Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENYEHATAN PERMUKIMAN

SARANA SANITASI DI PERMUKIMAN

DISUSUN OLEH :
Afrillia Rahmi
(P07233318 609)

TINGKAT :
3A SANITASI

INSTRUKTUR :
Ulfa Hanum, S.KM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DIII SANITASI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah Penyehatan Pemukiman
Tentang “ Sarana Sanitasi di Permukiman “ ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana dan waktu yang ditentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, namun berkat adanya bimbingan dari ibu Ulfa Hanum, S.KM sebagai
instruktur mata kuliah Penyehatan Pemukiman, penulis bisa menyelesaikan makalah
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena


itu penulis sangat berharap mendapatkan, kritik, saran, dan masukan yang
membangun untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Tanjungpinang, 12 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 2


2.1 Permukiman.................................................................................................... 2
2.2 Sanitasi ........................................................................................................... 2
2.3 Sanitasi Pemukiman ....................................................................................... 3
2.4 MCK ( Mandi Cuci Kakus ) Umum ............................................................... 3
2.4.1 Jenis MCK Umum .............................................................................. 3
2.4.2 Komponen MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Umum ................................ 4
1. Kamar Mandi ................................................................................. 4
2. Sarana tempat cuci ......................................................................... 4
3. Jamban ........................................................................................... 5
4. Pengolahan Limbah (Tanki Septik) ............................................... 7
5. Penyediaan Air Bersih.................................................................... 8
6. Fasilitas Pelengkap ......................................................................... 8
2.5 Prasarana dan Sarana Lingkungan Pemukiman: ............................................ 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 10


3.1 Hasil Form Penilaian Rumah Sehat .............................................................. 10
3.2 Pembahasan .................................................................................................. 12

BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 13


4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 13
4.2 Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan


tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,
pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya; dan sarana lingkungan yaitu
fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah
raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas
umum lainnya.

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik,


kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan,
sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang
optimal.Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah
ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi
penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat
sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam


berbagai bentuk ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan terstuktur yang memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang
optimal.

Survey yang dilakukan penulis, seperti apa halnya dilapangan, tepat


diperumahan penulis bermukim (bertempat tinggal ) yakni di Km.12 arah uban
Gg.ihsan No. 9, Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang,
kondisi pemukiman (perumahan) akan penulis uraikan pada pembahasan
selanjutnya, mengenai sarana sanitasi di permukiman (perumahan) yang sedang
di survey apakah telah memenuhi standar kesehatan yang berlaku atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana sarana sanitasi di permukiman tempat tinggal masing masing?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sarana sanitasi yang ada di pemukiman tempat tinggal
masing masing.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman

Menurut WHO dalam (Kasjono, 2011) permukiman adalah suatu struktur


fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, juga lingkungan
dari struktur tersebut termasuk semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan
sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Permukiman sehat adalah
suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari
penularan penyakit dan kecelakaan (Kasjono, 2011).

Permasalahan permukiman merupakan permasalahan yang terus muncul,


salah satunya adalah permukiman kumuh. Kawasan kumuh sering dijumpai di
kota-kota besar di dunia. Secara umum, kawasan kumuh merupakan suatu
kawasan dengan tingkat kepadatan populasi yang umumnya dihuni oleh
masyarakat miskin. Lingkungan atau kawasan permukiman kumuh tidak selalu
berada di pinggiran kota, namun juga berada di dekat pusat kota. Kehidupan
masyarakat yang hidup di lingkungan permukiman kumuh umumnya tidak
tersentuh oleh pembangunan fasilitas kota. Hal ini terjadi karena mereka tinggal
di wilayah kota yang terpinggirkan (Sadana, 2014).

Menurut Sadyhutomo dalam (Sadana, 2014) faktor-faktor utama


penyebab tumbuhnya permukiman kumuh adalah :
1) Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat
pendapatan yang cukup.
2) Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun
prasarana kota, terutama jalan, pada daerah perkembangan permukiman
baru.

2.2 Sanitasi

Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara
dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan
lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia (Budiman, 2012).
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa, sehingga
munculnya penyakit dapat dihindari. Sanitasi berusaha untuk mengendalikan

2
faktor-faktor lingkungan juga mencegah timbulnya suatu penyakit dan
penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga
derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes RI,2002).

Menurut Slamet (2004), sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang


menitikberatkan pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

2.3 Sanitasi Pemukiman

Menurut pedoman penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


(Lampiran Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001) bahwa dalam
pengelolaan prasarana sanitasi lingkungan permukiman harus ada antara lain :
1) Cangkupan pelayanan minimal dapat melayani 50 s/d 70% dari jumlah
penduduk di permukiman tersebut 80 s/d 90% dari jumlah penduduk untuk
kepadatan >300 jiwa/Ha
2) Untuk sarana sanitasi individual dan komunal minimal dalam bentuk MCK
dan tenki septic yang disesuaikan oleh masyarakat.

2.4 MCK ( Mandi Cuci Kakus ) Umum

Mandi Cuci Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum yang
digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci,
dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup
padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana
Perdesaan (P2D), 2002).

Mandi Cuci Umum (MCK) komunal/umum adalah sarana umum yang


digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang
air di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai
tinggi (300-500 orang/Ha) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
2001).

2.4.1 Jenis MCK Umum

Menurut Anonimus (2008), jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua)


terkait dengan fungsinya pelayanannya yaitu:
a. MCK lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. Berfungsi untuk
melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga
lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian (dalam radius +/-
50 m)
b. MCK untuk penyehatan lingkungan pemukiman. Berfungsi untuk melayani
masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan

3
kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat
dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya.

Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/


pemanfaatnya dengan radius 50 – 100m dari rumah penduduk dan luas daerah
pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha. Menurut Handayani (2011),
tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di pemukiman padat adalah,
sebagai berikut :

a. Untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya


mudah dikendalikan
b. Memudahkan pengadaan air bersi
c. Melestarikan budaya mandi bersama, seperti di daerah asal mereka.
d. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas
hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk
lokasi sumur maupun kakus.

2.4.2 Komponen MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Umum

Disain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan


kebiasaan dan budaya masyarakat penggunannya sehingga perlu
dimusyawarahkan. Hal hal tersebut biasanya terkait dengan antara lain tata
letak, pemisahan pengguna laki laki dan perempuan, jenis jamban dan lain lain.
Perlu dipertimbangkan disain untuk pengguna yang menggunakan kursi roda
(defabel). Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat
menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya
ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu

1. Kamar Mandi
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat
tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang
lebih 1%. Pintu, ukuran: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,8 m, untuk
pengguna kursi roda (defabel) digunakan lebar pintu yang sesuai dengan
lebar kursi roda. Bak mandi / bak penampung air untuk mandi dilengkapi
gayung. Bilik harus diberi atap dan plafond yang bebas dari material asbes
(Anonimus, 2008).

2. Sarana tempat cuci


Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%.
Tempat menggilas pakaian 15 pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat

4
mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air
Soeparman dan Suparmin, 2002 dalam (Handayani, 2011).

3. Jamban
a. Pengertian Jamban
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga,
lazimnya disebut kakus. Penyediaan sarana pembuangan kotoran
manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi
yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan
penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber
air Soeparman dan Suparmin, 2002 dalam (Handayani, 2011).

Untuk blok fasilitas sanitasi toilet dengan sistem


komunal/umum, disarankan bahwa 1 toilet digunakan 25-50 orang
dengan pembagian bilik terpisah antara laki-laki dan permpuan. Namun
untuk daerah dengan kepadatan tinggi (>1000 jiwa/ hektar) jumlah
penduduk yang dapat dilayani oleh 1 blok toilet adalah 200-500 jiwa.
angsa), dengan jumlah air yang digunakan 15-20 liter/orang/ hari
(G.J.W De Kruijff, 1985).

Menurut Azwar (1996) jamban dapat dibedakan atas beberapa


macam, yaitu :
1) Jamban cubluk (pit privy) adalah jamban yang tempat
penampungan tinjanya dibangun dekat di bawah tempat injakan,
dan atau di bawah bangunan jamban. Jamban model ini ada yang
mengandung air berupa sumur-sumur yang banyak ditemui di
pedesaan di Indonesia, ataupun yang tidak mengandung air seperti
kaleng, tong, lubang tanah yang tidak berair.
2) Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yang dibangun
diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang
kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk
makanan ikan, atau ada yang dikumpulkan memakai saluran khusus
yang kemudian diberi pembatas, berupa bambu, kayu dan lain
sebagainya yang ditanamkan melingkar di tengah empang, sungai
ataupun rawa.
3) Jamban kimia (chemical toilet) adalah jamban model yang
dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada alat transportasi dan
lain sebagainya. Pada model ini, tinja disenfeksi dengan zat-zat

5
kimia seperti caustic soda dan sebagai pembersihnya dipakai kertas
(toilet paper). Ada dua macam jamban kimia, yakni :
a. Tipe lemari (commode type) Pada tipe ini terbagi lagi menjadi
ruang-ruang kecil, seperti pada lemari.
b. Tipe tangki (tank type) Pada tipe ini tidak terdapat pembagian
ruangan atau dengan kata lain hanya terdiri dari satu ruang.
4) Jamban dengan “angsa trine” adalah jamban dimana leher lubang
closet berbentuk lengkungan; dengan demikian akan selalu terisi air
yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-
binatang kecil. Jamban model ini biasanya dilengkapi dengan
lubang atau sumur penampung dan lubang atau sumur rembesan
yang disebut septic tank. Jamban model ini adalah yang terbaik,
yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.

b. Syarat-Syarat Jamban
Menurut Depkes RI, 2004 jamban keluarga sehat adalah jamban
yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijangkau serangga maupun tikus
3) Mudah dibersihkan dan aman penggunanya
4) Cukup penerangan
5) Lantai kedap air
6) Ventilasi cukup baik
7) Tersedia air dan tersedia alat pembersih
8) Dilengkapi dinding dan atap penutup

Menurut Handayani (2011), jarak aman antara lubang kakus


dengan sumber air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1) Topografi tanah : topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi
prmukaan tanah dan kemiringan tanah
2) Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain
kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah, lapisan tanah
yang berbatu dan berpasir, pada lapisan jenis ini diperlukan jarak
yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk
daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.
3) Faktor meteriologi : di daerah yang curah hujannya tinggi jarak
sumur harus lebih jauh dari kakus.
4) Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroorganisme ini
antara lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada

6
tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang
lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang
kering dapat bertahan selam 1 bulan.

c. Manfaat dan Fungsi Jamban Menurut Handayani(2011),


Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
beberapa hal, yaitu :
1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana
yang sama
3) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan
lingkungan..

4. Pengolahan Limbah (Tanki Septik)


Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat persegi
panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau
menampung kotoran dan air penggelontor yang berasal dari toilet glontor,
termasuk juga segala buangan limbah rumah tangga. Periode tinggal (detention
time) di dalam tangki adalah 1-3 hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian
tangki dan akan dicernakan secara anaerobik (digested anaerobically) dan suatu
lapisan busa tebal akan terbentuk dipermukaan (Handayani, 2011).

Walaupun proses pencernaan zat padat yang terendap berlangsung secara


efektif, namun pengambilan lumpur yang terakumumlasi perlu dilakukan secara
periodik antara 1-5 tahun sekali. Jika ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal
dari tangki septik masih berbahaya sehingga perlu di alirkan ke tangki peresapan
(soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain fields). Efluen tersebut tidak
boleh langsung disalurkan pada saluran drainase ataupun badan-badan air tanpa
mengolah efluen tersebut terlebih dahulu. Walaupun pada umumnya tangki
septik digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga secara individual,
namun tangki septik juga dapat digunakan sebagai fasilitas sanitasi
komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa
(G.J.W De Kruijff, 1985).

Menurut Anonimus(2008), Penentuan kapasitas tangki disesuaikan dengan


jumlah pemakai MCK, berdasarkan asumsi sebagai berikut :
1) Rata-rata lumpur terkumpul, untuk air limbah dari KM/WC. (IKK Sanitation
Improvenment Programme, 1987) = 40 liter/orang/tahun
2) Pengurasan direncanakan setiap 2 tahun
3) Air limbah yang dihasilkan (tangki septik hanya untuk menampung limbah
kakus)= 10 liter/orang/hari

7
4) Kedalaman tangki septik (h) + (free board/tinggi jagaan/ruang kosong)=
1,5m + 0,3m = 1,8. Panjang : Lebar = 1 : 2 (disesuaikan dengan kondisi)

5. Penyediaan Air Bersih


Tujuan penyediaan air bersih adalah membantu penyediaan yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat
baik yang tinggal diperkotaan maupun dipedesaan serta meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih. Air bersih
yang digunakan selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kehidupan
sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia, mikrobiologi
dan radioaktif. Persyaratan tersebut tertuang dalam Permenkes No. 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua dan Pemandian Umum.

Penyediaan air bersih harus memenuhi syarat kesehatan, diantaranya


parameter fisik, parameter kimia, parameter biologi, dan parameter radiologi. Air
bersih untuk MCK komunal bisa berasal dari sambungan air bersih PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum), air tanah yaitu sumber air bersih yang berasal
dan air tanah, lokasinya minimal 11 m dari sumber pengotoran sumber air bersih.
Pengambilan air tanah dapat berupa sumur bor. Sekeliling sumur harus terbuat
dan bahan kedap air selebar minimal 1,20 m dan pipa selubung sumur harus
terbuat dari lantai kedap air sampai kedalaman minimal 2,00 m dari permukaan
lantai. Selain itu dapat berupa sumur gali, yaitu sekeliling sumur harus terbuat
dari lantai rapat air selebar minimal 1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari
konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai ketinggian ke atas 0,75 m dan
ke bawah minimal 3,00 m dari permukaan lantai. Air bersih juga bisa berasal dari
air hujan dimana bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun dapat
dibuat bak penampung air hujan serta berasal dari sumber mata air yang
dilengkapi dengan bangunan penangkap air (Gultom, 2013).

6. Fasilitas Pelengkap
1. Penyaluran air bekas Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke
saluran drainase namun jika tidak terdapat saluran drainase yang relatif dekat
maka air bekas dialirkan ke tangki septik atau dibuat peresapan tersendiri.
2. Penyediaan Tenaga Listrik Listrik untuk penggerak pompa air dan
penerangan harus diadakan tersendiri bukan tergabung dengan sambungan
milik pihak lain untuk menghindarkan kerancuan perhitungan biayanya
(tergantung kondisi dan didiskusikan dengan warga). Listrik harus berasal
dari sumber PLN dan dari golongan tarif sosial agar tidak membebani

8
pengguna yang rata rata kurang mampu dengan biaya yang dianggap terlalu
tinggi (Handayani, 2011)

2.5 Prasarana dan Sarana Lingkungan Pemukiman:

1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi kel dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan
2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
3. Memiliki sarana jln lingk dengan ketentuan konstruksi jln tidak menganggu
kes, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyadang
cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan
tidak menyilaukan mata
4. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan
5. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
6. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah RT harus memenuhi syarat
kesehatan
7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dll
8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
9. Tempat pengelolaan makanan harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yg dapat menimbulkan keracunan

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Form Penilaian Rumah Sehat

NAMA KK : Khairul Saleh NAMA : Afrilia Rahmi


ALAMAT KK : Km.12 arah uban Gg.ihsan No. 9 KELAS : 3A Sanitasi

NO KOMPONEN KRITERIA NIL BOBOT


RUMAH YG DINILAI AI

I KOMPONEN RUMAH 31
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 62
2 Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman 1
bambu/ilalang)
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata 2
atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak
kedap air
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata yang 3 93
diplester) papan kedap air
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1
tanah/plesteran yang retak dan berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung). 2 62
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
b. Ada 1 31
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 0
keluarga
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi < 10% dari luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas lantai 2 62
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai 1
dapur
c. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas lantai 2 62
dapur ( asap keluar dengan sempurna) atau ada
exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk 0
membaca
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1
membaca dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat 2 62
dipergunakan untuk membaca dengan normal
II SARANA SANITASI 25
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
(SGL/SPT/PP/KU/PA b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 1
H). syarat kesh
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2
kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 3 75
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 4
kesehatan
2 Jamban (saran a. Tidak ada. 0
pembua-
ngan kotoran). b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan 1
ke sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke 2

10
sungai atau kolam
d. Ada, b;;ukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 100
3 Sarana Pembuangan a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di 0
Air Limbah (SPAL) halaman
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak 1
sumber air (jarak dengan sumber air < 10m).
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2 50
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air 3
(jarak dengan sumber air > 10 m)
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) 4
untuk diolah lebih lanjut
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
Sampah/Tempat b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
Sampah
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3 75
III PERILAKU 44
PENGHUNI
1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0
Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2 88
2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0 0
Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0
dan halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2 88
4 Membuang tinja bayi a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 88
5 Membuang sampah a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan 0
pada tempat sampah b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 88
TOTAL HASIL PENILAIAN 1086

KETERANGAN :
Hail Penilaian = Nilai X Bobot

KRITERIA :
1) Rumah Sehat = 1068 - 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

11
3.2 Pembahasan
Dari hasil survey yang saya lakukan dirumah saya serta menggunakan
penilaian rumah sehat menggunakan form rumah sehat didapatkan hasil bobot
akhir dengan nilai 1086 yang menunjukan bahwa rumah saya termasuk rumah
sehat dan layak huni dari segi komponen rumah, sarana sanitasi, dan perilaku
penghuni rumah.

Sarana sanitasi permukiman terdiri dari sarana air bersih, sarana


pembuangan kotoraan, sarana pembuangan limbah, serta sarana pembuangan
sampah. Sarana air bersih di rumah saya berasal dari air sumur gali yang
mempunyai ciri fisik yang baik berupa air yang jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Di permukiman saya selain menggunakan air sumur
juga cukup banyak masyarakat yang menggunakan sumber air PDAM akibat air
sumur masih banyak yg tidak memenuhi syarat seperti berbau, berwarna dan
berasa. Sarana pembuangan kotoran dirumah saya menggunakan jamban leher
angsa dan memiliki septictank yang sudah memenuhi persyaratan kesehatan
dan cukup jauh dari sumber air bersih sehingga mengurangi resiko kontaminasi
terhadap sumber air bersih, namun sayangnya masih ada masyarakat disekitar
permukiman saya yang masih membuang tinja di parit terbuka bukan di
septictank. Sarana pembuangan air limbah ada yaitu berupa saluran parit besar
namun terbuka saluran terbuka bukan saluran tertutup. Sarana pembuangan
sampah sementara yaitu tong sampah yang kedap air.

Komponen pendukung yaitu komponen rumah dan perilaku penhuni.


Komponen rumah terdiri dari atap rumah menggunakan plafon, dinding terbuat
dari pasangan batu bata yang berdiri kuat dan kokoh serta di plester dan kedap
air, lantai rumah terbuat dari keramik, terdapat jendela kamar tidur dan ada juga
jendela ruang keluarga, ventilasi sudah memenuhi yarat yaitu >10 % dari luas
lantai, lubang ventilasi dapur juga sudah memenuhi syarat, serta pencahayan
yang juga terang dan tidak silau yang dapat digunakan untuk membaca normal.

Pada komponen Perilaku penghuni yaitu penghuni selalu membuka


jendela kamar tidur dan ruang tamu setiap hari, membersihkan rumah dan
halaman secara rutih yaitu setiap hari, dan selalu membuang sampah ketong
sampah lalu di kumpulkan dan dibuang ke tempat penampungan sampah
sementara.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut WHO dalam (Kasjono, 2011) permukiman adalah suatu struktur


fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, juga lingkungan
dari struktur tersebut termasuk semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan
sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Permukiman sehat adalah
suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari
penularan penyakit dan kecelakaan (Kasjono, 2011).
Dari hasil survey yang saya lakukan dirumah saya serta menggunakan
penilaian rumah sehat menggunakan form rumah sehat didapatkan hasil bobot
akhir dengan nilai 1086 yang menunjukan bahwa rumah saya termasuk rumah
sehat dan layak huni dari segi komponen rumah, sarana sanitasi, dan perilaku
penghuni rumah.

4.2 Saran
Masyarakat di harapkan untuk memiliki dan mengoptimalkan sarana
sanitasi di permukiman sehingga dapat memenuhi syarat kesehatan rumah layak
huni. Selain sarana sanitasi juga penting mengoptimalkan penunjang lainnya
seperti komponen fisik rumah dan perilaku penghuni yang bersih dan sehat.
Sarana sanitasi yang baik sangat menunjang terciptanya pemukiman dan rumah
yang sehat, dengan tercipta nya rumah sehat akan membuat penghuni rumah
juga tetap sehat dan nyaman untuk tinggal di rumah tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

B, Bramanta. (2018). Penyehatan Permukiman. Retrieved from


eprints.poltekkesjogja.ac.id: http://www.eprints.poltekkesjogja.ac.id

KESMAS. (2014, Maret 13). Syarat Permukiman Sehat. Retrieved from Indonesian-
publichealth: http://www.indonesian-publichealth.com

Probo, H. (2007). Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Roswita Dharmasanti, S. R. (2018). Sarana Prasarana Permukiman Berdasarkan


Sistem Perkotaan Di Kabupaten Banjarmasin.

iii

Anda mungkin juga menyukai