Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gizi Buruk

1. Pengertian

a. Pengertian Zat Gizi

Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Nazilia

& Iqbal, 2020).

b. Pengertian Gizi

Gizi (Nutrion) adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-

zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan

energi (Kemenkes RI, 2017).

c. Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang

buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan,

pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain

seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya

nutrisi dari makanan.

6
7

Kemudian Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2019) gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak

berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD

dan atau ditemukan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan

marasmus-kwashiorkor) (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29

Tahun 2019, n.d.). Berdasarkan teori-teori tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa gizi buruk adalah seseorang yang mengalami

kekurangan gizi disebabkan oleh rendahnya asupan energy dan protein

dalam makanan sehari-hari sehingga mengalami gangguan kesehatan.

2. Etiologi Gizi Buruk

a. Penyebab langsung

1) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi yang yang bisa menyebabkan gizi buruk antara

lain cacar air, batuk rejang, TBC, malaria, diare dan cacing misalnya

cacing Ascaris Lumbricoides, dapat memberikan hambatan absorpsi

dan hambatan utilisasi zat gizi yang mwnurunkan daya tahan tubuh

yang jika dibiarkan akan menimbulkan gizi buruk (Kurnia Wardhani

et al., 2021)

2) Konsumsi makanan

Gizi buruk sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5

tahun dimana pada saat ini tubuh memerlukan zat gizi sangat tinggi,

sehingga bila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan

menggunakan cadangan zat gizi yang ada dalam tubuh, yang

berakibat cadangan semakin habis dan kelamaan akan terjadi

kekurangan yang akan menimbulkan perubahan pada gejala klinis.


8

3) Penyakit Bawaan

Penyebab gizi buruk sangat banyak dan bervariatif. Beberapa

faktor bisa berdiri sendiri atau terjadi bersama-sama. Fsktor utama

penyebabnya adalah penyertaan penyakit bawaan seperti

hydrocephalus dan jantung bawaan dimana tingkat keberhasilan

penyembuhannya relatif kecil.

b. Penyebab tidak langsung

1) Pendidikan

Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan

pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas

dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung

dari kekurangan gizi pada anak balta.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

proses tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membantu

proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan

membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Hal

ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi dan teratur.

3) Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang

akan dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk

menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat

hubungannya dengan gzizi. Pendapatan yang rendah dapat

mempengaruhi banyak hal, pola konsumsi makanan kurang bergizi,


9

untuk pemeliharaan kesehatan juga diperhatikan, biaya sakit tidak

mampu dan bila sakit segera berobat.

4) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian dalam memilih

makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam

mengolah bahan makanan. Hal ini memegang peranan yang sangat

penting dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan

baik sehingga dpat mencapai keadaan gizi yang seimbang.

3. Manifestasi Klinis Gizi Buruk

a. Marasmus

Gizi buruk tanpa edema (sangat kurus atau marasmus) merupakan

salah satu bentuk manifestasi klinis gizi buruk dengan tanda dan gejala

klinis sebagai berikut :

1) Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit

2) Wajah seperti orang tua

3) Cengeng, rewel

4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak

ada

5) Iga gambang, perut umumnya cekung

6) Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan

diare persisten

b. Kwashiorkor

Gizi buruk dengan edema (kwashiorkor) merupakan salah satu

bentuk manifestasi klinis gizi buruk dengan tanda serta gejala klinis

sebagai berikut :
10

1) Perubahan status mental : apatis dan rewel

2) Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah

dicabut tanpa rasa sakit, rontok

3) Wajah membulat dan sembab

4) Pandangan mata sayu

5) Pembesaran hati

6) Edema, minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pintting edema

+ Edema pada kedua punggung kaki

++ Edema pada kedua tungkai dan lengan bawah

+++ Edema pada seluruh tubuh (termasuk wajah dan perut)

7) Otot mengecil

8) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (dermatosis)

9) Sering disertai penyakit infeksi (umumnya akut juga diare dan

anemia).

c. Marasmiks-kwashiorkor

Marasmiks kwashiorkor merupakan kombinasi atau campuran dari

beberapa gejala klinik kedua bentuk gizi buruk (marasmus dan

kwashiorkor).

Kemudian menurut Kemenkes RI (2021) Penentuan status gizi secara klinis

dan antropometri dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut


11

Tabel 2.1

Penentuan status gizi secara klinis dan antropometri

Kategori Status Gizi Klinis Ambang Batas (Z- Sxore)

Gizi buruk Sangat kurus dan atau < -3 SD (bila ada edema
edema minimal pada BB/TB bisa > -3 SD)
kedua punggung kaki
Gizi kurang Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik Tampak sehat -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih Gemuk >2 SD
Sumber : Kemenkes RI, Tatalaksana Gizi Buruk 2021

4. Patofisiologi

Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energi protein atau tidak

mencukupinya makanan bagi tubuh sering dikenal dengan marasmus dan

kwashiorkor.

Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein

dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial

dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama

sebagai pertumbuhan dan perbaikan semakin berkurang asam aminonya

dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh hati.

Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depigmentasi. Anak dapat

mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A, kekurangan

mineral khususnya zat besi, kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena

hipoproteinerma yang mana cairan akan berpindah dari intravaskular

kompartemen ke rongga interstisial yang kemudian menimbulkan ascites.


12

Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemahan pada hati dan atropi

pada sel acini pankreas.

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropik jaringan

terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada

marasmus metabolisme lemak kurang terganggu daripada kwashiorkor,

sehingga kebutuhan vitamin biasanya minimal atau retensi sodium.

Pemenuhan kebutuhan masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan

proteim sebagai sumber energi.

Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan metabolic tubuh serta adanya penyakit infeksi akan

mengakibatkan absorpsi nutrient tidak berlangsung seperti seharusnya

sehingga akan berdampak terhadap keberlangsungan system tubuh. Apabila

hal ini dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu tertentu maka terjadilah

penurunan berat badan, pucat pada kulit, hingga kelemahan otot yang

merupakan tanda dan gejala defisit nutrisi.


13

5. Pathway Keperawatan

1. Status social ekonomi rendah


2. Kurang pengetahuan
3. Sistem dokumen social tidak memadai

Defisiensi Protein Defisiensi Sumber kalori

Katabolisme Defisiensi
protein dan energi fisik
lemak
meningkat

Gangguan
pola aktifitas
Defisiensi asam amino esensial
atau bermain

Gangguan sintesis sel Intoleransi aktivitas


Hipoproteinemia,
hipoalbuminemia
Pencernaan : Pernafasan :
Gangguan Gangguan Gangguan
perkembanga Mual/muntah
perkembanga pertumbuhan Bronchitis
n motoric- n motoric- fisik : Gastroenteritis
mental-sosial edema Bronkhopneu
mental-sosial
ukuran Malabsorbsi monia
Motorik kasar Motorik kasar antropometrik
motorik halus motorik halus kurang tuberculosis
Resiko
kognitif dan kognitif dan kerusakan Deficit nutrisi
bahasa sosial bahasa sosial integritas kulit semakin berat
Resiko Ketidakefekti
pertumbuhan Deficit cairan
fan bersihan
Resiko infeksi Resiko tidak elektrolit
jalan nafas
sistemik keterlambatan proposional
meningkat perkembangan
Tindakan infasif sonde
atau infus Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebuuhan
Resiko infeksi sekunder tubuh
resiko inspirasi
Gambar 2.1 Pathway Keperawatan
14

6. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2.2

Pemeriksaan Laboratorium penderita Kurang Kalori Protein (KKP)

Materi Hasil Pemeriksaan

Glukosa darah < 54 mg/dl indikasi hipoglikemia


Hb atau Ht Malaria+ (mengindikasikan ada infeksi)
HB < 40 g/L ; Ht < 12% (Anemia berat)
Kuluture urine Bakteri + (WBC* > 10 LBP**) : infeksi
Pemeriksaan feses Giardia + (artinya infeksi)
Radiologi Foto Thorax (Untuk mengetahui ada indikasi
penyakit lainnya atau tidak)
Tes kulit TBC Kerap negative
Keterangan : *) White Blood Cell, **) Lapis Pondasi Agregat B

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi

Perkembangan anak di usia dini mencakup aspek perkembangan fisik,

sosial, emosi dan kognitif. Perkembangan anak usia dini mempunyai tingkat

pencapaian yang berbeda-beda sesuai usia anak (Kesehatan et al., 2018)

Pertumbuhan merupakan proses peningkatan pada diri seseorang yang

bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam ukuran. Peningkatan karena

kesempurnaan dan bukan karena penambahan yang baru (Kemenkes RI

2018, n.d.).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Khulafa’ur Rosidah & Harsiwi,

2019).
15

2. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut (Fila Anisa et al., n.d.), Pertumbuhan dan perkembangan

mempunyai ciri khusus yaitu:

a. Perubahan Ukuran

Terlihat pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak

terjadinya pola penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

dan lain-lain. Sebaliknya, anak dengan nutrisi yang kurang akan terjadi

penurunan berat badan, tinggi badan rendah dan tidak berkembangnya

fungsi otak.

b. Perubahan Proporsi

Pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik akan menunjukan

adanya perubahan proporsi tubuh yang baik sesuai dengan bertambahnya

umur anak. Anak dengan nutrisi kurang akan mengalami penurunan

proporsi tubuh. Salah satu upaya untuk mengetahui adanya penyimpangan

pada perkembangan anak adalah dengan deteksi dini, sehingga upaya

penvegahan, stimulasi, penyembuhan dan pemulihan dapat diberikan

secara benar sesuai dengan indikasinya.

c. Hilangnya Ciri Lama, Serta Munculnya Ciri Baru

Selama proses pertumbuhan terdapat hal yang terjadi perlahan-

lahan seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, kemudian

timbul ciri baru dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ, seperti

tumbuh gigi permanen. Berbeda dengan anak kurang nutrisi, untuk

munculnya ciri baru diperlukan waktu yang lama karena kurangnya nutrisi

yang seharusnya digunakan untuk proses tumbuh kembang.


16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Menurut (Aksol & Sodik, 2020) adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor Dalam (Internal), ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis

kelamin, genetik, dan kelainan kromosom.

b. Faktor Luar (Eksternal), gizi, penyakit kronis/kelainan bawaan,

psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi,

obat-obatan.

C. Konsep Defisit Nutrisi Pada Balita Gizi Buruk

1. Definisi Defisit Nutrisi

Defisit nutrisi yaitu ketidakcukupan asupan zat gizi untuk memenuhi

kebutuhan energi karena asupan makanan yang kurang atau karena

ganggaun penyerapan makanan (Alpin et al., 2021).

Defisit nutrisi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana asupan

nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Balita dikatakan

mengalami defisit nutrisi apabila mengalami penurunan berat badan

minimal 10% atau lebih dari berat badan ideal. Deficit nutrisi umumnya

disebabkan karena gangguan pencernaan dan penyerapan zat gizi yang tidak

sesuai dengan kebutuhan metabolism tubuh.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan deficit

nutrisi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh adanya gangguan dalam

penyerapan makanan sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan.


17

2. Manifestasi Klinis Defisit Nutrisi

Tanda dan gejala pada pasien dengan diagnosis keperawatan deficit

nutrisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3

Tanda dan Gejala pada pasien dengan deficit nutrisi

Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor

Subjektif Subjektif
(Tidak tersedia) Cepat kenyang setelah makan
Objektif Kram/nyeri abdomen
Berat badan menurun minimal 10% Nafsu makan menurun
dibawah rentang ideal
Objektif
Bising usus hiperaktif
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah
Membrane mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare

4. Dampak Defisit Nutrisi

Dampak dari defisit nutrisi yang paling buruk adalah kemungkinan

pengaruh pada pertumbuhan otak dan dilaporkan bahwa pertumbuhan otak

dan perkembangan intelektual paling terganggu apabila defisit nutrisi terjadi

pada masa pertumbuhan maksimum. Status gizi yang buruk akan

berpengaruh terhadap pencapaian potensi fisik yang maksimal sehingga

akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan hingga anak

dewasa. Penyesuaian metabolik mendasari keadaan apati dan lesu dari anak
18

yang mengalami penurunan masa otot. Perkembangan anaka tidak akan

optimal karena penurunan masa otot akan menyebabkan kelemahan

sehingga anak lebih banyak menghabiskan waktunya dalam keadaan statis.

Defisiensi elektrolit intraseluler pada stadium lanjut dapat mengakibatkan

anak tidak dapat duduk atau berjalan.

5. Kebutuhan Nutrisi Balita

Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang dibutuhkan tubuh

untuk menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan serta mengatur berbagai proses kehidupan. Selain

kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi seseorang sebab gizi berkaitan

dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.

Gizi dibagi menjadi dua yaitu gizi makro dan mikro. Karbohidrat,

lemak dan protein termasuk kelompok zat gizi makro. Mineral dan vitamin

termasuk kelompok zat gizi mikro.

Karbohidrat, protein dan lemak merupakan penghasil energi. Energi

dibutuhkan untuk kelangsungan berbagai proses dalam tubuh seperti

sirkulasi darah, pernapasan, pencernaan dan melakukan aktivitas fisik.

a. Energi

Energi berasal dari pembakaran karbohidrat, protein dan

lemak. Setriap gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, dan lemak

9 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak ialah 15% berasal

dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan

energi sebesar 500 kalori setiap hari dapat mengakibatkan kenaikan

berat badan 500 gram dalam seminggu.


19

b. Protein

Protein diperoleh dari dua sumber yaitu protein nabati dan

protein hewani. Protein hewani pada umumnya bernilai lebih tinggi

dibandingkan dengan protein nabati.

c. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel

tubuh yang dibutuhkan oleh hampir ribuan fungsi fisiologis tubuh.

Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar

(99%) lemak tubuh adalah trigliserida yang terdiri dari gliserol dan

asam lemak. Selain menyuplai energi, lemak terutama trigliserida

berfungsi menyediakan asam lemak esensial.

d. Vitamin dan mineral

Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang

dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam jumlah yang kecil. Vitamin

dibagi menjadi dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air

(vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin

A, D, E dan K).

Mineral merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh dan berbagai tahap metabolisme,

terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim.


20

D. Konsep Status Sosial Ekonomi

1. Pengertian

Status sosial ekonomi berarti kedudukan suati ndividu dan keluarga

berdasarkan unsur-unsur ekonomi. Tidak hanya di Indonesia namun juga di

luar negeri status social ekonomi seseorang berpengaruh dalam kehidupan

bermasyarakat, pekerjaan bahkan pendidikan (Aksol & Sodik, 2020).

2. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi

a. Status social ekonomi atas

Status social ekonomi atas merupakan kelas social yang berada

paling atas dari tingkatan social yang terdiri dari orang-orang yang

sanga kaya seperti kalangan konglomerat, mereka sering menempati

posisi teratas dari kekuasaan.

b. Status social ekonomi bawah

Status social ekonomi bawah adalah kedudukan seseorang di

masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut

kekayaan, dimana harta kekayaan yang dimiliki termasuk kurang jika

dibandingkan dengan rata-rata masyarakat pada umumnya serta tidak

mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

c. Keterkaitan stsus social ekonomi terhadap masalah gizi

Factor ekonomi di banyak Negara yang secara ekonomi masih

kurang berkembang sebagian besar penduduknya berukuran lebih

pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umumnya

masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang

lebih kecil. Masalah gizi di Negara-negara miskin yang berhubungan


21

dengan pangan adalah mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas

menunjukkan penyediaan pangan yang tidak mencukupi kebutuhan

energy bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan tubuh akan

zat gizi khusus yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan,

dan pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya (Aditya, 2014).

