Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Nutrisi

1.1 Defisini Kebutuhan Nutrisi


Nutrisi adalah ilmu gizi dan bagaimana tubuh menggunakan zat
gizi dalam makanan, nutrisi juga memiliki dampak besar bagi
kesejahteraan, perilaku dan lingkungan manusia(Rosdahl dan
Kowalski, 2014).
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh, nutrisi juga dapat dijadikan sebagai salah satu terapi nutrisi medis
untuk menangani penyakit, hal ini didukung oleh konsep peran perawat
menurut Florence Nightingale selama pertengahan tahun 1800-an
(Potter and Perry, 2010).
Nutrisi berasal dari kata nutrien artinya bahan gizi yang
merupakan proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan
yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel
tubuh (Rahayu dan Harnanto, 2016).
Pada nutrisi terdapat zat gizi/nutrient yang diperlukan untuk
pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikann tubuh, dimana zat gizi
tersebut terbagi atas makronutrien yaitu karbohidrat, lemak serta protein
dan mikronutrient yang terdiri atas vitamin dan mineral (Rosdahl dan
Kowalski, 2014). Nutrien adalah zat organik dan anorganik dalam
makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi,
memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi
tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan,
dan membentuk kekebalan (Rahayu dan Harnanto, 2016).

1.2 Fisiologi Sistem/ Fungsi Normal kebutuhan Nutrisi


Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan
organ aksesori (Hidayat. U, 2015).
Pada prosesnya nutrisi akan melalui sistem pencernaan terdiri
dari :
a. Mulut dilapisi membran mukosa. Lidah terdiri dari otot bertulang
dan dilapisi membran mukosa. Papila merupakan permukaan lidah
yang mengandung ujung perasa. Kelenjar saliva berada di
sublingual, sub mandibula, dan parotis. Kelenjar saliva
mengeluarkan saliva yang mengandung cairan dan enzim.
Mengunyah mengurangi ukuran makanan, dan mencampur
makanan dengan saliva.
b. Faring terdiri dari otot yang dilapisi membrane mukosa, makanan
dan udara berjalan melewati struktur ini sebelum mencapai saluran
keluar yang tepat (epiglotis untuk makanan dan trakhea untuk
udara). Epiglotis menutup jalan napas selama menelan.
c. Esofagus terdiri dari dinding otot yang dilapisi membran mukosa,
dan mendorong makanan dari mulut ke lambung. Lambung dilapisi
membrane mukosa dan mempunyai lapisan otot dan lapisan luar
fibroserous.
d. Usus halus mempunyai lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan
luar peritoneal. Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum, dan
ileum.
e. Kolon mempunyai lapisan mukosa, 2 lapisan otot, dan lebih dari
beberapa bagian, lapisan luar peritoneal viseral. Kolon terdiri dari
cecum/apendiks, kolon (asenden, transversum, desenden, dan
sigmoid), dan rektum.
f. Organ asesoris berada di luar saluran gastrointestinal, tetapi
skresinya dibawa melalui duktus. Empedu yang dihasilkan hepar
dibawa melalui duktus hepatik dan duktus kistik ke kandung
empedu. Duktus empedu membawa empedu ke duodenum. Enzim
pakreas dibawa ke duodenum melalui duktus pankreatik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan nutrisi atau gizi
adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi, dimana
setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik. Sistem yang berperan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang
terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori. Jika organ di dalam
tubuh terganggu khusunya pada system pencernaan akibat penyakit dan
pengaruh pola hidup/ makanan yang dikonsumsi maka akan sangat
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi dan berdampak
pada pemeliharaan kesehatan.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system kebutuhan


nutrisi menurut Hidayat & Uliyah (2015) :
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan dapat
mempengaruhi pola konsumi makanan dan hal ini dapat di sebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan nutrisi/gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk yang terjadi terhadap jenis makanan bergisi
tinggi dapat mempengaruhi setatus gisi seseorang. Misalnya di
beberapa daerah ,tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah, tidak di jadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap mengonsusi makanan
tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya,di
beberapa daerah,terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi
gadis remaja, padahal makanan tersebut merupakan sumber vitamin
yang sangat baik. Selain itu, larangan makan ikan bagi anak-anak
karena ikan di anggap dapat menyebabkan cacingan padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup, kekurangan atau
berlebihan.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
karena makanan bergisi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan


nutrisi (Rosdahl dan Kowalski, 2014)
a. Kekurangan Nutrisi : Keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan
akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme. Tanda klinis : BB 10-20% dibawah normal, adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, adanya penurunan albumin
serum. Penyebab : disfagia, nafsu makan menurun, penyakit infeksi
kanker, dan penurunan absorpsi nutrisi.
b. Kelebihan Nutrisi : Suatu keadaan yang dialami seseorang yg
mempunyai resiko peningkatan BB akibat asupan kebutuhan
metabolisme berlebih. Tanda klinis : BB lebih dari 10% BB idieal,
obesitas, aktivitas menurun dan monoton, lipatan kulit trisep lebih
dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita. Penyebab : perubahan
pola makan, penurunan fungsi pengecapan
c. Obesitas : Suatu keadaan yang dialami seseorang yg mempunyai
resiko peningkatan BB yang mencapai > 20% BB normal atau IMT
(30-40/>40) dikatakan obesitas
d. Malnutrisi : adalah suatu keadaan yang dapat dikatakan “nutrisi
buruk” karena terlalu banyak atau terlalu sedikit mengkonsumsi
salah satu atau lebih zat gizi. Malnutrisi terdiri marasmus
(malnutrisi disertai pelisutan otot ekstrem/gagal tumbuh yang terjadi
pada anak kecil akibat ketidakadekuatan kalori dan protein) dan
kwashiorkor (malnutrisi berat akibat defisiensi proteinyang terjadi
pada anak yang disapih dari ASI dan mengakibatkan retradasi
mental dan fisik, distensi abdomen, anemia, nekrosis hati, dll).
Malnutrisi dapat disebabkan oleh:
1) Under nutrition, disebabkan karena kekurangan pangan secara
relatif atau absolut selama periode tertentu.
2) Spesific deficiency, disebabkan karena kekurangan zat gizi
tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
3) Over nutrition, disebabkan karena kelebihan konsumsi pangan
untuk periode tertentu.
4) Imbalance, disebakan karena disporposi zat gizi, misalnya
kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL dan
VLDL.
e. Diabetes melitus gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohhidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi : Gangguan nutrisi yang disenbabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat kelebihan natrium
atau garam.
g. Penyakit jantung koroner : Gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah.
h. Kanker : Pengkomsusian lemak secara berlebihan
i. Anoreksia Nervosa : Penurunan BB secara mendadak dan
berkepanjangan yg ditandai dengan adanya konstipati,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan.

II. Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Pola makan, makan kesukaan, waktu makan atau makanan
terakhir?
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus ?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya ?
d. Adakah status fisik pasien yg dapat meningkatkan diet seperti
luka bakar dan demam, dll?
e. Adakah toleransi makan / minum tertentu/ alergi makanan?
f. Adakah mengkonsumsi suplemen nutrisi/ obat-obatan?
g. Faktor yang mempengaruhi diet : Status kesehatan/riwayat
penyakit, kultur dan kepercayaan, status sosial ekonomi, faktor
psikologis, informasi yang salah tentang makanan dan cara
berdiet.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesu
b. Berat badan : obesitas, kurus (underweigth)
c. Otot : flaksial/lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks
menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver / lien.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-
patah.
h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak
ada.
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat
j. Gusi : perdarahan, peradangan
k. Lidah : edema, hiperemis
l. Gigi : karies, nyeri, kotor
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeks
n. Kuku : mudah patah
o. Pengukuran antropometri :
1) Usia, TB dan BB anak
2) Lingkar lengan atas (LILA) nilai normal (dewasa) : Wanita :
28,5 cm dan Pria : 28,3 cm. balita (11-12,5 cm)
3) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : nilai normal (dewasa) :
Wanita : 16,5 – 18 cm dan Pria : 12,5 – 16,5 cm
4) Lingkar dada
5) lingkar kepala (pada bayi) nilai normal : 34-35 cm akan
bertambah 5 cm pada tahun pertama dan
p. Berat badan ideal (dewasa) : (TB-100) +- 10 % (TB-100)
q. IMT : BB(kg)/ TB (m2) (tidak dapat dilakukan pada anak-anak,
, penderita penyakit kronis, ibu hamil dan usia diatas 60 tahun)
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)
2) Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg%)
4) BUN (N: 10-20 mg/100 ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3
mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml)
6) Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.
b. USG
c. SGOT & SGPT
d. Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
e. Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan oprasi.
2.2 Diagnosa Keperawtan yang mungkin muncul dalam kebutuhan nutrisi :
Diagnosa Keperawatan I : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh ( 00002)
2.2.1 Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
…….metabolik
2.2.2 Batasan karateristik :
a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
b. Bising usus hiperaktif
c. Cepat kenyang setelah makan
d. Diare
e. Gangguan sensasi rasa
f. Kehilangan rambut berlebihan
g. Kelemahan otot pengunyah
h. Kelemahan otot untuk menelan
i. Kerapuhan kapiler
j. Kesalahan informasi
k. Kesalahan persepsi
l. Ketidakmampuan memakan makanan
m. Kram abdomen
n. Kurang informasi
o. Kurang minat pada makanan
p. Membran mukosa pucat
q. Nyeri abdomen
r. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
s. Sariawan rongga mulut
t. Tonus otot menurun
2.2.3 Faktor yang Berhubungan :
a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomis
c. Gangguan psikososial
d. Ketidakmampuan makan
e. Ketidakmampuan mencerna makanan
f. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
g. Kurang asupan makanan

Diagnosa 2 : Gangguan menelan (00103)


2.2.4 Definisi : Abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan
...dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esophagus
2.2.5 Batasan Karakteristik :
a. Tahap pertama : Oral
1) Abnormalis pada fase oral pada pemeriksaan menelan
2) Batuk sebelum menelan
3) Bibir tidak menutup rapat
4) Bolus masuk terlalu cepat
5) Kerja lidah tidak efektif pada pembentukan bolus
6) Ketidakmampuan membersihkan rongga mulut
7) Makanan jatuh dari mulut
8) Makanan terdorong keluar dari mulut
9) Makanan terkumpul di sulkus lateral
10) Mengatup puting susu tidak efisien
11) Mengisap puting susu tidak efisien
12) Muntah sebelum menelan
13) Ngiler
14) Pembentukan bolus terlalu lambat
15) Piecemeal deglutition
16) Refluks nasal
17) Tersedak sebelum menelan
18) Waktu makan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat
b. Tahap kedua : Faring
1) Abnormalis pada fase faring pada pemeriksaan menelan
2) Batuk
3) Demam dengan etiologi tidak jelas
4) Gangguan posisi kepala
5) Infeksi paru berulang
6) Keterlambatan menelan
7) Ketidakadekuatan elevasi laring
8) Menelan berulang
9) Menolak makan
10) Muntah
11) Refluks nasal
12) Suara seperti kumur
13) Tersedak
c. Tahap ketiga : Esofagus
1) Abnormalis pada fase esofagus pada pemeriksaan menelan
2) Bangun malam hari
3) Batuk malam hari
4) Bruksisme
5) Hematemesis
6) Hiperekstensi kepala
7) Kegelisahan yang tidak jelas seputar waktu makan
8) Keluhan “ada yang menyangkut”
9) Kesulitan menelan
10) Menelan berulang
11) Muntah
12) Muntahan dibantal
13) Nyeri epigastrik
14) Nyeri uluhati
15) Odinofagia
16) Pembatasan volume
17) Pernapasan bau asam
18) Regurgitasi
2.2.6 Faktor yang Berhubungan :
a. Defisit Kongenital
1) Abnormalis jalan napas atas
2) Gagal bertumbuh
3) Gangguan dengan hipotonia signifikan
4) Gangguan neuromuskular
5) Gangguan perilaku mencederai diri
6) Gangguan pernapasan
7) Malnutrisi energi- protein
8) Masalah perilaku makanan
9) Obstruksi mekanis
10) Penyakit jantung kongenital
11) Riwayat makan dengan slang
b. Masalah neurologis
1) Abnormalis laring
2) Abnormalis orofaring
3) Akalasia
4) Anomali jalan napas atas
5) Cedera otak
6) Defek anatomik didapat
7) Defek laring
8) Defek nasal
9) Defek rongga nasofaring
10) Defek trakea
11) Gangguan neurologis
12) Gangguan syaraf kranial
13) Keterlambatan perkembangan
14) Paralisis serebral
15) Penyakit refluks gastroesofagus
16) Prematuritas
17) Trauma

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh (00002)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil :
Tujuan : untuk memenuhi nutrisi sesuai dengan kebutuhan
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b. Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, faktor
…emosional dan psikologis terhadap makanan
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dan penurunan BB.
d. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
e. Mendorong dan meningkatkan kemampuan klien untuk
….makan secara mandiri, merencanakan dan mempertahankan
….target BB saat akan pulang
2.3.2 Intervensi
a. Kaji informasi tentang kesehatan & kebutuhan nutrisi.
Rasional : Untuk mengetahui dan mempersiapkan kebutuhan
nutrisi klien sesuai dengan kondisi dan mempersiapkan
intervensi lanjutannya.
b. Kaji adanya alergi makanan, makanan kesukaan dan riwayat
masalah nutrisi.
Rasional : Untuk mempersiapkan kebutuhan nutrisi dan diet
sesuai dengan indikasi
c. Monitor mual &muntah
Rasional : untuk memantau intake dan output klien dan
persiapan medikasi serta konsultasi dengan ahli gizi
d. Monitor kadar
1) Albumin
2) Total protein.
3) Hb
4) BUN dan Kreatinin
5) SGOT dan SGPT, dll
Rasional : nutrien dan kandungan beberapa kimiawi darah
dapat menjadi salah satu manifestasi dari masalah/gangguan
kebutuhan nutrisi seseorang
e. Monitor kenaikan atau penurunan BB.
Rasional : BB merupakan salah satu acuan dalam
pemenuhan nutrisi klien sudah terpenuhi, kurang atau lebih.
f. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Rasional : untuk masa perawatan pemenuhan kebutuhan
nutrisi sangat penting diperhatikan dan dikonsultasikan
kepada ahlinya karena tidak semua jenis makanan atau
nutrien sesuai dengan kebutuhan klien
g. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, seperti
yakinkan diet yang dimakan mengandung serat untuk
mencegah konstipasi serta melancarkan pencernaan.
Rasional : Pendidikan kesehatan sangat penting dan
membantu klien serta keluarga untuk mengikuti prosedur
perawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi secara
mandiri dan kooperatif
h. Berikan pendidikan tentang cara diet kebutuhan kalori &
tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika
pasien menggunakan NGT.
Rasional : Intervensi tersebut dilakukan sesuai dengan
indikasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri karena
gangguan neurologis atau trauma, dll
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
& nutrisi yang dibutuhkan/ diberikan kepada pasien.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan diet yang tepat
bagi klien

Diagnosa 2 : Gangguan Menelan


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil :
Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan
Pencegahan aspirasi, Status menelan : tindakan pribadi untuk
mencegah pengeluaran cairan dan partikel padat ke dalam paru,
Status menelan : fase esofagus : penyaluran cairan atau partikel
padat dari faring ke lambung, Status menelan : fase oral:
persiapan, penahanan, dan pergerakan cairan atau partikel padat
ke arah posterior di mulut
Kriteria hasil :
a. Kemampuan menelan adekuat dan klien mampu mencapai
asupan nutrisi yang adekuat
b. Pengiriman bolus ke hipofaring selaras dengan refleks
menelan
c. Klien mempertahankan BB
d. Mampu mengontrol mual & muntah
e. Pengetahuan tentang prosedur pengobatan
f. Tidak ada kerusakan otot tenggorong atau otot wajah,
menelan, menggerakkan lidah, atau refleks muntah
g. Pemulihan pasca prosedur pengobatan
h. Kondisi pernapasan, ventilasi adekuat
i. Klien dan keluarga mampu mempertahankan hygiene mulut,
mendemostrasikan pemberian makan yang baik dan benar
untuk memaksimalkan kemampuan menelan
j. Mengidentifikasi faktor emosi atau psikologis yang
menghambat menelan
k. Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau
aspirasi
l. Tidak terjadi gangguan neurologis
2.3.4 Intervensi :
a. Kaji kebutuhan nutrisi dan penyebab gangguan menelan.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan nutrisi dan intervensi
yang tepat bagi klien secara spesifik
b. Kaji tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan
kemampuan menelan
Rasional : untuk menetapkan intervensi lanjutan dan medikasi
yang tepat
c. Monitor BB klien
Rasional : untuk mengetahui apakah kebutuhan nutrisi klien
sudah terpenuhi, cukup atau lebih
d. Tinggikan posisi kepala 30/90 derajat saat makan
Rasional : untuk mencegah dan mengurangi resiok aspirasi
saat makan
e. Berikan posisi miring/sims saat berbaring
Rasional : untuk menurunkan risiko aspirasi
f. Berikan penjelasan kepada keluarga dan klien tentang
gangguan menelan.
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan dan kooperatif
dalam tindakan keperawatan
g. Ajarkan perawatan oral hygiene kepada pasien dan keluarga
Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan dan kemandirian
pasien serta keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien
h. Kolaborasi pemberian suction
Rasional : untuk mengatasi hambatan atau penyebab dari
gangguan menelan misalnya karena eksresi saliva berlebihan
serta mencegah aspirasi akibat cairan di rongga mulut.
i. Kolaborasi pemasangan NGT untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.
Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien (sesuai
indikasi)
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet atau pemberian nutrisi
yang sesuai.
Rasional : untuk menentukan diet yang tepat
k. Kolaborasi dengan ahli rehabilitasi disfagia bila diprogramkan
Rasional : untuk membantu klien mengatasi masalah
emosional dan psikologisnya serta penyebab gangguan
menelan.

III. DAFTAR PUSTAKA


Herdman, T. Heather. (2017). NANDA International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2015-201. Edisi: 10. Jakarta : EGC

Hidayat, Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi Harnanto. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan : Kebutuhan Dasar Manusia. Kementrian Kesehatan RI.

Potter, Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Buku 3: Edisi 7.


Jakarta : Salemba Medika.

Rosdahl, Caroline Bunker dan Mary T. Kowalski. (2014). Buku Ajar


Keperawatan Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Taylor, Cynthia M. (2010). Rencana Keperawatan dengan rencana asuhan.


Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai