Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah Kelompok

Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja


Dosen : Prof. dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D.

PEMBAHASAN REKAP DISKUSI KELOMPOK 2


“INDIKATOR KESEHATAN EKOSISTEM TANAH”

DISUSUN OLEH:
SALLY POBAS (K012202061)
FRANSISKA DWI HAPSARI (K012202064)
DEWI ANTIKA SARY (K012202065)
ALIMUDIN (K012202068)
MAR’ATUS SADIQAH (K012211069)
NURLIA (K012211079)
ANDI AINUN NURURRAHMI (K012211085)

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Fakta Masalah
Tanah adalah benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen
padat, cair dan gas serta mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik. Pada komponen
tersebut selain terdiri dari komponen mati (abiotik) terdapat juga bagian yang hidup
(biotik) berupa organisme tanah yang menjalin suatu sistem hubungan timbal balik
antar berbagai komponen sebagai suatu ekosistem yang cukup kompleks.
Tanah sebagai komponen ekosistem berinteraksi dan dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lain, termasuk atmosfer, air, dan organisme. Saling
ketergantungan antara organisme dan lingkungan fisiknya memang tidak terlihat di
tanah, namun interaksi yang kuat antara tanaman, mikroorganisme dengan konstituen
tanah menentukan kondisi lingkungan dan komposisi spesies.
Tanah mempengaruhi ketersediaan dan kualitas pangan (ketahanan pangan)
serta paparan manusia terhadap beragam bahan kimia dan patogen melalui
ketersediaan hara tanah yang masuk dalam rantai makanan dan jejaring paparan.
Sehingga, kualitas tanah dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara utuh melalui
penyediaan kebutuhan fisik dan non fisik (psikologi).
Istilah kesehatan tanah atau kualitas tanah yang diaplikasikan pada
agroekosistem menunjuk kepada kemampuan tanah untuk mendukung secara terus- 3
menerus pertumbuhan tanaman pada kualitas lingkungan yang terjaga. Menurut The
Soil Science Society of Amerika, yang dimaksud dengan Kualitas Tanah (soil quality)
adalah kapasitas dari suatu jenis tanah yang spesifik untuk berfungsi di alam atau
dalam batas ekosisten terkelola, untuk mendukung produktivitas biologi, memelihara
kualitas lingkungan dan mendorong kesehatan hewan dan tumbuhan. Selain istilah
kualitas tanah, dikenal juga istilah kesehatan tanah. Terdapat berbagai definisi tentang
kesehatan tanah, bahkan sering dicampur-adukkan dengan kualitas tanah. Menurut
Elliott, sehat berarti bebas dari penyakit dan mampu berfungsi secara normal. Jadi
Tanah yang sehat (healthy soil) adalah tanah yang 4 mampu memberikan daya guna
(performance) dan fungsi intrinsik dan ekstrinsik.
Kesehatan tanah didefinisikan sebagai kapasitas secara berlanjut dari suatu
tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem hidup yang vital dalam ekosistem dan
batas-batas tataguna untuk menopang produktivitas biologi, menaikkan kualita
lingkungan udara dan air dan menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Ciri-
ciri tanah yang sehat adalah : (1) populasi organismenya beragam dan aktip (2)
memiliki dalam jumlah tinggi residu yang relatip segar sebagai sumber makanan
organisme.dan (3) memiliki dalam jumlah tinggi bahan organik yang terhumifikasi
untuk mengikat air dan muatan negatif untuk pertukaran kation.
Kesehatan tanah atau kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi
dinamis indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah
menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang
dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator
kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.
Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan
biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah. Menurut Doran & Parkin,
indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan proses-proses yang terjadi
dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi
tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai
kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan
perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen yang
biasa diamati pada data dasar tanah.
Penilaian indikator kesehatan ekosistem tanah masih memerlukan penelitian
yang lebih dalam lagi, oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk mengetahui
indikator-indikator apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan ekosistem tanah.

B. Pertanyaan Masalah
1. Indikator-indikator apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan ekosistem tanah?
2. Bagaimana hasil tabel rekapitulasi jurnal, dan kesimpulan tabel tentang indikator
kesehatan ekosistem tanah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui indikator-indikator yang mempengaruhi kesehatan ekosistem
tanah.
2. Untuk memberikan alternatif solusi sebagai tindakan pencegahan dalam mengatasi
pengaruh indikator ekosistem terhadap kesehatan ekosistem tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Rekap Hasil Penelitian dan Kesimpulan

N Nama/NIM Indikator Hasil


o
1. Nurlia / Ada atau Kelimpahan spesies tertinggi pada ordo Hemiptera. Pada ordo Hemiptera ini juga
K012211079 tidaknya ditemukan adanya kutu daun yang merupakan hama baru pada pertanaman padi. Sedangkan
species berdasarkan kelimpahan morfospesies tertinggi selama musim tanam ditemukan walang sangit
tertentu Leptocorisa oratorius, wereng coklat Nilaparvata lugens, wereng hijau Nephotettix virescens,
wereng daun Anoscopus sp.02, laba- laba Lycos sp dan tomcat Paederus fuscipes.Pengamatan
langsung memiliki kelimpahan individu paling tinggi dibandingkan perangkap lain. Nilai
Indeks Kelimpahan Shannon (D) pada pengamatan langsung yaitu sebesar 0.88, lebih tinggi
daripada sweep net dan yellow pan trap, hal yang sama juga didapatkan nilai H' yang lebih
tinggi yaitu 2.45. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada pengamatan langsung memiliki
kekayaan spesies yang tinggi dan lebih beragam. Secara umum perangkap yellow pan trap
memiliki indeks keanekaragaman H' yang paling rendah, hal ini disebabkan oleh adanya
pemasangan perangkap yang tidak kontinu pada setiap minggu pengamatan. Pemasangan
yellow pan trap hanya dilakukan pada minggu ke 4, 6, dan 8 MST.
2. Andi Ainun Rasio antara Pada penelitian ini mengevaluasi indikator kesehatan tanah biologis jangka panjang pada
Nururrahmi/ kelas agroekosistem berkelanjutan di Kanada. Evaluasi menggunakan rasio jamur/bakteri saprofit
K012211085 organisme (SF/TB) dihitung dengan jumlah empat penanda jamur dan dibagi dengan jumlah 17 tanda
bakteri. Jamur mikoriza arbuskular (AMF) diidentifikasi dengan penanda 16:1ω5c. Rasio
jamur/bakteri total (TF/TB) dihitung dengan jumlah penanda saprofit dan AMF, dibagi dengan
penanda bakteri. Indikator biologi dinilai cukup sensitif dalam menunjukkan gradien kesehatan
tanah. Keberadaan jamur sangat penting bagi ekosistem tanah karena berfungsi dalam
dekomposisi tanaman residu, siklus nutrisi, dan simbiosis mikoriza.
3. Mar’atus Konsentrasi Fluazinam adalah salah satu fungisida yang umum digunakan untuk membasmi jamur
shadiqah/ Senyawa tanah .Fungisida, yang merupakan bahan kimia untuk mencegah penyakit tanaman yang
K012211069 Kimia disebabkan oleh jamur. Pada pemanfaatannya, Fluazinam berpotensi menurunkan kesehatan dan
mutu tanah (soil health) melalui perubahan level dan aktivitas ATP dalam tanah. Kandungan
ATP tanah telah diketahui berhubungan erat dengan aktivitas jasad renik tanah sehingga
kandungan ATP tersebut dapat digunakan sebagai indikator proses biokimia tanah serta ukuran
biomassa aktif dalam tanah. Untuk mengkaji potensi dampak dari penggunaan fluazinam
terhadap level ATP tanah dilakukan percobaan di laboratorium. Hasil dari percobaan tersebut
menunjukkan bahwa fluazinam mengganggu serta menurunkan kesehatan dan mutu tanah
sehingga untuk memulihkan kualitas tanah yang terkena dampak fluazinam perlu dilakukan
teknik dan prosedur aplikasi yang terkendali berdasarkan Best Management Practices (BMP).
4. Fransiska Konsentrasi Sifat fisik, kimia, biologi tanah yang dikaji dalam penelitian ini menunjukkan variabilitas
Dwi seluruh akibat interaksi dinamis antara faktor lingkungan alam, yang melibatkan perkembangan
Hapsari/ tingkatan pedologis dan aktivitas manusia. Parameter utama yang mempengaruhi kualitas tanah meliputi
K012202064 Tropik kondisi fisik, kimia, biologi dan kesuburan. Oleh karena itu, sebagian besar variabilitas kualitas
tanah di dalam area padang rumput ini dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam pengelolaan
lahan seperti penggembalaan, pemupukan, erosi. Parameter fisik, kimia dan biologi dapat
diidentifikasi sebagai faktor alami atau bawaan yang dipengaruhi oleh pembentukan tanah dan
kondisi lingkungan dan menerima nilai tertinggi sebagai berikut 0,396 (fisik), 0,324 (kimia) dan
0,151 (biologi). Sedangkan nilai terendah (0,129) ditentukan untuk konsentrasi unsur hara
makro dan mikro tanah yang dapat disebut sebagai faktor dinamis. Penelitian ini menghasilkan
indeks kualitas tanah dalam penilaian lahan padan rumput di dataran tinggi bagian timur Danau
Van-Turki yang terletak di ekosistem semi-kering. Indeks menggunakan parameter fisik, kimia,
biologi dan kesuburan tanah untuk menilai kualitas tanah. Hasil dapat digunakan sebagai dasar
dalam mengatasi ekologi yang heterogeny dari lahan padang rumput.
5. Kelompok 2 Laju Proses Hasil dari penelitian ini menunjukkan hutan Repong Damar memiliki nilai kesehatan hutan
sebagai yang sedang berdasarkan indikator produktivitas. Indiaktor produktivitas akan menjadi dasar
Indikator penilaian kesehatan hutan selain indikator keanekaragaman hayati, vitalitas dan kualitas tapak.
Nilai indikator produktivitas melalui parameter LBDs (diameter batang diukur 1,3 m di atas
permukaan tanah) pada masing- masing klaster plot adalah 0,280; 0,200; 0,280; 0,260; 0,400.
Sedangkan nilai status kondisi kesehatan hutan berada pada klaster plot 5 dengan kondisi
kesehatan hutan yang baik. Parameter yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pohon
yaitu laju pertumbuhan pohon (pengukuran luas bidang dasar) serta volume pohon.
6. Dewi Antika Komposit Studi ini menggunakan ukuran dekomposisi serasah dan proses biofisik utama sebagai
Sary/ indikator dampak ekologis dari pencemaran tanah oleh logam dan hidrokarbon. Peneliti
K012202065 melakukan percobaan litterbag skala besar untuk membandingkan tingkat dekomposisi serasah
daun dan tingkat aktivitas dekomposer di lingkungan yang terkontaminasi vs area dengan
kontaminasi minimal. Litterbag diisi dengan serasah daun yang diambil dari satu lokasi untuk
mengisolasi efek kontaminasi tanah yang dimediasi oleh dekomposer pada dekomposisi dan
untuk menghilangkan efek pengganggu kualitas serasah. Nilai minimal adalah <50 mg.g1 untuk
Zn dan Pb, <20 mg.g1 untuk Cr, <10 mg.g1 untuk As, Cu dan Ni, <2 mg.g1 untuk Cd, Sb , Mo,
Co dan Tl dan <5 mg.g1 untuk total PAH. Temuan ini dapat menunjukkan bahwa dinamika
kompensasi dalam ekologi tanah penting dalam menentukan stabilitas ekosistem terhadap
stresor kimia.
7. Sally Pobas/ Holistik Degradasi tanah (penurunan nilai tanah), terus menjadi ancaman utama bagi pembangunan
K012202061 berkelanjutan dan kesejahteraan manusia. Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi
lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi
lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak diinginkan. Oleh karena itu, dalam mengelola
dan menangani masalah ini perlu dilakukan konservatif tanah yang efektif, efisien serta
berkelanjutan, dengan konsep Eco-Holistic-Soil Conservation (EHSC).Prinsip-prinsip kunci
yang mendasari EHSC adalah: (1) persepsi tanah sebagai sistem kehidupan, (2) pendekatan
ekosistem holistik, (3) peran sentral konservasi tanah untuk mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim, dan (4) perilaku etis dalam penggunaan tanah. Implementasi EHSC memerlukan
pendekatan transdisipliner yang melibatkan serangkaian tindakan dalam tiga fase berulang: (1)
diagnosis penyebab dan proses degradasi lahan dan konteks sosial-ekonomi, (2) penilaian
terpadu tentang interaksi dan sinergi antara faktor dan aktor yang terlibat. dan pemilihan
tindakan EHSC, dan (3) evaluasi partisipatif dan pemantauan dampak. Konservasi yang berhasil
membutuhkan lebih banyak penelitian tentang ketahanan dan adaptasi tanah terhadap perubahan
iklim, penilaian ekonomi terpadu dari konservasi tanah, dan perlindungan hak masyarakat asli
atas tanah di perundang-undangan internasional.
8. Alimudin Variabel Semua suhu permukaan diukur dalam persentase perbedaan relatif terhadap kawasan hutan
K012202068 Termodinam dewasa yang berdekatan yang menunjukkan respon suhu yang stabil dari waktu ke waktu. Kami
ika menemukan (1) penurunan suhu rata-rata 1,5 poin persentase per tahun sejak restorasi; (2)
penurunan 4 poin persentase perbedaan suhu harian per tahun sejak restorasi untuk lahan yang
sama; dan (3) saat mengontrol penutup tanah dan tajuk, jumlah batang, dan Indeks Vegetasi
Selisih Ternormalisasi, dan peningkatan satu 'jumlah efektif' keanekaragaman spesies tanaman
menurunkan suhu relatif sebesar 5 persen poin. Hasil ini sesuai dengan penurunan suhu siang
hari 4,5 °C selama 12 tahun, penurunan variasi suhu harian 5 °C dalam 8 tahun dan penurunan
0,3 °C per spesies tanaman tambahan. Hasil kami menawarkan bukti kuat bahwa suhu relatif
memiliki potensi untuk digunakan sebagai indikator untuk mengukur perubahan ekosistem
akibat restorasi. Pengurangan intensitas pengolahan tanah secara signifikan meningkatkan
kesehatan tanah secara biologis dengan manfaat maksimal yang diamati sedangkan konversi
dari MP ke CP menunjukkan perbaikan hanya di lapisan tanah atas. Interaksi faktor lingkungan
skala besar dengan manajemen praktek pada sifat biologis tanah juga dikonfirmasi dalam
penelitian ini.

B. Faktor Penyebab dan Aspek Kesehatan


1. Faktor Penyebab :
Masalah- masalah yang muncul pada indikator ekosistem kesehatan tanah,
disebabkan oleh beberapa faktor, diantarnya :
a. Pada indikator ada atau tidaknya species tertentu, seperti Serangga sebagai salah
satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam
jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Strong et al.1984).
Serangga herbivor berperan sebagai vektor, baik secara langsung memakan
jaringan tanaman atau sebagai dari patogen tanaman.
b. Pada indikator yang mengguankan rasio antara kelas organisme, seperti adanya
evaluasi jangka panjang lahan pertanian yang ditumbuhi rumput tahunan, jagung
monokultur dan kedelai. Evaluasi jangka panjang menyebabkan tanah pada
wilayah penelitian mengalami beberapa kondisi musim yang berbeda, musim
dingin yang lama dengan aktivitas mikroba rendah, kemudian diikuti oleh musim
panas yang lembab dengan tingkat produktivitas primer yang tinggi.
c. Pada indikator konsentrasi senyawa kimia, seperti pada Sampel tanah yang sudah
dikenai perlakuan fluazinam, cenderung memperlihatkan penurunan level ATP
tanah sepanjang periode inkubasi. Secara teratur level ATP tanah berubah dari
0,100 ± 0,006 nmol/g-tanah di awal percobaan (hari ke-0) menjadi 0,043 ± 0,009
nmol/g-tanah pada akhir masa inkubasi (hari ke-14). Dalam dua minggu periode
inkubasi tersebut level ATP tanah dengan perlakuan fluazinam turun sebanyak
57%. Hal ini menunjukkan bahwa penyemprotan tanah dengan fluazinam
berkadar 3000 ppm akan menyebabkan proses periptaan ATP oleh jasad renik
menjadi terhambat. Fluazinam diketahui dapat mengganggu reaksi fosforilasi
oksidatif, yakni sebuah mekanisme pembangkitan tenaga dalam sel mahluk hidup.
Dengan demikian fluazinam memiliki pengaruh buruk kepada ekosistem tanah.
d. Pada indikator konsentrasi seluruh tingkatan tropik, seperti pada Padang rumput
memiliki peran penting dalam menyerap atmosfer karbondioksida yang dikenal
sebagai karbon stabil di dalam tanah dan dapat mendorong mitigasi perubahan
iklim. Tanah di bawah padang rumput mengandung sekitar 20% stok karbon
tanah. Lahan ini juga menyediakan perlindungan karbon dan air, membuat, dan
daerah tangkapan air untuk banyak sistem sungai utama. Namun banyak
penelitian saat ini telah menyatakan bahwa manajemen peternakan yang intensif
dan salah telah menyebabkan hilangnya karbon dari banyak padang rumput di
seluruh dunia dan dengan demikian menyebabkan, tanah padang rumput menjadi
sumber daripada tempat pembuangan emisi gas rumah kaca.
e. Pada indikator laju proses sebagai indiaktor, seperti Hutan Repong damar
merupakan hutan yang telah memiliki manfaat besar bagi masyarakat sekitar
untuk mencukupi kebutuhan hidup (hutan produksi). Sehingga, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui nilai parameter indikator produktivitas dan status
kesehatan hutan Repong. Untuk mencapai hal tersebut, tahapan-tahapannya antara
lain: penentuan jumlah kalster plot, pembuatan klaster plot FHM di repong damar,
pengumpulan data dan analisis data produktivitas dan nilai akhir kesehatan hutan.
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu: buku panduan praktikum Kesehatan,
tally sheet, pita meter (150 cm), meteran, hagameter, paku pines, label plastik,
kompas, kamera digital, spidol permanen dan Global Positioning System (GPS).
Metode yang digunakan dalam pemantauan kesehatan hutan ini adalah metode
FHM (Forest Health Monitoring).
f. Pada indikator komposit, seperti pada inventarisasi dan remediasi area yang
terkontaminasi telah muncul sebagai prioritas lingkungan teratas di seluruh dunia.
Sejumlah besar bukti telah terakumulasi untuk menunjukkan bagaimana
kontaminasi tanah oleh senyawa kimia dari sebuah tambang logam,
mempengaruhi komunitas biologis dan proses ekologi tanah. Menariknya, untuk
aktivitas pengurai mikro dan makro menunjukkan respons yang berlawanan
terhadap kontaminasi tanah. Hal ini memberikan alasan untuk mengharapkan efek
kontaminasi tanah yang lemah atau netral pada laju dekomposisi serasah (sampah
daun yang membusuk) karena respons negatif dari satu kelompok pengurai
mungkin dikompensasi oleh respons positif dari kelompok lain. Dengan demikian,
kontaminasi tanah menimbulkan respons terkoordinasi dari beragam biota, yang
kemungkinan akan memberikan resistensi dekomposer (mikroba pengurai)
terhadap fungsi ekosistem tanah untuk menghasilkan unsur hara.
g. Pada indikator holistik, seperti Prinsip-prinsip kunci yang mendasari Eco-
Holistic-Soil Conservation (EHSC) adalah: (1) persepsi tanah sebagai sistem
kehidupan, (2) pendekatan ekosistem holistik, (3) peran sentral konservasi tanah
untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dan (4) perilaku etis dalam
penggunaan tanah. Implementasi EHSC memerlukan pendekatan transdisiplin
yang melibatkan serangkaian tindakan dalam tiga fase berulang: (1) diagnosis
penyebab dan proses degradasi lahan dan konteks sosial-ekonomi, (2) penilaian
terpadu tentang interaksi dan sinergi antara faktor dan aktor yang terlibat. dan
pemilihan tindakan EHSC, dan (3)evaluasi partisipatif dan pemantauan dampak.
Konservasi yang berhasil membutuhkan lebih banyak penelitian tentang
ketahanan dan adaptasi tanah terhadap perubahan iklim, penilaian ekonomi
terpadu dari konservasi tanah, dan perlindungan hak masyarakat asli atas tanah di
perundang-undangan internasional.
h. Pada indikator variabel termodinamika, seperti Ditemukan bukti kuat bahwa suhu
permukaan relatif menurun dengan peningkatan keanekaragaman spesies. Pada
fungsi, struktur, fenologi dan interaksi trofik yang diperkenalkan dengan spesies
baru yang menurunkan suhu. Ini sejalan dengan gagasan bahwa peningkatan
keanekaragaman hayati, struktural dan fungsional kompleksitas dan pengaturan
diri ekosistem harus meningkatkan penggunaan energi yang tersedia, juga disebut
exergi, dan mengurangi panas siang hari yang dipantulkan dan dipancarkan
kembali lagi. Sederhananya, transpirasi adalah metode utama pendinginan untuk
tanaman dan keragaman struktur dan fungsi meningkat transpirasi dalam kondisi
yang lebih dalam menurunkan suhu permukaan vegetasi, termasuk fototropisme,
pengaturan stomata, struktur xilem, dan daun tumpang tindih yang dioptimalkan
pengaturannya (Baldocchi, 2005; Schneider dan Kay, 1994).

