terbangun di
malam hari.

7. Pengkajian fisik

a) Keadaan umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewel,


k ebersihan kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.
b) Kepala :Lingkar kepala biasanya lebih kecil dari ukuran normal, warna rambut
kusam.

c) Muka: Tampak seperti wajah orang tua

d) Mata: Pada penderita marasmus biasanya konjungtiva anemis

e) Hidung: Pada penderita marasmus biasanya terpasang sonde untuk memenuhi


intake nutrisi, terdapat sekret

f) Mulut: Biasanya terdapat lesi dan mukosa bibir kering.

g) Leher:Biasanya leher mengalami kaku kuduk.

h) Torax: Ada tarikan dinding dada, wheezing, ronchi.

i) Abdomen: Ada acites, bising usus meningkat, suara hipertympani.

j) Extremitas atas : Lingkar lengan atas standar normal, akral hangat

k) Ektremitas Bawah: Edema tungkai

l) Kulit: Keadaan turgor kulit menurun, kapilary refill lebih dari 3 detik, kulit
keriput.
B. Diagnosa Keperawatan [ CITATION NAN15 \l 1033 ]
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan status nutrisi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
3. Risiko infeksi
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d malnutrisi
5. Defisit pengetahuan mengenai kondisi kulit, diet, perawatan, dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Definisi Nanda International:


Nutrisi, ketidakseimbangan: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik
kurang dari kebutuhan tubuh
(1975, 2000 )
KOMPONEN DIAGNOSIS KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan keperawatan21x24 Nutrition Monitoring
 Kram abdomen jam diharapkan :  BB pasien dalam batas normal
 Nyeri abdomen  Monitor adanya penurunan berat badan
 Menghindari makanan Termoregulasi  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Berat badan 20% atau lebih  Peningkatan berat badan 15-20 gr/hari  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
dibawah berat badan ideal  Intake nutrisi, cairan parenteral adeuat  Monitor lingkungan selama makan
 Kerapuhan kapiler  Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi
 Diare   Monitor turgor kulit
 Kehilangan rambut berlebihan  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
 Bising usus hiperaktif  Monitor mual dan muntah
 Kurang makanan  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
 Kurang informasi  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Kurang minat pada makanan  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
 Penurunan berat badan dengan  Monitor kalori dan intake nutrisi
asupan makanan adekuat  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
 Kesalahan konsepsi  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
 Kesalahan informasi Manajemen nutrisi
 Mambran mukosa pucat  Kaji adanya alergi makanan
 Ketidakmampuan memakan  Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
makanan  Libatkan anak dalam persiapan dan pemilihan makanan
 Tonus otot menurun  Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
 Mengeluh gangguan sensasi  Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi
rasa  Manfaatkan setiap periode lapar dengan menyajikan makanan dalam porsi kecil
 Mengeluh asupan makanan tapi sering
kurang dan RDA  Timbang berat badan setiap hari
(recommended daily allowance)  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
 Cepat kenyang setelah makan  Berikan informasi kepada orang tua tentang kebutuhan nutrisi anak.
 Sariawan rongga mulut
 Steatorea
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
Faktor yang berhubungan :
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan menelan
makanan
 Faktor psikologis

Diagnosis Keperawatan: Definisi:


Hipertermi Penurunan cairan intravaskuler, interstitial atau intraseluler.
KOMPONEN DIAGNOSIS KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 Temperature regulation (pengaturan suhu)
 Apnea jam diharapkan :  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Bayi tidak dapat menyusu  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
 Gelisah Termoregulasi  Monitor TD, nadi, dan RR
 Hipotensi  Monitor warna dan suhu kulit
 Kejang  Tanda vital dalam batas normal (nadi:  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 Koma 120-160 x/i, pernapasan: 40-60 x/i, suhu:  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Kulit kemerahan 36,5˚C-37,5˚C)  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
 Kulit terasa hangat  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi  Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
 Latergi  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative
 Postur abnormal dan kedinginan
 Stupor  Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang
 Takikardia diperlukan
 Takipnea  Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan yang diperlukan
 vasodilatasi  Berikan anti piretik jika perlu
Kontrol infeksi
Faktor yang berhubungan :  Pengaturan suhu : mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh dalam range
 Agen farmasetikal normal
 Aktivitas berlebihan  Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil
 Dehidrasi  Pantau tekanan darah, nadi, dan pernafasan dengan tepat
 Iskemia  Pantau warna dan suhu kuilt
 Pakaian yang tidak sesuai  Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertemi.
 Peningkatan lajumetabolisme  Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nurtisi
 Penurunan respirasi  Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi atau bawah pemanas
 Penyakit  Pertahankan panas tubuh bayi
 Sepsisi  Gunakan matras panas dan selimuthangat yang disesuaikan dengan  kebutuhan.
 Suhu lingkungan tinggi  Berikan pengobatan dengan tepat untuk mencegah atau control menggigil
 trauma  Gunakan matras sejuk dan mandi dengan air hangat untuk menyesuaikan dengan
suhu tubuh dengan tepat
 Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi cahaya
 Instruksikan keluarga pada fototerapi di rumah yang sesuai

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam Infection Control (Kontrol infeksi)
trauma, imunitas tubuh primer 2x 24 jam pasien tidak mengalami infeksi
menurun, prosedur invasive dengan kriteria hasil:  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
(pemasangan traksi)  Pertahankan teknik isolasi
Risk control  Batasi pengunjung bila perlu
 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi berkunjung meninggalkan pasien
 Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
mencegah timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
 Jumlah leukosit dalam batas normal  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
 Status imun, gastrointestinal,  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
genitourinaria dalam batas normal  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentangan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung terhadap penyakit menular
 Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
WOC NUTRITIONAL MARASMUS

Ekonomi rendah, Kegagalan menyusui ASI, terapi


pendidikan, kurang, puasa krn pnykt, tdk memulai
hygiene rendah maknan tambahan

KEP

Penurunan jml Energi menurun


protein tubuh
Marasmus
Trjd perubahan biokimia
dalam tubuh
Cadangan protein otot terpakai secara terus
menerus untuk memperoleh asam amino
Kwashiorkor

Perbandinagan asam amino yg


Gangguan absorbsi dan Produksi albumin o/ berbeda dgn protein jaringan
transportasi zat-zat gizi hepar rendah (hipo
albuminemia) salah satu jenis asam amino rendah
Pengambilan energi konsentrasinya
selain dari protein (otot)
Tek. Osmotic Gangguan pembentukan Asam amino tdk
plasma menurun lipoprotein (lemak) dari hati berguna bagi sel
Penyusutan otot
Cairan dari intravaskuler Penurunan Tubuh mengalami kehilangan
ke intersisial detoksifikasi hati energi scr terus menerus
Penurunan BB
Odema Resti infeksi Otot-otot melemah dan
menciut
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan
keseimbangan cairan Resiko gangguan
Gangguan tumbang
integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai