Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS PPMB FKEP 2023

Oleh

Nayla Shafha Talitha

NIM 232303102026

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS KOTA PASURUAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan pendahuluan ini dapat tersusun hingga selesai sebagai salah satu tugas
PPMB Fkep UNEJ kampus Kota Pasuruan . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami
semoga laporan pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap
semoga laporan pendahuluan tentang "Kebutuhan Nutrisi” dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Pasuruan,4 Oktober 2023

Nayla Shafha Talitha


LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI

1.KONSEP DASAR NUTRISI

1.1DEFINISI

Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang
penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Harmanto
dan Rahayu, 2016) . Nutrisi adalah zat-zat yang terdapat dalam makanan baik
yang berasal dari zat kimia organik atau anorganik yang diperlukan oleh tubuh
agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak
hanya untuk menghilangkan rasa lapar namun juga mempunyai banyak fungsi.
Fungsi umum dari nutrisi yaitu sebagai sumber energi, mengganti sel-sel yang
rusak. memelihara jaringan tubuh, mempertahankan vitalitas tubuh dan lain
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan juga zat gizi atau
nutriennya (Asmadi, 2008).

Nutrien akan diabsorbsi ketika berada di saluran pencernaan kemudian


didistribusikan ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh, nutrien akan digunakan
untuk sumber energi, proses fungsional sel itu sendiri dan sistesis protein. Maka
dari itu intake nutrisi pada tubuh harus adekuat. Hal ini berarti nutrisi yang
dimakan harus mengandung nutrien yang seimbang meliputi karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Makanan yang masuk ke dalam tubuh hingga
dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk sampah metabolisme terjadi melalui proses
pencernaan. Gangguan pada proses pencernaan dapat menyebabkan individu
mengalami ganguan nutrisi (Asmadi, 2008).

1.2 ETIOLOGI

Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap. Ada saatnya
kebutuhan nutrisi seseorang meningkat adapula yang mengalami penurunan.
Menurut Asmadi (2008) hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Faktor yang meningkatkan kebutuhan nurtisi:

1) Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil.
2) Selama perbaikan jaringan atau pemulihan kesehatan karena proses suatu
penyakit.

3) Peningkatan suhu tubuh Setiap kenaikan suhu 1°F, maka kebutuhan kalori juga
meningkat 7%.

4) Meningkatnya aktivitas.

5) Stres. Sebagian individu akan makan sebagai kompensasi akibat stres yang

dialaminya.

6) Terjadinya infeksi.

Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi:

1) Terjadi penurunan laju pertumbuhan seperti pada lansia.

2) Hipertermi.

3) Penurunan BMR (basal metabolisme rate).

4) Jenis kelamin. Secara umum kebutuhan nutrisi pada perempuan lebih rendah
dibandingkan laki-laki hal ini dikarenakan perempuan mempunyai BMR yang
lebih rendah dibandingkan laki-laki.

5) Gaya hidup pasif.

6) Bedrest

Menurut Potter dan Perry (2005) beberapa hal yang dapat mempengaruhi
pemenuhan nutrisi pada seseorang adalah sebagai berikut:

1) Status Kesehatan

Seseorang yang memiliki nafsu makan yang baik menandakan memiliki tubuh
yang sehat pula. Seseorang yang mengalami anoreksia (kurang nafsu makan)
biasanya disebabkan oleh gejala suatu penyakit atau efek samping obat
tertentu.Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan bagian penting penyembuhan
dari setiap penanganan medis.

2) Status Sosioekonomi Status sosioekonomi berhubungan dengan biaya makanan


yang berubah- ubah (semakin tinggi) dan kemampuan seseorang berbelanja
(makanan) tergantung dari uang yang tersedi

3) Kultur dan Agama

Pola kultur, etnik, dan agama tertentu seseorang memiliki beberapa batasan-
batasan mengenai jumlah makanan yang dapat dimakan. Makanan tertentu hanya
dapat diberikan dalam waktu yang telah disesuaikan.

4) Pilihan Pribadi

Adanya pilihan makanan yang disukai maupun yang tidak disukai dapat
berpengaruh kuat terhadap diet. Beberapa pilihan pribadi klien juga dipengaruhi
oleh simbol status, misalnya seseorang yang makan makanan mewah merasa
memiliki status sosial tinggi daripada seseorang yang makan makanan sederhana.
Perawat perlu mempertimbangkan pilihan makanan klien ketika merencanakan
diet terapeutik.

5) Faktor Psikologis

Klien memerlukan motivasi untuk makan-makanan yang seimbang dan memiliki


persepsi masing-masing tentang diet. Adanya tekanan dan stresor mempengaruhi
keinginan klien untuk makan atau lebih memilih-milih makanan.

6) Alkohol dan Obat-obatan

Konsumsi alkohol dapat menyebabkan defisiensi nutrisi dikarenakan alkohol


menekan nafsu makan, menggantikan bagian dari makanan, dan lebih
menghabiskan banyak uang sehingga hanya mampu membeli sedikit makanan.
Obat-obatan dapat menekan nafsu makan sehingga menurunkan asupan zat gizi,
menghabiskan zat gizi yang tersimpan, dan mengganggu absorbsi zat gizi.
Secara umum gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan
nutrisi, obesitas, malnutrisi, DM, hipertensi, jantung koroner, kanker, anorexia
nervosa

a.Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme

Tanda klinis:

-Berat badan 10-20% dibawah normal

- Tinggi badan dibawah ideal

-Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standart - Adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot

- Adanya penurunan albumin serum

-Adanya penuruan transferin

Kemungkinan penyebab:

-Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat


penyakit infeksi atau kanker.

- Disfagia karena adanya kelainan persyarafan

-Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit

-Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami


seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :

-Berat badan lebih dari 10% berat ideal

-Obesitas (lebih dari 20 9 berat ideal)

-Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita

-Adanya Jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.

Kemungkinan penyebab :

- Perubahan pola makan

-Penurunan Fungsi pengecapan dan penciuman.

c. Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan
kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori

d. Malnutrisi Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan


kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. umumnya adalah berat
badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pu'at pada
kulit,membrane mukosa, konjungtiva dan lain-lain.

e. diabetes mellitus

DM merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya


gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan.

f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.

g. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan

oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit Jantung
koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak schat,

obesitas dan lain-lain.

h.Kanker

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh


pengonsumsian lemak secara berlebihan

1.3 TANDA DAN GEJALA

Seseorang yang mengalami gangguan nutrisi mengalami beberapa tanda dan


gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

1) 20% atau lebih berat badan berada di bawah rentang ideal

2) Bising usus hiperaktif

3) Cepat kenyang setelah makan

4) Diare

5) Gangguan sensasi rasa

6) Kehilangan rambut secara berlebihan

7) Kelemahan otot pengunyah dan untuk menelan

8) Ketidakmampuan memakan makanan

9) Kurang informasi
10) Kurang minat pada makanan

11) Nyeri abdomen

12) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat

13) Sariawan rongga mulut

b. Gangguan menelan

1) Muntah sebelum menelan

2) Ngiler

3) Tersedak sebelum makan

4) Waktu menelan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat

5) Menolak makan

c. Berat badan berlebih

1) BMI >25 kg/m²

d. Kekurangan volume cairan

1) haus

2) Kulit kering

3) Membran mukosa kering

4) Peningkatan frekuensi nadi

5) Peningkatan suhu tubuh

6) Penurunan berat badan tiba-tiba

7) Penurunan tekanan darah


1.4 PATHWAY

Pola makan tidak teratur,obat-obatan,nikotin dan alcohol,stress

Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung

Produksi HCL meeningkat

Asam lambung

Reflek muntah

Intake makanan tidak adekuat

Kekurangan nutrisi
1.5 PATOFISIOLOGI

Tubuh manusia mempunyai kebutuhan esensial terhadap nutrisi, meskipun


tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih lama daripada cairan. Kebutuhan
nutrisi mungkin tidak terpenuhi pada manusia dalam berbagai usia. Proses
metabolik tubuh mengontrol pencernaan, megeluarkan produk sampah, dan
menyimpan zat makanan. Mencerna dan menyimpan zat makanan merupakan hal
yang penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh (Potter dan Perry, 2005)
ADDIN ZOTERO_ITEM CSL_CITATION
{"citationID":"kRJzxVhG","properties":{"formattedCitation":"(Asmadi,
2008)","plainCitation":"(Asmadi, 2008)","noteIndex":0},"citationItems":
[{"id":62,"uris":["http://zotero.org/users/local/HpohW7v1/items/
BG473EJ3"],"itemData":{"id":62,"type":"paper-conference","ISBN":"979-448-
914-X","publisher":"Egc","title":"Konsep dasar keperawatan","author":
[{"family":"Asmadi","given":"NS"}],"issued":{"date-parts":
[["2008"]]}}}],"schema":"https://github.com/citation-style-language/schema/
raw/master/csl-citation.json"} (Asmadi, 2008), Nutrisi merupakan bagian dari
komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan
dan perkembangan dimana hal ini menjadi kebutuhan tumbuh kembang selama
proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan zat gizi yang diperlukan
antara lain: karbohidrat, lemak, mineral. vitamin, dan air ((Indriyani &
Permatasari, 2015). Gangguan pada nutrisi tubuh dapat menyebabkan beberapa
masalah antara lain:

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh Penyakit sakiran pencernaan sehingga terjadi erosi mukosa lambung


Setelah itu tonus dan peristaltik lambung menurun sehingga menyebabkan refluk
duodenum ke lambung terjadi mual dan muntah dan diangkat diagnosa
keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu diagnosa tersebut
dapat disebabkan oleh status kesehatan yang menurun kemudian otot menelan
menjadi lemah dan terjadilah gangguan menelan makanan sehingga asupan nutrisi
tidak terpenuhi dan pasien mengalami penurunan berat badan (Aditya, 2014).

b. Berat badan berlebih


Pertumbuhan membutuhkan metabolisme. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan intake nutrisi sehingga kebutuhan energi
meningkat.Seseorangmenjadi mudah lapar dan nafsu makan meningkat, sering
makan dan terjadi peningkatan berat badan (Aditya, 2014).

c. Gangguan menelan

Gangguan pada struktur oral, faring atau esofagus antara lain sariawan dan
nyeri pada epigastrik menyebabkan seseorang mengalami kesulitan menelan. Pada
keadaan lain dapat juga menyebabkan muntah dan bisa menyebabkan volume
kekurangan cairan (Herdman & Kamitsuru, 2015).

1.6 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, tanda dan gejala yang


muncul pada diagnosa keperawatan defisit nutrisi dibagi menjadi dua yaitu gejala
dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor. Gejala dan tanda mayor yaitu berat
badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, sedangkan gejala dan tanda
minor yaitu cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok
berlebihan dan diare (PPNI, 2017). Penyebab utama penurunan berat badan pada
PPOK adalah hilangnya nafsu makan dan penurunan asupan makanan yang luar
biasa khususnya pada pasien dengan PPOK eksaserbasi akut. Otot pernapasan
melemah karena penurunan asupan makanan dan peningkatan konsumsi energi
(Iliaz et al., 2016).
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut ((Muttaqin, 2008) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita


deficit nutrisi yaitu:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)

2) Transferin (N:170-25 mg/100 ml)

3) Hb (N: 12 mg %)

4) BUN (N:10-20 mg/100ml)

5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam

6) Laki-laki : 0,6-1,3 MG/100 ml, Wanita: 0,5

10 MG/100 ML)

b. Pengukuran antropometri:

-BB ideal: (TB-100)= 10%

-Lingkar pergelangan tangan

-Lingkar lengan atas (LLA)

-Nilai normal wanita: 28,5 cm Pria: 28,3 cm


-Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)

-Nilai normal wanita: 16,5-18 cm Pria: 12,5- 16,5 cm

c. Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit,
rambut, dan mata.

d. Diet

Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.

1.8 KOMPLIKASI

Komplikasi Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral adalah metode yang disukai dari dukungan nutrisi ketika saluran
cerna fungsional dan pasien tidak mampu atau tidak mau untuk mengkonsumsi
diet lisan yang memadai. Rute efisien dan hemat biaya, namun tidak selalu
semudah seperti yang terlihat. Komplikasi gastrointestinal, mekanik, dan
metabolik dapat terjadi. Hal ini penting untuk benar-benar menilai pasien sebelum
memulai makan melalui tabung dan memonitor mereka untuk mengidentifikasi
potensi masalah.

A. Komplikasi gastrointestinal

-Mual dan muntah

sekitar 20% dari pasien yang menerima pemberian makanan enteral tube
mengalami mual dan muntah. Muntah meningkatkan risiko aspirasi. Penyebab
yang multifaktorial tapi tertunda pengosongan lambung adalah yang paling
umum. Jika menduga penyebabnya tertundanya pengosongan lambung,
pertimbangkan mengurangi obat narkotika, beralih ke formula rendah lemak,
pemberian solusi makan pada suhu kamar, mengurangi tingkat administrasi, dan
mengelola agen promotility. Jika pasien tampak buncit, periksa residu lambung
sebelum makan bolus berikutnya, atau setiap empat jam untuk makan terus
menerus. Jika residual lambung yang rendah namun tetap ada mual,
pertimbangkan obat antiemetik.

-Diare

Diare adalah umum pada pasien tabung makan, yang terjadi di 2% sampai 63%
dari pasien. Definisi diare apabila feses> 200 gr/24 jam dan frekuensi lebih dari
3x dalam 24 jam. Jika diare klinis yang signifikan berkembang selama enteral
tube feeding. pertimbangkan pilihan berikut:

-.formula enteral dengan serat yang mudah larut

- Mengubah rumus

-Menggunakan agen anti-diare

-Konstipasi

Konstipasi atau sembelit disebabkan oleh imobilisasi, penurunan motilitas usus,


penurunan asupan cairan, impaksi, atau kurangnya serat makanan. Sembelit
biasanya ditingkatkan melalui hidrasi dan penggunaan diet yang mengandung
serat formula, pelunak feses, atau stimulan usus yang memadai.

-Malabsorpsi

Malabsorpsi didefinisikan sebagai gangguan penyerapan dari satu atau lebih zat
gizi Manifestasi klinis meliputi penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan, steatorrhea, diare, anemia, tetani, nyeri tulang, pendarahan, neuropathi,
glositis, atau edema. Penyebab malabsorpsi banyak dan termasuk gluten
enteropati sensitif, penyakit Crohn, penyakit divertikular, enteritis radiasi, fistuals
enterik, HIV, insufisiensi pankreas, dan sindrom usus pendek. Pengetahuan
tentang sejarah pasien dan pemilihan produk yang tepat enteral harus membantu
mengurangi atau mencegah malabsorpsi. Tergantung pada luasnya penyakit,
nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

B. Komplikasi Mekanik

- Aspirasi
Aspirasi paru adalah komplikasi yang sangat serius dari makanan enteral dan
dapat pada pasien malnutrisi yang mengancam jiwa. Insiden pneumonia aspirasi
klinis signifikan adalah 1% sampai 4%. Gejala aspirasi termasuk dyspnea,
takipnea, mengi, rales, takikardia, agitasi, dan sianosis. Aspirasi dari sejumlah
kecil susu formula tidak dapat menyebabkan gejala langsung.

-Tabung malposisi

Komplikasi yang mungkin timbul selama penempatan tabung makan dapat


menyebabkan perdarahan trakea, parenkim perforasi, dan saluran pencernaan
perforasi Penempatan tabung oleh tenaga terlatih dan menggunakan montoring
pasca penempatan yang sesuai dapat meminimalkan komplikasi ini. Kehadiran
tabung pengisi sendiri dapat menyebabkan komplikasi saluran napas atas dan
bawah, pecahnya varises esofagus, selulitis, necrotizing fasciitis, fistula, dan
infeksi luka.

- Tabung tersumbat

Tabung tersumbat lebih sering terjadi dengan produk protein utuh dan produk
kental. Hal ini dapat dicegah dengan flushing rutin tabung makan, penggunaan
teknik bersih untuk meminimalkan kontaminasi susu formula, dan sangat hati-hati
ketika pemberian obat melalui selang makanan. Direkomendasikan untuk melepas
sumbatan tabung adalah dengan menggunakan air hangat yang ditambah tekanan
manual sedikit.

C. Komplikasi Metabolik

Komplikasi metabolik nutrisi enteral yang mirip dengan yang terjadi selama
TNP. Pemantauan dengan cermat dapat meminimalkan atau mencegah komplikasi
metabolic.

D. Refeeding syndrome

Refeeding pasien gizi buruk dapat mengakibatkan "refeeding syndrome" dimana


ada penurunan akut pada tingkat kalium, magnesium, dan fosfat dalam darah.
Gejala dari sindrom refeeding termasuk disritmia jantung, gagal jantung, gagal
pernafasan akut, koma, kelumpuhan, nefropati, dan disfungsi hati. Saran terbaik
ketika memulai dukungan nutrisi adalah untuk memulai rendah dan pergi lambat".
Rekomendasi untuk mengurangi risiko refeeding syndrome meliputi:

Kenali pasien berisiko

a. Anorexia nervosa

b. Klasik kwashiorkor atau marasmus

c. Alkoholisme kronis

d. Puasa berkepanjangan

e. Hidrasi IV berkepanjangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulai memberikan terapi


enteral

adalah:

-Periksa keseimbangan elektrolit yang benar sebelum memulai dukungan nutrisi

-Mengelola volume dan energi secara perlahan

-Pulsa Monitor, I/O, elektrolit erat

-Memberikan suplemen vitamin yang tepat

-Hindari overfeeding

1.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan defisit Nutrisi

Penatalaksanaan defisit nutrisi dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis


yaitu terapi gizi medis RKTP (rendah kalori tinggi protein) (Smeltzer & Bare,
2013). Tujuan dari mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis sehingga
mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan dan mencapai
kadar serum lipid normal, Komposisi nutrisi pada diet defisit nutrisi adalah
kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat.
Untuk menentukan status gizi dipakai rumus body mass index (BMI) atau indeks

massa tubuh (IMT) yaitu:

BMI atau IMT = BB (kg)/(TB (m))² Adapun ketentuan untuk berat badan kurang
adalah

IMT < 18,5 (Tarwoto, 2012).

a. Kebutuhan kalori

Untuk menentukan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu:

Berat Badan Idaman (BBI) = (TB (cm) 100) - 10%

Apabila hasilnya < 90% BB idaman maka disimpulkan berat badan kurang. Untuk
pasien berat badan kurang, kebutuhan kalorinya sekitar 2300-2500 kalori
(Waspadji & Sukardji, 2013)

b. Kebutuhan karbohirat

Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori tubuh, yaitu

sekitar 50%-60%.

c. Kebutuhan protein

Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10%-20% dari


kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari.

d. Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari lemak nabati

dan sedikit dari lemak hewani.

e. Kebutuhan serat

Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g/hari dari berbagai bahan makanan atau rata-rata
25 g/hari (Tarwoto dkk., 2012).

2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dengan Defisit Nutrisi


2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dimana semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008). Pengkajian pada
masalah keperawatan defisit nutrisi menurut Hidayat (2009) sebagai berikut:

a. Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan,


tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai yang
dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang,
rencana makanan atau masa selanjutnya.

b. Kemampuan makan

Dalam kemampuan makan ada beberapa hal yang perlu dikaji antara lain

kemampuan mengunyah, menelan, makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

C. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan
tingkat

pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

d. Nafsu makan, jumlah asupan

e.Tingkat aktivitas

f. Pengonsumsian obat

g.Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek
berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak
mengalamikebotakan bukan karena faktor usia; daerah diatas kedua pipi dan
bawah kedua mata tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau
penonjolan pembuluh darah; daerah bibir kering, pecah-pecah, ataupun
mengalami pembengkakan, lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah
terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak mudah
berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik ke
bawah sampai di bawah permukaan gigi, gigi tidak berlubang dan tidak berwarna;
kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi
pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah muda. h
Pengukuran antropomteri Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat
badan, lingkar lengan dan lipatan kulit pada otot trisep.Laboratorium Pemeriksaan
laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
adalah pemeriksaan albumin serum, Hb. glukosa, elektrolit, dan lain-lain.

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Potter & Perry, 2010). Pernyataan
diagnose keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan
pasien berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan
(Asmadi, 2008).Penelitian ini memfokuskan pada masalah keperawatan defisit
nutrisi yang merupakan asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme. Penyebab dari defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien yang terjadi karena sel beta pada pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.
Perumusan diagnosa keperawatan dilakukan dengan menggunakan format PES
(Problem. Etiology, Sign and Symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Tanda dan gejala defisit nutrisi meliputi mayor dan minor yang terdiri dari data
subjektif dan obyektif. Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) tanda dan
gejala untuk masalah keperawatan defisit nutrisi yaitu: berat badan menurun
minimal 10% di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan. kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah,
otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare.

2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi adalah kategori perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat


pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan serta intervensi keperawatan
dipilih guna mencapai tujuan tersebut (Perry & Potter, 2010). Karenanya, dalam
menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang
terdekat perlu dilibatkan secara (Asmadi, 2008). Tujuan dan kriteria hasil untuk
masalah defisit nutrisi mengacu pada Nursing Outcomes Classification (NOC)
menurut (Moorhead dkk., 2016) adalah sebagai berikut:

a. Tujuan dan kriteria hasil

1) Nursing Outcomes Classification (NOC)

a) Status nutrisi

Status nutrisi adalah sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.

2) Kriteria hasil

a) Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5).

b) Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5). c) Rasio
berat badan dan tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5).

b. Intervensi

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi defisit nutrisi sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC) menurut (Bulecheck dkk., 2016). NIC yang
direkomendasikana yaitu manajemen diare, penahapan diare, manajemen
gangguan makan, bantuan sumber keuangan/pendapatan, manajemen
elektrolit/cairan, manajemen cairan, monitor cairan, konseling laktasi, manajemen
nutrisi, terapi nutrisi, konseling nutrisi, monitor nutrisi, bantuan perawatan diri:
pemberian makan, dukungan pemeliharaan kehidupan, terapi menelan, monitor
tanda-tanda vital, bantuan peningkatan berat badan, dan manajemen berat badan.
Penelitian ini difokuskan pada intervensi manajemen nutrisi. Manajemen nutrisi
adalah menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang (Bulecheck
dkk., 2016). Aktivitas-aktivitas pada manajemen nutrisi yaitu:

a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien

b. Identifikasi adanya alergi.

c. Tentukan makanan kesukaan bagi pasien.

d. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

e. Berikan pilihan makanan dan tawarkan pilihan (makanan) yang lebih sehat

jika diperlukan.

f. Atur diet yang diperlukan.

g. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang

paling cocok untuk konsumsi secara optimal.

h. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan.

i. Beri obat-obatan sebelum makan, jika diperlukan.

j. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan


perkembangan atau usia.

2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan dimana


tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dalam asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2010).
Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Nursing
Interventions Classification (NIC) dilaksanakan pada tahap implementasi
keperawatan. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
dengan urutan yang dibuat pada perencanaan sesuai dengan kondisi pasien (Olaf
dkk., 2012). Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana
apabila perawat mempunyai kemampuan kognitif. kemampuan
hubunganinterpersonal, dan ketrampilan dalam melakukan tindakan yang berpusat
pada kebutuhan pasien (Dermawan, 2012).

2.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dari proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap


tindakan keperawatan serta kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan (Perry & Potter, 2010). Menurut Dinarti et al., (2009) (Dinarti & Yuli
Mulyanti, 2009) format evaluasi keperawatan adalah menggunakan SOAP
(Subjektive, Objektive. Analisys, dan Planning). Subjective yaitu pernyataan atau
keluhan yang diutarakan oleh pasien. Objektive yaitu data yang didapat dari
observasi perawat. Analisys yaitu masalah keperawatan yang dialami oleh pasien.
Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
Berdasarkan kriteria hasil dalam perencanaan keperawatan diatas adlah sebagai
berikut:

a. Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5).

b. Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5).

Rasio berat badan dan tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal (skala
5) (Moorhead dkk., 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, N. (2008). Konsep dasar keperawatan.

Bulecheck, G., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).

Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi Bahasa Indonesia.

Jakarta: Elsevier.

Dermawan, D. (2012). Proses keperawatan penerapan konsep & kerangka kerja.

Dinarti, D., & Yuli Mulyanti, Y. (2009). Dokumentasi keperawatan.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA international. Diagnósticos de

Enfermagem da NANDA: definições e classificação, 2017(10).

Indriyani, R., & Permatasari, D. (2015). Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) di Desa Aeng Tongtong

Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Tahun 2014. Wiraraja Medika:

Jurnal Kesehatan, 5(2).


Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing

Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian Edition. Elseiver

Singapore.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem

Persarafan. Penerbit Salemba.

Perry, A. G., & Potter, P. A. (2010). Mosby’s Pocket Guide to Nursing Skills and

Procedures-E-Book. Elsevier Health Sciences.

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta Selatan:

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Keperawatan medikal bedah brunner &

suddarth. Jakarta: EGC.

Tarwoto, W., Ihsan, T., & Lia, M. (2012). Keperawatan Medical Bedah. Sasak

Panjang: TIM.

Waspadji, S., & Sukardji, K. (2013). Suharyati. Menyusun diet berbagai penyakit.

4th ed. Jakarta, Indonesia: Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai