(PUERPERIUM)
OLEH :
NIM : 113063J120016
BANJARMASIN
2020
I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang
di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
koitus.
c. Labia mayora
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada
jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke
arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas,
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
e. Klitoris
glans dan lebih sensitif dari pada badannya.Saat wanita secara seksual
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon.Istilah klitoris berasal dari kata
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan.
f. Vestibulum
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina
g. Fourchette
dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
h. Perineum
2. Struktur interna
a. Ovarium
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam
wanita normal.
b. Tuba fallopi
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
c. Uterus
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat dan mampu
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
A. Konsep Medis
1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kira 6 minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih
pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah
nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan
sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi
marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk
„kesedihan sementara‟ yang berlangsung sangat cepat pada masa awal pasca
melahirkan adalah depresi yang terjadi dalam kurun waktu enam bulan
selama satu bulan setelah melahirkan yang terlihat dalam beberapa gejala,
seperti perasaan sedih terus menerus, kurangnya minat pada aktivitas sehari-
hari, menurunnya atau meningkatanya berat badan, sulit tidur atau kelebihan
munculnya keinginan untuk bunuh diri atau bahkan ingin menyakiti bayinya.
merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan, dan mungkin seorang ibu baru
akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu,
tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak
berlangsung sampai 3 bulan atau lebih dan dapat berkembang menjadi depresi
Schallmoser, 2013).
tidak menyadari bahwa hal ini merupakan penyakit. Depresi pasca melahirkan
tidak hanya berdampak pada kesehatan, perkawinan, dan kehidupan keluarga sang
ibu, namun juga akan mempengaruhi pembentukkan ikatan antara ibu dan anak,
yang akan berdampak pada kesehatan mental serta perkembangan dari anak
berlebihan terhadap bayi, hingga ada perasaan ingin bunuh diri atau
a. Faktor Biologis
tertentu.
kesehatan ibu.
b. Faktor Konstitusional
dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak
1
paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus
tetap dirawat.
c. Faktor fisik
d. Faktor psikologi
e. Faktor sosial
2
mampu bertanggung jawab sebagai ibu.
4) Dukungan sosial
a. Faktor umur
b. Faktor pengalaman.
3
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang
c. Faktor pendidikan.
2015).
depresi pascasalin.
4
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,
3. Manifestasi Klinis
partum yaitu :
b. Mudah menangis
e. Perasaan sedih
g. Mudah marah
h. Kelelahan
k. Sulit konsentrasi
5
r. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau
dirinya sendiri.
menyenangkan.
u. Gangguan konsentrasi.
v. Kehilangan energi.
4. Patofisiologi
6
Pathway
5. Pemeriksaan Diagnostik
7
Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV). Sebagai
simtom depresi pada seseorang, yang berupa self report scale terdiri
tidak sama sekali) total skor dari 0 sampai 30. Skor 13 atau lebih
mengindikasikan depresi.
6. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
8
respon baik terhadap obat antidepressant jenis lainnya, obat
obat.
9
Tabel 1. Farmakoterapi untuk Depresi Postpartum
penggunaan selama
menyusui
Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors
Fluvoxamine 50-200 Mual, Tidak ada metabolik
adanya kejadian
buruk
Paroxetine 20-60 Mual, mengantuk,
anorexia, bingung,
disfungsi seksual
Citalopram 20-40 Mual, insomnia, Satu bayi dengan
serum tidak
bingung,
10
disfungsi seksual
Tricyclic Antidepressant
Nortriptyline 50-150 Sedasi, Obat dan metabolik
konstipasi,
hipertensi
ortostatik
Desipramine 100-300 Obat dan metabolit
dibawah tingkat
yang dapat
terkuantifikasi
Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor
somnolence, dewasa
disfungsu seksual
Lainnya
Bupropion 300-450 Mengantuk, sakit Tidak diketahui
kepala, mulut
kering,
berkeringat,
tremor, agitasi
11
Mirtazapine 15-45 Somnolence, mual,
penambahan berat
badan, mengantuk
Nefazodone 300-600 Mulut kering, Sedasi dan nafsu
2. Psikoterapi
4. Profilaksis Treatment
12
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah
menyusui atau melalui susu botol dan ibu sehat yang menyusui
13
dan bayinya menunjukkan pengaruh negatif daripada pasien
keluarga terdekat.
Istirahat
larut-larut.
14
Beristirahat dengan baik
Bersikap fleksible
pemicu depresi.
menenangkan.
berada di rumah.
15
Penanggulan depresi post partum
Fungsi Strategi penanggulangan
Lazarus dan rekannya (dalam Sarafino, 1994) membagi strategi penanggulan ke
dalam dua fungsi utama, yaitu:
a. Strategi penanggulan yang berfokus pada masalah, yaitu yang
bertujuan mengurangi tuntutan-tuntutan akibat situasi yang
stressfull, atau mengembangkan sumber-sumber dalam individu
untuk mengatasi situasi tersebut. Orang cenderung menggunakan
pendekatan yang berfokus pada masalah karena percaya dapat
mengubah sumber-sumber dalam dirinya atau tuntutan situasi
stressfull.
b. Strategi penanggulangan yang berfokus pada emosi, yaitu
bertujuan mengontrol respon emosional terhadap situasi stressfull,
baik melalui pendekatan behavioral maupun kognitif. Orang
cenderung menggunakan pendekatan yang berfokus pada emosi
ketika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan
apapun untuk mengubah situasi stressfull.
Berdasarkan literatur diatas, maka jelaslah bahwa strategi penanggulangan dibagi
kedalam dua fungsi utama, yaitu:
a). Coping yang berfokus pada masalah, yaitu coping yang berfungsi membantu
mengatasi sumber stress/tuntutan-tuntutan akibat situasi stressfull secara langsung
dengan mengembangkan sumber-sumber dalam individu.
b). Coping yang berfokus pada emosi, yaitu coping yang berfungsi mengurangi
gejala yang timbul akibat situasi yang stressfull dengan mengatur atau mengontrol
respon emosional, baik melalui pendekatan behavioral maupun strategi kognitif.
Strategi-strategi penanggulangan
Carver, Scheier, dan Weintraub (dalam Bishop, 1994) membuat taksonomi
strategi penanggulangan, yaitu:
a). Strategi yang berpusat pada masalah
1). Active coping, yaitu mengambil langkah aktif untuk mencoba menjauhkan
stressor, atau memperbaiki pengaruhnya.
2). Planning, yaitu berfikir mengenai bagaimana mengatasi stressor.
16
3). Suppression of competing activities, yaitu melakukan aktivitas-aktivitas lain
untuk mengatasi stressor
4). Restraint coping, yaitu menunggu kesempatan yang paling tepat untuk
bertindak.
5). Seeking social support for instrumental reason, yaitu mencari masukan,
bantuan ataupun informasi.
b). Strategi yang berpusat pada emosi
1). Seeking social support for emotional reasons, yaitu mencari dukungan moral,
simpati atau pemahaman.
2). Positive reinterpretation, yaitu menafsirkan kembali situasi dalam cara yang
positive.
3). Acceptance, yaitu menerima realitas dari situasi yang dihadapi.
4). Denial, yaitu menyangkal realitas dari situasi yang dihadapi
5). Turning to religion, yaitu berdoa mencari bantuan dari Tuhan atau mencari
ketenangan dalam beragama.
6). Focusing on and venting emotions, yaitu memfokuskan pada segala sesuatu
yang menyedihkan dan mengekspresikan perasaan tersebut.
7). Behavioral management, yaitu mengurangi upaya mengatasi masalah atau
menyerah.
8). Mental disengagement, yaitu beralih pada aktivitas-aktivitas lain untuk
mengalihkan perhatiannya dari situasi stressfull.
Jaminan rasa aman dan kenyamanan penting bagi penanggulangan yang berfokus
pada emosi.
a. Strategi yang berfokus pada emosi
1) Resigned acceptance, yaitu mengatasi situasi dengan cara menerima
apa adanya, metode ini khususnya untuk keadaan stressor yang tidak
dapat dirubah.
2) Emotional discharge, yaitu individu bertingkah laku dalam cara-cara
yang dapat mengekspresikan perasaannya atau mengurangi ketegangan
akibat situasi stress. Termasuk dalam strategi ini adalah berteriak
marah, menangis atau bercanda.
17
3) Intraphysic processes, yaitu menggunakan strategi kognitif untuk
menilai kembali atau mengubah pandangan seseorang mengenai situasi
stressfull. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara:
i. Cognitive redefinition, yaitu strategi dimana orang mencoba
untuk berfikir positive pada situasi yang buruk. Strategi ini
dapat dilakukan dengan berfikir bahwa keadaan tersebut bisa
jadi lebih buruk, membuat perbandingan dengan individu lain
yang memiliki keadaan yang lebih buruk, melihat dampak
positive yang muncul akibat permasalahan tersebut.
ii. Defense mechanism, yaitu upaya untuk mengesampingkan
ingatan atau realitas dalam berbagai cara, dengan melakukan
penyangkalan (seseorang tidak mengakui adanya hal yang
menyakitkan), intelektualisasi (menghadapi stressor secara
intelektual) dan supresi (upaya untuk melupakan ingatan
stressfull dengan mengendalikan pemikiran yang menyakitkan
secara sadar.
18
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan
oleh perawat sssperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan
respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencana
individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang
spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi
kurang nafsu makan, sedih – murung, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan
perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu
serta kesehatan pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan
pasien
d. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum
blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian
seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi
oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan
19
tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu
ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit.
e. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus ,
membrane mukosa kering
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen
dan kepala
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD
meningkat
20
f. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus
post partum
Perencanaan
No. DIAGNOSA NOC NIC
1. Koping individu NOC : NIC :
tidak efektif b/d Anxiety Control Counseling (5240)
stress kelahiran, (1402) Aktivitas :
konsep diri negative,
Indikasi : Beri dorongan kepada
system pendukung, Kontrol pasien untuk
yang tidak adekuat instensitas mengungkapkan pikiran dan
cemas perasaan untuk
Batasan Eliminasi mengeksternalisasikan
karakteristik : tanda cemas kecemasan.
Gangguan tidur Menggunaka Bantu pasien untuk
Penyalahgunaan n strategi menfokuskan pada situasi
bahan kimia koping saat ini, sebagai alat untuk
Penurunan efektif mengidentifikasi mekanisme
penggunaan Menggunaka koping yang dibutuhkan
dukungan sosial n teknik untuk mengurangi
Konsentrasi relaksasi kecemasan.
yang buruk untuk Sediakan pengalihan melalui
Kelelahan menekan televise, radio, permainan
Problem solving kecemasan serta terapi okupasi untuk
tidak adekuat mengurangi kecemasan dan
memperluas focus.
Mengeluhkan
Sediakan penguatan yang
ketidakmampua
positif ketika apsien mampu
n koping atau
meneruskan aktivitas sehari-
ketidakmampua
hari dan lainnnya meskipun
21
n untuk mengalami Kecemasan.
meminta
bantuan
Ketidak
mampuan
memenuhi
kebutuhan dasar
Perilaku
merusak
terhadap diri
atau orang lain
Ketidakmampua
n memnuhi
harapan peran
Tingkat
kesakitan/penya
kit yang tinggi
Perubahan
dalam pola
komunikasi
Menggunakan
bentuk koping
yang
meghalangi/men
gganggu
perilaku adaptif
Kurangnya
perilaku yang
bertujuan
langsung/resolus
i masalah,
termasuk
ketidakmampua
n untuk
merawat, dan
kesulitan
mengorganisasi
kan informasi
22
Batasan Indikasi : Beri dorongan kepada
karakteristik : Kontrol pasien untuk
Perilaku instensitas mengungkapkan pikiran dan
Penurunan cemas perasaan untuk
produktivitas Eliminasi mengeksternalisasikan
Gelisah tanda cemas kecemasan.
Insomnia Menggunaka Bantu pasien untuk
Resah n strategi menfokuskan pada situasi
Afektif koping saat ini, sebagai alat untuk
Kesedihan efektif mengidentifikasi mekanisme
yang Menggunaka koping yang dibutuhkan
mendalam n teknik untuk mengurangi
Takut relaksasi kecemasan.
Gugup untuk Sediakan pengalihan melalui
Mudah menekan televise, radio, permainan
tersinggung
kecemasan serta terapi okupasi untuk
Nyeri hebat
mengurangi kecemasan dan
Ketakutan
Distres memperluas focus.
Khawatir Sediakan penguatan yang
Cemas positif ketika apsien mampu
Fisiologi meneruskan aktivitas sehari-
Goyah hari dan lainnnya meskipun
Peningkatan mengalami Kecemasan.
respirasi
(simpatis)
Peningkatan
keringat
Wajah tegang
Anoreksia
(simpatis)
Kelelahan
(parasimpatis
)
Gugup
(simpatis)
Mual
(parasimapati
s)
Pusing
(parasimpatis
)
Kognitif
C. Bingung
D. Kerusakan
23
perhatian
E. Ketakutan
terhadap hal
yang tidak
jelas
F. Sulit
berkonsentras
i
24
4. Risiko kekerasan NOC : NIC :
terhadap diri sendiri Interaksi Bantuan kontrol marah:
b/d status emosional sosial Prinsip komunikasi
post partum Tanda-tanda terapeutik
akan Pertahankan konsistensi
melakukan sikap (terbuka,tepati janji,
Batasan kekerasan hindari kesan negatif)
karakteristik : seperti ingin Gunakan tahap-tahap
Putus asa marah, jengk interaksi dengantepat
Penolakan el, ingin Observasi tanda-tanda
Cemas merusak, perilaku kekerasan
Panic memukul,dll. padaklien
Mengenal pe Bantu klien
Mudah marah
nanganan mengidentifikasi tanda-
Permusuhan klien dengan tanda perilakukekerasan
perilaku (emosi, fisik, social,
kekerasan spiritual)
Penanganan Jelaskan pada klien tentang
klien dengan respon marah
perilaku Dukung dan fasilitasi klien
kekerasan untuk mencari bantuan saat
Bantuan muncul marah
yang adaptif Diskusikan bersama klien
pada klien pangaruh negatif perilaku
dengan kekerasan terhadap dirinya,
perilaku orang laindan lingkungan
kekerasan
Cara yang
dipilih untuk Libatkan keluarga dalam
membantu perawatan klien:
merubah Identifikasi kultur, peran,
perilaku dan situasikeluarga dalam
klien pengaruhnya
Tingkat terhadap perilaku klien
kemarahan Berikan informasi yang
tepat tentang penanganan
klien dengan perilaku
marahkekerasa
Ajarkan ketrampilan
koping efektif
yangdigunakan untuk
penangannan klien
perilakukekerasand.berikan
konseling pada keluarga
Bantu keluarga memilih
untuk menentukan dalam
penanganan klien dengan
perilakukekerasan
25
Fasilitasi pertemuan
keluarga dengan pemberi
perawatan
Beri kesempatan pada
keluarga
untuk mendiskusikan cara
yang dipilih
Anjurkan pada keluarga
untuk menerapkancara
yang dipilih
g. Evaluasi
yang telah dilakukan. Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat yaitu
26
tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap
kriteria hasil.
27
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
28
Saifuddin, Abdul Bari. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Prawirohardjo.
Jakarta : ISBN.
29