Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sering dialami oleh manusia dalam
menjalani kehidupannya. Masalah kesehatan menjadi penentu seberapa baiknya derajat
kesehatan oleh suatu masyarakat. Hal ini berkaitan dengan perkembangan konsep sehat, sakit,
dan penyakit. Menurut World Health Organization (WHO), sehat merupakan keadaan utuh
secara fisik, jasmani, mental, dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Secara umum, pengertian sehat sendiri dibahas dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, yaitu suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Disamping itu,
juga berkembang konsep sakit, suatu keadaan yang tidak menyenangkan menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik fisik, mental, maupun sosial
(Perkin’s, 1983). Secara umum dapat dikatan bahwa sakit adalah keadaan abnormal saat tubuh
tidak dapat menjalankan fungsi normalnya. Keadaan sakit merupakan suatu keadaan subjektif
yang merupakan akibat dari pada penyakit. Sehingga, dalam hal ini penyakit merupakan keadaan
objektifnya. Keadaan objektif disini berarti bahwa penyakit memberikan tampak bahwa ada
sesuatu yang rusak.

Menurut Thoma Thimmreck, penyakit dapat diartikan sebagai sebuah keadaan dimana
terdapat gangguan dalam bentuk ataupun fungsi salah satu bagian tubuh yang menyebabkan
tubuh menjadi tidak dapat bekerja dengan normal. Pada mulanya, penyakit digambarkan sebagai
suatu akibat karena adanya gangguan dari makhluk halus ataupun kemurkaan dari yang maha
pencipta. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncullah teori Hippocrates
mengenai pengaruh lingkungan yang mendasari terjadinya penyakit, seperti kondisi tanah, air,
udara, dan sebagainya. Hal ini kemudian mengalami perkembangan, ditemukannya hubungan
antara manusia dengan berbagai faktor disekitarnya salah satunya faktor lingkungan, menjadi
penyebab timbulnya suatu penyakit. Keadaan ini berkaitan dengan pengamatan ilmu
epidemiologi sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat yang membahas studi riwayat
alamiah penyakit.

1
Riwayat alamiah penyakit merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana suatu penyakit
dapat perkembang dan tersebar. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah
deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadi akibat penyakit, seperti kesembuhan atau
kematian, tanpa interupsi oleh suatu intervensi prevetif atau terapetik. Riwayat alamiah penyakit
merupakan suatu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal,2002). Pada dasarnya, penyakit
terjadi dengan proses yang berkembang melalui suatu seri pentahapan yang terangkai dalam
simpul-simpul penyakit yang sinambung.

Di zaman yang semakin modern ini, sebagai akibat dari adanya globalisasi
perkembangan pola perilaku masyarakat menjadi semakin tidak terkendali. Pada akhirnya pola
perilaku masyarakat dapat menimbulkan masalah kesehatan yang dalam hal ini yaitu penyakit
gonore sebagai penyakit menular seksual akibat dari adanya perilaku bebas. Dengan
menggunakan studi Riwayat Alamiah Penyakit ini, akan diketahui bagaimana penyakit gonore
dapat terjadi dan tersebar. Dalam makalah ini, penyusun juga akan menjabarkan proses
pencegahan dengan menerapkan 5 level of prevention oleh Leavel and Clark, agar penyakit
gonore dapat teratasi dan tertangani sehingga upaya ilmu kesehatan masyarakat dalam
menerapkan peningkatan derajat kesehatan dapat terealisasikan.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep riwayat alamiah penyakit dalam kasus
penyakit menular seksual gonore :

1. Apa itu penyakit menular seksual gonore ?


2. Bagaimana riwayat alamiah penyakit gonore ?
3. Apa saja sebab umum terjadinya penyakit gonore ?
4. Bagaimana tahapan pencegahan penyakit gonore berdasarkan five level of prevention
oleh Leavel and Clark ?

2
C. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa itu penyakit menular seksual gonore,


2. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit gonore,
3. Untuk mengetahui sebab umum terjadinya penyakit gonore, dan
4. Untuk mengetahui tahapan pencegahan penyakit gonere berdasarkan 5 level of
prevention oleh Leavel and Clark.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat


Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan /
penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit),
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada
pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan
olahraga.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya
secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau
pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun
sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya
penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan
selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni

4
pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif
(preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah
masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien
datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri
dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem
biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.

5
B. Defenisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan
yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat
adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan
sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran.
Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat.

C. Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat Alamiah penyakit merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya
intervensi manusia (campur tangan medis) dengan sengaja (Fletcher). Menurut Rothmann (2008)
studi riwayat alamiah penyakit bertujuan mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang
akan diperoleh pada orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang signifikan bagi
kesehatannya. Perkembangan penyakit mulai dari sehat, sakit, sampai akhir perjalanan penyakit.

1. Tahap Peka/ Rentan/ Pre Patogenesis

Terjadi interaksi antara host-bibit penyakit-lingkungan, interaksi terjadi di luar tubuh


manusia. Penyakit belum ditemukan, sebab daya tahan tubuh host masih kuat namun sudah

6
terancam dengan adanya bibit penyakit. Sasaran tahap ini yaitu orang-orang sehat, tetapi
mempunyai faktor risiko atau predisposisi untuk terkena penyakit.

2. Tahap Pragejala/ Sub Klinis


Tahap ini merupakan tahap inkubasi (stage of pre symptomatic disease). Telah terjadi
infeksi tetapi belum menunjukkan gejala dan belum terjadi gangguan fungsi organ. Ciri-
ciri pada tahap ini, yaitu :
 Perubahan akibat infeksi atau paparan masih belum tampak.
 Terjadinya perkembanganbiakkan mikroorganisme pathogen.
 Pada penyakit non infeksi terjadi perubahan anatomi dan histologi.

Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda-beda. Tahap inkubasi dimulai
dari masuknya bibit penyakit sampai seseat sebelum timbulnya gejala.

3. Tahap Klinis (stage of clinical disease)


Tahap ini merupakan kondisi ketika terjadinya perubahan fungsi organ yang terkena dan
menimbulkan gejala. Dihitung dari munculnya gejala penyakit. Penjamu sudah
merasakan sakit namun masih dalam tahap ringan. Jika pengetahuan dan pendidikan
masyarakat rendah, maka bisa mengakibatkan penyakit makin parah.

4. Tahap Penyakit Lanjut


Tahap ini merupakan tahap saat akibat dari penyakit mulai terlihat. Penyakin makin
tambah berat sehingga penderita tidak dapat melakukan pekerjaan. Ketika melakukan
pengobatan umumnya telah memerlukan perawatan (bed rest).

5. Tahap Terminal (Akhir Penyakit)\


Tahap ini terdapat 5 pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacad
(fisik, fungsional, sosial), karier, penyakit berlangsung kronik, dan berakhir dengan
kematian.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penyakit Gonore
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris : gonorrhea) adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh Nesseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan
dalam uretra, leher rahim, rektrum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva). Nesseria gonorrhoeae merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
gonokokus, yang bersifat nonmotil dan aerob (Laboffe dan Pierce, 2011). Nesisseria
gonorrhoeae dapat menginfeksi permukaan membrane mukosa pada organ utogenital
(Casey et al, 2010). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya terutama kulit dan persedian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput didalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi (Wikipedia,2019).

B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyrakat dari Penyakit Gonore

“Health is not everything but without health everything is nothing”


Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari,
karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita
menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi
keluarga dan sanak saudara kita. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan,
keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari penyakit gonorhe terdapat beberapa factor
yang menyebabkan seseorang terkena penyakit Gonorhe, yaitu :

Faktor Pelayanan Kesehatan


Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat
.Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas

8
pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau
kelompok masyarakat. Kurangnya promosi tentang penyakit yang menular
dari hubungan sex ini (gonorhe)mengakibatkan masyrakat menjadi terkena
penyakit tersebut. Sehingga peningkatan promosi kesehatan harus lebih di
tingkatkan di karenakan penyakit gonorer sangat membahayakan bagi
masyarakat , Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang
sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun
Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya.
Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-
rumah sakit baru di setiap kab/kota.

Faktor Prilaku Masyarakat


Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar
pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah
kesehatan masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health
service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat
akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di
masyarakat.Misalnya:penyekit gonore,di sebabkan oleh perilaku
masyrakat yang tidak baik , contohnya : seks bebas ,.Perilaku individu
atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada
faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. Perilaku
yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pada pergaulan yang sehat akan mempengaruhi kesehatan diri
sendiri.
C. Sasaran Kesehatan Masyarakat Mengenai Penyakit Gonore
Individu-Individu yang menjadi sasaran yaitu orang orang yang terkena penyakit
gonorhe atau yang beresiko terkena penyakit gonorer. Orang-orang yang beresiko
terkena penyakit gonorer, diantaranya adalah:

9
1. Lawan jenis yang berpasangan
2. Remaja yang terkena pergaulan bebas
3. Remaja yang mempuyai lingkungan yang buruk

Kelompok-kelompok yang khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan


kesehatan masyarakat penyakit gonore adalah :
1. Kelompok remaja
2. Kelompok dewasa

D. Penularan Penyakit Gonore

Penularan kencing nanah atau gonore yaitu paling banyak terjadi akibat aktivitas
seksual yang tidak sehat, yaitu dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
pengaman atau kondom, tidak menjaga kebersihan alat kelamin, dan menggunakan alat
bantu seks secara bersama-sama.

E. Riwayat Alamiah Penyakit Gonore

1. Masa Inkubasi dan Masa Klinis

Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari
penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak
merah dan membengkak.

Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Tanda dini gonore pada wanita biasanya ialah gonore pada suami. Sering keluhan

10
pertamanya baru timbul bila suda terjadi adneksitis. Gonore pada wanita kadang-kadang
baru diketahui bila sedang melahiran, karena pada masa tersebut wanita baru
memeriksakan alat kelaminnya pada dokter. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan.
Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk
berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan
rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan
seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar
lubang vagina. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual
melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan
tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan
dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan
hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa
menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak
menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan
menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar
(konjungtivitis gonore).

Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar
nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang
terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Untuk mengetahui adanya
penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa
contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah
spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk
mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular
dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.

11
2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Pada Pria

a. Uretristis

Yang paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, asendens, dan diseminata,
Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra, kemudian disusul
disuria, pola kisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra kadang disertai darah dan nyeri
waktu ereksi.

b. Tysonitis

Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma, infeksi biasanya


terjadi pada penderita dengan prepuitium yang sangat panjang dan kebersihan yang
kurang baik. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.

c. Parauretristis

Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengn butir pus pada kedua muara parauretra.

d. Cowperitris

Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada
kelenjar cowper terjadi asbes. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak
diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan
proktitis.

e. Prostatitis

Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga
terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan
teraba pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri kalau ditekan, bila

12
prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermittrn , tetapi kadang-kadang
menetap.

f. Vesikulitis

Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subjektif
menyerupai gejala protstatitis akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri
pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan
melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti
sosis, memanjang di atas prostat.

g. Epididirmis

Epididirmis akut biasanya unilateral dan setiap epididirmitis biasanya disertai


deferentitis. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering
dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar,
pengurutan prostate yang berlebihan, dan aktivitas seksual yang berlebihan. Pada
penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididirmis dapat mengakibatkan
sterilitas.

h. Trigonitis

Infeksi asendens dari uretra posterioe mengenai trigonom vesika urinaria,


menimbulkan gejala polluria, disuroa terminal, dan hematuria.

Pada Wanita

Gambaran perjalanan penyakit pada wanita berbeda denga pria karena


disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi kelamin. Pada mulanya hanya serviks
uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopuruln dan mengandung banyak
gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus para uretra, kelenjar bartholin,
rectum, dan dapat juga naik ke atas sampai daerah kandung telur

a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria, pada pemeriksaan, orifisium uretra ekstemum tambak
merak, edematosa dan ada secret mukopurulen.

13
b. Servisitis

Dapat asimtomatik, kadang timbul nyeri. Serviks tampak merah dengan erosi dan
secret mukopurulen. Duh tubuh lebih banyak bila terjadi akut.

c. Bartholinitis

labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri. Kelenjar
Bartholin membengkak terasa nyerih sekali bila berjalan dan sukar duduk. Bila saluran
kelenjar dapat timbul abses dan dapat pecah , jika tidak diobati menjadi kista.

d. Salpingtis

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah
samping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul yang dapat
menumbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore
akan berakhir dengan penyakit radang panggul. Gejalanya terasa nyeri pada daerah
abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau
abnormal. Gonore pada wanita Gonore pada Pria

F. Pencegahan Penyakit Gonore Secara Umum

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit gonore ialah:

 Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
 Setia kepada pasanngan, setia kepada pasangan sangat memperkecil resiko
terjadinya penyakit gonore karena hubungan seksual hanya dilakukan dengan satu
orang saja .
 Melakukan seks yang lebih aman. Selalu menggunakan kondom dengan pasangan
yang tidak tetap atau pasangan yang belum memiliki cek kesehatan seksual bila
memiliki vagina atau dubur seks adalah cara terbaik untuk menghindari
gonorrhoeal mendapatkan infeksi.

14
 Gonore dapat menginfeksi tenggorokan. Oleh karena itu penting untuk
menggunakan perlindungan ketika melakukan seks oral. Jika memberikan oral
seks seorang laki-laki (penisnya dalam mulut), maka ia perlu memakai kondom.
Tidak peduli apakah seorang laki-laki atau perempuan, jika memasukkan mulut
dalam kontak dengan pasangan anus atau vulva saat berhubungan seks, harus
menggunakan gigi bendungan .
 Saling terbuka dengan pasangan dapat menurunkan terjadinya penularan penyakit.

G. 5 Level of Prevention Penyakit Gonore

Upaya pencegahan penyakit gonore dapat dilakukan sebagai upaya untuk


mencegah terjadinya penyakit ataupun terjangkitnya penyakit bagi individu yang masih
steril. Berdasarkan pembagian level pencegah oleh Leavel and Clark, gonore dapat
dicegah dengan:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)


Promosi kesehatan merupakan upaya pencegahan penyakit tingkat
pertama. Sasaran dari tahapan ini yaitu orang yang sehat dengan usaha
peningkatan derajat kesehatan. Disebut juga sebagai pencegahan umum yaitu
meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal,
mengurangi peranan penyebab serta derajat risiko serta meningkatkan secara
optimal lingkungan yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, upaya yang dapat
dilakukan sebagai pencegahan penyakit tingkat pertama pada penyakit gonore
yaitu dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat untuk menghindari
hubungan seksual berisiko (berganti-ganti pasangan).

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (General and


specific protection)
Tahap ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi bibit penyakit dengan penjamu dan juga lingkungan. Dilakukan juga
sebagai rangkaian dari promosi kesehatan. Tindakan ini dilakukan terhadap

15
orang yang sehat tetapi memiliki resiko terkena penyakit. Dalam hal ini upaya
yang dilakukan untuk mencegah penyakit gonore yaitu dengan menggunakan
kondom saat berhubungan seksual.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis dan prompt treatment)
Pada tahap ini dilakukan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin
dan melakukan pengobatan segera dengan terapi yang tepat. Pada penyakit
gonore, ketika seseorang dicurigai telah terkena penyakit gonore karena telah
timbulnya tanda-tanda gejala seperti keluarnya nanah dari penis dan sakit pada
saat buang air kecil, maka dilakukan pemeriksaan fisik sebagai upaya untuk
mendeteksi secara dini agar diberikan pengobatan yang optimal. Pengobatan
penyakit gonore dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik karena penyakit ini
disebabkan infeksi bakteri. Pada tahap pencegahan ini juga dilakukan upaya agar
penyakit tidak menular dengan cara tidak berhubungan seksual dengan penderita
gonore.
4. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Pembatasan kecacatan dilakukan untuk mencegah penyakit menjadi lebih
berat yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan kecacatan. Pada penyakit
gonore dilakukan upaya pembatasan agar tidak terjadi komplikasi penyakit serius
lain seperti pankreatitis saluran kemih (pada laki-laki) dan infeksi panggul dan
servisitis (pada perempuan) serta mecegah terjadinya kematian dengan
memberikan pengobatan dan perawatan khusus secara berkesinambungan atau
teratur.
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi dimaksudkan untuk mengembalikan penderita ke masyarakat
agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar dan tidak menjadi beban orang
lain. Pada penyakit gonore, tahap rehabilitasi dapat dilakukan dengan rehabilitasi
mental bagi penderita agar tidak merasa minder dengan orang yang ada
disekitarnya dan rehabilitasi sosial bagi penderita agar tetap dapat melakukan
kegiatan di lingkungan sekitar dengan masyarakat lainnya.

16
H. PENGOBATAN

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan


sesedikit mungkin efek toksinya. Ternyata pilihan utama ialah penisilin dan
probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonoorhoeae
Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang
dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat
dipakai adalah:

a. Penisilin
Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+ 1
gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2%. Obat
tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.
b. Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilim dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3
gram + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan tahun 1987 hanya 61,4%,
sehingga tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisinin.
c. Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1.oo g secara intramuskular. Sefiksim
400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
d. Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita
yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala
sifilis.
e. Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. Angka ksembuhan pada tahun 1985 ialah 85%. Baik
untuk penderita yang alergi penisilindan gagal dengan pengobatan penisilin.
f. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah
97,7%, tidak dianjurkan

17
pemakaiannya pada kehamilan.
g. Koinolon
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka
kesembuhan tahun 1992 yakni 100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir
ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka
golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral
dosis tunggal.
Selain obat-obat diatas pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal
seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-
oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika
gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah,
infus)

18
BAB IV
KESIMPULAN

Gonore merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang diakibatkan
oleh bakteri Neisseria gonorhoeae . Penularan gonore terjadi melalui kontak seksual ,
berupa genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal serta dapat juga
ditransmisikan dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Gonore mempunyai masa inkubasi
yang relatif singkat, pada laki-laki yaitu 2-5 hari sedangkan pada wanita sulit dideteksi
karena bersifat asimtomatik. Pecegahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara,
contohnya tidak melakukan hubungan seksual, setia dengan pasangan, menggunakan
kondom, terbuka terhadap pasangan. Pengobatan gonore dapat dilakukan dengan
memberikan penisilin kepada penderitanya atau dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah
sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).

19

Anda mungkin juga menyukai