Anda di halaman 1dari 12

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

MAKALAH TENTANG

”JAMBAN SEHAT DI WILAYAH BANJARMASIN SUNGAI LULUT”

OLEH :

MUHAMMAD REZA APRIANDI 15.IK.436

MUHAMMAD FAISAL 15.IK.434

DINAH 15.IK.424

SRI RUSMILAWATI 15.IK.448

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN

TAHUN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing pada mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan untuk melengkapi penilaian maka kami menyusun
makalah ini. Makalah ini sendiri berhubungan dengan Jamban Sehat, mulai dari pengertian
,syarat-syarat , serta macam-macam jamban juga kami memberikan akibat dari tidak adanya
jamban sehat.

Selain itu, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
mahasiswa khususnya mahasiswa Keperawatan. Sedangkan sumber makalah ini adalah
beberapa artikel dan kumpulan-kumpulan makalah lain yang masih berhubungan dengan
materi ini yang kami dapat melalui jaringan komunikasi, internet. Selama penyusunan
makalah ini banyak kendala yang kami alami, namun hal itu dapat kami atasi dengan
adanya kerja sama antara anggota satu dengan anggota lain dalam satu kelompok.

Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka, kami berharap
Bapak/Ibu para pembimbing mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat memakluminya,
serta berkenan memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin,5 September 2018


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya dengan masalah ‘sehat sakit’
atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi
kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan,
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara
optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang
optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status
kesehatan bergeser di bawah optimal.

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan


dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya
penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena
manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan


kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat merugikan lingkungan,
sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai “environmental hazard” dan hal
tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling
timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas
manusia (sampah).

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja


merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas.
Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media
bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat kami ambil Mulai dari :
pengertian ,syarat-syarat ,dan macam-macam jamban, Serta Pengkajian yang kami lakukan
di daerah Banjarmasin Sungai Andai tentang Keadaan Jamban daerah tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak


aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat
dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.

Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu


kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992
tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan
udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya
ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multidisiplin kerja agar
kegiatannya dapat berjalan dengan baik.

Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia


yang mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan
dan daya tahan hidup manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara
lain: perumahan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke
masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling
sederhana (primitif) sampai paling mutakhir (modern).

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara
berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap
15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah
kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi
sumber daya manusia pada skala nasional .

Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok
dasar:

• Lingkungan rumah tangga atau mikro (Micro environment)

• Lingkungan khusus atau lingkungan kerja (Meso environment)

• Lingkungan luas atau makro (Macro environment)

Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada


perumahan, penyediaan air minum, jamban, pembuangan air limbah, dan pembuangan
sampah. Berikut hanya akan dibahas mengenai jamban.
2.1. Pengertian Jamban dan Kotoran Manusia

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus
memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus
dibuang kedalam tempat penampungan yang disebut dengan jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang daan


mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak
menjadi sarang penyakit (Notoatmodjo, 1996).

Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran
manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran
manusia yang menggangu estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan
manusia karena jamban sangat berguna dalam mencegah berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan baik. Jamban atau sarana kotoran yang
memenuhi syarat adalah upaya penyehatan lingkungan pemukiman. Saranaa jamban yang
tidak saniter berpengaruh bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Kotoran manusia adalah segala zat atau benda yang dihasilkan oleh tubuh dan
dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu dibuang (Notoatmodjo, 1996).

2.1.1. Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia

Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempaat selaain faktor fisiologis
juga budaya dan kepercayaan. Isi dan komponen tinja tergantung dari beberapa faktor diet
,iklim, dan status kesehatan (Sukarni, 1994).

Tinja manusia adaalah buangan padat yang kotor dan berbau serta merupakan
media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung jenis organisme
pathogen yang dibawa air, makanan, lalat yang membawa penyakit seperti salmonella
,vibriokolera, amuba ,virus ,cacing, disentris ,ascariasis ,poliomylitis, dan lain-lain. Kotoran
mengandung agen penyebab infeksi masuk saluran pencernaan (Warsito, 1996).

Hubungan antara tinja dan status kesehataan terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Efek langsung dapat mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena
kontaminasi oleh tinja seperti kolera ,disentris, typus ,dan lain-lain. Efek tidak langsung
darinpembuangan tinja berhubungan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti
menurunnya kondisi hygiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial
masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja pada sumber air minum penduduk
(Kusnoputranto ,1995).
2.2. Jenis-Jenis Jamban

Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang


berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup
agar tidak berbau.

Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.

2.3. Tujuan Penggunaan Jamban

Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya


bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa
untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

2.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat.


Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan.

Berikut syarat-syarat tersebut :

1. TIDAK MENCEMARI AIR

a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan
dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut

2. TIDAK MENCEMARI TANAH PERMUKAAN

a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.

b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. BEBAS DARI SERANGGA

a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.

c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya.
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. TIDAK MENIMBULKAN BAU DAN NYAMAN DIGUNAKAN

a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan

b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air

c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk


membuang bau dari dalam lubang kotoran

d) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodik

5. AMAN DIGUNAKAN OLEH PEMAKAINYA

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat

6. MUDAH DIBERSIHKAN DAN TAK MENIMBULKAN GANGGUAN BAGI PEMAKAINYA

a) Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran

b) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran

c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh

d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

7. TIDAK MENIMBULKAN PANDANGAN YANG KURANG SOPAN

a) Jamban harus berdinding dan berpintu

b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari


kehujanan dan kepanasan.
2.5. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal ,yaitu :

1. Melindungi masyarakat dari berbagai penyakit


2. Melindungi dari gangguan estetika ,bau ,dan penggunaan sarana yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaraan dari penyediaan air bersih dan lingkungan

2.6. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering


2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedianya alat pembersih
3. Tidak ada genangan air disekitar jamban
4. Rumah jamban dalam keadaan baik ,tidak ada kecoa dan lalat
5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Tersedia air bersih
7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (DEPKES RI, 2004)
BAB III

PEMBAHASAN

Keberadaan jamban di Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah
penduduk Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang
atau hanya 47% saja (DEPKES RI, 2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan
jamban di Indonesia terlihat dari laporan 19 propinsi di Indonesia. Pada tahun 2005 telah
dilakukan pemeriksaan rumah di beberapa kabupaten/kota di Indonesia tapi hasilnya
menunjukan dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban baru
68,49%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45% (DEPKES RI,2005). Di
propinsi Sumatera dari pemeriksaan rumah terlihat bahwa cakupan penggunaan jamban
pada tahun 2004 sekitar 51,71%. Hal ini jika dibanding angka berkisar 61,8% maka propinsi
Sumatera masih dibawah angka nasional.

Dan dari ketidakpunyaan jamban sehat pada suatu rumah itu akan menimbulkan
penyakit. Penyakit yang ditimbulkan dari kotoran manusia digolongkan menjadi tiga ,yakni :

1. Penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun


2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa
3. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis, ankilostomiasis

Karena manusia merupakan sumber penting dari penyakit ,penyakit infeksi yang
ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian.

Penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia bisa menyebabkan kelemahan karena
manusia sebagai reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan produktifitas kerja.
Akibatnya perlu dilakukan tindak pencegahan agar penyakit tidak menular. Maka dari itu
sebaiknya setiap rumah harus memiliki jamban sehat dengan beberapa syarat yang telah
ditetapkan oleh kementrian yakni :

 Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter
 Tidak berbau
 Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
 Tidak mencemari tanah di sekitamya
 Mudah dibersihkan dan aman digunakan
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung
 Penerangan dan ventilasi cukup
 Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
 Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
Kenapa jamban yang kita miliki harus sehat ?

Itu karena jamban merupakan media penularan penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran
manusia . Maka dari itu kita harus memiliki jamban sehat dengan tujuan :

1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi


manusia akibat pembuangan kotoran manusia.
2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya

Hasil Pengkajian yang kami lakukan di daerah Banjarmasin Sungai Lulut :

Banjarmasin di Kalimantan Selatan memang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai.


Datang ke sana, pelancong bisa melihat banyak sungai mengaliri di atas tanahnya. Bahkan,
sungai menjadi tempat kebanyakan penduduk menggantungkan hidup.

Betapa tidak, hampir semua aktivitas dilakukan di sungai, mulai dari transportasi
hingga aktivitas jual beli di pasar terapung. Khusus aktivitas yang disebut terakhir, itulah
salah satu daya tarik Banjarmasin di mata wisatawan. Banyak turis yang sengaja datang
hanya untuk melihat kegiatan jual beli di atas sungai.

Meski begitu, ternyata masih ada daya tarik wisata lain yang dimiliki Banjarmasin,
yaitu kehidupan penduduk di sekitaran sungai. Salah satu yang bisa kunjungi adalah tepi
Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin. Pada saat pengkajian yang kami
lakukan di daerah sungai lulut : banyak sekali terdapat jamban di daerah sana dan
jambannya disana sangat banyak karena rumah mereka berada di tepi sungai tetapi rumah
orang yang berada tidak ditepi sungai dan rumahnya agak mewah tidak memakai jamban
cemplung tetapi jamban sendiri dengan safety tank kata masyarakat disana. Dan
masyarakat disana masih ketergantungan jamban cemplung karena mulai dari dulu mereka
sudah terbiasa dan mereka mau saja dengan jamban safety tank tetapi tidak biaya kata
masyarakat disana , mereka berharap pemerintah bisa menanggulangi masalah ini dan bisa
mencari solusinya . Jadi mayoritas masyarakat disana banyak yang memakai jamban
cemplung kalau rumah mereka di tepi sungai saja.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

* Jamban merupakan media penyebaran penyakit yang ditimbulakn oleh kotoran manusia.

* Di beberapa propinsi di Indonesia khususnya di Banjarmasin Sungai Lulut masih minimnya


rumah yang memiliki jamban sehat dikarenakan faktor ekonomi dan pengetahuan tentang
kesehatan.

4.2 SARAN

1. Kepada pemerintah diharapkan adanya peningkaatan sanitasi lingkungan berupa


pengadaan fasilitas kesehatan seperti perbaikan jamban ,sistem pembuangan limbah yang
dibantu oleh biaya dan didukung sikap Pemda secara nyata.

2. Kepada dinas kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang kesehatan


lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memakai jamban oleh Dinas Kesehatan
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.

3. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh dinas kesehatan maupun puskesmas
dengan instansi lain sebagai penggerak peran serta masyarakat menggunakan jamban.

4. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan
perlu ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi lingkungan terutama mengenai
jamban keluarga di daerah Sungai Lulut Banjarmasin.

5. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan


jamban keluarga yang baik di Sungai Lulut.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta. Penerbit : Mutiara Sumber
Widya Press.

Conyers D, 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Gajah Mada University Press
Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai
Pustaka, Jakarta.

Ehler dan Stell, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standar, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko, 2002. Penelitian evaluasi dan pemanfaatan jamban dari berbagai
aspek geohidrologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di beberapa daerah
pedesaan di Indonesia, Balitbangkes DEPKES RI, Jakarta.

Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Penerbit : Rinerka Cipta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai