PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sering dialami oleh manusia dalam
menjalani kehidupannya. Masalah kesehatan menjadi penentu seberapa baiknya derajat
kesehatan oleh suatu masyarakat. Hal ini berkaitan dengan perkembangan konsep sehat, sakit,
dan penyakit. Menurut World Health Organization (WHO), sehat merupakan keadaan utuh
secara fisik, jasmani, mental, dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Secara umum, pengertian sehat sendiri dibahas dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, yaitu suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Disamping itu,
juga berkembang konsep sakit, suatu keadaan yang tidak menyenangkan menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik fisik, mental, maupun sosial
(Perkin’s, 1983). Secara umum dapat dikatan bahwa sakit adalah keadaan abnormal saat tubuh
tidak dapat menjalankan fungsi normalnya. Keadaan sakit merupakan suatu keadaan subjektif
yang merupakan akibat dari pada penyakit. Sehingga, dalam hal ini penyakit merupakan keadaan
objektifnya. Keadaan objektif disini berarti bahwa penyakit memberikan tampak bahwa ada
sesuatu yang rusak.
Menurut Thoma Thimmreck, penyakit dapat diartikan sebagai sebuah keadaan dimana
terdapat gangguan dalam bentuk ataupun fungsi salah satu bagian tubuh yang menyebabkan
tubuh menjadi tidak dapat bekerja dengan normal. Pada mulanya, penyakit digambarkan sebagai
suatu akibat karena adanya gangguan dari makhluk halus ataupun kemurkaan dari yang maha
pencipta. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncullah teori Hippocrates
mengenai pengaruh lingkungan yang mendasari terjadinya penyakit, seperti kondisi tanah, air,
udara, dan sebagainya. Hal ini kemudian mengalami perkembangan, ditemukannya hubungan
antara manusia dengan berbagai faktor disekitarnya salah satunya faktor lingkungan, menjadi
penyebab timbulnya suatu penyakit. Keadaan ini berkaitan dengan pengamatan ilmu
epidemiologi sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat yang membahas studi riwayat
alamiah penyakit.
1
Riwayat alamiah penyakit merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana suatu penyakit
dapat perkembang dan tersebar. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah
deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadi akibat penyakit, seperti kesembuhan atau
kematian, tanpa interupsi oleh suatu intervensi prevetif atau terapetik. Riwayat alamiah penyakit
merupakan suatu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal,2002). Pada dasarnya, penyakit
terjadi dengan proses yang berkembang melalui suatu seri pentahapan yang terangkai dalam
simpul-simpul penyakit yang sinambung.
Di zaman yang semakin modern ini, sebagai akibat dari adanya globalisasi
perkembangan pola perilaku masyarakat menjadi semakin tidak terkendali. Pada akhirnya pola
perilaku masyarakat dapat menimbulkan masalah kesehatan yang dalam hal ini yaitu penyakit
gonore sebagai penyakit menular seksual akibat dari adanya perilaku bebas. Dengan
menggunakan studi Riwayat Alamiah Penyakit ini, akan diketahui bagaimana penyakit gonore
dapat terjadi dan tersebar. Dalam makalah ini, penyusun juga akan menjabarkan proses
pencegahan dengan menerapkan 5 level of prevention oleh Leavel and Clark, agar penyakit
gonore dapat teratasi dan tertangani sehingga upaya ilmu kesehatan masyarakat dalam
menerapkan peningkatan derajat kesehatan dapat terealisasikan.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep riwayat alamiah penyakit dalam kasus
penyakit menular seksual gonore :
2
C. Tujuan
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif
(preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah
masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri
dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.
5
B. Defenisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan
yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat
adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan
sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran.
Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat.
Riwayat Alamiah penyakit merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya
intervensi manusia (campur tangan medis) dengan sengaja (Fletcher). Menurut Rothmann (2008)
studi riwayat alamiah penyakit bertujuan mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang
akan diperoleh pada orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang signifikan bagi
kesehatannya. Perkembangan penyakit mulai dari sehat, sakit, sampai akhir perjalanan penyakit.
6
terancam dengan adanya bibit penyakit. Sasaran tahap ini yaitu orang-orang sehat, tetapi
mempunyai faktor risiko atau predisposisi untuk terkena penyakit.
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda-beda. Tahap inkubasi dimulai
dari masuknya bibit penyakit sampai seseat sebelum timbulnya gejala.
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyakit Gonore
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris : gonorrhea) adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh Nesseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan
dalam uretra, leher rahim, rektrum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva). Nesseria gonorrhoeae merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
gonokokus, yang bersifat nonmotil dan aerob (Laboffe dan Pierce, 2011). Nesisseria
gonorrhoeae dapat menginfeksi permukaan membrane mukosa pada organ utogenital
(Casey et al, 2010). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya terutama kulit dan persedian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput didalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi (Wikipedia,2019).
8
pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau
kelompok masyarakat. Kurangnya promosi tentang penyakit yang menular
dari hubungan sex ini (gonorhe)mengakibatkan masyrakat menjadi terkena
penyakit tersebut. Sehingga peningkatan promosi kesehatan harus lebih di
tingkatkan di karenakan penyakit gonorer sangat membahayakan bagi
masyarakat , Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang
sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun
Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya.
Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-
rumah sakit baru di setiap kab/kota.
9
1. Lawan jenis yang berpasangan
2. Remaja yang terkena pergaulan bebas
3. Remaja yang mempuyai lingkungan yang buruk
Penularan kencing nanah atau gonore yaitu paling banyak terjadi akibat aktivitas
seksual yang tidak sehat, yaitu dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
pengaman atau kondom, tidak menjaga kebersihan alat kelamin, dan menggunakan alat
bantu seks secara bersama-sama.
Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari
penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak
merah dan membengkak.
Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Tanda dini gonore pada wanita biasanya ialah gonore pada suami. Sering keluhan
10
pertamanya baru timbul bila suda terjadi adneksitis. Gonore pada wanita kadang-kadang
baru diketahui bila sedang melahiran, karena pada masa tersebut wanita baru
memeriksakan alat kelaminnya pada dokter. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan.
Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk
berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.
Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan
rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan
seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar
lubang vagina. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual
melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan
tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan
dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan
hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa
menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan
menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar
(konjungtivitis gonore).
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar
nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang
terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Untuk mengetahui adanya
penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa
contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah
spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk
mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular
dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.
11
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Pada Pria
a. Uretristis
Yang paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, asendens, dan diseminata,
Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra, kemudian disusul
disuria, pola kisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra kadang disertai darah dan nyeri
waktu ereksi.
b. Tysonitis
c. Parauretristis
Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengn butir pus pada kedua muara parauretra.
d. Cowperitris
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada
kelenjar cowper terjadi asbes. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak
diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan
proktitis.
e. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga
terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan
teraba pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri kalau ditekan, bila
12
prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermittrn , tetapi kadang-kadang
menetap.
f. Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subjektif
menyerupai gejala protstatitis akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri
pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan
melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti
sosis, memanjang di atas prostat.
g. Epididirmis
h. Trigonitis
Pada Wanita
a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria, pada pemeriksaan, orifisium uretra ekstemum tambak
merak, edematosa dan ada secret mukopurulen.
13
b. Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang timbul nyeri. Serviks tampak merah dengan erosi dan
secret mukopurulen. Duh tubuh lebih banyak bila terjadi akut.
c. Bartholinitis
labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri. Kelenjar
Bartholin membengkak terasa nyerih sekali bila berjalan dan sukar duduk. Bila saluran
kelenjar dapat timbul abses dan dapat pecah , jika tidak diobati menjadi kista.
d. Salpingtis
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah
samping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul yang dapat
menumbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore
akan berakhir dengan penyakit radang panggul. Gejalanya terasa nyeri pada daerah
abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau
abnormal. Gonore pada wanita Gonore pada Pria
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
Setia kepada pasanngan, setia kepada pasangan sangat memperkecil resiko
terjadinya penyakit gonore karena hubungan seksual hanya dilakukan dengan satu
orang saja .
Melakukan seks yang lebih aman. Selalu menggunakan kondom dengan pasangan
yang tidak tetap atau pasangan yang belum memiliki cek kesehatan seksual bila
memiliki vagina atau dubur seks adalah cara terbaik untuk menghindari
gonorrhoeal mendapatkan infeksi.
14
Gonore dapat menginfeksi tenggorokan. Oleh karena itu penting untuk
menggunakan perlindungan ketika melakukan seks oral. Jika memberikan oral
seks seorang laki-laki (penisnya dalam mulut), maka ia perlu memakai kondom.
Tidak peduli apakah seorang laki-laki atau perempuan, jika memasukkan mulut
dalam kontak dengan pasangan anus atau vulva saat berhubungan seks, harus
menggunakan gigi bendungan .
Saling terbuka dengan pasangan dapat menurunkan terjadinya penularan penyakit.
15
orang yang sehat tetapi memiliki resiko terkena penyakit. Dalam hal ini upaya
yang dilakukan untuk mencegah penyakit gonore yaitu dengan menggunakan
kondom saat berhubungan seksual.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis dan prompt treatment)
Pada tahap ini dilakukan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin
dan melakukan pengobatan segera dengan terapi yang tepat. Pada penyakit
gonore, ketika seseorang dicurigai telah terkena penyakit gonore karena telah
timbulnya tanda-tanda gejala seperti keluarnya nanah dari penis dan sakit pada
saat buang air kecil, maka dilakukan pemeriksaan fisik sebagai upaya untuk
mendeteksi secara dini agar diberikan pengobatan yang optimal. Pengobatan
penyakit gonore dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik karena penyakit ini
disebabkan infeksi bakteri. Pada tahap pencegahan ini juga dilakukan upaya agar
penyakit tidak menular dengan cara tidak berhubungan seksual dengan penderita
gonore.
4. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Pembatasan kecacatan dilakukan untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan kecacatan. Pada penyakit
gonore dilakukan upaya pembatasan agar tidak terjadi komplikasi penyakit serius
lain seperti pankreatitis saluran kemih (pada laki-laki) dan infeksi panggul dan
servisitis (pada perempuan) serta mecegah terjadinya kematian dengan
memberikan pengobatan dan perawatan khusus secara berkesinambungan atau
teratur.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi dimaksudkan untuk mengembalikan penderita ke masyarakat
agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar dan tidak menjadi beban orang
lain. Pada penyakit gonore, tahap rehabilitasi dapat dilakukan dengan rehabilitasi
mental bagi penderita agar tidak merasa minder dengan orang yang ada
disekitarnya dan rehabilitasi sosial bagi penderita agar tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar dengan masyarakat lainnya.
16
H. PENGOBATAN
a. Penisilin
Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+ 1
gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2%. Obat
tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
b. Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilim dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3
gram + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan tahun 1987 hanya 61,4%,
sehingga tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisinin.
c. Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1.oo g secara intramuskular. Sefiksim
400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
d. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala
sifilis.
e. Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. Angka ksembuhan pada tahun 1985 ialah 85%. Baik
untuk penderita yang alergi penisilindan gagal dengan pengobatan penisilin.
f. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah
97,7%, tidak dianjurkan
17
pemakaiannya pada kehamilan.
g. Koinolon
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tahun 1992 yakni 100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir
ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka
golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral
dosis tunggal.
Selain obat-obat diatas pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal
seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-
oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika
gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah,
infus)
18
BAB IV
KESIMPULAN
Gonore merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang diakibatkan
oleh bakteri Neisseria gonorhoeae . Penularan gonore terjadi melalui kontak seksual ,
berupa genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal serta dapat juga
ditransmisikan dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Gonore mempunyai masa inkubasi
yang relatif singkat, pada laki-laki yaitu 2-5 hari sedangkan pada wanita sulit dideteksi
karena bersifat asimtomatik. Pecegahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara,
contohnya tidak melakukan hubungan seksual, setia dengan pasangan, menggunakan
kondom, terbuka terhadap pasangan. Pengobatan gonore dapat dilakukan dengan
memberikan penisilin kepada penderitanya atau dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah
sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
19