Dosen Pembimbing :
BAMBANG SUNARKO, SKM., M.KES
Disusun Oleh :
D3-B / SEMESTER V
SUB 3
1. DINA INDANA ZULFA P27833117046
2. HENNI DEWI PRATIWI P27833117077
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga makalah mengenai “Hubungan Transportasi dengan Sanitasi
Lingkungan” ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada
Bapak Bambang Sunarko, SKM, M.MKes selaku dosen mata kuliah yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan dasar tugas mata kuliah Sanitasi
Transportasi, Pariwisata, dan Matra. Dengan memahami tentang hubungan
transportasi dengan sanitasi lingkungan.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
namun tetap besar harapan penulis materi yang akan diberikan dapat bermanfaat, dan
memberi wawasan serta pengetahuan baru bagi pembaca khususnya para mahasiswa
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Atas perhatiannya
kami ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan kebutuhan semua lapisan masyarakat baik kelas
atas, menengah dan bawah. Pada kegiatan transportasi abad-21 justru diwarnai
oleh ketidak ramahan dari transportasi itu sendiri seperti halnya banyak
menimbulkan korban jiwa, harta, waktu, kebisingan, merubah wajah kota dan
lebih parah lagi kerusakan lingkungan, dalam sekala besar saat ini disebut sebagai
Global Warming.
Sebuah pembangunan berdimensi lingkungan hidup atau berwawasan
lingkungan telah disepakati sebagian besar negara didunia termasuk Indonesia
sebagai konsep, sebagai strategi dan model yang diharapkan mampu menjaga
pelestarian fungsi lingkungan (Hadi, 2005)
Kelancaran pelayanan dan mobilitas merupakan hal yang penting dalam
pembangunan berkelanjutan. Di negara negara Asia sekarang sedang terjadi
kesemrawutan dan pencemaran. Kemajuan pesat jumlah kendaraan sangat
mengancam keberadaan dari negara negara Asia, jumlah mobil dan sepeda motor
yang tidak terkontrol telah mengancam dan mempengaruhi kesehatan masyarakat,
kualitas lingkungan hidup di kota, produktifitas ekonomi dan kesejahtraan sosial
pada umumnya. Kini sektor transportasi sudah dikategorikan sebagai sumber
penyebab semakin cepatnya proses terbentuknya efek rumah kaca kemudian
negara negara Asia diprediksi sebagai negara yang terdepan dalam gelombang
peningkatan penggunaan motorisasi yang tentunya diikuti dengan meningkatnya
gas emisi kendaraan bermotor (Onogawa, 2007).
Dari hasil studi World Health Organization (WHO) 50% sampai 80 %
transportasi Kota Metro Manila telah mencemari udara perkotaan setempat.
Polusi yang berasal dari kegiatan transportasi kemudian dikaitkan dengan
timbulnya beberapa keluhan yang tercatat seperti gangguan saluran pernafasan
1
dan keluhan gangguan pada jantung. Dari hasil studi epidemologi yang
berhubungan dengan pencemaran udara diketahui beberapa keluhan seperti asma,
bronchitis, serangan jantung dan stroke, data yang lain juga menunjukkan
pencemaran udara khusus dari kegiatan transportasi diperkirakan telah
mengakibatkan kematian 200.000 orang sampai 570.000 orang setiap tahun di
seluruh belahan Bumi (Onogawa, 2007:5). Menurut Soemarwoto (2003) di
Indonesia pencemaran udara oleh mobil sebagian besar terjadi di Kota Jakarta,
Bogor, Bandung, Surabaya dan Medan. Data dari World Bank tahun 1994 khusus
Kota Jakarta pencemarannya telah mengakibatkan kerugian kesehatan yang pada
tahun 1990 sebesar US$ 97.000.000,- (Sembilan Puluh Tujuh Juta US dollar)
sampai US$ 425.000.000,-(Empat Ratus Dua Puluh Lima Juta US dollar).
Kota kota besar didunia menghadapi permasalahan transportasi dengan
skala yang berbeda, walaupun secara umum memiliki kesamaan. Menurut Wright
(2005) dalam Onagawa (2007:2) sektor transportasi yang didominasi oleh moda
angkutan jalan raya menyumbang 25% CO2 pada proses global warming.
Protokol Kyoto menjadi bukti komitmen sebagian besar negara di bumi ini
mengatasi permasalahan pemanasan global termasuk Indonesia. Tetapi fakta di
lapangan menunjukkan bahwa harapan tidak selalu sejalan dengan keadaan
lingkungan yang ada sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan transportasi dan apa saja jenisnya?
2. Apa yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan?
3. Apakah hubungan antara transportasi dengan sanitasi lingkungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian transportasi dan jenis-jenisnya
2. Untuk mengetahui pengertian tentang sanitasi lingkungan
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara transportasi dengan sanitasi
lingkungan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TRANSPORTASI
1. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
2. Jenis Transportasi
Transportasi dan sarananya terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Transportasi darat
Masyarakat pengguna memilih jenis trasnportasi antara lain
berdasarkan beberapa faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak
perjalanan, tujuan, ketersediaan alat transportasi, ukuran kota dan kerapatan
pemukiman, serta faktor sosial ekonomi. Sebagai contoh, bila seseorang harus
pergi ke Surabaya untuk mudik, maka pilihannya menjadi bervariasi, tergantung
pada faktor-faktor yang telah disebutkan di atas. Contoh transportasi darat
adalah kendaraan bermotor (mobil atau bus dan sepeda motor), kereta api,
gerobak yang ditarik hewan baik itu kuda maupun sapi.
3
Masyarakat yang menggunakan transportasi umum, telah diatur bahwa mereka
dapat menggunakan tempat-tempat tertentu untuk naik dan turun dari
transportasi. Sarana tersebut antara lain adalah.
1) Stasiun kereta api
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun,
pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi
nyaris sama dengan stasiun kereta api.
2) Terminal
Terminal adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum.
4
Gambar 1.3 : Kapal Laut
c. Transportasi udara
Transportasi udara merupakan moda transportasi yang dapat
menjangkau tempat-tempat yang jauh atau sulit dijangkau ditempuh
menggunakan alat transportasi darat maupun alat transportasi air. Alat
transportasi ini mampu bergerak lebih cepat dan lintasannya lurus, sehingga
sangat memangkas jumlah waktu seseorang melakukan perjalanan. Alat
transportasi udara ini juga praktis dan bebas hambatan. Contohnya adalah
pesawat terbang, helikopter, dan balon udara.
Untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, pemerintah
menyediakan bandar udara. Bandar udara adalah kawasan di daratan dengan
batas-batas tertentu, digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
lepas landas naik dan turunnya penumpang, bongkar muat barang dan tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan serta fasilitas pokok dan
penunjang lainnya.
B. SANITASI
1. Pengertian Sanitasi Lingkungan
Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan
sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel mengemukakan bahwa sanitasi adalah
usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat
menjadi mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar
mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik
5
beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha
yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada
manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak
perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Dari beberapa pengertian sanitasi di atas dapat diambil pengertian sanitasi
adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau mengendalikan
faktor-faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit.
Selanjutnya, Wijono menyatakan bahwa sanitasi merupakan kegiatan yang
mempadukan (colaboration) tenaga kesehatan lingkungan dengan tenaga kesehatan
lainnya. Hal ini dilandasi oleh adanya keterkaitan peran dan fungsi tenaga kesehatan
di dalam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat yang terpadu dan komprehensif.
Colaboration kegiatan sanitasi dikoordinir oleh tenaga kesehatan lingkungan atau
sanitarian yang memiliki kompetensi dan keahlian mereka di bidang kesehatan
lingkungan.Sedangkan tenaga medis, perawat, bidan, petugas farmasi, petugas
laboratorium dan petugas penyuluh kesehatan berperan sebagai mitra kerja.
Rantetampang, mengungkapkan bahwa sanitasi ialah suatu cara untuk
mencegah berjangkitnya penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai
dari sumber penularan. Putranto juga menyatakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha
kesehatan lingkungan yang menitik beratkan pada pengawasan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Sedangkan menurut Notoadmojo, sanitasi itu sendiri merupakan perilaku
disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, sedangkan
untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyedian air bersih dan sebagainya.
Selanjutnya, Soemirat mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Entjang
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sanitasi adalah pengawasan lingkungan
fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia
6
dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak, dan yang
merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor :965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah
segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Sanitasi
yaitu usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang
ksehatan, terutama kesehatan masayarakat. Sehingga sanitasi lingkungan berarti cara
menyehatkan lingkungan hidup terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan
udara.
Jadi dari pengertian di atas bisa disimpukan bahwa sanitasi adalah suatu
usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara
orang memelihara dan juga melindungi diri agar tetap sehat.
7
13. Tindakan - tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi,
bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.
14. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan
pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.
3. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran
manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah.
a. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per
hari.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas yang memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-
rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Air yang diperuntukkan bagi
konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-
batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain :
- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
- Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
- Tidak berasa dan tidak berbau.
- Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
- Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Persyaratan tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No.416 Tahun 1990 .
8
C. Pengawasan Kualitas Air Di Sarana Transportasi
Air sangat berperan dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, air juga
berpotensi mengganggu kesehatan karena air dapat menjadi media penularan penyakit,
media perkembangbiakan penyakit, dan penyebab penyakit pada manusia (waterbourne
disease). Beberapa penyakit yang penularan atau penyebabnya dibawa adalah air dan
telah menyita perhatian dunia antara lain adalah cholera, demam thypus (salmonella),
basiler dan desentri amoeba dan infeksi interik lainnya (Kemenkes, 2013).
Perjalanan wisata dapat mempermudah terjadinya penularan penyakit. Volume dan
kecepatan perjalanan juga dapat menyebabkan penyakit mengingat jangkauan
transportasi dengan pemuatan dan pengangkutan orang dari berbagai lokasi di seluruh
dunia. Jutaan orang mempunyai akses untuk melakukan perjalanan. Akses manusia
terhadap perjalanan ini dapat mendatangkan masalah apabila kawasan asal dan kawasan
tujuan tidak memenuhi standar hygiene dan sanitasi, utamanya air bersih. Salah satu
risikonya adalah potensi terjadinya kontaminasi terhadap air. Contoh : Wisatawan makan
di rumah makan di sekitar tempat wisata. Apabila air yang digunakan terkontaminasi
oleh kuman pathogen maka wisatawan tersebut dapat menderita penyakit, perut, diare,
atau penyakit yang lain.
Ketika Anda berada di tempat baru (lokasi perkemahan, asrama haji, stasiun,
terminal dan tempat wisata), secara umum kebutuhan utama yang perlu diprioritaskan di
tempat tersebut adalah air, makanan dan pembuangan faeses. Bab ini akan membahas
pentingnya memelihara kualitas dan kuantitas air bersih sebagai fakkor kesehatan
lingkungan ketika berada di transportasi, pariwisata dan Matra.
Ketersediaan air bersih. Apabila masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan air
bersih maka dapat dipastikan tingkat kesehatannya akan meningkat dibandingkan dengan
masyarakat yang ketersediaan airnya terbatas. Oleh karena itu akan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.
Anda sebagai tenaga sanitarian, sangat penting untuk mempelajari topik ini.
Kemampuan Anda dalam mengawasi mutu air di sarana transportasi, wisata dan matra,
akan sangat berperan dalam membantu meningkatkan mutu layanan wisatawan dan
pengunjung, sehingga dapat memutus mata rantai penularan penyakit yang disebabkan
dari air, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dapat
meningkatkan jumlah kunjungan ke tempat wisata yang akan membawa kesejahteraan
masyarakat.
9
D. Pengawasan Kualitas Air Bersih
Pengawasan kualitas air bersih, air minum di sarana transportasi, pariwisata dan
matra bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan
yang berasal dari air minum atau air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
melalui surveilens kualitas air secara berkesinambungan (Depkes, RI, 2002,).
Selain itu pula, suatu upaya untuk mengetahui kualitas sarana penyediaan air
bersih, di antaranya adalah dengan cara melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap
kualitas air dan pengawasan sarananya (Depkes RI, 1995). Yang dimaksud dengan
pemeliharaan adalah agar sarana air bersih selalu dalam keadaan baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan dilakukannya pengawasan dan pemeliharaan sarana air
bersih, diharapkan konsumen pengunjung, penumpang, wisatawan tidak merasa
dirugikan. Untuk itu, sudah selayaknya masyarakat harus ikut berpartisipasi menjaganya.
10
b. Lingkungan transportasi dan pariwisata wajib menyelenggarakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) namun juga perlu menyediakan tempat khusus untuk merokok.
c. Luas lahan bangunan dan halaman wajib disesuaikan dengan luas lahan secara
keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir dan rambu rambu yang memadai.
d. Lingkungan transportasi, pariwisata dan matra harus tidak becek, tidak terdapat
genangan air yang akan memicu terjadinya perkembangbiakan nyamuk, saluran
dalam keadaan tertutup menyesuaikan luas halaman.
e. Lingkungan bangunan diluar harus dilengkapi dengan penerangan dengan yang
cukup.
f. Lingkungan ruang bangunan dan halaman harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi secara kuantitas dan kualitas yang memenuhi syarat
kesehatan sehingga tidak menimbulkan tempat bersarangnya dan
berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu
lainnya, seperti dalam pembahasan dalam bab yang lain dalam buku ajar ini.
g. Lingkungan transportasi, pariwisata dan matra harus mempunyai batas yang jelas,
dapat dilengkapi dengan pagar.
Di area parkir (luar)dan halaman luar
1) disediakan tempat sampah
2) rambu-rambu jalan (masuk dan keluar kendaraan), titik kumpul dan lain-lain
3) penghijauan
4) terdapat bak sampah dengan minimal 1 buah radius 20m
5) Bersih
6) Tidak becek dan tidak berdebu
11
7) Ruang tunggu dan tempat tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus
disediakan tempat sampah. Persyaratan akan dibahas pada topic pengawasan
pengelolaan sampah pada buku ajar ini.
12
2) Atap yang lebih dari 10 meter dari tanah perlu dilengkapi dengan penangkal
petir.
13
e. Langit-langit
Langit-langit di transportasi, pariwisata dan matra mempunyai fungsi :
1) Sebagai penutup rangka dan instalasi listrik, AC dan lain-lain
2) Sebagai isolator panas, apabila pintu, jendela dan ventilasi berfungsi untuk
memasukkan udara maka plafon menahan atau mengikat udara agar tetap
berada dalam bangunan, supaya sirkulasi udara dapat berfungsi maksimal
harus diperhatikan tinggi plafon berkisar, 2,8 s.d 3,8 meter.
3) Sebagai peredam suara
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang,mudah dibersihkan
b) Tinggi minimal 2,70 meter dari lantai
c) Kerangka langit-langit harus kuat dan apabila terbuat dari kayu harus
anti rayap.
f. Pintu
Fungsi pintu adalah sebagai sarana lintas antara bagian dalam dan bagian
luar bangunan. Selain itu, dalam kegiatan atau komunikasi antar ruang maka
pintu sangat diperlukan.
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, beberapa bagian (dapur) pintu
dibuat menutup sendiri untuk memperlancar lintasan barang.
14
3. Kelengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Trasnportasi, Pariwisata
dan Matra
15
Alat Pemadam Api Otomatis yang terpasang dalam satu ruangan akan
berfungsi secara bersamaan dikarenakan pada ujung sprinkler untuk alat ini
sudah dilengkapi dengan Actuator yang merupakan sistem elektronik. Alat
ini memiliki fungsi sebagai Thermatic yang artinya bila adanya kegagalan
fungsi elektronik, maka akan tetap bekerja dari panas temperatur ± 68°C.
4) Trolley
Merupakan Alat Pemadam Api Berat (APAB) yang memiliki Roda. Alat
Pemadam Api ini dilengkapi Regulator yang berfungsi untuk mengatur
tekanan dari gas CO2/N2. Alat Pemadam Api ini umumnya ditempatkan di
area pengisian bahan bakar. Untuk Tabung Pemadam Api ini memiliki berat
dari 20-80 Kg dan harus dioperasikan oleh 2 orang atau lebih. Khusus bagi
Alat Pemadam Api yang memiliki isi Carbon Dioxide memiliki ukuran berat
dari 9-45Kg (Standar).
5) Hydrant
Merupakan Alat Pemadam Api yang berfungsi sebagai sumber air
untuk memadamkan api saat terjadinya kebakaran. Umumnya Hydrant
terletak di area tertentu di trotoar. Hydrant memiliki bentuk standar dan
memiliki tanda khusus untuk setiap Hydrant.
Penempatan Pemadam kebakaran
a) Mudah dilihat
b) Mudah dijngkau
c) Ada SOP penggunaan
16
G. Pengawasan Kualitas Udara pada Sarana Transportasi
Udara merupakan substansi yang sangat penting manfaatnya bagi kelangsungan
makhluk hidup, semua makluk hidup membutuhkan udara untuk pernapasan atau istilah
biologisnya adalah sebagai proses respirasi. Umumnya udara mengandung banyak sekali
kandungan-zat-zat seperti oksigen, karbon dioksida, helium dan lainnya. Dengan
meningkatnya sarana transportasi dan perkembangan pariwisata, Industri kualitas udara
mengalami perubahan. Beberapa gas seperti SO2, H2S, dan CO selalu dibebaskan ke
udara sebagai produk sampingan dari proses alami seperti pembusukan sampah, air
limbah baik di sarana transportasi pariwisata atau di matra.
Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di
udara oleh angin, atau gangguan alam lainnya, selain disebabkan polutan alami tersebut,
polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Sumber polusi yang utama
berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan dihasilkan dari monoksida dan
15% terdiri dari hidrokarbon. Polutan udara primer yaitu polutan yang mencakup 90%
dari jumlah polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai
berikut :
1. Karbonmonoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida (NOx)
3. Hidro Karbon (HC)
4. Sulfur dioksida (SOx)
5. Partikel
Polutan udara tersebut mempunyai dampak terhadap lingkungan contohnya terjadi
pemanasan global, gangguan kesehatan pada tumbuhan, hewan dan manusia contohnya:
iritasi mata, gangguan paru paru bahkan menimbulkan penyakit kanker. Oleh karena itu
diperlukan pengawasan kualitas udara disarana, transportasi, pariwisata dan matra
sehingga tidak terjadi pencemaran dan tidak berdampak pada lingkungan dan masyarakat
pada umumnya.
17
c. Letusan Gunung berapi
2. Aktivitas manusia
a. Alat Transportasi (bus, kapal, pesawat, kereta api, angkot dan lain-lain)
b. Proses memasak
a. Pencemar primer (yang diemisikan langsung dari sumber pencemar) contoh : dari
bus,
b. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi diudara antara berbagai zat)
contoh H2SO4
a. Sumber titik (point source) contoh: alat transportasi (bus, kereta api, kapal,
pesawat), stasiun kereta api, pondok haji, tempat pengungsian.
b. Sumber garis (line source) jalan yang dilalui kereta api, jalan raya
5. Berdasarkan tempat
a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak
bebas contoh :
1) Sarana Transportasi (ruang tunggu, kantor, dalam bus, kereta api, pesawat)
18
3) Matra (udara yang ada dalam ruang rumah transmigrasi, bumi perkemahan,
Asrama haji dan lain-lain) Biasanya zat pencemarnya indoor ini adalah dari
asap rokok, asap dari dapur tradisional ketika memasak, penguapan benda
benda dari dalam ruangan memanasi kendaraan bermotor dan lain -lain.
b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) di transportasi pariwisata dan
matra
a. Suhu
1) Dampak
Suhu udara disarana transportasi, pariwisata dan matra terlalu rendah dapat
2) Faktor risiko
19
4) Upaya Penyehatan
b. Pencahayaan
1) Dampak
2) Faktor risiko
Intensitas cahaya yang terlalu rendah, baik dari cahaya matahari
atau buatan.
3) Upaya Penyehatan
c. Kelembaban udara
1) Dampak
20
Kelembaban udara disarana transportasi, pariwisata dan matra
terlalu rendah dan tinggi dapat menyebabkan suburnya
mikroorganisme.
2) Faktor risiko
5) Upaya Penyehatan
a) Apabila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan upaya
antara lain :
b) Apabila kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya
penyehatan antara lain:
d. Kebisingan
1) Dampak
21
Kelembaban udara disarana transportasi, pariwisata dan matra terlalu rendah
dan tinggi dapat menyebabkan suburnya mikroorganisme.
2) Faktor risiko
a) Alat transportasi
3) Upaya Penyehatan
Anda mahasiswa di trasnportasi, pariwisata dan matra tidak bisa lepas dari
pencemaran udara baik yang bersifat fisik, kimia dan mikrobiologi, apabila
lingkungan sekitar tidak dikelola dengan baik. Upaya yang dilakukan agar di
transportasi, pariwisata dan matra kualitas udaranya memenuhi baku mutu atau
tidak tercemar maka diperlukan suatu pengawasan. Salah satu kegiatan
pengawasan adalah melakukan pengukuran kualitas udara. Di bawah ini hasil
pengukuran kualitas udara parameter fisik yaitu kebisingan, marilah kita simak
bersama hasil dari pengukuran.
22
Anda mahasiswa di atas adalah hasil pemeriksaan kualitas fisik udara,
cobalah didiskusikan dengan teman sebelah bagaimana kondisi kebisingan di
pelabuhan dimaksud sudah melebihi baku mutu ataukah belum?
23
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Sanitasi transportasi berhubungan dengan sanitasi lingkungan. Transportasi terdiri dari
transportasi darat, air dan udara . Ruang lingkup dari sanitasi lingkungan meliputi
transportasi dan pariwisata. Hubungan transportasi dengan sanitasi lingkungan adalah
sangat erat karena hal ini apabila tidak diperhatikan secara seksama dan kontinuitas akan
menimbulkan terjadinya penyakit yang muncul. Dalam transportasi darat, air dan udara
memerlukan kualitas air bersih dan air minum yang baik agar tidak menimbulkan penyakit
typhus, diare ataupun keracunan makanan. Transportasi ini dapat dipergunakan dalam
jarak jauh maupun jarak dekat dalam transportasi perlu adanya pengawasan sanitasi dasar
B. Saran
1. Perlu adanya pengawasan sanitasi transportasi agar tidak terjadi penyakit
2. Sebagai sanitarian harus lebih memperhatikan sanitasi lingkungan baik dari
transportasi udara air dan laut
25
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Kondisi Sanitasi Lingkungan Kapal penumpang PT. Pelni KM. Lambelu, Makassar,
Sulawesi Selatan, 2006
Kota Mataram, Semarang. Universitas Diponegoro
Mubarak, Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta,
2009, h. 36.
Sujarno, M. Ichsan, Sri Mulyani. 2018 . Sanitasi Transportasi, Pariwisata dan Matra. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
26