Anda di halaman 1dari 72

PENANGANAN KERACUNAN

AKIBAT MAKANAN
(KLB KERACUNAN MAKANAN)

SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KERJA


DAN KES.OLAH RAGA
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
Latar Belakang
Salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di
indonesia disebabkan oleh pangan.
Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen
dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen
KLB Keracunan pangan belum sepenuhnya dapat
diungkapkan etiologinya
Penyelidikan lebih diarahkan untuk menghitung
jumlah kasus dan belum diarahkan sebagai penunjang
penting penanggulangan KLB yang cepat, tepat dan
benar
Latar Belakang-2
Dokumen epidemiologi belum dapat digunakan
untuk SKD dan perencanaan penanggulangan KLB
dimasa yang akan datang
DASAR HUKUM
1. Undang – Undang No. 4 tahun 1984 tentang KLB Penyakit menular
2. Undang – Undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan
3. PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan
4. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang penanggulangan KLB
Penyakit menular, bahwa setiap KLB atau kejadian luar biasa harus
ditangani secara dini.
5. Permenkes No. 2 tahun 2013 tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan
Pangan
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.00.06.1.54.2797, tahun 2009 ttg tata cara Pengambilan Contoh
Pangan, Pengujian Laboratorium
PP 28 Tahun 2004
KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

Pasal 28
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan
pertolongan kepada korban, pengambilan contoh
spesimen dan pengujian spesimen serta pelaporan
KLB keracunan pangan ditetapkan oleh Menteri
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
(2) Tata cara pengambilan contoh pangan, pengujian
laboratorium dan pelaporan penyebab keracunan
ditetapkan oleh Kepala Badan.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


BERDASARKAN UU NO 4 TH 1984
PENGERTIAN KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang


dilaksanakan untuk menangani penderita, mencegah
perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu kejadian luar biasa yang sedang
terjadi.
ETIOLOGI

Secara umum etiologi keracunan makanan


disebabkan oleh bahan kimia beracun (tanaman,
hewan, metabolit mikroba) kontaminasi kimia,
mikroba patogen, non bakteri (parasit, ganggang,
jamur, virus) (Betty, Surveilans Keamanan pangan)
Pengertian KLB Keracunan Pangan

KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana


terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit
dengan gejala-gejala yang sama atau hampir sama
setelah mengkonsumsi sesuatu dan berdasarkan
analisis epidemiologi terbukti makanan tersebut
sebagai sumber keracunan .
Penyelidikan KLB (pasal 12)

Secara operasional lapangan penyelidikan KLB


keracunan pangan dibagi :
1. Teknik penetapan etiologi KLB Keracunan Pangan
2. Identifikasi sumber keracunan
3. Formulir penyelidikan KLB keracunan pangan
Penyelidikan KLB-2

1. Teknik penetapan etiologi KLB Keracunan Pangan


a. Wawancara dan pemeriksaan fisik terhadap kasus-
kasus yang dicurigai
b. Distribusi gejala-tanda kasus-kasus yang dicurigai
c. Gambaran epidemiologi
d. Pemeriksaan pedukung, termasuk laboratorium
e. Penarikan kesimpulan
Penyelidikan KLB- 3
2. Identifikasi sumber keracunan
a. Memanfaatkan diagnosis dan masa inkubasi
kasus-kasus KLB
b. Analisis epidemiologi deskriptif
c. Pemeriksaan penunjang
d. Analisis epidemiologi analitik
e. Hubungan khusus antara kasus dan sumber
keracunan
KLB Keracunan Pangan
(Permenkes No.2/2013)
 suatu kejadian dimana terdapat dua
orang atau lebih+
 yang menderita sakit dengan gejala
yang sama atau hampir sama +
 setelah mengonsumsi pangan, dan +
 berdasarkan analisis epidemiologi,
pangan tersebut terbukti sebagai
sumber keracunan
Pengertian
Ruang Lingkup

KLB Keracunan
Pangan

 Kewaspadaan KLB (3,4)


 Penetapan KLB (5,6,7)
 Penanggulangan KLB (8-20)
 Laporan (27)
 Sumber daya (23-26)
 Pembinaan dan pengawasan
Kewaspadaan
KLB Keracunan Pangan
Laporan masyarakat ■
Identitas diri, telp, tgl, tempat kejadian,
jml korban, gejala dan pangan penyebab
Pasal 3,4
Alur Laporan Kewaspadaan
KLB Keracunan Pangan

Dirjen Ka DinKes Ka Badan


PPPL Provinsi POM

F2 (Form 2)
Ka DinKes
F2 (Form 2)
Kab/Kota
Rumah Sakit Puskesmas

Fasilitas pelayanan Kepala


Pasal 3,4
kesehatan lain desa/lurah
Alur Laporan Kewaspadaan
KLB Keracunan Pangan
wilayah Pelabuhan, Bandara, Lintas Batas Darat Negara
Ka Badan Dirjen Ka Dinkes
POM PP&PL Prov/Kab/Kota

fasilitas
klinik Kepala KKP pelayanan
(Form 3)
kesehatan
Kepala Unit Kerja/Kepala Desa/Lurah
KKP:Kantor Kesehatan Pelabuhan Pasal 3,4
Penetapan
Keracunan Pangan KLB
Kepala Dinkes Kab/Kota atau KKP

Ada dugaan KLB Keracunan Pangan


(2 korban/lebih + klinis + pangan sama)
Wajib menetapkan KLB KP (Form 5)
--------
Jika KLB KP telah berakhir,
Mencabut penetapan KLB KP (Form 6)
Pasal 5,6,7
Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Kejadian di Kab - kewajiban pemda
 Kejadian di wilayah bandara, pelabuhan
dan lintas batas – kewajiban KKP
 Provinsi dan Pusat sesuai luas KLB dan
adanya permintaan bantuan dari
Kab/Kota atau KKP
Pasal 8

 Banyak unit teknis terkait,


perlu pengaturan setempat
Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pertolongan korban
 Penyelidikan epidemiologi
 Pencegahan
Pasal 9
Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pertolongan korban
 Puskesmas, RS, Fasyankes wajib melak
sanakan tindakan pertolongan korban
 Pemeriksaan, pengobatan, detoksifikasi,
perawatan
 Rujukan
 Mendekatkan pelayanan Pasal 10, 11

 Penyelidikan epidemiologi
 Pencegahan
Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pertolongan korban
 Penyelidikan epidemiologi
 Tujuan dan Metode
 Spesimen klinik (kebutuhan)
 Contoh pangan (wajib)
 Sasaran penyelidikan : korban dan
higiene sanitasi pangan
 Dukungan : setiap orang dan
Pasal 12,13  14-17
fasilitas-fasilitas wajib membantu
 Pencegahan
Tujuan
Penyelidikan Epidemiologi
1.Agen penyebab KLB
2.Gambaran epidemiologi
3.Kelompok rentan (jumlah korban
menurut waktu, tempat, jenis kelamin,
dan besar risikonya (attack rate)
4.Sumber dan cara keracunan Pasal 13, 14
5.Cara penanggulangan
Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pertolongan korban
 Penyelidikan epidemiologi
 Pencegahan
 Penyuluhan
 Pengendalian faktor risiko
 Surveilans

Pasal 18  19, 20, 21


Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pencegahan (pengendalian faktor risiko)
1. menerapkan higiene sanitasi pangan,
2. melarang mengonsumsi pangan sumber
keracunan,
3. menarik dari peredaran dan memusnahkan
pangan sumber keracunan,
4. meliburkan sekolah atau tempat kerja,
5. menutup fasilitas umum,
6. menghentikan produksi pangan untuk
sementara waktu, dan
7. tindakan lain sesuai hasil investigasi Pasal 20
Upaya Penanggulangan
KLB Keracunan Pangan
 Pencegahan (surveilans)
Untuk mengetahui perkembangan KLB (WTO)

1. Menghimpun data kasus (fasyankes)


2. Membuat tabel, grafik dan pemetaan
3. Melakukan analisis kecenderungan KLB
(WTO)
4. Melakukan pemantauan terhadap distribusi
pangan sumber keracunan, dan pelaksaaan
higiene sanitasi pangan
5. Mengadakan pertemuan berkala antara
Pasal 21-22
Laporan
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

1. Wajib

2. Kadinkes Kab/Kota kepada Bupati/Wali,


tembusan Kadinkes Provinsi, Badan, Dirjen

Kepala KKP kepada Dirjen, tembusan


Badan, Kadinkes Provinsi dan Kab/Kota
setempat

3 Jenis laporan
1. Lap hasil penyelidikan (24 jam) (form 10)
2. Lap perkembangan situasi dan Pasal 27
Sumber Daya
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

1. Tim Gerak Cepat dibentuk di Kab/Kota


(Kadinkes/an Bupati), KKP (Kepala/an Dirjen
PP&PL), Provinsi (Kadinkes/an Gubernur)
dan Pusat (Dirjen PP&PL/an Menkes)

2. Anggota TGC : tenaga medis, epidemiolog


kesehatan, sanitarian, tenaga laboratorium,
dan program/sektor, masyarakat

3. Sumber dana Penanggulangan KLB di


Kab/Kota dari APBD, di wilayah KKP dari
Pasal 23-26
APBN, dan dimungkinkan bantuan Provinsi
Peran Serta masyarakat
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

Pasal 28
Pembinaan dan Pengawasan
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

1. Dilakukan Menteri, Kadinkes Provinsi dan


Kadinkes kab/Kota (monev, bimtek, kemampuan
dan jejaring)
2. Menteri, KaBadan, Kadinkes Provinsi dan
Kadinkes Kab/kota, sesuai tugas dan
kewenangannya dapat melakukan tindakan
administrttif (pengelolaan pangan)
3. Menteri, Kadinkes Provinsi dan Kadinkes
Kab/Kota dapat melakukan tindakan Pasal 29-31
Pembinaan dan Pengawasan
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

Bentuk tindakan administratif (pengelolaan pangan)


1. Peringatan lisan atau tertulis
2. Pelarangan mengedarkan untuk sementara
waktu dan/atau perintah menarik produk
pangan dari peredaran
3. Pemusnahan pangan
4. Penghentian produksi untuk sementara waktu
5. Pencabutan izin edar, sertifikat laik higiene
sanitasi, atau sertifikat produksi industri rumah
tangga pangan Pasal 30
Pembinaan dan Pengawasan
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

Bentuk tindakan administratif (pertolongan korban)


1. Peringatan lisan
2. Peringatan tertulis
3. Rekomendasi pencabutan izin fasilitas
pelayanan kesehatan (?)

Pasal 31
Format Pelaporan

Laporan adanya KLB


Penetapan KLB Keracunan Pangan
Laporan Penyelidikan KLB
Laporan Berkala Penanggulangan
Laporan Akhir Penanggulangan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No.HK.00.06.1.54.2797 tahun 2009

tentang
TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH
PANGAN, PENGUJIAN LABORATORIUM
DAN PELAPORAN PENYEBAB KEJADIAN
LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN
Pengambilan Contoh
• Pengambilan contoh pangan adalah serangkaian
kegiatan pengambilan, penanganan, pengemasan, dan
pengiriman contoh pangan KLB Keracunan Pangan ke
laboratorium rujukan
• Contoh Pangan adalah pangan yang dikonsumsi oleh
korban KLB Keracunan Pangan dan diduga sebagai
penyebab KLB Keracunan Pangan.
• Pengambilan contoh pangan yang dicurigai sebagai
penyebab keracunan pangan dilakukan oleh Unit
Pelayanan Kesehatan di tingkat propinsi atau
kabupaten/kota segera setelah mendapat laporan dari
orang yang mengetahui adanya keracunan pangan.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Pengambilan Contoh

• Unit Pelayanan Kesehatan terdiri atas: Puskemas, Poliklinik,


Rumah Sakit Pemerintah/ Swasta, dan Unit Pelayanan
Kesehatan lainnya
• Apabila diperlukan, maka Balai Besar/ Balai POM RI di daerah
berhak mengambil contoh pangan dengan berkoordinasi
dengan UPK dan Dinas Kesehatan terkait.
• Pengambilan contoh pangan yang dicurigai sebagai penyebab
keracunan pangan dilaksanakan sesuai dengan Prosedur Tetap
Pengambilan Contoh Pangan KLB Keracunan Pangan
(Lampiran 2)
• UPK wajib mengirimkan contoh pangan yang bersangkutan
kepada laboratorium terdekat seperti Lab pengujian BB/BPOM,
Balai Labkes, Labkesda, atau Lab lain yang terakreditasi

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Pengujian Laboratorium

• Pengujian Laboratorium adalah serangkaian


kegiatan pengujian yang dilakukan terhadap contoh
pangan yang diduga sebagai penyebab KLB
Keracunan Pangan.
• Pengujian laboratorium terhadap contoh pangan
dilakukan segera setelah contoh pangan diterima.
• Pengujian laboratorium dilakukan sesuai dengan
prosedur tetap pengujian yang berlaku di masing-
masing laboratorium

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Prosedur Tetap
Pengambilan Contoh Pangan
KLB KP
Prosedur Tetap
Pengambilan Contoh Pangan KLB KP

• Sampel pangan yang terpilih diambil dari tempat


penyimpanan sampel, lengkapi label dengan mengisi
informasi waktu pengambilan sampel untuk
pengujian laboratorium (Formulir 1)
• Kirimkan segera ke laboratorium rujukan yang
disertai surat pengantar pengujian sampel dan jenis
uji yang diminta (Formulir 3).
• Sampel pangan yang kondisinya sudah rusak tidak
perlu diuji secara mikrobiologis termasuk uji toksin
hasil metabolisme patogen.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Prosedur Pengisian Formulir
- Nama sampel : nama makanan atau minuman

- Nomor sampel : Cukup jelas.

- Tempat pengumpulan sampel : Lokasi pengamanan sampel.


- Alamat, telepon : Cukup jelas.
- Tgl/jam pengumpulan sampel : Cukup jelas.
- Penanggung jawab : Orang yang bertanggung jawab terhadap sampel.
- Suhu tempat penyimpanan : Cukup jelas.
- Waktu antara pengolahan : Selang waktu antara pengolahan sampai
hingga penyajian pangan.
penyajian
- Jenis transportasi pengiriman : Alat transportasi yang digunakan
sampel untuk mengangkut sampel ke laboratorium.
- Wadah sampel : Tempat atau kemasan untuk mengemas sampel.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Prosedur Pengisian Formulir
- Tanggal pengiriman : Tanggal pada saat sampel dikirim ke
laboratorium.
- Pengiriman sampel : Refrigerasi, beku, atau suhu kamar, pilih
salah satu dengan memberi tanda √ pada
kotak yang disediakan.
- Rentang masa inkubasi : Masa inkubasi adalah selang waktu atau
periode antara masuknya penyebab
keracunan ke dalam tubuh seseorang
sampai muncul gejala awal. Sedangkan
rentang masa inkubasi adalah kisaran masa
inkubasi dari seluruh kasus.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Prosedur Pengisian Formulir
- Gejala awal yang : Gejala yang pertama kali muncul dan
menonjol paling dominan.

