Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Nutrisi

1.1 Defisini Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat


makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh (Alimul H, 2006). Nutrien adalah zat
kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan
diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh (Alimul H, 2006). Fungsi
nutrisi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja
fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
dan sebagai pelindung dan pengatur.

1.2 Fisiologi Sistem/ Fungsi Normal kebutuhan Nutrisi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi


adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan
organ aksesori. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus
halus bagian distal, sedangkan organ aksesori terdiri dari hati, kantong
empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem
pencernaan makanan secara kimiawi (Hidayat & Uliyah 2015).

Potter & Perry (2012) Nutrien diabsorpsi dalam intestin,


termasuk air yang ditransportasikan melalui sistem sirkulasi ke jaringan
tubuh. Melalui perubahan kimia dari metabolisme nutrien diubah ke
jumlah substansi yang diperlukan oleh tubuh. Karbohidrat, protein, dan
lemak melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi kimia dan
mempertahankan keseimbangan antara pembentukan dan pemecahan
jaringan. Untuk melakukan kerja tubuh, maka energi kimai diproduksi
oleh metabolisme diubah ke tipe energi lain oleh jaringan yang berbeda.
Kontraksi otot melibatkan energi mekanik, fungsi sistem saraf
melibatkan energi listrik, dan mekanisme produksi panas melibatkan
energi panas.
Dua tipe dasar metabolisme adalah anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme merupakan produksi dari substansi kimia yang lebih
kompleks dengan sintesis nutrien. Katabolisme merupakan pemecahan
substansi kimia menjadi substansi yang lebih sederhana. Walaupun
katabolisme memproduksi beberapa energi, kedua proses tersebut
memerlukan energi, yang harus tersedia dari makanan atau sumber
energi yang tersimpan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan nutrisi atau gizi


adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi, dimana
setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik. Sistem yang berperan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang
terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori. Jika organ di dalam
tubuh terganggu khusunya pada system pencernaan akibat penyakit dan
pengaruh pola hidup/ makanan yang dikonsumsi maka akan sangat
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi dan berdampak
pada pemeliharaan kesehatan.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system kebutuhan


nutrisi menurut Hidayat & Uliyah (2015) :
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan tingi dapat
mempengaruhi pola konsumi makanan.Hal tersebut dapat di
sebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan
dalam memahami kebutuhan gisi.
b. Prasangka
Prasangka buruk yang terjadi terhadap jenis makanan bergisi
tinggi dapat mempengaruhi setatus gisi seseorang .di beberapa
daerah ,tempe yang merupakan sumber protein yang paling
murah,tidak di jadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan
karena masyarakat menganggap mengonsusi makanan tersebut
dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi.Misalnya,di
beberapa daerah,terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi
gadis remaja .padahal,makanan tersebut merupakan sumber vitamin
yang sangat baik.adajuga larangan makan ikan bagi anak-anak
karena ikan di anggap dapat menyebabkan cacingan padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnyavariasi makanan,sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
karena makanan bergisi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan


nutrisi
a. Kekurangan Nutrisi : Keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan
akibat ketidak cukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolism.
Tanda klinis : BB 10-20% dibawah normal, TB di bawah ideal,
adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot, adanya penurunan
albumin serum. Penyebab : disfagia, nafsu makan menurun,
penyakit infeksi dan kanker, penurunan absorpsi nutrisi
b. Kelebihan Nutrisi : Suatu keadaan yang dialami seseorang yg
mempunyai resiko peningkatan BB akibat asupan kebutuhan
metabolisme berlebih. Tanda klinis : BB lebih dari 10% BB idieal,
obesitas, aktivitas menurun dan monoton, lipatan kulit trisep lebih
dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita. Penyebab : perubahan
pola makan, penurunan fungsi pengecapan
c. Obesitas : Suatu keadaan yang dialami seseorang yg mempunyai
resiko peningkatan BB yang mencapai > 20% BB normal
d. Malnutrisi : adalah suatu keadaan terganggunya kemampuan
fungsional, atau defisiensi integritas struktural atau perkembangan
yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara suplai nutrisi esensial
untuk jaringan tubuh dengan kebutuhan biologis spesifik. Malnutrisi
dapat disebabkan oleh:
1) Under nutrition, disebabkan karena kekurangan pangan secara
relatif atau absolut selama periode tertentu.
2) Spesific deficiency, disebabkan karena kekurangan zat gizi
tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
3) Over nutrition, disebabkan karena kelebihan konsumsi pangan
untuk periode tertentu.
4) Imbalance, disebakan karena disporposi zat gizi, misalnya
kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL dan
VLDL.
e. Diabetes melitus gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolism karbohhidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi : Gangguan nutrisi yang disenbabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
g. Penyakit jantung koroner : Gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok
h. Kanker : Pengkomsusian lemak secara berlebihan
i. Anoreksia Nervosa : Penurunan BB secara mendadak dan
berkepanjangan yg ditandai dengan adanya konstipati,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan.

II. Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Pola makan, makan kesukaan, waktu makan atau makanan
terakhir?
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus ?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya ?
d. Adakah status fisik pasien yg dapat meningkatkan diet seperti
luka bakar dan demam ?
e. Adakah toleransi makan / minum tertentu/ alergi makanan?
f. Adakah mengkonsumsi suplemen nutrisi/ obat-obatan?
g. Faktor yang mempengaruhi diet : Status kesehatan/riwayat
penyakit, kultur dan kepercayaan, status sosial ekonomi, faktor
psikologis, informasi yang salah tentang makanan dan cara
berdiet.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesu
b. Berat badan : obesitas, kurus (underweigth)
c. Otot : flaksial/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks
menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver / lien.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-
patah.
h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak
ada.
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat
j. Gusi : perdarahan, peradangan
k. Lidah : edema, hiperemis
l. Gigi : karies, nyeri, kotor
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeks
n. Kuku : mudah patah
o. Pengukuran antropometri :
1) Berat badan ideal : (TB-100) +- 10 % (TB-100)
2) Lingkar pergelangan tangan
3) Lingkar lengan atas (MAC) Nilai normal : Wanita : 28,5 cm
dan Pria : 28,3 cm.
4) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : Nilai normal : Wanita :
16,5 – 18 cm dan Pria : 12,5 – 16,5 cm
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)
2) Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg%)
4) BUN (N: 10-20 mg/100 ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3
mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml)
6) Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.
b. USG
c. SGOT & SGPT
d. Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
e. Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan oprasi.
2.2 Diagnosa Keperawtan yang mungkin muncul dalam kebutuhan nutrisi :
Diagnosa Keperawatan I : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh ( 00002)
2.2.1 Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
2.2.2 Batasan karateristik :
a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
b. Bising usus hiperaktif
c. Cepat kenyang setelah makan
d. Diare
e. Gangguan sensasi rasa
f. Kehilangan rambut berlebihan
g. Kelemahan otot pengunyah
h. Kelemahan otot untuk menelan
i. Kerapuhan kapiler
j. Kesalahan informasi
k. Kesalahan persepsi
l. Ketidakmampuan memakan makanan
m. Kram abdomen
n. Kurang informasi
o. Kurang minat pada makanan
p. Membran mukosa pucat
q. Nyeri abdomen
r. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
s. Sariawan rongga mulut
t. Tonus otot menurun
2.2.3 Faktor yang Berhubungan :
a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomis
c. Gangguan psikososial
d. Ketidakmampuan makan
e. Ketidakmampuan mencerna makanan
f. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
g. Kurang asupan makanan
Diagnosa 2 : Gangguan menelan (00103)
2.2.4 Definisi : Abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan
dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esophagus
2.2.5 Batasan Karakteristik :
a. Tahap pertama : Oral
1) Abnormalis pada fase oral pada pemeriksaan menelan
2) Batuk sebelum menelan
3) Bibir tidak menutup rapat
4) Bolus masuk terlalu cepat
5) Kerja lidah tidak efektif pada pembentukan bolus
6) Ketidakmampuan membersihkan rongga mulut
7) Makanan jatuh dari mulut
8) Makanan terdorong keluar dari mulut
9) Makanan terkumpul di sulkus lateral
10) Mengatup puting susu tidak efisien
11) Mengisap puting susu tidak efisien
12) Muntah sebelum menelan
13) Ngiler
14) Pembentukan bolus terlalu lambat
15) Piecemeal deglutition
16) Refluks nasal
17) Tersedak sebelum menelan
18) Waktu makan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat
b. Tahap kedua : Faring
1) Abnormalis pada fase faring pada pemeriksaan menelan
2) Batuk
3) Demam dengan etiologi tidak jelas
4) Gangguan posisi kepala
5) Infeksi paru berulang
6) Keterlambatan menelan
7) Ketidakadekuatan elevasi laring
8) Menelan berulang
9) Menolak makan
10) Muntah
11) Refluks nasal
12) Suara seperti kumur
13) Tersedak
c. tahap ketiga : Esofagus
1) Abnormalis pada fase esofagus pada pemeriksaan menelan
2) Bangun malam hari
3) Batuk malam hari
4) Bruksisme
5) Hematemesis
6) Hiperekstensi kepala
7) Kegelisahan yang tidak jelas seputar waktu makan
8) Keluhan “ada yang menyangkut”
9) Kesulitan menelan
10) Menelan berulang
11) Muntah
12) Muntahan dibantal
13) Nyeri epigastrik
14) Nyeri uluhati
15) Odinofagia
16) Pembatasan volume
17) Pernapasan bau asam
18) Regurgitasi

2.2.6 Faktor yang Berhubungan :


a. Defisit Kongenital
1) Abnormalis jalan napas atas
2) Gagal bertumbuh
3) Gangguan dengan hipotonia signifikan
4) Gangguan neuromuskular
5) Gangguan perilaku mencederai diri
6) Gangguan pernapasan
7) Malnutrisi energi- protein
8) Masalah perilaku makanan
9) Obstruksi mekanis
10) Penyakit jantung kongenital
11) Riwayat makan dengan slang
b. Masalah neurologis
1) Abnormalis laring
2) Abnormalis orofaring
3) Akalasia
4) Anomali jalan napas atas
5) Cedera otak
6) Defek anatomik didapat
7) Defek laring
8) Defek nasal
9) Defek rongga nasofaring
10) Defek trakea
11) Gangguan neurologis
12) Gangguan syaraf kranial
13) Keterlambatan perkembangan
14) Paralisis serebral
15) Penyakit refluks gastroesofagus
16) Prematuritas
17) Trauma

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh ( 00002)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil :
Tujuan : untuk memenuhi nutrisi sesuai dengan kebutuhan
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan .
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
e. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
f. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.
2.3.2 Intervensi
a. Kaji informasi tentang kesehatan & kebutuhan nutrisi.
b. Kaji adanya alergi makanan.
c. Monitor mual &muntah
d. Monitor kadar
1) Albumin
2) Total protein.
3) Hb.
4) Kadar Hz.
e. Monitor makanan kesukaan
f. Monitor menekan kesukaan.
g. Monitor pertumbuhan&perkembangan.
h. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva.
i. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, seperti yakinkan diet
yang dimakan mengandung serat untuk mencegah konstipasi serta
melancarkan pencernaan.
k. Berikan pendidikan tentang cara diet kebutuhan kalori &tindakan
keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien
menggunakan NGT.
l. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori &
nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Diagnosa 2 : Gangguan Menelan


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil :
Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan
Pencegahan aspirasi, Status menelan : tindakan pribadi untuk
mencegah pengeluaran cairan dan partikel padat ke dalam paru,
Status menelan : fase esofagus : penyaluran cairan atau partikel padat
dari faring ke lambung, Status menelan : fase oral: persiapan,
penahanan, dan pergerakan cairan atau partikel padat ke arah
posterior di mulut
Kriteria hasil :
a. Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
b. Kemampuan menelan adekuat
c. Pengiriman bolus ke hipofaring selaras dengan refleks menelan
d. Kemampuan untuk mengosongkan rongga mulut
e. Mampu mengontrol mual & muntah
f. Imobilitas konsekuensi : fisiologis
g. Pengetahuan tentang prosedur pengobatan
h. Tidak ada kerusakan otot tenggorong atau otot wajah, menelan,
menggerakkan lidah, atau refleks muntah
i. Pemulihan pasca prosedur pengobatan
j. Kondisi pernapasan, ventilasi adekuat
k. Mampu melakukan perawatan terhadap non pengobatan
parenteral
l. Mengidentifikasi faktor emosi atau psikologis yang
menghambat menelan
m. Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau aspirasi
n. Hidrasi tidak ditemukan
o. Tidak terjadi gangguan neurologis
2.3.4 Intervensi :
a. Kaji adanya kebutuhan nutrisi dan penyebab gangguan menelan
b. Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan
kemampuan menelan
c. Berikan penjelasan kepada keluarga dan klien tentang gangguan
menelan
d. Kolaborasi pemasangan NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet atau pemberian nutrisi yang
sesuai.

III. DAFTAR PUSTAKA


Achmad S. (2010). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa & Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.

Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan Edisi 9 Diagnosa Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Hidayat, Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Potter, Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktek.

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Uliyah, Musfifatul.2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai