Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN NUTRISI

PATOLOGI, KURANG KALORI DAN STUNTING

DOSEN PENGAMPU : SAMSUDIN, S.Kep, NS, M.Kep

OLEH : KELOMPOK 3

1. RAHUL ABDILLAH
2. TAJUDIN
3. HASRAWATI
4. JESIEKA AKMALIA SARI
5. KIRANI KN
6. MEY SUSANTI
7. NADYA PRATIWI
8. NORNANI
9. NUR AMANA
10. NURAIDAH
11. NUR HASANAH
12. SALSABILA AURELIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

TAHUN 2023
A. Tinjauan Teori dasar gangguan nutrisi, kurang kalori dan stunting
1. Konsep dasar gangguan nutrisi
a. Definisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi demi memelihara
kesehatan tubuh yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan anak. Defisit nutrisi merupakan ketidakcukupan asupan gizi
dalam memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak memadai
atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan (Barbara, 2020).
Kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung
beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup
pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Konponen zat gizi yang
dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda setiap usia
(Hidayat, 2018).
b. Etiologi
Adapun penyebab dari kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi menurut PPNI
(2017) adalah sebagai berikut :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Adanya faktor ekonomi misalnya finansial yang tidak mencukupi
6) Faktor psikologis, seperti stress dan keengganan untuk makan
c. Patofisiologi
Patofisiologi malnutrisi melibatkan kekurangan, kelebihan, atau
ketidakseimbangan dalam asupan energi atau nutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan
penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak direncanakan, indeks massa tubuh (IMT)
yang tinggi atau rendah, dan kekurangan atau kelebihan vitamin dan mineral. Malnutrisi
akan mempengaruhi fungsi otot, kardiorespirasi, hingga sistem imun.
d. Manifestasi klinis
Menurut SDKI 2018 (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) Tanda dan
gejala yang muncul pada diagnosa Defisit Nutrisi adalah sebagai berikut :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram atau nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
d) Bising usus hiperaktif
e) Membran mukosa pucay
f) Serum albumin turun
g) Diare (PPNI, 2018)
e. Penatalaksanaan medik
1) Penatalaksanaan Non farmakologis
Penatalaksanaan gangguan pemenuhan nutrisi dapat dilakukan dengan terapi
non farmakologis yaitu terapi gizi medis RKTP (Rendah kalori tinggi protein)
(Brunner & Suddarth, 2019). Tujuan dari mencegah terjadinya hipoglikemia dan
ketoasidosis sehingga mengontrol total kebutuhan kalori, intake yang dibutuhkan dan
mencapai kadar serum lipid normal.
2) Penatalaksanaan Medis
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi makanan yang disukai
c) Monitor asupan makanan
d) Lakukan oral hygne sebelum makan
e) Anjurkan posisi duduk
f) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antimetic).
g) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.

2. Konsep dasar kurang kalori


a. definisi
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi tejadi pada anak yang
kurangmendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
b. Etiologi
1) Ekonomi Negara rendah
2) Pendidikan umum kurang
3) Produksi bahan pangan kurang
4) Hygiene kurang
5) Pekerjaan rendah
6) Pasca panen rendah
7) Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancer
8) Persediaan pangan kurang
9) Penyakit infeksi dan investasi cacing
10) Kunsumsi kurang
11) Absorbs terganggu
12) Utilisasi terganggu
13) KKP
14) Pengetahuam gizi kurang
15) Anak terlalu banyak ( Betz, L & Linda, 2013 )
c. Manifestasi klinis
1) KKP ringan
a) Pertumbuhan linear terganggu
b) Peningkatan berat badan berkurang, terhenti bahkan turun
c) Ukuran lingkar lengan atas menurun
d) Maturasi tulang terlambat
e) Ratio berat badan terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f) Anemia ringan atau pucat
g) Aktivitas berkurang
h) Kelaian kulit (kering, kusam)
i) Rambut kemerahan
2) KKP berat
a) Gangguan pertumbuhan
b) Mudah sakit
c) Kurang cerdas
d) Jika berkelanjutan menimbulkan kematian ( Betz, L & Linda S, 2013 )
d. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan makanan, tubuh berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi, kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.
Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilakan asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selama puasa lemak di pecah menjadi asam lemak, gliserol, dan ketan bodies.
Otot dapat memepergunakan asam lemak dan keton bodies, sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri
jangan sampai memecah protein lagisetelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
e. Penatalaksanaan medis
1) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
proteinnya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3) Penatalaksanaan setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4) Pengkajian riwayat status social ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antrometri, kaji menivestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat
badan,kaji tanda-tanda vital.

3. Konsep dasar stunting


a. Definisi
Stunting adalah indikator dari hasil malnutrisi yang memperburuk keadaan anak
pada usia dini dan sangat terkait dengan kondisi jangka pendek dan jangka panjang
(Takele, dkk. 2019). Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada
anak balita (bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam
kandungan dan pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting
baru akan muncul setelah anak berusia 2 tahun.
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi badan/panjang badan
menurut umur ditunjukkan dalam tabel.

Kategori status gizi Ambang batas Z-score


Sangat Pendek Z-score <-3,0
Pendek Z-score >-3,0 sampai dengan z-score <-2,0
Normal Z-score >-2,0

b. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI, kurangnya
pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan masih
banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).
c. Manifestasi klinis
1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2) Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
3) Berat badan rendah untuk anak seusianya
4) Pertumbuhan tulang tertunda
d. Patofisiologi
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga
ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan
kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).
e. Penatalaksanaan medis
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2017) beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita.
3) Pemberian vitamin A.
4) Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
ditambah asupan MP-ASI.
6) Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman
menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
7) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna yang
dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.
B. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan nutrisi patologi, kurang kalori dan
stunting
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan nutrisi patologi
a. Pengkajian
Pengkajian pada gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut:
1) Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai yang dapat
digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, rencana
makanan atau masa selanjutnya.
2) Kemampuan makan
Dalam kemampuan makan ada beberapa hal yang perlu dikaji antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3) Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat
pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4) Nafsu makan dan jumlah asupan
5) Tingkat aktivitas
6) Pengonsumsian obat
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek
seperti : rambut yang sehat dan tidak mengalami kebotakan, mata cerah dan tidak ada
kelainan atau penonjolan pembuluh darah, mukosa bibir yang tampak tidak pucat,
tidah ada pendarah pada daerah mulut dan lidah.
8) Pengukuran antropometri
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan dan
lipatan kulit pada otot trisep.
9) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang berlangsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa.
b. Diagnosis keperawatan
1) Defisit nutrisi
2) Risiko defisit nutrisi
c. Intervensi keperawatan

No Diagnosis Tujuan Intervensi keperawatan


keperawatan
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
Keperawatan diharapkan Observasi
Status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi makanan
1. Porsi makanan yang yang disukai
dihabiskan dari menurun 3. Monitor asupan makanan
menjadi membaik Terapeutik
2. Berat badan dari 1. Lakukan oral hygne
memburuk ke membaik sebelum makan
3. Indeks Massa Tubuh Edukasi
(IMT) dari memburuk ke 1. Anjurkan posisi duduk
membaik Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antimetic).
Kolaborasi ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.
2. Risiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutris Keperawatan diharapkan Observasi
Status nutrisi membaik 4. Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil : 5. Identifikasi makanan
1. Porsi makanan yang
dihabiskan dari menurun yang disukai
menjadi membaik 6. Monitor asupan makanan
2. Berat badan dari Terapeutik
memburuk ke membaik 2. Lakukan oral hygne
3. Indeks Massa Tubuh sebelum makan
(IMT) dari memburuk ke Edukasi
membaik 2. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antimetic).
3. Kolaborasi ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.

2. Asuhan keperawatan pada anak dengan kurang kalori


a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dst. Identitas penanggung jawab
2) Keluhan utama
Kwashiorkor : mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah dan tidak
mau makan, BB menurun
Marasmus : rewel, tidak mau makann, badan kelihatan kurus
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
o Kapan keluhan mulai dirasakan
o Kejadian sudah berapa lama
o Apakah ada penurunan berat badan
o Bagaimana nafsu makan pasien
o Bagaimana pola makannya
o Apakah pernah mendapat pengobatan, dimana, oleh siapa, kapan, jenis
obatnya
b) Pola penyakit dahulu
o Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga
a) Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan kekurangan gizi atau kurang protein.
5) Riwayat penyakit social
a) Anggapan salah satu jenis makanan tertentu.
b) Apakah kebutuhan pasien tepenuhi
c) Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien
d) Bagaimana keadaan social ekonomi keluarga.
e) Riwayat rohani
f) Meningkatnya kepercayaan yang melarang makanan tertentu
6) Pengkajian fisik
a) Inspeksi :
Meliputi observasi kondisi sistemik pasien sehubungan dengan status gizi
pasien meliputi :
o Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
o Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka
seperti bulan.
o Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerah dan
kusam,tampak siannosis, perut membuncit
b) Palpasi
o Pada marasmus terdapat turgor kulit yang jelek
o Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati
7) Pemeriksaan diagnostik
a) Data laboratorium
o Feses, urine, darah lengkap
o Pemeriksaan albumin
o Hitung leukosit, trombosit
o Hitung glukosa darah
b. Diagnosis keperawatan
1) Defisit nutrisi
2) Gangguan integritas kulit/jaringan
c. Intervensi keperawatan

No Diagnosis Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
selama 1x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan kalori
diharapkan kebutuhan dan nutrient
nutrisi tubuh terpenuhi 3. Monitor asupan makanan
dengan kriteria hasil : 4. Berikan makanan tinggi
1. Nafsu menyusu kalori dan tinggi protein
ASI baik 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Klien tampak
tidak lemah dan
lemas
2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
intergritas kulit tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab
selama 1x24 jam gangguan integritas kulit
diharapkan intoleransu (mis. Perubahan status
aktivitas teratasu dengan nutrisi)
kriteria hasil : 2. Gunakan produk berbahan
1. Elastisitas kulit petroleum atau minyak pada
normal kulit kering
2. Perfusi jaringan 3. Anjurkan meningkatkan
normal asupan nutrisi
3. Kulit membaik
4. Tekstur kulit normal

3. Asuhan keperawatan anak pada pasien stunting


a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua. Tanyakan sejelas mungkin identitas anak kepada
keluarga, agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terjadi kesalahan objek.
2) Keluhan utama
susah makan, berat badan sulit naik
3) Riwayat penyakit sekarang
terkadang anak enggan untuk makan, dan makan dalam porsi yang sedikit, setelah
makan biasanya anak cepat kenyang.
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Tidak ada masalah saat hamil dan tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu, persalinan
dilakukan secara normal, berat badan anak saat lahir normal
5) Riwayat kesehatan lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa anak mudah lelah, tidak pernah mengalami
penyakit kronis hingga mengalami infeksi yang berat, anak mengikuti kegiatan
posyandu secara rutin dan imunisasi secara lengkap
6) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa di dalam kelurga tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama
7) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan rumah cukup bersih, sanitasi di lingkungan sekitar rumah cukup
bersih, pembuangan sampah bekas rumah tangga berada disebrang jalan rumah pasien.
8) Riwayat social
Kondisi sosial ekonomi dari keluarga tercukupi, tingkat pendidikan orang tua sampai
dengan sekolah menengah pertama
9) Pola kebiasaan
a) Nutrisi dan metabolisme
Tanyakan frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan. Kaji pola nutrisi dan
metabolisme saat di rumah
b) Eliminasi (Buang Air Besar)
Sehari sekali, pernah mengalami diare tapi tidak sampai parah
c) Eliminasi urin (Buang Air Kecil)
>4 kali sehari tergantung dengan aktivitas fisik yang dilakukan pada anak, tidak ada
nyeri saat BAK
d) Tidur dan Istirahat
waktu tidur anak: siang jam 12.00-15.00 WIB, malam jam 21.00-08.00 WIB
tergantung aktivitas yang dilakukan pada anak, pemanfaatan waktu senggang
biasanya anak bermain dengan temannya dan terkadang bermain hp melihat youtube
e) Kebersihan Tanyakan bagaimana upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, tanyakan pola personal hygiene
10) Pemeriksaan fisik pada anak
a) Periksa keadaan umum anak.
Badan kecil dan kurus
o Kesadaran compos mentis (sadar penuh)
o Perhatikan ekspresi dan penampilan anak apakah terlihat kesakitan.
Anak tidak terlihat kesakitan
o Perhatikan tangisan anak.
o Perhatikan gerakan anak, bergerak aktif.
o Perhatikan kebersihan anak, bau badan, keadaan kulit kepala, rambut, leher,
kuku, gigi dan pakaian anak.
b) Tanda-tanda vital : suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
c) Pemeriksaan kepala leher
o Kepala : Kepala normal, kebersihan kepala juga bersih
o Mata : Normal
o Telinga : Bentuk telinga simetris
o Hidung : simetris kanan dan kiri, tidak ada secret, lubang hidung lengkap
(dua)
o Mulut : Tidak ada pembengkakan pada gusi, gigi terlihat ada sedikit karang.
o Leher : Tidak adanya pembesaran kelenjar, tidak teraba kelenjar tiroid
d) Pemeriksaan integumen.
o Inspeksi : Warna kulit sawo matang, adanya bintik-bintik seperti keringat
dingin pada kulit, kuku tidak sianosis, tidak ada odem.
o Palpasi : Turgor kulit normal
e) Pemeriksaan dada dan thorax
o Inspeksi : Ukuran dada normal, tidak ada kesulitan bernafas.
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Suara sonor/resonan.
o Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan
f) Abdomen
o Inspeksi : Bentuk abdomen normal
o Palpasi :Tidak menagalami nyeri tekan, tidak asites
o Perkusi : Terdengar bunyi tympani/kembung.
o Auskultasi : Terdengar bising usus/peristaltik.
g) Genetalia dan Anus.
Tidak terkaji
h) Ekstremitas.
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada oedem,
o Palpasi : Akral dingin, terjadi nyeri otot dan sendi serta tulang.
i) Pemeriksaan tingkat perkembangan (KPSP)
Pada pemeriksaan tingkat perkembangan menggunakan parameter termasuk berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar kepala, perkembangan motoring dengan
hasil interpretasi perkembangan (normal / meragukan / penyimpangan) (Kemenkes
RI, 2016).
j) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan berupa hasil pengukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, tinggi
badan, berat badan dan nilai z-score TB/U.
b. Diagnosis keperawatan
1) Defisit nutrisi
2) Risiko gangguan integritas kulit
3) Risiko infeksi
4) Defisit perawatan diri : makan
5) Defisit pengetahuan
c. Intervensi keperawatan

No Diagnosis Tujuan Intervensi keprawatan


keperawatan
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
kunjungan sebanyak Observasi :
tiga kali selama 45-60 1. Identifikasi status nutrisi
menit diharapkan 2. Identifikasi makanan yang disukai
keluarga mampu 3. Monitor asupan makanan
merawat klien agar 4. Monitor berat badan
status nutrisi dapat Terapeutik
membaik : 1. Lakukan oral hygiene sebelum
1. Status Nutrisi makan, jika perlu
membaik 2. Berikan makanan tinggi serat
2. Porsi makanan untuk mencegah konstipasi
dari yang tidak 3. Berikan makanan tinggi kalori
habis menjadi dan tinggi protein
habis 4. Berikan suplemen makan, jika
3. Kekuatan otot perlu
mengunyah Edukasi
meningkat 1. Anjarkan diet yang diprogramkan
4. Nafsu makan
meningkat
2 Risiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit intervensi Observasi
keperawatan 3x24 1. Identifikasi penyebab gangguan
jam diharapkan integritas kulit (mis. Perubahan
keluarga mampu sirkulasi, perubahan status nutrisi,
merawat klien agar penurunan kelembapan, suhu
risiko gangguan lingkungan ekstrem, penurunan
integritas kulit mobilitas)
menurun : Terapeutik
1. Integritas kulit 1. Bersihkan perineal dengan air
dan jaringan hangat, terutama selama periode
meningkat diare
2. Elastisitas 2. Gunakan produk berbahan
meningkat petroleum atau minyak pada kulit
3. Hidrasi meningkat kering
4. Tekstur kulit 3. Gunakan produk berbahan
meningkat ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
4. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
intervensi Observasi
keperawatan 3x24jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
diharapkan keluarga lokal dan sistemik
mampu merawat klien Edukasi
agar risiko infeksi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun : 2. Ajarkan meningkatkan asupan
1. Tingkat Infeksi nutrisi
menurun
2. Kebersihan
tangan meningka
3. Kebersihan badan
meningkat
4. Nafsu makan
meningkat
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri: makan
diri : makan intervensi Observasi
keperawatan 3x24jam 1. Identifikasi diet yang dianjurkan
diharapkan keluarga 2. Monitor kemampuan menelan
mampu merawat klien Terapeutik
agar defisit perawatan 1. Siapkan makanan dengan suhu
diri : makan yang meningkatkan nafsu makan
meningkat 2. Sediakan makanan dan minuman
1. Perawatan Diri : yang disukai
makan meningkat
2. Mempertahankan
kebersihan diri
meningkat
3. Mempertahankan
kebersihan mulut
meningkat
4. Kemampuan
makan meningkat
5 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
pengetahuan kunjugan sebanyak Observasi
tiga kali selama 45-60 1. Identifikasi kesiapan dan
menit diharapkan kemampuan menerima informasi
keluarga mampu Terapeutik
mengenal masalah 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kesehatan klien agar sesuai kesepakatan
tingkat pengetahuan 3. Berikan kesempatan bertanya
membaik Edukasi
1. Tingkat 1. Ajarkan strategi yang dapat
Pengetahuan digunakan untuk meningkatkan
membaik perilaku hidup bersih dan sehat
2. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topik meningkat
3. Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan
meningkat

Anda mungkin juga menyukai