E. Konsep Pengelolaan Defisit Nutrisi Pada Anak dengan Gizi Buruk


Karena Faktor Ekonomi Rendah

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh

setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia

balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini

bersifat ireeversible (tidak dapat pulih). Peran keluarga sangatlah penting

bagi anak, terutama terhadap status gizi merek (Aditya, 2014).

Pengelolaan status nutrisi pada anak gizi buruk menekankan

pentingnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya

menangani gizi buruk pada balita. Semua pihak, termasuk keluarga dan

masyarakat harus memahami faktor penyebab gizi buruk serta mampu

mencegah terjadinya gizi buruk. Masyarakat didukung agar berperan aktif

dalam upaya pencegahan, penanganan, pemantauan dan rehabilitasi kasus

gizi buruk (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Pengelolaan gizi buruk terintegrasi mempunyai empat komponen,

yaitu :

1. Penggerakan peran serta aktif masyarakat:

Masyarakat perlu didukung agar berperan aktif dalam upaya

pencegahan, penanganan, pemantauan dan rehabilitasi kasus gizi


22

buruk, diawali dengan meningkatkan pengetahuan tokoh

masyarakat, kader dan keluarga, terkait dalam:

a. Masalah gizi dan bahayanya bagi balita

b. Peran mereka dalam deteksi dini masalah gizi pada balita,

yaitu dengan melakukan penaisan balita dan mendampingi

proses penanganan kasus sampai pulih

c. Memanfaatkan layanan gizi yang tersedia

d. Mendampingi balita pada fase rehabilitasi agar kejadian gizi

buruk tidak terulang

2. Layanan rawat jalan balita dengan gizi buruk tanpa komplikasi :

Dilakukan di faskes primer (puskesmas/pustu terpilih, klinik

praktik dokter) yang memiliki tenaga kesehatan yang mampu

memberikan layanan gizi kurang/buruk dan memiliki

perlengkapan yang diperlukan. Layanan rawat jalan dilakukan

seminggu sekali untuk:

a. Penilaian status gizi dan pemantauan peningkatan berat

badan. Jika pasien mendapat nutrisi 200 kkal/kgBB/hari

maka diharapkan akan terjadi kenaikan berat badan 5

g/kgBB/hari

b. Pemeriksaan kesehatan dan terapi

c. Pemberian terapi gizi berupa pangan untuk keperluan medis

khusus (PKMK) antara lain RUTF dan F-100

d. Pemberian informasi/konseling tentang pemberian makan

bayi dan anak sesuai dengan umur, stimulasi tumbuh


23

kembang, pola hidup bersih dan sehat, pemanfaatan air

bersih dan jamban keluarga serta pencegahan penyakit

e. Pemberian pelayanan imunisasi, obat cacing dan vitamin A

3. Layanan rawat inap untuk semua bayi berusia kurang dari 6

bulan dengan gizi buruk (dengan/tanpa komplikasi) dan balita 6-

59 bulan dengan komplikasi: rawat inap dapat dilakukan di

rumah sakit atau puskesmas rawat inap untuk terapi fase

stabilisasi

4. Tatalaksana kasus gizi kurang : balita diberi makanan tambahan

(PMT) melalui puskesmas, dan ibu/pengasuh menerima :

a. Konseling tentang pemberian makanan balita berdasarkan

umur

b. Pelayanan kesehatan balita, termasuk imunisasi lengkap

c. Pemberian vitamin A dan obat cacing

d. Edukasi yentang higiene sanitasi, termasuk pemanfaatan air

bersih dan jamban keluarga.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Balita Gizi Buruk


Dengan Defisit Nutrisi

1. Pengkajian
a. Riwayat status social-ekonomi

Pendapatan keluarga yang kurang sangat berkatan dengan

kurangnya pemenuhan gizi makanan dalam sebuah keluarga.