2. Aspek Kesehatan :
Berdasarkan keseluruhan indikator Ekosistem Kesehatan tanah dan dengan
berbagai faktor yang mempengaruhi, maka aspek dalam kesehatan indikator
ekosistem kesehatan tanah dapat dinilai dengan kualitas tanah yang komprehensif
memerlukan indikator pelengkap struktur ekosistem (komunitas biologis) dan proses
yang akan digunakan dalam kombinasi. Evaluasi langsung dari fungsi ekosistem
tanah, seperti efek kontaminasi yang lemah atau netral mungkin timbul karena
ketersediaan hayati kontaminan yang rendah, dan kemungkinan adaptasi kehidupan,
di lokasi yang secara historis terkontaminasi. Mekanisme ekologis dapat menjelaskan
pencemaran tanah cenderung bertindak sebagai filter lingkungan yang memilah
individu dan spesies menurut sifat-sifat fungsional. Dalam hal ini juga bisa
berhubungan dengan aspek termodinamika dimana, dengan uhu permukaan relatif
yang dicitrakan secara termal mungkin juga memiliki potensi sebagai indikator
perubahan relatif dalam keanekaragaman spesies tumbuhan, hewan dan ekosistem.
Selain itu dalam peran ekosistem kesehatan tanah dapat kita lihat dari
indikator spesies, seperti serangga yang dapat membantu dalam mengukur/ menilai
pencemaran yang terjadi jika terjadi ganguan kesehatan pada tanah dan ekosistem
lainnya, seperti contoh serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk
mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah. Tidak adanya serangga
Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini
tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Adapun spek lain. Jika dari
senyawa kimia, salah satu kesehatan tanah dan mutu tanah dapat menurun akibat
toksisitas dari fluazinam terhadap jasad renik tanah. Perubahan kesehatan tanah dan
mutu tanah berkenaan dengan toksisitas xenobiotics seperti fluazinam dapat dipantau
melalui level ATP tanah. Level ATP tanah sangat erat kaitannya dengan sel hidup dari
mikroflora maupun mikroorganisme tanah sehingga dapat digunakan sebagai
bioindikator gangguan lingkungan. Faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas
kayu atau pohon salah satunya yaitu kesehatan hutan. Status kesehatan hutan
menggunakan indikator ekologis yang terukur merupakan salah satu cara pemantauan
kesehatan hutan.
Pada indikator laju proses indikator, seperti kondisi kesehatan hutan repong
damar masuk dalam kategori sedang yang disebabkan oleh tingginya nilai LBDs pada
masing-masing klaster plot. Semakin tinggi nilai skor maka tingkat kesehatan hutan
akan semakin tinggi pula, sebaliknya jika tingkat kesehatan hutan semakin rendah
artinya nilai skor juga rendah. Tingkat kesehatan hutan Repong Damar dapat
memberikan gambaran bahwa hutan rakyat yang ditanam pola agroforestri memiliki
keunggulan. Di antaranya yaitu daya tahan terhadap serangan hama penyakit yang
kuat dan secara tidak langsung memberikan keuntungan ganda bagi pertumbuhan
pohon sehingga tumbuh lebih baik.
Pada indikator kelas organisme, penurunan kesehatan tanah pada tumbuhan
monokultur yang terkhusus pada kedelai, sehingga diperlukan penerapan praktek-
praktek pertanian yang berkelanjutan. Keberadaan bahan organik dapat berperan
penting dalam indikator kesehatan tanah karena meningkatkan keanekaragaman
hayati melalui ketersediaan nutrisi dan infiltrasi air. Parameter fisik tanah (tekstur,
kapasitas menahan air tersedia, bulk density, stabilitas agregat, rasio dispersi, dan
pembentukan kerak) memiliki peran penting bagi pertumbuhan tanaman yang secara
langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah lainnya dan risiko
degradasi lahan-penggurunan di daerah padang rumput. Parameter ini sekaligus
terkandung dalam penurunan risiko erosi, penyimpanan dan penyediaan unsur hara,
perbaikan kesuburan tanah secara keseluruhan dan juga mempengaruhi kapasitas.
Oleh karena itu, diketahui bahwa kandungan bahan organik tanah telah dianggap
sebagai indikator penting untuk kualitas tanah, baik untuk dinamika produktivitas
lahan maupun untuk fungsi lingkungan.
Pada aspek holistik, Lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang keterkaitan antara tanah, tanaman, air, iklim dan organisme, untuk
mengembangkan teknologi inovatif yang mempromosikan: a) kesehatan dan
ketahanan tanah, b) sinergi antara tanah dan komponen ekosistem lainnya, c)
ketahanan pangan, dan, d) keanekaragaman hayati. Perubahan iklim, peningkatan
ketahanan dan adaptasi biologis tanah dan ekosistem terhadap tren lokal perubahan
iklim merupakan salah satu tantangan utama dalam ilmu tanah dan lingkungan saat
ini. Penilaian ekonomi jasa ekosistem dan upaya restorasi bentang alam diperlukan
untuk kesadaran dan penerimaan yang lebih besar akan pentingnya konservasi sumber
daya alam. Saat ini, hak universal atas tanah tidak secara eksplisit tercermin dalam
hukum hak asasi manusia internasional, dalam stabilitas sosial dan pengurangan
kemiskinan dan ketidaksetaraan, hak penduduk asli atas tanah harus diakui secara
global dan didukung dalam undang-undang lokal, nasional dan internasional.
Mengingat peran sentral tanah dalam tiga konteks utama, yaitu Keanekaragaman
Hayati, Perubahan Iklim dan Penggurunan, integrasi lebih lanjut dan kolaborasi antara
ketiga konvensi ini akan menjadi langkah penting di tingkat apolitis menuju lebih
pelaksanaan konservasi tanah dan perlindungan jasa ekosistem secara efektif dan
efisien untuk kepentingan alam dan kesejahteraan manusia.

C. Solusi (Ekosistem Kesehatan)


Solusi yang dapat digunakan untuk mempertahankan kesehatan ekosistem tanah,
anata lain :
1. Perlindungan dan pelestarian Keanekaragam hayati (biodiversitas) : Upaya untuk
melestarikan keanekaragam hayati sangat penting untuk mempertahankan ekosistem.
Tindakan ini berfokus pada hutan kering tropis dan ekosistem sekitarnya. Ekosistem
murni yang tersisa harus dipertahankan, seperti menjadikan tempat tersebut sebagai
konservasi cagar alam dan dikelola oleh pemerintah, organisasi hingga individu yang
bertanggung jawab dalam hal tersebut. Perubahan iklim yang tidak diketahui dan
pemanasan global juga perlu ditangani dengan baik.
2. Mengurangi pencemaran : Polutan merupakan produk limbah dari aktivitas yang
dilakukan oleh manusia, pencemarannya melalui udara, air, dan tanah. Beberapa
polutan berbahaya bagi organisme seperti, menghambat fotosintesis/ respirasi,
membunuh organisme hingga menyebabkan lebih banyak kerusakan lainnya. Maka
diperlukan penanganan terhadap pencemaran tersebut, seperti pengolahan limbah
industri yang mengandung logam, melakukan sistem daur ulang, memisahkan sampah
organik dan non organik, dan lain-lainnya.
3. Emergi dan transformasi : Langkah-langkah yang berguna dan dapat diterapkan untuk
konsep kesehatan ekosistem. Transformasi mengukur konvergensi kerja lingkungan
hidup dalam proses dan produk dari ekosistem, dengan demikian menawarkan
kesempatan untuk skala ekosistem berdasarkan energi yang dibutuhkan untuk
mengembangakan dan memelihara ekosistem.
4. Rekayasa Ekologi : Pemulihan ekosistem berada dalam lingkup rekayasa ekologi
yang mana desain dan pengelolaan ekosistem mengorganisisr diri yang
mengintegrasikan pada manusia dengan lingkungan alam. Ekosistem yang tertekan
atau rusak dapat diremajakan atau dipulihkan dengan menghilangkan tekanan atau
kerugian yang signifikan oleh rekrontruksi. Pemulihan ini bermanfaat bagi manusia
yang diperlukan untuk mempertahankan siklus informasi skala lanskap dan
keanekaragam hayati.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indikator ekosistem kesehatan tanah, terdiri atas 8 indikator yaitu, Indikator ada/ tidak
adanya spesies, indikator menggunakan rasio antara kelas organisme, indikator
konsentrasi senyawa kimia, indikator konsentrasi seluruh tingkatan tropik, indikatro laju
proses, indikator komposit, indikator holistik dan indiaktor varibael termodinamika.
Seluruh indikator tersebut merupakan satu kesatuan dari ekosistem yang saling
berpengaruh dan berhubungan, indikator- indikatir tersebut dapat untuk mengukur hingga
menilai apakah sebuah ekosistem tersebut terstandariasai dan termasuk dalam kategori
baik serta lestari untuk kebermanfaatan bagi keanekaragan hayati dan ekologi mahkluk
hidup yang ada di dalamnya. Namun harus diperhatikan, ekosistem berbeda-beda dan
kebutuhannya juga bervariasi, sehingga perlu penyesuaian dari masing-masing
penggunaan indikator.
Ekosistem yang tidak sehat perlu mendapatkan penanganan seperti perlindungan dan
pelestarian keanekaragam hayati (biodiversitas), mengurangi pencemaran, emergi dan
transormasi serta rekayasa ekologi.

B. Saran
Pemilihan indikator cukup sulit dan bervariasi dari satu kasus hingga kasus lain, maka
perlu memperluas pengalaman dengan mempelajari berbagai studi kasus dengan
ekosistem yang berbeda, msalah yang berbeda dan gambaran umum indikator yang harus
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Ishak, Hasanuddin. 2019. Kesehatan Ekosistem. Gosyen Publishing : Yogyakarta

D_04_Sally Pobas : Juan Albaladejo, Elvira Díaz-Pereira, & Joris de Vente. 2021. Eco-
Holistic Soil Conservation to support Land Degradation Neutrality andthe
Sustainable Development Goals. Catena : Elsevier. Vol 196. doi :
https://doi.org/10.1016/j.catena.2020.104823
D_05_ Fransiska Dwi Hapsari : Siyami Karaca, Orhan Dengiz, İnci Demirağ Turan, Barış
Özkan, Mert Dedeoğlu, Füsun Gülser, Bulut Sargin, Salih Demirkaya, Abdurahman
Ay. 2021. An Assessment of Pasture Soils Quality Based on Multi-indicator
Weighting Approaches in Semi-Arid Ecosystem, Ecological Indikator : Vol 121. doi:
https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2020.107001

D_06_Dewi Antika Sary : Antoine Lecerf, Aur´elie C´ebron, Franck Gilbert, Michael
Danger, H´el`ene Roussel, Florence Maunoury-Danger. 2021. Ecological Indicators
Vol. 125: Using plant litter decomposition as an indicator of ecosystem response to
soil contamination.Science Direct: https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2021.107554.

D_07_Alimudin : Hamberg, L. J., Fraser, R. A., Robinson, D. T., Trant, A. J., & Murphy, S.
D. 2020. Surface temperature as an indicator of plant species diversity and
restoration in oak woodland. Ecological Indicators. Vol 113, 106249. doi:
https://doi.org/10.1016/j.catena.2020.104823

D_13_Mar’atus Shadiqah : Sucianti Fuzi. 2018. Biomassa Mikrobial-ATP Sebagai


Bioindikator Tanah Tercemar Fluazinam. Jurnal JRL. Vol. 11 No. 1, halaman: 7-14.

D_18_Nurlia : Afifah, dkk. 2019. Fluktuasi Populasi Serangga pada Lahan Persawahan
Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang: Indikator untuk Kesehatan
Lingkungan. Jurnal Ilmu Dasar, Vol.20 No. 1, hal : 1-6.

D_21_Andi Ainun Nururrahmi : Perez-Guzman, et al. 2021. An evaluation of biological


soil health indicators in four long-term continuous agroecosystems in Canada,
Agrosystems. Geosciences & Environment: 1-13.

Kelompok 2: Cici Doria, Rahmat Safe’i, Dian Iswandaru, Hari Kaskoyo. 2021. Analisis
Kesehatan Hutan Repong Damar Berdasarkan Indikator Produktivitas. JHPPK, vol.
5, no. 1: https://doi.org/10.30598/jhppk.2021.5.1.14.

Anda mungkin juga menyukai