Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah
Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan untuk melengkapi penilaian maka kami menyusun makalah ini.
Makalah ini sendiri berhubungan dengan Jamban Sehat, mulai dari pengertian ,syarat-syarat ,
serta macam-macam jamban juga kami memberikan akibat dari tidak adanya jamban sehat.

Selain itu, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
mahasiswa khususnya mahasiswa Teknik Gigi. Penyusunan makalah ini dilakukan selama satu
minggu, terhitung setelah diberikannya tugas ini. Sedangkan sumber makalah ini adalah
beberapa artikel dan kumpulan-kumpulan makalah lain yang masih berhubungan dengan materi
ini yang kami dapat melalui jaringan komunikasi, internet. Selama penyusunan makalah ini
banyak kendala yang kami alami, namun hal itu dapat kami atasi dengan adanya kerja sama
antara anggota satu dengan anggota lain dalam satu kelompok.

Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka, kami berharap
Bapak/Ibu para pembimbing mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat memakluminya,
serta berkenan memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Oktober 2011

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi
yang ada pengaruhnya dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik
L.Bloom (1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status
kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang
terganggu, maka status kesehatan bergeser di bawah optimal.

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya


penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi
manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia
itu dilahirkan sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung
unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat meningkatkan kualitas


lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat merugikan lingkungan, sesuatu yang
merugikan lingkungan disebut sebagai “environmental hazard” dan hal tersebut dapat
mempengaruhi aktivitas manusia. Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan
sistem penunjang kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah
satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana
pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang
banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti
diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

Berdasarkan uraian di atas maka kami ingin mencoba membuat makalah mengenai jamban.
Mulai dari pengertian ,syarat-syarat ,dan macam-macam jamban.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek


kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,
didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.

Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan
penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan lingkungan,
sangatlah diperlukan adanya multidisiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik.

Sanitasi lingkungan adalah usaha mengendalikan semua faktor-faktor fisik manusia yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya
tahan hidup manusia, kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan,
penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Usaha memperbaiki atau kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu ke
masyarakat lainnya bervariasi dan bertingkat dari paling sederhana (primitif) sampai paling
mutakhir (modern). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara
negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini
setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah
kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber
daya manusia pada skala nasional .

Ditinjau dari luasnya lingkup,maka masalah lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok dasar:

• Lingkungan rumah tangga atau mikro (Micro environment)

• Lingkungan khusus atau lingkungan kerja (Meso environment)

• Lingkungan luas atau makro (Macro environment)

Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada perumahan,


penyediaan air minum, jamban, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Berikut
hanya akan dibahas mengenai jamban.
2.1. Pengertian Jamban dan Kotoran Manusia

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi
sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam
tempat penampungan yang disebut dengan jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang daan mengumpulkan kotoran
sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit
(Notoatmodjo, 1996).

Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran manusia
disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia yang
menggangu estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan manusia karena
jamban sangat berguna dalam mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang
tidak dikelola dengan baik. Jamban atau sarana kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya
penyehatan lingkungan pemukiman. Saranaa jamban yang tidak saniter berpengaruh bagi
kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Kotoran manusia adalah segala zat atau benda yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak
berguna lagi sehingga perlu dibuang (Notoatmodjo, 1996).

2.1.1. Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia

Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempaat selaain faktor fisiologis juga
budaya dan kepercayaan. Isi dan komponen tinja tergantung dari beberapa faktor diet ,iklim, dan
status kesehatan (Sukarni, 1994).

Tinja manusia adaalah buangan padat yang kotor dan berbau serta merupakan media penularan
penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung jenis organisme pathogen yang dibawa
air, makanan, lalat yang membawa penyakit seperti salmonella ,vibriokolera, amuba ,virus
,cacing, disentris ,ascariasis ,poliomylitis, dan lain-lain. Kotoran mengandung agen penyebab
infeksi masuk saluran pencernaan (Warsito, 1996).

Hubungan antara tinja dan status kesehataan terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek
langsung dapat mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi oleh tinja
seperti kolera ,disentris, typus ,dan lain-lain. Efek tidak langsung darinpembuangan tinja
berhubungan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene
lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi
pencemaran tinja pada sumber air minum penduduk (Kusnoputranto ,1995).
2.2. Jenis-Jenis Jamban

Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke
dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya
berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi
kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.

2.3. Tujuan Penggunaan Jamban

Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia
akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan
penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

2.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh
kriteria yang harus diperhatikan.

Berikut syarat-syarat tersebut :

1. TIDAK MENCEMARI AIR

 Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

 Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

 Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

 Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut

2. TIDAK MENCEMARI TANAH PERMUKAAN

a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata
air, atau pinggir jalan.

b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. BEBAS DARI SERANGGA

a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa
atau serangga lainnya

d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. TIDAK MENIMBULKAN BAU DAN NYAMAN DIGUNAKAN

a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran

d) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik

5. AMAN DIGUNAKAN OLEH PEMAKAINYA

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan
pasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah
setempat

6. MUDAH DIBERSIHKAN DAN TAK MENIMBULKAN GANGGUAN BAGI


PEMAKAINYA

a) Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran

b) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran

c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh

d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal
4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
7. TIDAK MENIMBULKAN PANDANGAN YANG KURANG SOPAN

a) Jamban harus berdinding dan berpintu

b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan
kepanasan.

2.5. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi
syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal ,yaitu :

Melindungi masyarakat dari berbagai penyakit

Melindungi dari gangguan estetika ,bau ,dan penggunaan sarana yang aman

Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

Melindungi pencemaraan dari penyediaan air bersih dan lingkungan

2.6. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :

Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

Tidak ada sampah berserakan dan tersedianya alat pembersih

Tidak ada genangan air disekitar jamban

Rumah jamban dalam keadaan baik ,tidak ada kecoa dan lalat

Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

Tersedia air bersih

Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (DEPKES RI, 2004)

BAB III
PEMBAHASAN

Keberadaan jamban di Indonesia menurut data bank dunia tahun 2003 dari jumlah penduduk
Indonesia yaitu 203 juta orang yang menggunakan jamban baru 100 juta orang atau hanya 47%
saja (DEPKES RI, 2004). Secara nasional pencapaian jumlah cakupan jamban di Indonesia
terlihat dari laporan 19 propinsi di Indonesia. Pada tahun 2005 telah dilakukan pemeriksaan
rumah di beberapa kabupaten/kota di Indonesia tapi hasilnya menunjukan dari 401.780 rumah
yang dilakukan pemeriksaan, ketersediaan jamban baru 68,49%. Di perkotaan yang
menggunakan jamban sekitar 80,45% (DEPKES RI,2005). Di propinsi Sumatera dari
pemeriksaan rumah terlihat bahwa cakupan penggunaan jamban pada tahun 2004 sekitar
51,71%. Hal ini jika dibanding angka berkisar 61,8% maka propinsi Sumatera masih dibawah
angka nasional.

Dan dari ketidakpunyaan jamban sehat pada suatu rumah itu akan menimbulkan penyakit.
Penyakit yang ditimbulkan dari kotoran manusia digolongkan menjadi tiga ,yakni :

 Penyakit enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun

 Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa

 Infeksi cacing seperti schitomiasis, ascariasis, ankilostomiasis

Karena manusia merupakan sumber penting dari penyakit ,penyakit infeksi yang ditularkan oleh
tinja merupakan salah satu penyebab kematian.

Penyakit yang ditularkan oleh tinja manusia bisa menyebabkan kelemahan karena manusia
sebagai reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan produktifitas kerja. Akibatnya perlu
dilakukan tindak pencegahan agar penyakit tidak menular. Maka dari itu sebaiknya setiap rumah
harus memiliki jamban sehat dengan beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh kementrian
yakni :

 Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter
 Tidak berbau
 Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
 Tidak mencemari tanah di sekitamya
 Mudah dibersihkan dan aman digunakan
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung
 Penerangan dan ventilasi cukup
 Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
 Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

Kenapa jamban yang kita miliki harus sehat ??


Itu karena jamban merupakan media penularan penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia
. Maka dari itu kita harus memiliki jamban sehat dengan tujuan :
 Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia
akibat pembuangan kotoran manusia.
 Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan
sekitarnya

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

* Jamban merupakan media penyebaran penyakit yang ditimbulakn oleh kotoran manusia.

* Di beberapa propinsi di Indonesia khususnya pedesaan masih minimnya rumah yang memiliki
jamban sehat dikarenakan faktor ekonomi dan pengetahuan tentang kesehatan.

4.2 SARAN

1. Kepada pemerintah diharapkan adanya peningkaatan sanitasi lingkungan berupa pengadaan


fasilitas kesehatan seperti perbaikan jamban ,sistem pembuangan limbah yang dibantu oleh biaya
dan didukung sikap Pemda secara nyata.

2. Kepada dinas kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang kesehatan lingkungan
dan pembinaan peran serta masyarakat memakai jamban oleh Dinas Kesehatan dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan.

3. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh dinas kesehatan maupun puskesmas dengan
instansi lain sebagai penggerak peran serta masyarakat menggunakan jamban.

4. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan langsung di lapangan perlu
ditekankan secara khusus pada masalah sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga.

5. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai pentingnya kepemilikan


jamban keluarga yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 2000. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta. Penerbit : Mutiara Sumber
Widya Press.

Conyers D, 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Gajah Mada University Press
Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka,
Jakarta.

Ehler dan Stell, 2000. Syarat-syarat jamban sehat yang memenuhi standar, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko, 2002. Penelitian evaluasi dan pemanfaatan jamban dari berbagai aspek
geohidrologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di beberapa daerah pedesaan di
Indonesia, Balitbangkes DEPKES RI, Jakarta.

Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Penerbit : Rinerka Cipta.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-tindakan-masyarakat-dalam-
pemanfaatan-jamban-keluarga/

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.html

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press

http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/

Anda mungkin juga menyukai