TORAJA
DISUSUN OLEH :
MARWA : PO.76.3.03.16.1.017
NURITA : PO.76.3.03.16.1.023
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-NYA, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari masih ada banyak kekurangan
dalam penulisan dan penyusunan, baik dari segi tekhnik maupun dalam penggunaan
bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi kepada para pembaca.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 9
B. Saran ........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Gambar observasi
B. Lembaran inspeksi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gereja sebagai wadah religius tentunya memerlukan desain fisik
bangunan yang memberikan kesan religius terhadap penggunanya. Pada
bangunan gereja Kristen, tidak terdapat gaya arsitektur yang dahulu lazim
digunakan pada gereja katholik, ornamen pun lebih terkesan sederhana,
bahkan sebagian lainnya tidak memiliki ornamen khusus pada interiornya.
Dari kenyataan tersebut maka muncul pertanyaan, elemen apa pada bangunan
gereja Kristen yang memberikan kesan religius terhadap penggunanya.
Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi
kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta
sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi
aset sejarah. Seiring berkembangnya agama kristiani, bentuk dari bangunan
gereja menjadi makin variatif. Bangunan gereja di eropa sangat identik
dengan gaya klasik, eklektik maupun modern.
Dam masih ada sebagian gereja-gereja yang tidak memenuhi
pensyaratan kesehatn lingkungan dam masih juga beberapa gereja yang masuk
dalam kategori sangat baik.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi tempat ibadah di Gereja
Toraja
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui gambaran letak tempat ibadah di Gereja Toraja
2. Untuk mengetahui gambaran konstruksi tempat ibadah di Gereja
Toraja
1
3. Untuk mengetahui gambaran persyaratan tempat ibadah di Gereja
Toraja
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi gereja
Gereja merupakan suatu tempat fasilitasinya dimana masyarakat umum pada
waktu-waktu tertentu berkumpul melakukan ibadah keagamaan Kristen atau
katolik.
B. Pensyaratan sanitasi di tempat ibadah
Pensyaratan sanitasi di tempat ibadah Yang Memenuhi Syarat Kesehatan,
seperti :
1. Penyediaan Air Bersih
Adapun indikator tempat peribadatan sehat yang digunakan,antara lain:
a. Kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih,
b. Kualitas dan penempatanjamban/kakus,
c. Kebersihan dinding/langit-langit,
d. Kebersihan lantai/tikar,
e. Kualitas dan penempatan sarana pembuangan air limbah.
2. Pembuangan Kotoran
Terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak
10-15 meter dari sumber air minum.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna.
f. Cukup penerangan
3
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi cukup baik
i. Tersedia air dan alat pembersih.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
a. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang
aman
c. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
3. Pengelolaan Limbah Cair
Tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum
yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan
kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu
masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini
pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu
untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang
berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna
mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan. Dengan peran serta dari pengurus
tempat-tempat ibadah diharapkan :
a. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan
lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat
memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan
b. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
c. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain
dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-
tempat ibadah.
4
d. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan
lingkungan .
e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat
ibadah.
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan,
keselamatan, keamanan, dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah
dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Tugas
Pemerintah dan pemerintahan daerah dalam pengelolaan sampah untuk
menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah; melakukan penelitian, pengembanganteknologi
pengurangan, dan penanganan sampah; memfasilitasi, mengembangkan,
dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan
sampah; melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; mendorong dan
memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan Foto KLH
sampah; Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos, pupuk,
biogas, potensi energi, dan hasil daur ulang lainnya; memfasilitasi
penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat
setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan melakukan
koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar
terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.14 Kelola Sampah Kita
Pemerintah menetapkan kebijakan dan strateginasional pengelolaan
sampah; menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan
sampah; Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain, berupa
5
penyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat
penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau
tempat pemrosesan akhir sampah; memfasilitasi dan mengembangkan
kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan
sampah; menyelenggarakan koordinasi,pembinaan, dan pengawasan
kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan menetapkan
kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam pengelolaan
sampah.
6
c. Terlindungi
d. Privasi
e. Tempat Beribadah
7
BAB III
1. Letak
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan pada letaknya dam kami
melakukan wawancara kepada petugas yang menjaga gereja. Pada letaknya
sesuai dengan tata kota, dan apabila dikalikan dengan bobot dari nilai yang
kami adalah 5 dikali dngan 10 adalah nilainya 50.
2. Konstruksi
Pada bagian ini kami juga melakukan wawancara dan sesuai dengan
DPU dan pada bagian ini kami memberikan nilai 5 kemudian dikalikan
dengan bobot 30 hasilnya adalah 150.
3. Persyaratan
Berdasarkan inspeksi yang telah kami lakukan adalah pengamatan
yang kami lakukan pada bagian dalam maupun di luar gereja dari hasil yang
kami berikan adalah 5 dikalikan karena halaman, tempat sampahnya, jamban
sudah bik dan untuk bagian dalamnya ruang sembayangnya bersih, kotak
sampah, pencahayaannya, lantainya sangat baik, memenuhi criteria penilaian
yang ada dan dengan bobot 60 hasilnya adalah 300.
Jadi total keseluruhan adalah 50+150+300 = 500x100%.Hasilnya
adalah 500 dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan yang ada di
gereja.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Letak
Dari pemantauan dan inspeksi yang telah kami lakukan pada letak
tempat ibadah di Gereja Toraja adalah memenuhi standar penilaian
pensyaratan sanitasi kesehatan lingkungan di gereja.
2. Konstruksi
Dari pemantauan dan inspeksi yang telah kami lakukan pada
konstruksi tempat ibadah di Gereja Toraja adalah memenuhi standar
penilaian pensyaratan sanitasi kesehatan lingkungan di gereja.
3. Persyaratan
Dari pemantauan dan inspeksi yang telah kami lakukan pada persyatan
tempat ibadah di Gereja Toraja adalah memenuhi standar penilaian
pensyaratan sanitasi kesehatan lingkungan di gereja.
B. Saran
1. Mempertahankan kebersihan lingkungan di gereja
2. Menambah lagi ilmu-ilmu tentang kesehatan lingkungan di gereja agar
menjadi salah satu gereja favorit
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.lds.org/bc/content/shared/content/indonesian/pdf/languagematerials/087
02_ind.pdf?lang=ind. Diakses tanggal 30 Juni 2018.
DepkesRI(1996), Buku PedomanSanitasi Tempat-Tempat Umum. Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan .Departemen KesehatanRI, Jakarta.
10
LAMPIRAN
11
A. Gambar Observasi
14