Anda di halaman 1dari 36

GIZI KURANG

Di Susun Oleh :
Nama : Yetro Valentino
NIM : PO.62.20.1.20.028
Prodi : D-III Keperawatan Reguler XXIII
Kelompok : II (Dua) Keperawatan Medikal bedah
Dosen Pengampu : Natalansyah S.Pd., M.Kes.,

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2022/2023
BAB I
KONSEP DASAR

1. Pengertian Gizi Kurang


Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energy (Supariasa, 2002).
Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh
tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan
makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh (Adiningsih,
2010).
Gizi kurang merupakan keadaan gizi kurang tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi
dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013)
Gizi kurang ialah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) dan tingkat
berat yang disebabkan kekurangan asupan energi dan protein juga zat gizi mikro
dalam waktu yang lama (Wiranto, 2020)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gizi kurang adalah suatu
keadaan yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein,
penyerapan yang buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih (Rosalya Ayu, 2012).

2. Etiologi Gizi Kurang


Penyebab malnutrisi mungkin terlihat jelas seperti terlalu sedikit makan.
Namun pada kenyataannya, gizi kurang sering kali disebabkan oleh kombinasi
masalah fisik, sosial, dan psikologis (Rosalya Ayu, 2012). Misalnya: 

 Perubahan Terkait Usia. Perubahan rasa, bau, dan nafsu makan umumnya
menurun seiring bertambahnya usia, sehingga lebih sulit menikmati makan dan
menjaga kebiasaan makan teratur.
 Penyakit. Peradangan dan penyakit terkait penyakit dapat berkontribusi pada
penurunan nafsu makan dan perubahan dalam cara tubuh memproses nutrisi.
 Penurunan Kemampuan Makan. Kesulitan mengunyah atau menelan, kesehatan
gigi yang buruk, atau kemampuan yang terbatas dalam menggunakan peralatan
makan dapat menyebabkan malnutrisi.
 Demensia. Masalah perilaku atau ingatan akibat penyakit Alzheimer atau
demensia terkait dapat mengakibatkan lupa makan, tidak membeli bahan
makanan, atau kebiasaan makan tidak teratur lainnya.
 Pengobatan. Beberapa obat dapat memengaruhi nafsu makan atau kemampuan
menyerap nutrisi.
 Diet yang Ketat. Pembatasan diet untuk mengelola kondisi medis (seperti batasan
garam, lemak, atau gula) mungkin juga berkontribusi pada pola makan yang tidak
memadai.
 Penghasilan Terbatas. Orang dewasa yang lebih tua mungkin kesulitan membeli
bahan makanan, terutama jika mereka minum obat yang mahal.
 Mengurangi Kontak Sosial. Orang dewasa yang lebih tua dan makan sendiri
mungkin tidak menikmati makanan seperti sebelumnya dan kehilangan minat
untuk memasak dan makan.
 Akses Terbatas ke Makanan. Orang dewasa dengan mobilitas terbatas mungkin
tidak memiliki akses ke makanan atau jenis makanan yang tepat.
 Depresi. Kesedihan, kesepian, kesehatan yang memburuk, kurangnya mobilitas
dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan depresi yang kemudian mengarah pada
hilangnya nafsu makan.
 Alkoholisme. Terlalu banyak alkohol dapat mengganggu pencernaan dan
penyerapan nutrisi. Penyalahgunaan alkohol dapat mengakibatkan kebiasaan
makan yang buruk dan keputusan yang buruk tentang nutrisi.

3. Tanda Dan Gejala Gizi Kurang


Adapun tanda dan gejala umu dari seseorang yang mengalami gizi kurang
adalah sebagai berikut (Rosalya Ayu, 2012) :
 Indeks massa tubuh (BMI) di bawah 18,5 (meskipun orang dengan BMI di
bawah 20 juga bisa berisiko), gunakan kalkulator BMI untuk menghitung BMI.
 Nafsu makan berkurang.
 Kurangnya minat pada makanan dan minuman.
 Merasa lelah sepanjang waktu.
 Merasa lebih lemah.
 Sering sakit dan butuh waktu lama untuk sembuh.
 Luka membutuhkan waktu lama untuk sembuh.
 Konsentrasi yang buruk.
 Merasa kedinginan hampir sepanjang waktu.
 Suasana hati yang buruk atau depresi.

4. Patofisiologi Gizi Kurang


Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi
akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitu bhost, agent, environment (Supariasa, 2002). Memang faktor diet makanan
memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan dalam keadaan
keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak, merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat
katabolisme protrein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino
yang segera di ubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa jaringan
lemak di pecah jadi asam lemak, gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton
bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makan ini berjalan menahun.Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh tubuh (Rosalya Ayu, 2012).
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan
environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat
gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan,
apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan zat gizi ini akan habis ahirnya
terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat digolongkan sebagai
malnutrisi, walaupun hanya baru dengan ditandai dengan penurunan berat badan dan
pertumbuhan terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul
adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya
lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk
kelangsungan jaringan hidup. Tubuh memerlukan energi dan dapat dipenuhi oleh
makanan yang diberikan.
5. Pathway Keperawatan Gizi Kurang

(Rosalya Ayu, 2012)


6. Pemeriksaan Penunjang Gizi Kurang
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk
ukuran protein plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein,
total kapasitas ikatan zat besi, dan haemoglobin (Christine Elisa Ndun Irene Ndun,
2018).
Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
1. Keseimbangan cairan
2. Fungsi hati
3. Fungsi Ginjal
4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.

7. Penatalaksanaan Gizi Kurang


Penatalaksanaan gizi kurang akan berbeda-beda dari satu orang dengan orang
lainnya. Semua tergantung pada keparahan yang dialami, dan penyakit penyerta
(komplikasi) juga yang timbul. Tiap orang pun akan diberikan penatalaksanaan
spesifik yang sesuai. Perubahan pola makan adalah intervensi atau solusi paling
utama yang diberikan. Pasien gizi kurang akan diminta untuk meningkatkan jumlah
makanan bergizi dalam diet atau menggunakan suplemen tertentu (Christine Elisa
Ndun Irene Ndun, 2018).
Ada beberapa perubahan pola makan yang harus pasien perhatikan:

 Makan makanan yang lengkap mengandung kalori serta bergizi, bukan hanya
tinggi kalori saja.
 Makan sedikit-sedikit tapi sering.
 Makan snack di antara waktu makan besar.
 Minum minuman yang juga mengandung kalori.

Jika kondisi pasien memang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi
secara oral (melalui mulut), pasien akan diberikan:

 Tabung kecil sebagai saluran untuk memasukan zat gizi langsung ke sistem
pencernaan. Ini disebut juga dengan proses nasogastric tube. Tabung ini bisa
dipasang di perut atau usus.
 Infus untuk memberikan zat gizi dan cairan langsung ke pembuluh darah.

Setelah diberikan program khusus, biasanya akan dilakukan monitoring lagi


untuk melihat kemajuan berat badan dan kemampuan makannya. Pemantauan rutin
dapat membantu memastikan bahwa asupan kalori dan zat gizinya sudah tepat atau
belum (Christine Elisa Ndun Irene Ndun, 2018).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
agama, tanggal masuk rumah sakit,dan lain-lain.
b. Keluhan utama
Tidak ada nafsu makan dan muntah
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sebelum sakit
Pernah menderita BBLR/penyakit infeksi/trauma/kanker/diare. Kebiasaan berobat
ke Puskesmas/RS, dan adanya alergi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama biasanya nafsu makan menurun. Proses terjadinya sakit diawali
pemberian asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dalam waktu cukup
lama/ adanya riwayat BBLR, penyakit infeksi, trauma, dan kanker.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada tidaknya penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga maupun
penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga.
d. Observasi
1) Keadaan umum: kurus.
2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernafasan menurun (pada marasmus)
dan takikardi, tekanan darah meningkat (pada kwasiokor).
e. Pemeriksaan fisik
1) Rambut: berwarna kusam, kering, tipis, mudah dicabut.
2) Wajah: membengkak, sembab (pada kwasiokor), wajah seperti orang tua (pada
marasmus), terdapat flek hitam di bawah mata,, pembesaran kelenjar parotis,
pembengkakan kelenjar gondok dan kelenjar parotis.
3) Mata: konjungtiva pucat dan kering, kornea kering.
4) Bibir: kering.
5) Lidah: membengkak, kemerahan, kasar, papila atrofi.
6) Gigi: tanggal/ berlubang.
7) Gusi: mudah berdarah.
8) Kulit: kering, jaringan lemak bawah kulit berkurang/ hilang, pelagra (kulit kasar),
edema (pada kwasiokor).
9) Kuku: rapuh.
10) Ektremitas: adanya atropi tonus otot dan tidak dapat berjalan dengan baik, dapat
terjadi edema pada kwasiokor.
11) Jantung: ritme tak normal, adanya pembesaran jantung.
12) Perut: terdapat pembesaran hepar/ hepatomegali (biasanya ada penyakit lain).
f. Pola fungsi kesehatan
1) Kebutuhan nutrisi
Adanya mual, muntah, rasa haus, sakit mulut, kesukaran makan, masalah
pencernaan, berat badan menurun dan lain-lain.
2) Istirahat dan tidur:
Kesulitan tidur .
3) Persepsi diri-konsep diri:
Tampak gelisah.
4) Aktifitas
Tampak lemas dan malas beraktifitas.
5) Personal Hygiene:
Karena pasien lemas dan malas beraktifitas, sehingga untuk kebersihannya juga
tidak terpenuhi secara optimal.

Analisa Data
NO Pengelompokkan Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
- Nafsu makan menurun menelan makanan
Data Objektif :
- Membran mukosa pucat
- Diare
- Anoreksia
- Rambut rontok
berlebihan
2. Data Subjektif : Perubahan pigmentasi Gangguan Integritas Kulit
- Malas beraktifitas
Data Objektif :
- Jaringan lemak bawah
kulit berkurang/ hilang
- Kulit kering
- Pelagra (kulit kasar)
3. Data Subjektif : - Penurunan daya tahan Risiko Infeksi
Data Objektif : tubuh akibat
- Keadaan umum lemah malnutrisi
- Nafsu makan menurun
- Turgor kulit > 2 detik
4. Data Subjektif : Kurangnya informasi Kurangnya Pengetahuan
- Pasien menanyakan asupan gizi yang
mengenai penyakit yang adekuat
dihadapi
Data Objektif :
- Keadaan umum lemah
2.   - Nafsu makan menurun
3.   - Turgor kulit > 2 detik
- Elastisitas kulit
menurun

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respon diri
seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas (Herdman, 2015).
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, (2016) diagnosis yang sering muncul pada klien gizi kurang meliputi :
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d anoreksia,diare,nafsu
makan menurun,rambut rontok (D.0019)
2. Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi d.d jaringan lemak bawah
kulit berkurang/ hilang,kulit kering,pelagra (kulit kasar) (D.0192)
3. Risiko infeksi d.d malnutrisi (D.0142)
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang
dihadapi (D.0111)

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
(PPNI, 2019) (PPNI, 2019) (PPNI, 2019)
1. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan tindakan 3 x 4 jam
menelan makanan d.d defisit nutrisi dapat Observasi
anoreksia,diare,nafsu teratasi dengan kriteria
makan menurun hasil status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
(D.0019) membaik (L.03030) : Rasional : untuk mengetahui
status nutrisi harian pasien
1. Diare menurun 2. Identifikasi makanan yang
2. Rambut rontok disukai
menurun Rasional : Agar pasien
3. Nafsu makan semangat dan meningkatkan
membaik nafsu makan
4. Membran 3. Monitor berat badan
mukosa Rasional : untuk mengetahui
membaik dan memantau peningkatan
berat badan

Teraupetik

1. Sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang
sesuai
Rasional : Agar mengugah
selera atau nafsu makan
pasien
2. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Rasional : Agar klien mampu
meningkatkan asupan kalori
dan protein
4. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
kulit b.d perubahan tindakan 3 x 4 jam (I.11353)
pigmentasi d.d jaringan gangguan integritas
lemak bawah kulit kulit dapat teratasi Observasi
berkurang/ hilang,kulit dengan kriteria hasil
kering,pelagra (kulit integritas kulit 1. Identifikasi penyebab
kasar) (D.0192) meningkat (L.14125) : gangguan integritas kulit
(perubahan status nutrisi)
1. Elastisitas Rasional :untuk mengetahui
meingkat penyebab terjadinya
2. Kerusakan gangguan integritas kulit
lapisan kulit
menurun Teraupetik
3. Tesktur kulit
membaik 1. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
Rasional : pelembap pada
kulit kering
2. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Rasional : mencegah
terjadinya alergi pada kulit
sensitif

Edukasi

1. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Rasional : meningkatkan
kebutuhan nutrisi,membantu
regenerasi dan menjaga kulit
tetap sehat
2. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Rasional :
Membersihkan,melembabkan
menyegarkan kulit serta
memberikan semangat untuk
beraktifitas
3. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
malnutrisi (D.0142) tindakan 3 x 4 jam
risiko infeksi dapat Observasi
teratasi dengan kriteria
hasil tingkat infeksi 5. Identifikasi status nutrisi
menurun (L.14137) : Rasional : untuk mengetahui
status nutrisi harian pasien
1. Nafsu makan 6. Identifikasi makanan yang
meningkat disukai
2. Kebersihan Rasional : Agar pasien
badan semangat dan meningkatkan
meningkat nafsu makan
7. Monitor berat badan
Rasional : untuk mengetahui
dan memantau peningkatan
berat badan

Teraupetik

3. Sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang
sesuai
Rasional : Agar mengugah
selera atau nafsu makan
pasien
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Rasional : Agar klien mampu
meningkatkan asupan kalori
dan protein
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Konsultasi (I.12461)
b.d kurang terpapar tindakan 3 x 4 jam
informasi d.d deficit pengetahuan Observasi
menanyakan masalah dapat teratasi dengan
yang dihadapi kriteria hasil tingkat
(D.0111) pengetahuan membaik 1. Identifikasi tujuan konsultasi
(L.12111) : Rasional : untuk
memperoleh atau
1. Pertanyaan menemukan tujuan yang
masalah yang ingin di capai dari konsultasi
di hadapi 2. Identifikasi masalah yang
menurun fokus konsultasi
2. Perilaku Rasional : untuk mengetahui
membaik apa fokus utama masalah
yang di hadapi

Teraupetik

1. Fasilitasi kontrak tertulis


untuk menentukan jadwal
konsultasi
Rasional untuk mencegah
dan meminalisir masalah
jadwal konsultasi
2. Fasilitasi memutuskan
pilihan alternatif solusi
Rasional : membantu
memberikan pemahaman
bagaimana keputusan
sehingga meminalisir
kesalahan pemilihan solusi

Edukasi

1. Jelaskan alternatif solusi


yang dapat dilakukan oleh
pasien/keluarga
Rasional : memberikan
bantuan pemahaman
mengenai apa saja alternatif
solusi yang dapat dilakukan
keluarga dan meminalisir
kesalahan keputusan
2. Jelaskan keuntungan dan
kerugian masing-masing
solusi
Rasional : membantu
memberikan pemahaman
perbandingan keuntungan
dan keruagian setiap solusi
sehingga memudahkan
mengidentifikasi solusi yang
tepat
3. Anjurkan meningkatkan
kemandirian menyelesaikan
masalah
Rasional : agar
bijak,menumbuhkan rasa
percaya diri serta konsekuen
terhadap keputusan yang
akan dipilih pasien
BAB III
RENCANA PERAWATAN KASUS

A. Pengkajian Kasus
1. Data Demografi
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn M
2) Umur : 18 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Suku/Kewarganegaraan : Dayak Ngaju/ WNI
6) Pendidikan : Perguruan Tinggi
7) Pekerjaan : Mahasiswa UPR
8) Tanggal,Jam pengkajian : 18 Juli 2022 / 09.00 WIB
9) Tanggal,Jam masuk : 15 Juli 2022 / 23.00 WIB
10) Diagnosa Medis : Observasi Febris + Vomitus
11) Alamat : Jl. G.Obos VI Gang 8C Nomor 70E
b. Identitas Keluarga/Penanggung jawab
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 47 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Hubungan dengan klien : Ayah Kandung
6) Alamat : Jl. G.Obos VI Gang 8C Nomor 70E

2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang/saat ini:
(1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan demam naik turun sejak hari jumat tanggal 12
oktober yang lalu, pasien juga mengatakan mual muntah 6 X dan BAB
3 x sehingga pasien datang ke Rumah sakit dan disarankan dokter
untuk dirawat di Rumah Sakit.
(2) Keluhan Utama
Pasien mengatakan pusing
(3) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Pada saat pengkajian Pasien mengatakan pusing, mual, tidak nafsu
makan dan BAB sudah 3 kali cair dan BAK sudah 5 kali pada pagi
hari, pasien juga mengatakan sudah tidak demam dan muntah lagi.
Pusingnya seperti berputar-putar dan terjadi pada saat beraktivitas.
Pusingnya sedikit berkurang pada saat pasien tidur.
(4) Keluhan menyertai
Tidak ada

b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


(1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit panas, batuk dan pilek
(2) Riwayat rawat inap sebelumnya
Pasien mengatakan pasien belum pernah masuk Rumah Sakit
(3) Riwayat obat dan alergi
Pasien mengatakan alergi obat cefat dan reaksinya gatal - gatal
(4) Riwayat operasi
Pasien mengatakan belum pernah dioperasi sebelumnya
(5) Riwayat Transfusi
Pasien mengatakan belum pernah melakukan transfusi
(6) Riwayat pengobatan rutin
Pasien mengatakan tidak ada pengobatan rutin
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit turunan
maupun menular
d. Keadaan kesehatan lingkungan rumah
Pasien mengatakan tinggal di perumahan padat penduduk tapi
lingkungan rumah nyaman dan bersih. Kondisi ventilasi juga cukup
baik sehingga udara mampu bertukar dari luar kedalam

3. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola pengelolaan kesehatan dan persepsi kesehatan
a) Arti sehat dan sakit bagi klien, gaya hidup atau hal yang mempengaruhi
kesehatan (Merokok, minum alkohol, kopi, obat penenang atau narkoba)
Pasien mengatakan sehat adalah suatu anugerah dari Tuhan yang harus
dijaga dan sakit yang dialaminya adalah ujian dari Tuhan.
Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering merokok dengan jenis kretek
dan menghabiskan 1 bungkus perhari.
b) Pengetahuan status kesehatan klien saat ini
Pasien mengatakan tidak tau penyebab dari demam, mual, muntah dan
pusing yang dialaminya
c) Perlindungan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan pasien selalu menjaga pola makan dengan baik dan
saat ini pasien hanya bisa melakukan apa yang sudah menjadi kaharusan
bagi seorang pasien.
d) Pemeriksaan diri sendiri
Pasien mengatakan jika sakit pasien pergi memeriksakan diri ke klinik
kesehatan untuk mendapatkan obat
e) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien sering olahraga mengangakat
beban (20 Kg) dan saat ini pasien mengikuti terapi obat yang diberikan

2. Pola nutrisi metabolik


a) Kebiasaan makan dan kudapan, jenis dan jumlah makanan
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu makan sehari 3 kali
dalam 1 porsi setiap kali makan dengan jenis nasi, sayur dan daging. Saat
ini pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan karena merasa mual
dengan jenis bubur.
b) Pola makan dalam 3 hari terakhir atau dalam 24 jam terakhir, porsi yang di
habiskan
Pasien mengatakan saat masuk Rumah Sakit baru pasien merasakan tidak
ada nafsu makan karena mual
c) Kepuasan akan berat badan saat ini
Pasien mengatakan merasakan ada penurunan berat badan
d) Faktor pencernaan
Pasien mengatakan nafsu makan menurun karena mual

4. Data Biologi
a. Keadaan umum
Penampilan umum : pasien tampak sakit sedang, kesadaram compos mentis,
akral teraba hangat, pasien terpasang infus Asering 500 cc/ 12 di tangan kiri.
b. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
S : 36,9 ̊ C
N : 98 X/ menit
RR : 18 X/ menit
Nyeri : 0/10
c. Berat badan sebelum sakit: 65 Kg
Tinggi badan : 165 Cm
IMT : 23,9
Berat Badan sekarang : 62 Kg
Tinggi badan : 165 Cm
IMT : 22,8

Analisis Data
NO Pengelompokkan Data Etiologi Masalah
A. DS : Ketidakmampuan Defisit nutrisi
 Klien mengatakan menelan makanan
mual
 Klien mengatakan
tidak nafsu makan
 Klien mengatakan
berat badan menurun

DO :
 Klien tampak sakit
sedang
 Kesadaran compos
mentis
 Akral teraba hangat
 Makan ½ porsi
 Hasil TTV :
 TD : 90/70 mmHg
 S : 36, 9 ̊ C
 N : 98 x/ menit
 RR : 18 x/menit
 Berat badan sebelum
sakit : 65 Kg
 Berat badan setelah
sakit : 62 Kg
 Diare
B. DS : Kehilangan cairan Hipovolemia
 Klien mengatakan aktif
BAB 3 kali cair
 Klien mengatakan
BAK sudah 5 kali
pada pagi hari
 Klien mengatakan
mual
 Klien mengatakan
pusing

DO :
 Klien tampak sakit
sedang
 Kesadaran compos
mentis
 Akral teraba hangat
 Klien tampak lemas
 Mukosa bibir kering
 Kulit pasien terlihat
kering dan Turgor
tidak elasitis
 Hasil TTV :
 TD : 90/70 mmHg
 S : 36, 9 ̊ C
 N : 98 x/ menit
 RR : 18 x/menit
 Berat badan sebelum
sakit : 65 Kg
 Berat badan setelah
sakit : 62 Kg

C. DS : Kelemahan Intoleransi
 Klien mengatakan aktifitas
lemas
 Klien mengatakan
pusing jika
beraktivitas
DO :
 Klien tampak sakit
sedang
 Kesadaran compos
mentis
 Akral teraba hangat
 Klien tampak lemas
 Hasil TTV :
 TD : 90/70 mmHg
 S : 36, 9 ̊ C
 N : 98 x/ menit
 RR : 18 x/menit

B. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d mual,nafsu makan
menurun,diare (D.0019)
2) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d konsentrasi urin meningkat,
berat badan menurun tiba-tiba (D.0023)
3) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d merasa lemah,merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas

C. Perencanaan Keperawatan
NO Tanggal Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi
(PPNI, 2019) Kriteria Hasil Keperawatan
(PPNI, 2019) (PPNI, 2019)
1 18-07- Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
2022 b.d tindakan 3 x 4 jam (I.03119)
ketidakmampuan defisit nutrisi dapat
menelan teratasi dengan Observasi
makanan d.d kriteria hasil status
mual,nafsu nutrisi membaik 1. Identifikasi
makan (L.03030) : status nutrisi
menurun,diare Rasional :
1. Diare untuk
(D.0019)
cukup mengetahui
menurun status nutrisi
2. Nafsu harian pasien
makan 2. Identifikasi
cukup makanan yang
membaik disukai
Rasional : Agar
pasien
semangat dan
meningkatkan
nafsu makan
3. Monitor berat
badan
Rasional :
untuk
mengetahui dan
memantau
peningkatan
berat badan

Teraupetik

1. Sajikan
makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
Rasional : Agar
mengugah
selera atau
nafsu makan
pasien
2. Berikan
makanan tinggi
kalori dan
tinggi protein
Rasional : Agar
klien mampu
meningkatkan
asupan kalori
dan protein
2 18-07- Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen
2022 kehilangan tindakan 3 x 4 jam Hipovolemia
cairan aktif d.d hipovolemia dapat (I.03116)
konsentrasi urin teratasi dengan Observasi
meningkat,berat kriteria hasil status 1. Monitor intake
badan menurun cairan membaik dan output
tiba-tiba (L.03028) : cairan
(D.0023) Rasional :
1. Konsentrasi
mengetahui
urin cukup
jumlah cairan
menurun
masuk dan
2. Berat badan
keluar
cukup
sehingga
membaik
memudahkan
penghitungan
IWL pasien
Teraupetik
1. Hitung
kebutuhan
cairan
Rasional :
Mengetahui
jumlah
kebutuhan
cairan tubuh
pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Nacl 0,4%
Rasional
untuk
menggantikan
cairan tubuh
yang hilang
3 18-07- Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen
2022 aktifitas b.d tindakan 3 x 4 jam Energi (I.05178)
kelemahan d.d intoleransi aktifitas Observasi
merasa dapat teratasi 1. Identifikasi
lemah,merasa dengan kriteria gangguan
tidak nyaman hasil toleransi fungsi tubuh
setelah aktifitas membaik yang
beraktifitas (L.05047) : mengakibatkan
kelelahan
1. Perasaan
Rasional :
lemah
untuk
cukup
mengetahui
menurun
gangguan
2. Kemudaha
fungsi tubuh
n dalam
yang dialami
melakukan
pasien
aktifitas
Teraupetik
sehari-hari
1. Sediakan
cukup
lingkungan
meningkat
nyaman dan
rendah
stimulus
Rasional :
untuk
memberikan
rasa nyaman
kepada pasien
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
aktifitas secara
bertahap
Rasional :
untuk
menunjang
proses
kesembuhan
pasien secara
bertahap
D. Standar Operasional Prosedur

SOP PEMASANGAN INFUS


1. PENGERTIAN Memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set .
2. TUJUAN 1. Sebagai tindakan pengobatan.
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
3. KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien:
1. Pasien dengan dehidrasi.
2. Pasien sebelum transfusi darah.
3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program pengobatan.
4. Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut.
5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya harus dengan
cairan infus.
4. PROSEDUR Persiapan Alat:
1. Seperangkat infust steril.
2. Cairan infus yang diperlukan (Asering, RL, Dektrose 5%, Nacl 0,9%)
3. Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Kain kassa steril dalam tempatnya.
6. Tourniquet.
7. Pengalas/perlak.
8. bengkok.
9. Standar infus.
10. Sarung tangan steril.
11. Betadin.
12. Plester dan gunting perban.
13. Spalk dan kasa gulung bila perlu.
14. Tempat cuci tangan
15. Alat tulis
Persiapan Pasien:
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan, jika
keadaan memungkinkan.
2. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infus harus dibuka.

Tindakan:
1. Cek kebutuhan pasien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan para pasien : tujuan dan
prosedur.
3. Persiapan alat-alat sesuai kebutuhan.
4. Alat-alat didekatkan ke pasien.
5. Botol cairan digantung pada standar infus.
6. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan penusukkan dan
dekat bengkok disisi penusukkan.
7. Perawat cuci tangan kemudian memakai sarung tangan.
8. Tutup botol cairan di desinfeksi.
9. Infuset dibuka, keluarkan selang udara lalu tusukkan ke botol infus.
10. Udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairannya
11. Alirkan cairan sehingga mengisi setengah bagian tabung pengatur
tetesan dan selang terisi cairan, perhatikan jarum jangan sampai alat
penetes terendam.
12. Selang di klem.
13. Daerah yang akan ditusuk dipasang tourniquet sehingga vena akan
jelas terlihat (± 10 cm diatas lokasi yang akan diinfus).
14. Daerah yang akan ditusuk di desinfeksi dengan kapas alkohol.
15. Tusukkan jarum infus kedalam vena yang dimaksud. Darah yang
dihisap sedikit untuk memastikan apakah jarum infus telah masuk
kedalam vena dengan cepat.
16. Lepaskan tourniquet, setelah jarum infus dipastikan masuk kedalam
vena, daerah ujung jarum ditekan dan pangkal jarum dihubungkan
dengan ujung selang.
17. Periksa lagi lancar tidaknya tetesan, terjadi pembengkakan atau tidak.
Apabila tidak terjadi jarum dipertahankan letaknya dengan kasa
betadin dan plester.
18. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.
19. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
20. Rapihkan alat-alat, lepas sarung tangan.
21. Cuci tangan setelah melakukan tindakan.
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan : jam pemasangan,
jenis cairan, jumlah tetesan/ menit, nama dan paraf perawat yang
memasang.
DAFTAR PUSTAKA

Christine Elisa Ndun Irene Ndun. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. M. A Dengan
Gangguan Kebutuhan Nutrisi Di Ruangan Maria 4 Kamar 9 Rumah Sakit Santo
Borromeus. Laporan Kasus.

PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Rosalya Ayu. (2012). Laporan Pendahuluan Gizi Buruk Pada Anak. Laporan Pendahuluan .

Wiranto. (2020). Gambaran Studi Kasus Intervensi Pada Balita "AD" Gizi Kurang Di Desa
Patai Kecamatan Cempaga Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah. Tugas Akhir
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

Aziz Alimul. H. (2006). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto dan Wartanah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika.
Lampiran 1 SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gizi kurang


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, tanda dan gejala gizi kurang, penyebab,langkah
perawatan dan pengobatan, komponen makanan yang
dibutuhkan, tindakan pencegahan gizi kurang.
Sasaran : Pasien
Pelaksanaan Kegiatan :
1. Hari/Tanggal              : Selasa 19 Juli 2022
2. Waktu                         : 30 menit
3. Tempat                        : Rumah Sakit D.S

I. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien dapat memahami
dan mengerti tentang perawatan dan pencegahan gizi kurang pada pasien.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu :
1. Menjelaskan pengertian tentang gizi kurang  
2. Menyebutkan tiga macam tanda gizi kurang marasmus dan kwashiorkor
dengan benar 
3. Menyebutkan penyebab gizi kurang dengan benar
4. Menyebutkan langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi
masalah gizi kurang dengan benar
5. Menyebutkan kembali makanan yang diperlukan untuk mengatasi gizi kurang
dengan benar
6. Menjelaskan beberapa tindakan pencegahan masalah gizi kurang dengan benar

III. Materi Pembelajaran


1. Pengertian tentang gizi kurang
2. Tanda-tanda gizi kurang (marasmus dan kwhasiorkor)
3. Beberapa masalah penyebab gizi kurang
4. Langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi masalah gizi kurang
5. Komponen makanan yang diperlukan untuk mengatasi gizi kurang
6. Tindakan pencegahan masalah gizi kurang

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

V. Media
1. Leaflet

VI. Proses Kegiatan Penyuluhan


No. Tahapan Waktu Kegiatan peyuluhan Kegiatan sasaran
1. Pembukaan 5 menit - Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan

2. Inti 15 menit Menjelaskan : - Menyimak


- Pengertian tentang gizi kurang - Mendengarkan
- Tanda-tanda gizi kurang
(marasmus dan kwhasiorkor)
- Beberapa masalah penyebab
gizi
Kurang
- Langkah-langkah pengobatan
dan perawatan untuk mengatasi
masalah gizi kurang
- Komponen makanan yang
diperlukan untuk mengatasi gizi
kurang
- Tindakan pencegahan masalah
gizi kurang
Penutup 10 menit - Tanya jawab - Bertanya
3. - Menyimpulkan - Menjawab
- Evaluasi pertanyaan
- Memberi salam - Menjawab salam

VII. Evaluasi
Jenis post test dalam bentuk pertanyaan lisan yaitu :

1. Jelaskan pengertian gizi kurang


2. Sebutkan tiga macam tanda gizi kurang (marasmus dan kwashiorkor)
3. Sebutkan penyebab gizi kurang
4. Apa saja makanan yang diperlukan untuk mengatasi gizi kurang ?
5. Jelaskan langkah-langkah pengobatan dan perawatan untuk mengatasi gizi kurang
6. Jelaskan 3 dari 5 tindakan pencegahan masalah gizi kurang
VIII. Materi
GIZI KURANG
1. Pengertian
Gizi kurang adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan energi dan
protein (marasmus) serta kekurangan protein (kwashiorkor). Baik marasmus maupun
kwashiorkor keduanya disebabakan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada
marasmus disamping kekuarangan protein terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan
pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup. Istilah
marasmus berasal dari bahasa Yunani yang sejak lama digunakan sebagai istilah
dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat bedannya
sangat kurang dari berat badan seharusnya.

2. Tanda dan gejala gizi kurang


a. Tanda dan gejala utama penderita marasmus adalah sebagai berikut :

1) Tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat


jelas. Berat badan kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut
umur.
2) Tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah
berusia lanjut. Oleh karena tubuh sangat kurus, maka kepala seolah-olah
terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.
3) Kekuarangan zat gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin a, dan
zat besi serta sering juga menderita diare.
b. Ada empat tanda dan gejala yang selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor
yaitu sebagai berikut :

1) Adanya penumpukan cairan pada kaki, tumit dan bagian tubuh


2) Pertumbuhan badan tidak mencapai berat dan panjang yang semestinya
sesuai dengan umurnya
3) Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah
dan tidak ada selera makan
4) Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih
tampak adanya sedikit lapisan lemak dibawah kulit
3. Penyebab Gizi kurang
Ada beberapa penyebab gizi kurang, diantaranya yaitu :
a. Jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat
b. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi tubuh
c. Lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena
sakit-sakitan tersebut, anak menjadi gizi kurang
d. Kurangnya pengetahuan orangtua terutama ibu mengenai gizi
e. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit
f. Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan

4. Langkah pengobatan dan perawatan


Pada penderita gizi kurang yang parah sebaiknya dibawa kepusat pelayanan
kesehatan untuk mencapai keadaan gizi yang optimal.

Pemberian makan pada penderita marasmus dan kwashiorkor :

1) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan berat badan dan umur serta
keadaan penderita
2) Tinggi kalori untuk penambah energi
3) Tinggi protein, vitamin dan mineral
4) Banyak cairan diatur untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
5) Makanan mudah dicerna
6) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penderita
Pengobatan marasmus cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit yang menyertai harus diobati satu persatu. Penderita sebaiknya dirawat di
rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan
pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi penderita terus
diperbaiki hingga sembuh.

5. Komponen makanan yang dibutuhkan

a. Karbohidrat : beras, jagung, kentang, gandum, ubi-ubian


b. Lemak : daging ayam, daging sapi
c. Protein : tahu, tempe, telur, ikan
d. Vitamin : sayuran dan buah-buahan
e. Mineral : susu, kuning telur, keju
f. Air

6. Pencegahan

a. Meningkatkan kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak-anaknya


b. Penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya makanan bergizi
yang baik bagi tubuh
c. Memodifikasi lingkungan rumah dan sekitar yang bersih dan sehat
d. Pemberian ASI selama 2 tahun bagi bayi
e. Memberikan makanan bergizi seimbang sebagai menu sehari-hari bagi keluarga
f. Pemerintah ataupun para wiraswasta menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk
perbaikan taraf hidup masyarakat.
LEAFLET
Lampiran 2 Daftar Alat dan Bahan
DAFTAR ALAT DAN BAHAN PEMASANGAN INFUS

1. Seperangkat infust steril.

2. Cairan infus yang diperlukan (Asering, RL, Dektrose 5%, Nacl 0,9%)

3. Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Kain kassa steril dalam tempatnya.

6. Tourniquet.

7. Pengalas/perlak.

8. bengkok.

9. Standar infus.

10. Sarung tangan steril.

11. Betadin.

12. Plester dan gunting perban.

13. Spalk dan kasa gulung bila perlu.

14. Tempat cuci tangan

15. Alat tulis


Lampiran 3 Jadwal Perawatan Infus

Jadwal Perawatan Infus

NO Hari/Tanggal Intervensi

1. Selasa,19 Juli 2022 Pemasangan infus

2. Rabu,20 Juli 2022 Perawatan Infus

3. Kamis,21 Juli 2022 Perawatan Infus


Lampiran 4 Daftar Harga Alat,Harga Jasa Tindakan dan Inform Consent

DAFTAR HARGA ALAT DAN JASA


N Nama Alat/Jasa Harga
O
1. Seperangkat infus steril Rp. 34.0000
2. Cairan Infus NaCl 0,9 % 3 Rp. 30.000
buah
3. Alkohol swab Rp. 10.000
4. Kain kassa Rp. 10.000
5. Sarung tangan Rp. 30.000
6. Betadin Rp. 6.000
7. Plester Rp. 20.000
8. Perlak Rp. 40.000
9. Jasa 1 x pemasangan dan 2 x Rp. 450.000
perawatan infus
Jumlah Rp. 630.000
Lampiran 5. Inform Consent
SURAT PERSETUJUAN
MENERIMA TINDAKAN KEPERAWATAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tn. S
Umur : 47 Tahun
Alamat : Jl. G.Obos VI Gang 8C Nomor 70E

Bersedia / Tidak Bersedia untuk menerima tindakan keperawatan


1. pemasangan infus

Terhadap diri saya / anak / orang tua /dibawah ini :


Nama : Tn. M
Umur : 18 Tahun

Dan bersedia menerima tindakan keperawatan tersebut setelah diberikan penjelasan


oleh Perawat Yetro Valentino. Tindakan Keperawatan di rumah dilakukan. Selama 3 hari
mulai tanggal 19 sd tanggal 21 bulan Juli 2022 .

Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan tanpa paksaan pihak mana
pun.

Palangka Raya,19 Juli 2022


Yang membuat pernyataan

Tn. S

Anda mungkin juga menyukai