- Gejala lanjutan yang : Gejala khusus lainnya yang menyertai


spesifik gejala awal.
- Nama pengirim sampel : Cukup jelas.
- Uji yang diminta : Diisi oleh tim penyelidikan lapangan.
dengan memberi tanda √ sesuai uji
yang diminta.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Tahapan Pengiriman Sampel
 Masukkan sampel ke dalam boks pendingin
 Sebarkan es batu di sekeliling sampel agar
suhunya tetap dingin (0-4oC)
 Tutup rapat

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Es kering
 Jangan menyimpan es kering dalam wadah yang
terbuat dari logam, gelas, plastik atau sejenisnya yang
tertutup rapat dan tidak dapat dilewati udara ~ risiko
dapat meledak

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Es kering
 Jika menggunakan kemasan, maka harus
diberi lubang secukupnya agar tekanan tidak
berlebihan
 Jika sampel dikemas dalam plastik, maka es
kering harus dibungkus dengan kertas ~
mencegah kontak langsung dengan plastik
sehingga plastik tidak rapuh atau pecah

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Sampel Beku :

 Siapkan boks pendingin


(sebaiknya yang sedikit
berlubang untuk
keluarnya gas CO2)

 Siapkan es kering

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


 Masukkan sampel ke
dalam boks pendingin

 Sebarkan es kering
(usahakan es kering
dibungkus kertas) di
sekeliling sampel agar
kondisi sampel tetap
beku
“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”
 Cantumkan keterangan “BERISI ES KERING”
pada boks atau karton pengiriman

BERISI ES KERING

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Sampel Pangan Kering, Tepung / Bubuk

1. Siapkan wadah untuk 2. Siapkan adsorben (dalam


bahan pangan kering kantong kertas)

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


4. Letakkan adsorben
(penyerap uap air, misal-
3. Simpan sampel dalam nya silica gel dalam
boks suhu ruang (25- kantong kertas) ke dalam
30oC) boks agar kondisi tetap
kering

5. Tutup rapat (Hindari penyimpanan sampel pada


suhu di atas 45oC)
“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”
Bawa sampel dengan alat transportasi cepat ke
tempat penyimpanan sampel (puskesmas / rumah
sakit yang mempunyai fasilitas pendingin)

Masukkan semua sampel di tempat yang sesuai :


– Sampel non beku disimpan di dalam lemari
pendingin pada suhu 0-4oC
– Sampel beku disimpan pada suhu ≤ -18oC
– Tetapi jika memungkinkan, misalnya jika lokasi
keracunan pangan berdekatan dengan
laboratorium, kirim sampel langsung ke
laboratorium.

“Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan”


Kejadian Luar Biasa
di Provinsi Jawa
Barat
TARGET DAN CAPAIN TPM TK. NASIONAL
TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT
STATUS HIGIENE SANITASI
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH
NO KABUPATEN/KOTA
TPM RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
MAKANAN JASA MAKANAN
JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN BOGA JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1KAB. BOGOR 1924 71 72 127 421 691 58.1 91 215 216 802 1324 68.8
2KAB. SUKABUMI 7148 280 566 442 2627 3915 19.1 238 598 353 3526 4715 66.0
3KAB. CIANJUR 729 29 136 184 15 364 46.1 42 128 172 14 356 48.8
4KAB. BANDUNG 11638 899 419 747 3048 5113 42.6 701 691 530 5186 7108 61.1
5KAB. GARUT 1827 18 210 324 501 1053 57.4 1 56 110 602 769 42.1
6KAB. TASIKMALAYA 7619 105 411 177 5068 5761 74.7 46 275 93 2127 2541 33.4
7KAB. CIAMIS 3521 19 277 264 1450 2010 53.6 37 165 78 695 975 27.7
8KAB. KUNINGAN 1906 25 70 179 1142 1416 76.7 0 22 28 440 490 25.7
9KAB. CIREBON 10813 89 277 762 4608 5736 52.8 44 111 227 3489 3871 35.8
10KAB. MAJALENGKA 2372 58 238 408 700 1404 58.7 14 114 157 361 646 27.2
11KAB. SUMEDANG 6898 94 284 326 1845 2549 47.0 299 196 137 2310 2942 42.7
12KAB. INDRAMAYU 12118 58 96 433 2226 2813 19.8 44 93 504 4579 5220 43.1
13KAB. SUBANG 1723 48 135 179 586 948 61.6 8 48 50 349 455 26.4
14KAB. PURWAKARTA 2448 80 297 180 787 1344 43.7 19 189 101 819 1128 46.1
15KAB. KARAWANG 2960 103 146 258 46 553 18.6 51 1625 649 82 2407 81.3
16KAB. BEKASI 8843 272 969 856 1924 4021 49.2 125 643 746 3308 4822 54.5
KAB. BANDUNG
17 2247 24 104 413 797 1338 31.2 12 113 188 588 901 40.1
BARAT
18KAB. PANGANDARAN 2257 60 613 15 1065 1753 71.7 7 104 37 360 508 22.5
19KOTA BOGOR 4325 83 2067 375 1507 4032 36.2 33 308 118 868 1327 30.7
20KOTA SUKABUMI 1306 16 41 48 179 284 64.2 8 13 17 498 536 41.0
21KOTA BANDUNG 4055 178 282 283 590 1333 25.2 85 457 334 1846 2722 67.1
22KOTA CIREBON 927 41 213 112 457 823 87.9 0 1 28 64 93 10.0
23KOTA BEKASI 4571 123 968 521 1218 2830 63.0 23 76 103 1098 1300 28.4
24KOTA DEPOK 2554 100 498 242 168 1008 14.1 104 831 174 437 1546 60.5
25KOTA CIMAHI 5753 17 34 52 633 736 20.0 70 68 116 1539 1793 31.2
26KOTA TASIKMALAYA 2345 9 6 4 215 234 17.5 54 78 274 1705 2111 90.0
27KOTA BANJAR 645 11 57 81 185 334 37.8 57 30 7 132 226 35.0

JAWA BARAT 2,910 47.11 2,213 45.75


115,472 9,486 7,992 34,008 54,396 7,248 5,547 37,824 52,832
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota TW. III Tahun 2017
FREKUENSI DAN JUMLAH KASUS KLB PANGAN
BERDASARKAN KAB/ KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2017
GAMBARAN KLB KERACUNAN PANGAN DI KAB/KOTA
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015-2017

TEMPAT

Rumah Tangga
Tempat Perayanaan
Sekolah
Hotel
Pontren
Rumah Sakir

ASAL MAKANAN
Hasil
Hasil
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Laboratorium
Laboratorium
Higiene Sanitasi Asrama Haji
Embarkasi jakarta Bekasi
Kegiatan Pengawasan HS Asrama Haji Embarkasi
Jakarta Bekasi Tahun 2017
KEGIATAN2 YG DILAKUKAN DLM
RANGKA PENGAWASAN HS EMBARKASI
HAJI BEKASI
• MELAKUKAN INSPEKSI KESLING DI ASRAMA
HAJI (TERMASUK PD PENYELENGGARA JASA
BOGA / CATERING )
• MELAKUKAN PENGAWASAN HYGIENE
SANITASI PANGAN (PENGAMANAN PANGAN /
BANK SAMPLE MAKANAN) DI ASRAMA HAJI
BEKASI
• MELAKUKAN IKL TERHADAP RUMAH MAKAN /
TPM YG DIJADIKAN TEMPAT TRANSIT CJH
SOP PENANGGULANGAN KERACUNAN PANGAN
 MASYARAKAT
1. Segera menghubungi sarana pelayanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan
2. Lapor ke puskesmas
3. Segera menghentikan konsumsi
4. Menyimpan makanan / minuman yang dikonsumsi yang
diduga sebagai penyebab keracunan untuk diserahkan
kepada petugas kesehatan.
SARANA PELAYANAN KESEHATAN NON
PUSKESMAS (Dokter Praktek, RS, BP dll)
1. Memberi pengobatan kepada penderita dan bila
perlu mengirim pada unit yankes yg lebih tinggi
(sistem rujukan)

2. Melaporkan kejadian dalam waktu 24 jam pada


Puskesmas / Dinas Kesehatan Kab/ Kota atau diskes
Provinsi (instansi Kesehatan Pemerintah terdekat).
PUSKESMAS

1. Segera mengkonfirmasi kebenaran berita / pengecekan


lapangan
2. Memberi pengobatan kepada penderita dan bila perlu
mengirim pada unit yankes yg lebih tinggi (sistem
rujukan)
3. Melaporkan kejadian dalam waktu 24 jam ke Dinas
Kesehatan Kab/ Kota dgn tembusan atau Diskes
Provinsi
4. Melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran
kasus keracunan al. mengamankan sisa makanan yang
diduga menjadi penyebab.
PUSKESMAS

5. Melaksanakan Penyuluhan kesehatan terutama


berkaitan dengan upaya penyehatan makanan
minuman mulai dari pemilihan bahan mentah dst
( prinsip HSP)
6. Mengambil spesimen (bahan-bahan sampel) yang
diduga menjadi penyebab keracunan makanan dan
secepatnya mengirimkan ke laboratorium
7. Melaporkan kegiatan penanggulangan ke Dinas
Kesehatan kabupaten / kota dan apabila diperlukan
minta bantuan ke Diskes Kab/Kota
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

1. Segera memonitor kejadian keracunan dan siap


melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB.
2. Melakukan penyelidikan yang diarahkan pada
rangkaian proses dan faktor-faktor yang diduga
berkaitan dengan keracunan. - WTO dan HSP
3. Melaporan kejadian keracunan ke Diskes Provinsi dan
apabila perlu meminta bantuan kepada Diskes Provinsi.
4. Memberikan bantuan petunjuk dan bimbingan teknis
kepada Puskesmas dalam hal pencegahan penyelidikan
dan penanggulangan KLB.
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

5. Mengirim bahan sampel yang diambil petugas


Puskesmas untuk dikirim ke Laboratorium.
6. Melaporan hasil penaggulangan KLB kepada Dinas
kesehatan Provinsi.
- Analisi epid dilakukan untuk mengetahui dugaan
penyebab keracunan makanan berdasarkan data yang
diperoleh.
- Kadis kab/Kota memberikan laporan sementara
kepada Bupati/walikota, Kadiskes Prov, Kepala BPOM
sebelum ada hasil lab
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

- laporan tersebut harus sudah dapat


disebarluaskan paling lambat 2 x 24 jam untuk
menentukan RTL penanggulangan.

- Setelah hasil lab diterima maka segera buat


laporan lengkap dikirim kepada Bupati/walikota,
Kadiskes Provinsi.
DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Menganalisi laporan yang diterima dari Diskes


kab/kota.
2. Memberi petunjuk dan Bimbingan teknis dalam hal
menyusun rencana pencegahan, penyelidikan dan
penanggulangan keracunan.
3. Memonitor kasus-kasus keracunan secara aktif baik
dengan jalan mengikuti perkembangan keadaan
melalui media maupun sumber informasi lainnya.
4. Apabila dianggap perlu mengadakan pencegahan /
penyelidikan epid lanjutan.
DINAS KESEHATAN PROVINSI

1. Melaporkan kejadian keracunan pada Direktorat PL


Kementerian Kesehatan dan Gubernur.
2. Memberikan bantuan sarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan penanggulangan baik berupa tenaga,
bahan- bahan dll)
3. Melakukan penilaian hasil penyelidikan dan
penanggulangan keracunan
4. Melaporkan hasil penanggulangan keracunan ke
pusat.

Anda mungkin juga menyukai