OLEH : KELOMPOK 3
1. RAHUL ABDILLAH
2. TAJUDIN
3. HASRAWATI
4. JESIEKA AKMALIA SARI
5. KIRANI KN
6. MEY SUSANTI
7. NADYA PRATIWI
8. NORNANI
9. NUR AMANA
10. NURAIDAH
11. NUR HASANAH
12. SALSABILA AURELIA
TAHUN 2023
A. Tinjauan Teori dasar gangguan nutrisi, kurang kalori dan stunting
1. Konsep dasar gangguan nutrisi
a. Definisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi demi memelihara
kesehatan tubuh yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan anak. Defisit nutrisi merupakan ketidakcukupan asupan gizi
dalam memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak memadai
atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan (Barbara, 2020).
Kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung
beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup
pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Konponen zat gizi yang
dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda setiap usia
(Hidayat, 2018).
b. Etiologi
Adapun penyebab dari kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi menurut PPNI
(2017) adalah sebagai berikut :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Adanya faktor ekonomi misalnya finansial yang tidak mencukupi
6) Faktor psikologis, seperti stress dan keengganan untuk makan
c. Patofisiologi
Patofisiologi malnutrisi melibatkan kekurangan, kelebihan, atau
ketidakseimbangan dalam asupan energi atau nutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan
penurunan atau kenaikan berat badan yang tidak direncanakan, indeks massa tubuh (IMT)
yang tinggi atau rendah, dan kekurangan atau kelebihan vitamin dan mineral. Malnutrisi
akan mempengaruhi fungsi otot, kardiorespirasi, hingga sistem imun.
d. Manifestasi klinis
Menurut SDKI 2018 (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) Tanda dan
gejala yang muncul pada diagnosa Defisit Nutrisi adalah sebagai berikut :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram atau nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
d) Bising usus hiperaktif
e) Membran mukosa pucay
f) Serum albumin turun
g) Diare (PPNI, 2018)
e. Penatalaksanaan medik
1) Penatalaksanaan Non farmakologis
Penatalaksanaan gangguan pemenuhan nutrisi dapat dilakukan dengan terapi
non farmakologis yaitu terapi gizi medis RKTP (Rendah kalori tinggi protein)
(Brunner & Suddarth, 2019). Tujuan dari mencegah terjadinya hipoglikemia dan
ketoasidosis sehingga mengontrol total kebutuhan kalori, intake yang dibutuhkan dan
mencapai kadar serum lipid normal.
2) Penatalaksanaan Medis
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi makanan yang disukai
c) Monitor asupan makanan
d) Lakukan oral hygne sebelum makan
e) Anjurkan posisi duduk
f) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antimetic).
g) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan.
b. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI, kurangnya
pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan masih
banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).
c. Manifestasi klinis
1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2) Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
3) Berat badan rendah untuk anak seusianya
4) Pertumbuhan tulang tertunda
d. Patofisiologi
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga
ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan
kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).
e. Penatalaksanaan medis
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2017) beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita.
3) Pemberian vitamin A.
4) Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
ditambah asupan MP-ASI.
6) Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman
menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
7) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna yang
dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.
B. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan nutrisi patologi, kurang kalori dan
stunting
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan nutrisi patologi
a. Pengkajian
Pengkajian pada gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut:
1) Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai yang dapat
digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, rencana
makanan atau masa selanjutnya.
2) Kemampuan makan
Dalam kemampuan makan ada beberapa hal yang perlu dikaji antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3) Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat
pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4) Nafsu makan dan jumlah asupan
5) Tingkat aktivitas
6) Pengonsumsian obat
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek
seperti : rambut yang sehat dan tidak mengalami kebotakan, mata cerah dan tidak ada
kelainan atau penonjolan pembuluh darah, mukosa bibir yang tampak tidak pucat,
tidah ada pendarah pada daerah mulut dan lidah.
8) Pengukuran antropometri
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan dan
lipatan kulit pada otot trisep.
9) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang berlangsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa.
b. Diagnosis keperawatan
1) Defisit nutrisi
2) Risiko defisit nutrisi
c. Intervensi keperawatan