Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN
( JUDUL JAMBAN SEHAT)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS UTS MATA KULIAH KESEHATAN KERJA DAN
KESEHATAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :

Risna Anggraeni Nurvia

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah
Kesehatan kerja dan kesehatan Lingkungan, dan untuk melengkapi penilaian maka saya
menyusun makalah ini. Makalah ini sendiri berhubungan dengan Jamban Sehat, mulai dari
pengertian ,syarat-syarat , serta macam-macam jamban juga saya memberikan akibat dari tidak
adanya jamban sehat.
Selain itu, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
mahasiswa khususnya mahasiswa sarjana keperawatan. Penyusunan makalah ini dilakukan
selama satu minggu, terhitung setelah diberikannya tugas ini. Sedangkan sumber makalah ini
adalah beberapa artikel dan kumpulan-kumpulan makalah lain yang masih berhubungan dengan
materi ini yang di dapat melalui jaringan komunikasi,dan internet.
Saya sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka, saya berharap
Bapak/Ibu para pembimbing mata kuliah Kesehatan Kerja Dan Kesehatan Lingkungan dapat
memakluminya, serta berkenan memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN JAMBAN DAN KOTORAN MANUSIA

2.2. JENIS-JENIS JAMBAN

2.3. TUJUAN PENGGUNAAN JAMBAN

2.4. SYARAT-SYARAT JAMBAN

2.5. MANFAAT DAN FUNGSI JAMBAN KELUARGA

2.6. PEMELIHARAAN JAMBAN

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

4.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak
hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom (1974) ada 4 faktor
yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara
optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal
pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser di
bawah optimal.

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya


penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia
dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan
sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur
lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan
dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan
lingkungan disebut sebagai “environmental hazard” dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas
manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang kehidupan dan
sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu
dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan
tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan
pendidikan.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang
banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti
diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

Berdasarkan uraian di atas maka kami ingin mencoba membuat makalah mengenai jamban. Mulai dari
pengertian ,syarat-syarat ,dan macam-macam jamban.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.

Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah
cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau
pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan, sangatlah diperlukan adanya
multidisiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik.

Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup
manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Usaha memperbaiki atau
kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya bervariasi dan
bertingkat dari paling sederhana (primitif) sampai paling mutakhir (modern). Sanitasi merupakan salah
satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit
diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah.
Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi
dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional .

Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok dasar:
• Lingkungan rumah tangga atau mikro (Micro environment)

• Lingkungan khusus atau lingkungan kerja (Meso environment)

• Lingkungan luas atau makro (Macro environment)

Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada perumahan,


penyediaan air minum, jamban, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Berikut hanya akan
dibahas mengenai jamban.

2.1. Pengertian Jamban dan Kotoran Manusia

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi
dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat
penampungan yang disebut dengan jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang daan mengumpulkan kotoran
sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit
(Notoatmodjo, 1996).

Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu
tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia yang menggangu
estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan manusia karena jamban sangat
berguna dalam mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan
baik. Jamban atau sarana kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya penyehatan lingkungan
pemukiman. Saranaa jamban yang tidak saniter berpengaruh bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungan.

Kotoran manusia adalah segala zat atau benda yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna
lagi sehingga perlu dibuang (Notoatmodjo, 1996).

2.1.1. Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia

Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempaat selaain faktor fisiologis juga budaya dan
kepercayaan. Isi dan komponen tinja tergantung dari beberapa faktor diet ,iklim, dan status kesehatan
(Sukarni, 1994).

Tinja manusia adaalah buangan padat yang kotor dan berbau serta merupakan media penularan
penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung jenis organisme pathogen yang dibawa air,
makanan, lalat yang membawa penyakit seperti salmonella ,vibriokolera, amuba ,virus ,cacing, disentris
,ascariasis ,poliomylitis, dan lain-lain. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi masuk saluran
pencernaan (Warsito, 1996).
Hubungan antara tinja dan status kesehataan terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung
dapat mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi oleh tinja seperti kolera
,disentris, typus ,dan lain-lain. Efek tidak langsung darinpembuangan tinja berhubungan dengan
komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan. Hal ini akan
mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja pada sumber
air minum penduduk (Kusnoputranto ,1995).

2.2. Jenis-Jenis Jamban

Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk
jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa
tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia
yang dilengkapi dengan resapannya.

2.3. Tujuan Penggunaan Jamban

Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat
pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit
pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

2.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh
kriteria yang harus diperhatikan.

Berikut syarat-syarat tersebut :

1. TIDAK MENCEMARI AIR

a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut
2. TIDAK MENCEMARI TANAH PERMUKAAN

a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat
mata air, atau pinggir jalan.

b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. BEBAS DARI SERANGGA

a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya

d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. TIDAK MENIMBULKAN BAU DAN NYAMAN DIGUNAKAN

a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran

d) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik

5. AMAN DIGUNAKAN OLEH PEMAKAINYA

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan
pasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di
daerah setempat
6. MUDAH DIBERSIHKAN DAN TAK MENIMBULKAN GANGGUAN BAGI PEMAKAINYA

a) Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran

b) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran

c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh

d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

7. TIDAK MENIMBULKAN PANDANGAN YANG KURANG SOPAN

a) Jamban harus berdinding dan berpintu

b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan
dan kepanasan.

2.5. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi
syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal ,yaitu :

Melindungi masyarakat dari berbagai penyakit

Melindungi dari gangguan estetika ,bau ,dan penggunaan sarana yang aman

Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

Melindungi pencemaraan dari penyediaan air bersih dan lingkungan

2.6. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :

Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

Tidak ada sampah berserakan dan tersedianya alat pembersih

Tidak ada genangan air disekitar jamban


Rumah jamban dalam keadaan baik ,tidak ada kecoa dan lalat

Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

Tersedia air bersih

Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (DEPKES RI, 2004)

BAB III

PEMBAHASAN

Keberadaan jamban di Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk Indonesia
yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47% saja (DEPKES RI,
2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia terlihat dari laporan 19 propinsi
di Indonesia. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan rumah di beberapa kabupaten/kota di
Indonesia tapi hasilnya menunjukan dari 401.780 rumah yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan
jamban baru 68,49%. Di perkotaan yang menggunakan jamban sekitar 80,45% (DEPKES RI,2005). Di
propinsi Sumatera dari pemeriksaan rumah terlihat bahwa cakupan penggunaan jamban pada tahun
2004 sekitar 51,71%. Hal ini jika dibanding angka berkisar 61,8% maka propinsi Sumatera masih
dibawah angka nasional.

Dan dari ketidakpunyaan jamban sehat pada suatu rumah itu akan menimbulkan penyakit. Penyakit
yang ditimbulkan dari kotoran manusia digolongkan menjadi tiga ,yakni :

1. Penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun


2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa
3. Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis, ankilostomiasis

Karena manusia merupakan sumber penting dari penyakit ,penyakit infeksi yang ditularkan oleh tinja
merupakan salah satu penyebab kematian.

Penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia bisa menyebabkan kelemahan karena manusia sebagai
reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan produktifitas kerja. Akibatnya perlu dilakukan tindak
pencegahan agar penyakit tidak menular. Maka dari itu sebaiknya setiap rumah harus memiliki jamban
sehat dengan beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh kementrian yakni :
 Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter
 Tidak berbau
 Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
 Tidak mencemari tanah di sekitamya
 Mudah dibersihkan dan aman digunakan
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung
 Penerangan dan ventilasi cukup
 Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
 Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

Kenapa jamban yang kita miliki harus sehat ??

Itu karena jamban merupakan media penularan penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia . Maka
dari itu kita harus memiliki jamban sehat dengan tujuan :

1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat
pembuangan kotoran manusia.
2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan
sekitarnya

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

* Jamban merupakan media penyebaran penyakit yang ditimbulakn oleh kotoran manusia.

* Di beberapa propinsi di Indonesia khususnya pedesaan masih minimnya rumah yang memiliki jamban
sehat dikarenakan faktor ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan.
4.2 SARAN

1. Kepada pemerintah diharapkan adanya peningkaatan sanitasi lingkungan berupa pengadaan


fasilitas kesehatan seperti perbaikan jamban ,sistem pembuangan limbah yang dibantu oleh
biaya dan didukung sikap Pemda secara nyata.

2. Kepada dinas kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang kesehatan


lingkungan dan pembinaan peran serta masyarakat memakai jamban oleh Dinas Kesehatan
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.

3. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh dinas kesehatan maupun puskesmas
dengan instansi lain sebagai penggerak peran serta masyarakat menggunakan jamban.

4. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan
perlu ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban
keluarga.

5. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan


jamban keluarga yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta. Penerbit : Mutiara Sumber
Widya Press.

Conyers D, 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka,
Jakarta.

Ehler dan Stell, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standar, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko, 2002. Penelitian evaluasi dan pemanfaatan jamban dari berbagai aspek
geohidrologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di beberapa daerah pedesaan di
Indonesia, Balitbangkes DEPKES RI, Jakarta.

Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Penerbit : Rinerka Cipta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-masyarakat-dalam-
pemanfaatan-jamban-keluarga/

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.html

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press

http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

Anda mungkin juga menyukai