Hal ini disebabkan karena dengan kurangnya pendapatan

keluarga maka daya beli yang beragam dan bergizi untuk


24

memenuhi cakupan gizi balita akan berkurang sehingga balita

dengan pendapatan keluarga yang kurang akan lebih rentan

terkena gizi buruk(Rizki Wijhati et al., 2021).

b. Pengkajian antropometri

Menurut Kemenkes RI (2019) penentuan status gizi secara

klinis dan antopometri dilakukan dengan pengukurang berat

badan, tinggi badan dan panjang badan.

c. Riwayat pola makan

Balita dengan gizi buruk sebagian besar memiliki pola

makan yang kurang beragam, artinya mereka mengkonsumsi

hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi

seimbang. Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan

pangan, dikatakan pola makanan dengan gizi seimbang jika

mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat

pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat

pengatur yaitu sayur dan buah.

d. Kaji manifestasi klinis

Menurut Sodikin (2012) pada pemeriksaan fisik untuk

kwashiorkor diemukan muka sembab, letargi, edema, rambut

(tipis, pirang, mudah dicabut), tampak anemia dan BB rendah.

Sedangkan pada marasmus ditemukan wajah tampak seperti

orang tua, letargi, BB rendah, tidak ada lemak dibwah kulit,

ubun-ubun cekung pada bayi, malaise, apatis dan kelaparan.


25

e. Kaji tanda-tanda vital

Nadi lemah dan cepat, suhu tubuh hipotermia atau hipertermia,

kesadaran menurun dan pernafasan cepat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada anak dengan gizi buruk berdasarkan

diagnose keperawatan menurut Suriadi dan Rita (2010), yaitu deficit

nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan desain spesifik dari intervensi

yang disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil.

Masalah yang perlu diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan

pada anak balita gizi buruk dengan defisit nutrisi adalah pemenuhan

kebutuhan nutrisi dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien

mengenai kebutuhan nutrisi pada anak balita. Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk diagnosis defisit nutrisi.

SLKI : Defisit Nutrisi

Tabel 2.4
Intervensi Utama Pada Balita Gizi Buruk Dengan Defisit Nutrisi
Defisit Nutrisi
Luaran Utama Status Nutrisi
Luaran Tambahan Berat Badan
Eliminasi Fekal
Fungsi Gastrointestinal
Nafsu Makan
Perilaku Meningkatkan Berat Badan
Status Menelan
Tingkat Depresi
Tingkat Nyeri
26

SLKI : Status Nutrisi (L. 03030)

Tabel 2.5
Kriteria Hasil dan Skala Status Nutrisi Pada Balita Gizi Buruk Dengan Defisit Nutrisi

Awal Skala Tujuan


No. Kriteria Hasil
1. Porsi makan yang - 5
dihabiskan
2. Kekuatan otot - 5
mengunyah
3. Kekuatan otot menelan - 5
4. Serum albumin - 5
5. Verbalisasi keinginan
untuk meningkatkan
nutrisi
6. Pengetahuan tentang - 5
pilihan makanan yang
sehat
7. Pengetahuan tentang - 5
standar asupan nutrisi
yang tepat
8. Penyiapan dan - 5
penyimpanan makanan
yang aman
9. Penyiapan dan - 5
penyimpanan minuman
yang aman
10. Sikap terhadap - 5
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan

Keterangan skala :

1 : Menurun

2 : Cukup menurun

3 : Sedang

4 : Cukup meningkat

5 : Meningkat
27

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dengan masalah

kesehatan merubah status kesehatannya menjadi lebih baik yang

meggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Tindakan keperawatan pada anak balita gizi buruk dengan defisit

nutrisi dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang

telah disusun sebelumnya dan dilaksanakan selama 3 x kunjungan (1 x

30 menit) dimulai dengan melakukan pengkajian, menginformasikan

kepada orang tua balita mengenai kebutuhan nutrisi balita, dan

melakukan monitoring berat badan dan intake nutrisi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses penilaian kualitas dan nilai

atau kelayakan, kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai serta

keefektifan dari rencana asuhan keperawatan dengan membandingkan

pada kriteria yang di identifikasi atau standar sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai